Tafsir Al-Quran, Surat Hud Ayat 42-44

Rate this item
(0 votes)

Ayat ke 42

 

┘ê┘Ä┘ç┘É┘è┘Ä Ï¬┘Äϼ┘ÆÏ▒┘É┘è Ï¿┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ü┘É┘è ┘à┘Ä┘ê┘Æϼ┘ì ┘â┘ÄϺ┘ä┘Æϼ┘ÉÏ¿┘ÄϺ┘ä┘É ┘ê┘Ä┘å┘ÄϺϻ┘Ä┘ë ┘å┘Å┘êÏ¡┘î ϺϿ┘Æ┘å┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘ü┘É┘è ┘à┘ÄÏ╣┘ÆÏ▓┘É┘ä┘ì ┘è┘ÄϺ Ï¿┘Å┘å┘Ä┘è┘æ┘Ä ÏºÏ▒┘Æ┘â┘ÄÏ¿┘Æ ┘à┘ÄÏ╣┘Ä┘å┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ Ϭ┘Ä┘â┘Å┘å┘Æ ┘à┘ÄÏ╣┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘â┘ÄϺ┘ü┘ÉÏ▒┘É┘è┘å┘Ä (42)

 

Artinya:

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir". (11: 42)

 

Pada pembicaraan pekan lalu, kami telah menyebutkan bahwa karena sikap keras kepala dan pembangkangan kaum Nabi Nuh as terhadap seruan tauhid, Allah Swt memberitahukan kepada Nabi Nuh bahwa Dia akan menurunkan azab dan siksaan-Nya kepada orang-orang kafir itu. Allah memerintahkan Nabi Nuh agar membuat sebuah bahtera besar sehingga sewaktu azab tersebut turun, bahtera itu akan menjadi alat perantara bagi orang-orang mukmin untuk menyelamatkan diri. Akhirnya datanglah azab Allah. Air yang meluap dari perut bumi dan turunnya hujan lebat, telah menimbulkan banjir yang besar dan dahsyat. Seperti yang diungkapkan oleh ayat ini, gelombang air itu tinggi seperti gunung dan menghempaskan segala suatu di muka bumi.

 

Namun sayangnya putra Nabi Nuh as sendiri memilih berpisah dari jalan ayahnya dan bergabung bersama orang-orang kafir. Karena itu, dia tidak mau naik bahtera Nabi Nuh. Akan tetapi, naluri seorang ayah terhadap anaknya membuat Nabi Nuh sampai pada detik-detik terakhir memanggil-manggil Kan'an dan berusaha mengajaknya agar beriman kepada Allah dan meninggalkan orang-orang kafir.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Setiap orang tua bertanggung jawab terhadap nasib anak-anak mereka. Meskipun seseorang memiliki tanggung jawab atau posisi kemasyarakat, namun dia tetap memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya sendiri.

2. Bergabung bersama orang-orang kafir akan menjauhkan manusia dari jalan kebenaran, meskipun seandainya dia adalah anak Nabi sekalipun.

 

Ayat ke 43

 

┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä Ï│┘ÄÏó┘Ä┘ê┘É┘è ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë ϼ┘ÄÏ¿┘Ä┘ä┘ì ┘è┘ÄÏ╣┘ÆÏÁ┘É┘à┘Å┘å┘É┘è ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÄϺÏí┘É ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘ä┘ÄϺ Ï╣┘ÄϺÏÁ┘É┘à┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘Ä┘à┘ÆÏ▒┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘à┘Ä┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¡┘É┘à┘Ä ┘ê┘ÄÏ¡┘ÄϺ┘ä┘Ä Ï¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘Ä┘ç┘Å┘à┘ÄϺ Ϻ┘ä┘Æ┘à┘Ä┘ê┘Æϼ┘Å ┘ü┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅÏ║┘ÆÏ▒┘Ä┘é┘É┘è┘å┘Ä (43)

 

Artinya:

Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (11: 43)

 

Meskipun Nabi Nuh telah menyeru anaknya agar meninggalkan kekufuran dengan naik ke dalam bahtera, namun putra Nabi Nuh itu tetap bersikeras memilih jalan yang sesat. Dia menyangka akan dapat menyelamatkan diri dari azab dan siksaan Allah dengan cara naik ke puncak gunung tertinggi. Padahal, puncak gunung pun berada di bawah kekuasaan Allah. Karena itu, apabila Allah sudah menghendaki untuk mengazab seseorang, tidak ada lagi tempat bersembunyi bagi orang itu. Saat Nabi Nuh tengah bercakap-cakap dengan putranya itu, tiba-tiba datanglah sebuah ombak besar yang menghempaskan putra Nabi Nuh itu. Diapun tenggelam dalam keadaan kafir.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Dalam menghadapi berbagai mara bahaya, orang-orang mukmin pastilah akan berlindung kepada Allah, sementara orang-orang musyrik akan mengandalkan kekuasaan dan harta benda duniawi.

2. Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk bernyawa, akan tetapi karena perintah Allah air dapat berubah menjadi alat penghancur yang membinasakan.

3. Dalam sistem pemberian pahala dan siksaan dari Allah, hubungan darah, kekerabatan, dan kekeluargaan tidak bisa memberi pengaruh sedikit pun. Walaupun seseorang adalah putra Nabi, namun bila dia kafir dan mengingkari Allah, pasti dia akan mendapatkan azab yang setimpal, sedang ayahnya yang Nabi tidak bisa berbuat apapun untuk membantunya.

 

Ayat ke 44

 

┘ê┘Ä┘é┘É┘è┘ä┘Ä ┘è┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘ŠϺϿ┘Æ┘ä┘ÄÏ╣┘É┘è ┘à┘ÄϺÏí┘Ä┘â┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÄϺ Ï│┘Ä┘à┘ÄϺÏí┘Å Ïú┘Ä┘é┘Æ┘ä┘ÉÏ╣┘É┘è ┘ê┘ÄÏ║┘É┘èÏÂ┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘é┘ÅÏÂ┘É┘è┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏú┘Ä┘à┘ÆÏ▒┘Å ┘ê┘ÄϺÏ│┘ÆϬ┘Ä┘ê┘ÄϬ┘Æ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘Æϼ┘Å┘êÏ»┘É┘è┘æ┘É ┘ê┘Ä┘é┘É┘è┘ä┘Ä Ï¿┘ÅÏ╣┘ÆÏ»┘ïϺ ┘ä┘É┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É Ïº┘äÏ©┘æ┘ÄϺ┘ä┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä (44)

 

Artinya:

Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim". (11: 44)

 

Ayat-ayat yang kami bahas dalam pertemuan kita kali ini menunjukkan sebuah hakikat sejarah yang terjadi pada zaman Nabi Nuh as. Menurut pandangan ahli-ahli linguistik dan ahli bahasa Arab, ayat ini merupakan salah satu dari ayat-ayat al-Quran yang paling baligh, fasih dan dalam susunan yang pendek, namun tegas, telah menjelaskan sebuah kejadian dan peristiwa besar. Atas perintah Allah, terjadi sebuah banjir besar disertai angin topan dan hujan lebat yang melanda sebagian besar permukaan bumi. Setelah itu, atas perintah Allah pula, air kembali surut dan ketenteraman kembali muncul di muka bumi sehingga berlanjutlah generasi orang-orang mukmin.

 

Bahtera Nabi Nuh berlabuh di atas bukit bernama "Judi", di suatu tempat yang masih diperselisihkan oleh para mufassir dan sejarawan. Sebagian sejarawn mengatakan bahwa berlabuhnya bahtera Nabi Nuh itu di pegunungan "Ararat" yang terletak di Turki, sementara sebagian yang lain mengatakan di perbatasan Mosul, Irak. Namun yang pasti, banjir besar yang menenggelamkan orang-orang kafir itu memang terjadi dan al-Quran menyebutnya sebagai kemurkaan Allah. Karena itu, kita harus waspada, bisa jadi berbagai bencana alam seperti banjir atau gempa bumi yang menimpa kita adalah tanda kemurkaan dan peringatan Allah bagi kita.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Bumi dan langit berada di bawah perintah dan kekuasaan Tuhan. Allah Swt lah yang menetapkan hukum alam dan Allah tidak terikat dengan hukum alam tersebut.

2. Meskipun orang-orang yang zalim telah binasa, bukan berarti kezaliman dan keangkara murkaan telah musnah di muka bumi. Karena itu, bendera perlawanan terhadap kezaliman harus terus dikibarkan sepanjang sejarah.

Read 3459 times