Asimilasi Seni Iran dan Mazhab Syiah

Rate this item
(0 votes)

29-30 April 2012, Tehran menjadi tuan rumah Konferensi Seni dan Peradaban Syiah. Di konferensi tersebut, para peneliti dan cendikiawan menyerahkan karya mereka ke panitia. Peneliti dan ilmuwan Iran terkenal seperti Muhamad Ali Rajabi, Iraj Naimai, Mahnaz Shayestefar, Ismail Bani Ardalan, Hasan Bolkhari dan Zohreh Roh Far menyerahkan penelitian mereka terkait seni dan peradaban Syiah. Sejumah cendikiawan ini di konferensi tersebut berhasil meraih penghargaan.

Di Konferensi Seni dan Peradaban Syiah dibahas ideologi Syiah dan pengaruhnya terhadap budaya serta karya seni dalam beberapa abad ini. Selain itu, terbentuknya pemerintahan Islam di Iran dan pengaruh peradaban Syiah terhadap seni serta puisi khususnya arsitek. Isu-isu ini menjadi agenda pembicaraan di konferensi Tehran. Kini kami akan mengupas berbagai contoh dari ideologi Syiah di Seni Islam.

Ketika Islam berkembang, sejatinya sebuah peradaban yang kaya tengah tersebar. Dasar-dasar agama Islam bersumber dari ideologi dan keyakinan serta peradaban. Meski Islam tersebar di berbagai wilayah dunia, namun peradaban ini tetap murni bersumber pada ajaran Islam. Seni Islam yang muncul di bawah ajaran suci agama ini mulai dari India, Spanyol dan Andalusia meski di luarnya beragam, namun memiliki esensi satu.

Proses terbentuknya pemerintahan independen di abad-abad pertama Hijriah, membuka kesempatan bagi berkembangnya sebuah ideologi mazhab tertentu termasuk Syiah serta mendapat dukungan dari pemerintah. Pembahasan seperti peristiwa Asyura menyebabkan munculnya seni serta membantu tersebarnya tragedi yang menimpa Imam Husein as, cucu Rasulullah Saw. Oleh karena itu, seni Islam yang dipengaruhi oleh budaya Syiah terkadang juga berpengaruh pada seluruh budaya serta peradaban Islam dan terkadang memunculkan seni tersendiri.

Saat merunut sejarah munculnya seni ini, pertama-tama kita harus membahas pemerintahan di Iran setelah masuknya Islam ke negara ini. Meski setelah Bani Safavi berkuasa, mazhab resmi di Iran bukan Syiah, namun saat itu populasi pengikut Syiah di negara ini semakin meningkat. Ketika Dinasti Timurian di abad 15 Hijriah berkuasa, komunitas Syiah banyak memberi warna di pemerintahan meski dinasti ini menganut mazhab Sunni. Hal ini dapat ditemukan di berbagai karya seni saat itu seperti karya lukis, kaligrafi dan prasasti yang memiliki unsur ideologi Syiah.

Proses pergantian mazhab berlangsung hingga dinasti Safaviah berkuasa di permulaan abad ke 16 Hijriah, selanjutnya mazhab resmi di Iran adalah Syiah. Dengan demikian saat itu, karya budaya dan seni di Iran sangat kental dengan ideologi Syiah.

Manuskrip kuno, bangunan bersejarah dan industri kesenian termasuk karya terpenting seni dan mendapat perhatian besar para seniman. Karya-karya ini juga menampilkan keyakinan para seniman tersebut. Sejak era Timurian dan Safavi banyak ditemukan manuskrip yang menjelaskan kepribadian Nabi Muhamad, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husein. Pusat-pusat seni saat itu ramai memproduksi buku-buku yang menggambarkan sosok Rasulullah beserta Ahlul Kisa. Selain itu, ditemukan juga manuskrip yang ditulis abad ke 11 Hijriah yang memuat gambar khayalan tentang para Imam Syiah di samping teks-teks keagamaan seperti hadis atau buku sastra.

Salah satu karya penting dalam hal ini adalah buku terjemah kitab Tarikh Tabari yang dicetak di akhir abad ke tujuh Hijriah (13 Masehi) yang menggambarkan kehidupan Nabi Muhammad dengan sangat indah. Poin penting di buku ini adalah peran Imam Ali as di berbagai peristiwa, jihad dan resistensi melawan kaum musyrik.

