Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 38-42

Rate this item
(0 votes)
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 38-42

Ayat ke 38-39

Artinya:

Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (16: 38)

Agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta. (16: 39)

Sebelumnya, kita telah bahas bersama bahwa kekafiran, kesyirikan, dan kesesatan, yang berdasarkan pada permusuhan, tidak akan dapat diharapkan untuk mendapatkan hidayah kebenaran. Bahkan Allah Swt menyatakan telah menutup pintu hidayah-Nya bagi orang-orang yang melakukannya.

Dua ayat ini menyebutkan, mereka menilai kematian sebagai akhir dari kehidupan mereka dan mengatakan, Tuhan menghukum orang-orang yang telah mati dengan tidak menghidup mereka kembali dan kematian menutup rapor setiap orang di dunia ini. Yang menarik adalah bahwa mereka mengatakan ini dengan menyatakan sumpah atas nama Tuhan. Ketika manusia tidak memiliki pengetahuan yang tepat terhadap Allah Swt, maka ia akan menggambarkan Allah di dalam benaknya seperti sebuah wujud yang disembah melalui arca-arca, dan berhala itu menjadi tidak berperan dalam kehidupan dan hanya rekayasa benak manusia saja. Tuhan seperti ini tidak dapat mengatur urusan dunia dan sebab itu pula setelah kematian pun Tuhan seperti itu juga tidak memiliki program atau rancangan apapun.

Namun Allah Swt berfirman, pada Hari Kiamat akan diketahui apakah para nabi yang menjanjikan surga dan neraka adalah pembohong atau mereka yang mengingkari seruan tersebut? Di sanalah hakikat akan terbukti, namun apa daya karena sudah tidak ada jalan kembali.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kiamat dan penghidupan kembali orang-orang yang telah mati adalah janji Allah yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan terhadap Allah Swt.

2. Sekelompok orang dengan sengaja mengingkari kiamat berdasarkan permusuhan dan keras kepala. Namun sebagian besar manusia menolaknya karena kebodohan dan tidak adanya pengetahuan yang benar.

 

Ayat ke 40

Artinya:

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)", Maka jadilah ia. (16: 40)

Manusia ketika menggambarkan sesuatu dalam benaknya, hanya dengan menginginkannya saja manusia dapat mewujudkannya dalam benaknya dan tidak memerlukan hal atau sarana lain. Ini merupakan contoh pendekatan untuk menjelaskan seperti itu pula lah Allah ketika hendak menciptakan sesuatu. Allah Swt hanya cukup menginginkannya, maka terciptalah sesuatu tersebut. Sekali lagi contoh tersebut hanya dalam rangka pendekatan nalar kita dengan penjelasan mengenai kun fayakun.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tidak ada artinya kita meragukan kiamat, karena kekuatan Allah Swt jauh melampaui hanya sekedar menghidupkan makhluk yang telah binasa.

2. Allah Swt yang menciptakan makhluk hanya dengan menginginkan saja, apakah Ia juga tidak mampu menghidupkan kembali makhluk yang telah hancur berubah dalam unsur lain.

 

Ayat ke 41-42

Artinya:

Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempata yang bagus kepada mereka di dunia, dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (16: 41)

(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal. (16: 42)

Salah satu perintah dalam agama Islam adalah berhijrah di jalan Allah demi menjaga agama, keyakinan, serta keselamatan keluarga. Manusia yang mukmin tidak boleh tergilas dalam masyarakat yang zalim atau membiarkan dirinya dihina dan dizalimi. Ia harus melawan kezaliman itu atau meninggalkan tempat tersebut demi menjaga keyakinannya. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dan kaum Muslim yang berhijrah dari Mekah ke Madinah. Rasulullah dan sahabat beliau bersabar menghadapi berbagai kesulitan dan masalah, serta bertawakal kepada Allah Swt. Akhirnya mereka dapat mengatasi seluruh kesulitan tersebut. Dalam ayat tersebut Allah Swt berfirman, " Orang yang berhijrah di jalan Allah, akan hidup dalam kondisi yang lebih baik dan di akhirat juga akan mendapatkan pahala karena telah bertawakal kepada-Nya."

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:

1. Jika kita tidak dapat melawan kezaliman, kita juga tidak boleh menerimanya dan mengatakan bahwa kita tidak memiliki jalan keluar apapun. Karena solusinya adalah berhijrah.

2. Di hadapan orang-orang zalim, kita harus bertawakal kepada kekuatan Allah bukan kekuatan asing.

3. Meski berhijrah adalah hal yang sulit, namun hal tersebut akan membawa kebahagiaan dan ketenangan, dan ini adalah janji Allah Swt. (IRIB Indonesia)

Read 3220 times