Teroris Suriah, Senjata Makan Tuan Amerika dan Barat

Rate this item
(0 votes)

Dua tahun berlalu sejak peringatan-peringatan terkait kemungkinan menyusupnya para teroris ke dalam barisan pemberontak politik Suriah diabaikan, dan baru-baru ini Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengakui kekuatan kelompok teroris Al Qaeda di Suriah.

 

John Kerry, Menlu AS dalam wawancaranya dengan stasiun televisi ABC mengatakan, "Konflik internal yang terjadi di antara pemberontak bersenjata Suriah menciptakan sebuah kekosongan yang akhirnya diisi oleh para ekstremis. Seluruh wilayah Suriah saat ini berubah menjadi tempat berlindung yang aman bagi Al Qaeda." Ia mengakui statemen ini sepenuhnya benar bahwa sekarang kekuatan dan pengaruh Al Qaeda di Suriah lebih besar dari sebelumnya.

 

Hal ini disampaikan Kerry setelah para ekstremis Al Qaeda beberapa hari lalu memberikan pukulan keras kepada pasukan Free Syrian Army (FSA). FSA adalah kelompok yang mendapat dukungan penuh dari Amerika, Eropa dan Turki. Mereka yang mengaku mewakili gerakan liberal anti-Bashar Assad, Presiden Suriah itu tidak mampu lagi untuk menahan serbuan para ekstremis dan kejahatannya. Dalam beberapa hari terakhir pemberontak Suriah itu terpaksa menyerah kepada kelompok-kelompok yang sama sekali tidak segan memenggal leher manusia, bahkan memakan jantung sesamanya.

 

Upaya dua tahun Barat melawan pemerintahan politik Suriah dan perang internal yang diciptakannya telah menyebabkan negara itu berubah menjadi pusat aktivitas para teroris dari seluruh penjuru dunia.

 

Selama ini, dengan dalih berperang melawan pemerintahan Assad, setiap orang atau kelompok yang berpengalaman dalam aksi-aksi teror dan kejahatan Takfiri dari Timur Tengah, Asia Timur, Eropa dan bahkan dari benua Amerika berangkat ke Suriah. Sejumlah laporan menunjukkan bahwa lebih dari 10 ribu teroris dukungan Barat berperang melawan rakyat dan pemerintah Suriah.

 

Tidak diragukan, jika tidak ada bantuan-bantuan Barat, para teroris tidak akan pernah mampu bergerak ke arah gerbang kota Damaskus dan di depan kamera televisi menyembelih para tawanan.

 

Akan tetapi ini bukan untuk pertama kalinya Barat menggunakan kekuatan para ekstremis untuk melawan musuh-musuhnya. Apa yang terjadi saat ini di Suriah sebelumnya pernah terjadi di Afghanistan. Saat itu Barat di bawah pimpinan Amerika mempersenjatai kelompok-kelompok di Afghanistan untuk menundukkan rival komunisnya di negara itu, namun satu dekade kemudian kelompok-kelompok tersebut malah berbalik menyerang tuannya sendiri.

 

Kekuatan yang selama ini digunakan Barat untuk menggulingkan pemerintahan Suriah sudah keluar dari jalurnya dan menyebar ke seluruh wilayah Timur Tengah Barat serta Timur Laut Mediterania. Sebagian pejabat intelijen Amerika dan Eropa memperingatkan, kejadian yang terjadi di Afghanistan dan Somalia sedang terulang di Suriah.

 

Dalam kondisi seperti ini, beberapa negara tetangga Suriah yang merupakan pendukung kelompok-kelompok anti-Damaskus termasuk Turki, rezim Zionis Israel dan Yordania adalah pihak yang paling terancam. Bahkan sebagian kalangan mengatakan bahwa jika Al Qaeda Suriah menang atas rival-rivalnya dan kejadian di Afghanistan terulang di Suriah, minimal Turki, yang juga anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan bernasib sama dengan Pakistan.

 

Kekhawatiran semacam ini menyebabkan bantuan-bantuan Amerika dan Eropa untuk pemberontak Suriah dikurangi sejak beberapa waktu lalu dan orang seperti Menlu Amerika terpaksa mengakui kekuatan Al Qaeda di Suriah. Akan tetapi transformasi terbaru menunjukkan bahwa pengakuan semacam ini terlambat dan tidak membantu mempertahankan posisi gerakan liberal dan western di dalam barisan musuh rakyat serta pemerintah Suriah.

 

Perlawanan militer Suriah dalam menghadapi aliansi teroris internasional akan berujung dengan terulangnya kekalahan pahit di Afghanistan, negara yang terletak di pantai Timur Mediterania itu. Jika tidak, bukan saja rakyat Suriah, bangsa-bangsa kawasan pun harus membayar kesalahan Barat yang selama ini mendukung penuh pemberontak Suriah.

Read 1400 times