Menyimak perkembangan kwalitas seni Iran khususnya terkait interaksi antara mazhab dan seni, arsitek dalam hal ini sangat menonjol. Dinasti Timurian dan Safavi merupakan penguasa yang melestarikan kebudayaan Iran setelah Islam masuk ke negara ini. Selama kedua dinasti ini memerintah, seni arsitek mengalami puncak kejayaan. Terlepas dari pembangunan berbagai bangunan dengan beragam fungsinya, ornamen di dalam bangunan menunjukkan ideologi para seniman saat itu condong ke Syiah serta kecintaannya terhadap Ahlul Bait.

Di Dunia Islam, seni kaligrafi memiliki posisi sangat penting, khususnya berkaitan dengan al-Quran. Hampir di seluruh bangunan Islam selalu dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat al-Quran, hadis atau doa. Kaligrafi ini banyak ditemukan di pintu masuk bangunan, menara, kubah, mihrab atau pojok-pojok bangunan. Kaligrafi ini kebanyakan menggunakan keramik yang beraneka ragam warnanya serta menggunakan khat Kufi.

Selain ayat-ayat al-Quran, hadis dari nabi dan para Imam Maksum juga banyak digunakan para seniman untuk menghiasai karya mereka. Dalil kepemimpinan Imam Ali as setelah wafatnya Rasulullah juga banyak ditemukan di seni kaligrafi mereka. Di antaranya adalah kalimat علیا و لی الله yang marak di era pemerintahan Safavi. Masjid-masjid di kota Isfahan, Yazd dan Herat yang hingga kini masih tersisa menjadi saksi atas hal ini. Sepertinya seniman yang meninggalkan karya ini berusaha menjelaskan kedudukan Imam Ali as sebagai hamba terkasih Allah dan berulang kali mendapat pujian-Nya.

Ayat dan riwayat ini menunjukkan realita bahwa ketinggian ilmu dan pengetahuan Imam Ali tentang Islam merupakan sumber ilmu dan menjadi perhatian para seniman. Rasulullah Saw dalam sebuah hadisnya bersabda, "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya." Selain itu, masih terdapat karya seni lainnya yang banyak ditemukan di bangunan-bangunan Iran. Nama Allah yang disebutkan bersama-sama nama Ahlul Kisa, menjadi perhatian besar para seniman kala itu. Sehingga sampai saat ini kita masih menemukan peninggalan besar mereka. Kaligrafi yang bertuliskan nama Allah, Muhamad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein banyak menghiasi bangunan di era Safavi.

Masjid Sheikh Lutfullah di Isfahan merupakan salah satu contoh kejayaan seni Islam Syiah. Di sekitar mihrab masjid ini nama dua belas Imam Syiah dari keturunan Rasulullah ditulis dengan indah. Selain itu, masjid ini masih menyimpan berbagai seni kaligrafi lainnya. Berbagai kaligrafi ayat, hadis dan doa dari para Imam maksum di era Safavi ditulis oleh seniman terkenal, Ali Reza Abbasi. Prasasti dan kaligrafi yang ditulis tahun 1025 H (1616 M) ini bukan hanya menambah relijius masjid ini, namun juga menampilkan asas ketuhanan di Islam dan posisi penting para pemimpin agama. Prasasti ini sekali lagi menekankan bahwa para Imam Syiah merupakan pengganti Rasulullah dan mereka memiliki ilmu yang tinggi.

Karya seni lainnya yang menunjukkan ideologi Syiah di Iran adalah karya kerajinan tangan keramik dan ukiran dari logam serta kayu. Para pengrajin logam Iran di abad sembilan Hijriah (15 Masehi) sejatinya merefleksikan keyakinan atas ketuhanan. Ayat, hadis dan doa menjadi bahan utama ukiran para pengrajin ini. Bukti utama hal ini adalah ukiran di bagian atas mangkuk yang berisi doa dan shalawat kepada para Imam serta zikir یا محمد یا علی. Ayat al-Quran diukir dengan indah di bibir mangkuk dan sejumlah kalimat lain yang memuji Imam Ali as. Mangkuk seperti ini merupakan idaman rakyat Iran, Turki dan India saat itu. Masyarakat memiliki keyakinan bahwa air yang mereka minum dari mangkuk seperti ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit.

Dengan demikian, karya seni bersejarah yang masih dapat ditemukan membuktikan babak baru dari sejarah Islam yang dimulai dari pemerintahan Safavi. Perubahan budaya di Iran dimulai ketika Dinasti Safavi memimpin dan menetapkan Syiah sebagai mazhab resmi. Oleh karena itu, penelitian terhadap seni Iran sejak era Safavi hingga kini tak lengkap tanpa memperhatikan peristiwa bersejarah ini.(IRIB Indonesia)

Read 2685 times