Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 40-44

Rate this item
(8 votes)

Ayat ke 40-41

Artinya

Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". (3: 40)

Berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari". (3: 41)

Walaupun Nabi Zakariya as meminta dari Allah agar memberikan kepadanya seorang anak, namun ia tetap terkejut saat Allah memberitakan kabar gembira bahwa tak lama lagi ia akan dikaruniai seorang anak. Karena isterinya mandul sejak usia muda dan sekarang usianya telah lanjut. Artinya, potensi untuk mengandung sudah tidak ada lagi.

Sejatinya ini hal yang biasa. Setiap manusia tatkala dihadapkan dengan suatu persoalan yang bertentangan dengan hukum alam, ia akan tenggelam dalam pemikiran dan sulit baginya menerima kenyatan itu. Karena ia merasa harus menyaksikannya dengan mata sendiri. Itulah mengapa Nabi Zakariya meminta kepada Allah agar menunjukkan sebagian dari kekuasaan-Nya kepadanya, sekaligus memberikan tanda-tandanya.

Lantaran mukjizat ilahi, Zakariya yang bertubuh kuat dan tak punya masalah dalam berbicara, jadi kehilangan kemampuan bicaranya selama tiga hari. Selama itu pula ia hanya dapat menyampaikan maksudnya hanya melalui gerakan bibir dan bahasa isyarat. Anehnya, setiap saat, ketika ia mengingat Tuhan, lisannya terbuka dan bertasbih.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kehendak Tuhan lebih utama dari segala sesuatu. Jika Dia berkehendak , ketuaan ayah dan kemandulan seorang ibu tidak dapat menjadi kendala bagi kelahiran seorang anak.

2. Allah Swt mampu melakukan segala perbuatan. Jika Dia berkehendak, lisan dapat berbicara dan jika Allah berkehendak lain, maka Dia tidak memberlakukan hukum ini.

 

Ayat ke 42-43

Artinya

Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (3: 42)

Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'. (3: 43)

Kesuciaan, shalat dan ibadah tulus Maryam telah menyebabkan Tuhan memilihnya dan memberikan kedudukan dan derajat tinggi melebihi wanita-wanita lain. Kedudukannya sedemikian tingginya sehingga para malaikat berbicara langsung dengan beliau dan menyampaikan perintah-perintah Tuhan kepada beliau tanpa perantara sampai pada derajat, dimana seorang Nabi seperti Nabi Isa as lahir dari rahimnya dan dibesarkan di bawah asuhannya. Para malaikat berkata kepada Maryam, untuk mensyukuri inayah dan kemurahan Tuhan ini, sinambungkanlah kerendahan jiwa di depan Tuhan serta rukuk dan bersujudlah bersama dengan orang-orang yang mendirikan shalat jamaah.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt tidak mengutus seseorang tanpa alasan, melainkan pilihan Tuhan berdasarkan kelayakan dan kemampuan. Sayidah Maryam yang melewati sepanjang harinya dengan menghamba kepada Allah dengan tulus, ia layak mendapatkan kedudukan dan penghormatan.

2. Para malaikat juga berbicara dengan selain nabi (manusia biasa), tetapi dengan syarat orang yang bersangkutan layak untuk mendapat perlakuan istimewa ini. Kehadiran kaum wanita dalam shalat jamaah adalah terpuji, tetapi dengan syarat sebagaimana halnya Maryam.

 

Ayat ke 44

Artinya

Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (3: 44)

Kaum musyrikin Mekah mengatakan bahwa al-Quran tidaklah lebih dari cerita fiktif dan Muhammad mempelajarinya dari para pembesar Yahudi ataupun membacanya di dalam kitab-kitab kaum terdahulu. Sebagai jawaban pernyataan ini, Allah Swt berfirman, "Banyak sekali dari kisah yang dibawakan oleh al-Quran adalah perkara gaib yang tidak seorangpun mengetahuinya. Rasulullah Saw mengetahui kabar gaib juga melalui wahyu. Misalnya kejadian nazar ibu Sayidah Maryam, tidak seorangpun yang tahu kecuali Alllah Swt. Atau tidak seorangpun tahu bagaimana Sayidah Maryam diasuh dan itu semua adalah berita gaib yang diwahyukan kepada Rasul Saw."

Mengenai pengasuhan Maryam, dalam ayat sebelum ini, telah dinyatakan bahwa ibu Sayidah Maryam telah bernazar bahwa anaknya itu akan dijadikan abdi Baitul Maqdis. Mereka bersaing untuk mengemban tugas mengasuh Sayidah Maryam. Karena ayah dan ibu Maryam adalah dari keluarga Bani Israil yang terhormat dan setiap orang ingin mendapatkan kebanggaan itu.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Al-Quran adalah wahyu Tuhan, bukan cuplikan dari kitab lain ataupun menukil hafalan orang lain.

2. Persaingan haruslah dalam melaksanakan tugas spiritual dan suci bukannya dalam memperoleh kedudukan dan pangkat duniawi.

Read 5614 times