Surat Fusshilat ayat 31-36

Rate this item
(0 votes)
Surat Fusshilat ayat 31-36

 

نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)

Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (41: 31)

Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (41: 32)

Di ayat sebelumnya dijelaskan mengenai malaikat yang turun ke hati orang-orang mukmin dan mengabarkan berita gembira kepada mereka. Di akhirat kelak, orang-orang mukmin dijamu di Surga oleh Allah swt. Mereka bisa menikmati apa saja yang diinginkannya di Surga dari kenikmatan yang bersifat material hingga spiritual.

Di dunia, orang-orang mukmin berkewajiban untuk menjaga dan menahan hawa nafsunya dari berbagai godaan dan ajakan yang menyesatkan. Tapi di akhirat kelak, Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas semua yang dilakukan orang-orang Mukmin dan menjamunya dengan hidangan Surga.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Meskipun orang-orang Mukmin tidak memiliki banyak teman selama di dunia, tapi para malaikat langit akan menjadi teman sejati mereka di dunia dan akhirat dan menjadi penolongnya.

2. Kenikmatan di surga tidak hanya terbatas kelezatan materi yang ada di dunia saja, tapi segala sesuatu yang diinginkan manusia akan disediakan. Pastinya kelezatan di Surga tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan di dunia yang terbatas.

3. Allah swt menjamu para penghuni Surga berdasarkan rahmat dan maghfirah-Nya, yang menunjukkan kasih sayang-Nya yang tanpa batas.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (41: 33)

Menghadapi orang-orang yang tidak mau mendengarkan seruan Rasulullah Saw dan ayat al-Quran maupun yang tidak bersedia mengikuti kebenaran, ayat ini menjelaskan adanya orang-orang Mukmin yang mengajak manusia menuju jalan Allah swt dengan perkataan dan perilakunya. Mereka menyatakan bahwa dirinya adalah Muslim dan bangga dengan kemuslimannya.

Berdasarkan ayat ini, tidak ada seruan yang lebih baik dari mengajak menuju Tuhan dan tauhid yang disampaikan dengan perkataan dan perilaku yang baik. Tentu saja hanya mengetahui kebenaran saja tidak cukup, namun lebih dari itu harus mengamalkannya. Kemudian mengajak orang lain menuju jalan kebenaran dengan mengikuti perintah dan menaati larangan Allah swt dalam kehidupan.

Dalam hal ini, sebagian orang secara khusus mempelajari agama dan menjadi pendakwah untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Mereka adalah para ulama dan mubaligh yang memiliki kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan agama dari penyimpangan yang terjadi di tengah masyarakat.

Di luar dari peran khusus mereka sebagai mubaligh, setiap orang memiliki tanggung jawab sesuai kemampuan yang dimilikinya untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Perkatan terbaik adalah mengajak manusia menuju jalan Allah swt dan lebih efektif disampaikan dalam amal perbuatan.

2. Mengumandangkan azan merupakan salah satu cara yang paling mudah dan sederhana untuk mengajak orang menuju Tuhan.

3. Sebagai Muslim dan orang yang berserah diri kepada Allah kita harus bangga, dan tidak merasa lemah menghadapi hinaan maupun cacian dari orang yang menghina keyakinan kita.

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (41: 34)

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. (41: 35)

Para penentang kebenaran melakukan berbagai cara dari cacian, hinaan hingga ancaman terhadap orang-orang mukmin yang menyampaikan dakwah menuju jalan kebenaran. Tapi mereka harus dihadapi dengan sabar dan cara yang baik.

Di ayat ini Allah swt berfirman bahwa orang-orang yang menyampaikan kebenaran tidak boleh membalas keburukan dengan keburukan, tapi tunjukkan kebaikan kepada mereka. Kebenaran disampaikan dengan kasih sayang dan lemah lembut. Niat dan perbuatan yang baik akan mengubah perilaku buruk menjadi baik.

Jalan kehidupan para Nabi dan Rasulullah Saw serta Ahlul Baitnya berdasarkan ajaran al-Quran. Akhlak mulia mereka senantiasa menjadikan para penentangnya malu atas perilaku buruknya. Sebagaimana peristiwa Futuh Mekah, ketika sebagian Muslim menyerukan aksi balas dendam terhadap orang-orang kafir, Rasullah Saw justru mengampuni mereka. Perilaku mulia Rasulullah Saw ini menjadi magnet yang menarik hari semua orang.

Tentu saja cara-cara menghadapi para penentang kebenaran seperti ini bukan pekerjaan mudah dan membutuhkan kelapangan dada dan kesabaran yang tinggi. Sejatinya orang-orang Mukmin yang sudah mencapai kesempurnaan akhlaknya akan menghilangkan sifat balas dendam dalam dirinya dan menggantikannya dengan pemaaf.    

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Salah satu contoh perbuatan baik dalam berdakwah adalah tidak membalas keburukan dengan keburukan, tapi digantikan dengan kebaikan.

2. Dalam perang menghadapi musuh, pembalasan merupakan tindakan yang bisa diterima. Tapi dalam hubungan sosial, pembalasan atau aksi balas dendam bukan tanda kesabaran dan kemuliaan. Sebab aksi balas dendam justru akan meningkatkan konflik di tengah masyarakat.

3. Kesabaran menghadapi perkataan dan perbuatan tercela orang lain membutuhkan keimanan yang kuat dan ketinggian akhlak.

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (36)

Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (41: 36)

Setan membisikkan dan menggoda manusia dengan berbagai cara. Salah satu sifat setan adalah menciptakan perselisihan di tengah manusia, dan tidak menyukai upaya untuk mewujudkan perdamaian dan persahabatan. Setan membisikkan kedengkian, dendam dan permusuhan dalam diri manusia yang akan menjauhkan dari kebenaran.

Al-Quran di ayat ini menyampaikan kepada Rasulullah Saw dan orang-orang Mukmin bahwa setiap kali datang godaan setan, mohonlah perlindungan dari Allah swt, karena Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kedengkian dan dendam merupakan salah satu godaan setan. Salah satu seruan ilahi adalah membalas perbuatan buruk orang lain dengan kebaikan, dan kebenaran disampaikan dengan lemah lembut dan cara yang baik.

2. Siapapun yang membisikkan kepada manusia keburukan dan kesesatan, maka termasuk setan, meskipun bentuknya manusia.

3. Kita harus senantiasa berlindung kepada Allah swt supaya selamat dari bisikkan dan godaan setan yang mengajak ke jalan kesesatan.

Read 470 times