Surat Fusshilat ayat 37-40

Rate this item
(0 votes)
Surat Fusshilat ayat 37-40

 

وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (37) فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ (38)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah. (41: 37)

Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu. (41: 38)

Sebelumnya, telah dibicarakan tentang dakwah kepada orang lain menuju penyembahan kepada Allah. Ayat-ayat ini menyinggung satu dari contoh syirik sepanjang sejarah dan berkata, “Matahari dan bulan merupakan ciptaan Allah, tetapi bagaimana sebagian manusia bukannya menyembah Allah yang menciptakan matahari dan bulan, justru menyembah keduanya ini!?”

Pada hakikatnya, malam, siang, matahari dan bulan, semuanya termasuk ayat dan tanda-tanda Allah penguasa alam semesta, yang menjadi sumber ketenangan, siang yang bercahaya dan menjadi alat untuk bergerak. Keduanya ini menciptakan siklus kehidupan manusia secara bergantian dan tertib. Bila malam atau siang salah satu atau keduanya terjadi selamanya atau waktunya lebih lama, maka kehidupan makhluk hidup di bumi akan musnah dan bumi tidak layak untuk ditempati.

Matahari sumber dari semua berkah materi yang ada di sistem tata surya. Tidak diragukanlagi bahwa kehidupan di planet bumi berutang pada keberadaan matahari. Cahaya, panas, gerakan angin, turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, buah menjadi matang dan bahkan warna-warna indah bunga semua karena sinar matahari. Bila matahari tidak ada, semua makhluk hidup tidak akan muncul di permukaan bumi. Bulan juga memiliki gerakan yang stabil dan tertib di berbagai tempat dan menerangi bagian malam yang gelap serta menjadi pelita yang menuntun karavan atau mereka yang hilang di padang pasir.

Semua fenomena alam ini ciptaan Allah dan tanda-tanda nyata akan keberadaan-Nya. Tetapi sekelompok manusia, karena banyaknya berkah dari matahari dan bulan, bersujud kepada dua benda langit yang bercahaya ini dan menyembahnya. Harus dilihat, akal sehat manakah yang dapat menerima matahari dan bulan tercipta dengan sendirinya?! Kalian harus menyembah Zat yang menciptakan bulan dan matahari, di mana semua nikmat bersumber dari-Nya.

Menyembah bulan dan matahari sama seperti manusia melihat pigura yang berisikan lukisan yang sangat indah dan alih-alih memuji pelukis hebat dengan karyanya ini, justru mengagungkan pigura!?

Kelanjutan ayat mengatakan, “Di hadapan ajakan kepada penyembahan Allah, sekelompok manusia yang mencari kebenaran tidak menerima penyembahan bulan dan matahari dan memilih penyembahan kepada Allah, tetapi sebagian lain karena arogan dan fanatik kepada keyakinan leluhur mengambil sikap menentang kebenaran dan tidak mau berpikir.”

Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Datang dan perginya malam dan siang serta manfaatnya yang banyak bagi manusia dan semua makhluk hidup termasuk tanda-tanda kekuasaan dan kebijksanaan Allah.

2. Mengenal alam dan unsur penting kehidupan jalan terbaik untuk mengenal Allah, tentu saja bagi mereka yang mengenal sumber penciptaan.

3. Prinsip penyembahan merupakan sesuatu yang fitri, tetapi banyak manusia salah dalam mengenal siapa yang harus disembah. Para nabi diutus untuk membimbing tuntutan fitrah manusia ini ke jalan yang lurus.

4. Sombong termasuk penghalang untuk mengenal hakikat dan menerimanya.

5. Allah tidak membutuhkan penyembahan hamba-Nya. Bila semua manusia melupakan Allah, malaikat berserah diri pada-Nya dan setiap hari tanpa mengenal lelah mengucapkan tasbih dan memuji-Nya.

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39)

Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (41: 39)

Setelah membicarakan matahari dan bulan, ayat ini berbicara tentang bumi dan daerah yang kering yang kemudian bergerak lagi dengan turunnya tetesan hujan yang memberikan kehidupan, lalu mengubah tempat itu menjadi daerah yang hijau dan penuh dengan bunga dan tumbuh-tumbuhan.

Tanah kering dan mati, di mana tidak ada produk yang dihasilkan kecuali tanah liat, batu bata, tembikar dan keramik, ketika air mengalir di permukaan bumi mengungkapkan efek kehidupan dan berbagai dampaknya. Dengan hujan, tanah menjadi tempat berkembang biak bagi berbagai tanaman dan pohon, dan kehidupan dan gerakan muncul di lembahnya.

Apa kekuatan sebenarnya yang, dengan mengirimkan tetesan hujan, menampakkan semua jejak kehidupan dari dalam tanah? Tidak diragukan lagi, ini adalah tanda dari pengetahuan dan kekuatan Allah yang tak terbatas. Tidak bisakah Tuhan seperti itu, yang tanda-tanda kekuasaan-Nya terlihat di mana-mana, membangkitkan orang mati pada Hari Kebangkitan? Apakah Anda meragukan kekuatannya dan Anda menganggapnya mustahil?

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manifestasi alam, seperti angin, hujan, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, semuanya adalah tanda-tanda kuasa Allah yang tak terbatas. Jadi, kapan pun kita meragukan kekuatan-Nya, mari kita lihat fenomena alam semacam itu.

2. Keraguan dalam kuasa Allah adalah salah satu alasan mengapa beberapa orang menyangkal kebangkitan, bukan karena mereka memiliki alasan rasional yang kuat untuk menolak kebangkitan.

إِنَّ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي آَيَاتِنَا لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَا أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آَمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (40)

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (41: 40)

Di hadapan para nabi dan orang-orang beriman yang mengajak manusia kepada Allah dan memberi tahu mereka tanda-tanda kebesaran-Nya, tetap saja ada manusia yang menyesatkan orang lain. Mereka berusaha membuat orang lain terlihat seperti diri mereka sendiri dan menjauhkan diri dari Allah dan para nabi.

Dengan pernyataan menipu dan tampaknya benar, kelompok ini mencoba menafsirkan kalam ilahi dan ajaran para nabi dengan cara yang membuatnya tidak konsisten dengan akal dan kebijaksanaan, yang menyebabkan orang lari dari kitab Allah. Seperti saat ini, ada aliran dan arus yang mencoba mengalihkan bangsa-bangsa dari memercayai agama dan kebangkitan dengan berbagai alat, terutama media.

Wajar jika hukuman bagi orang-orang yang, dengan menciptakan keraguan, mengembalikan orang-orang ke jalan kebenaran, adalah api neraka yang hebat pada Hari Kiamat. Berbeda dengan mereka yang, mengetahui kebenaran dan menerimanya, berada dalam bayang-bayang ilahi yang aman dan akhirnya hidup dalam keamanan dan kedamaian di surga.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Jika Allah memberi tenggat waktu kepada orang yang sesat, itu bukan petanda kelalaian atau ketidaktahuannya, tetapi Sunnatullah adalah untuk memberi kelonggaran sehingga kehendak manusia terjaga dan ada kemungkinan untuk taubat dan kembali bagi mereka.

2. Di akhirat juga, nikmat terpenting bagi umat manusia adalah keamanan tubuh dan jiwa serta kedamaian pikiran.

3. Memiliki ikhtiar tidak berarti Anda diizinkan melakukan apa pun.

Read 488 times