Surat At-Taghabun 13-18

Rate this item
(0 votes)
Surat At-Taghabun 13-18

 

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (13) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14)

 

(Dialah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja. (64: 13)

 

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (64: 14)

 

Pada ayat terakhir episode sebelumnya disebutkan ketaatan kepada Allah dan Rasul; Ayat-ayat ini mengatakan: Kadang-kadang istri dan anak-anak menghalangi pelaksanaan perintah Allah dan untuk menjamin kenyamanan dan kesejahteraan mereka, mereka tidak mengizinkan mereka untuk pergi ke medan perang dan berhijrah dari rumah dan tempat tinggalnya, atau mereka menghalangi mereka untuk mengeluarkan uang dan membantu yang membutuhkan. Dalam kasus seperti ini, jangan tanggapi permintaan semacam ini dan lakukan tugasmu dengan benar.

 

Tentu saja, menentang keinginan istri dan anak yang terkadang tidak pantas tidak boleh menimbulkan kemarahan dan kebencian di antara anggota keluarga; Sebaliknya, jika mereka menyesal atau meminta maaf, seseorang harus mengabaikan kesalahannya dan memaafkannya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Tanda-tanda iman sejati adalah bertawakkal kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang mukmin harus bertawakkal kepada Tuhan dalam semua urusan.

2. Hubungan keluarga tidak boleh menjadi penghalang untuk melaksanakan kewajiban agama. Setiap anggota keluarga, sebelum menjadi anggota keluarga adalah hamba dan makhluk Tuhan, serta harus mematuhi apa yang diinginkan Tuhan dari manusia.

3. Salah satu ujian Tuhan adalah rumah dan keluarga. Istri dan anak-anak memiliki banyak tuntutan dan keinginan. Sebisa mungkin untuk memenuhi keinginan tersebut, tidak berujung pada pelanggaran terhadap hukum Tuhan atau bertentangan dengannya.

4. Harus ada keseimbangan antara perasaan (emosi) dan kewajiban. Kita tidak boleh menolak melakukan kewajiban karena perasaan, dan juga tidak boleh mengabaikan perasaan keluarga karena menunaikan kewajiban.

 

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (15) فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (16)

 

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (64:15)

 

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (64: 16)

 

Apa yang dimiliki manusia akan menjadi ujiannya. Harta tidak hanya untuk istri dan anak saja, tetapi sebagiannya hendaknya dibelanjakan di jalan Allah, dan dalam hal ini hendaknya jangan takut terhadap pertentangan anggota keluarga. Karena seorang anak juga merupakan amanah Tuhan dan jika pembelaan Islam dan umat Islam memerlukan partisipasinya di medan perang, maka kehadirannya tidak boleh dihalangi.

 

Hawa nafsu manusia untuk mencapai keinginan dan angan-angannya, senantiasa mendorong manusia pada keserakahan dalam mengumpulkan harta dan pelit (bakhil) dalam membelanjakannya, dan jika manusia tidak hati-hati dan tidak mengontrol hawa nafsunya, maka akan menyeretnya pada penentangan terhadap agama Tuhan. Oleh karena itu, ayat-ayat ini memperingatkan manusia akan bahayanya pemanjaan diri dan perintah untuk mencegah pemanjaan diri dengan mendengarkan apa yang difirmankan Allah dan mengikutinya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Kecintaan dan ketergantungan melewati batas terhadap harta dan anak, akan menjadi peluang bagi penyimpangan manusia.

2. Takwa tidak memiliki batasan, manusia harus menghindari penentangan terhadap Tuhan di mana saja dan dalam kondisi apa pun.

3. Kebaikan dan kebahagiaan sejati terdapat dalam mengikuti ajaran Tuhan, bukan mengikuti hawa nafsu.

4. Ketergantungan tergadap harta benda, akan mendorong manusia menjadi tamak dan pelit, sementara menginfakkan harta dan kekayaan akan membuat manusia selamat dan bahagia.

 

إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ (17) عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18)

 

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun. (64: 17)

 

Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (64: 18)

 

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menekankan jalan bagi manusia untuk membebaskan diri dari sifat tak terpuji seperti bakhil (pelit) dan tamak, serta mengatakan, "Jangan kalian mengira bahwa Tuhan tidak mengetahuai apa yang kalian berikan kepada orang yang membutuhkan, dan juga jang kalian kira hal itu tidak bermanfaat. Apa yang kamu berikan, baik itu secara cuma-cuma atau dalam bentuk pinjaman, maka Tuhan akan mencatatnya, dan seolah-olah kamu telah meminjamkannya kepada Tuhan dan kamu akan mengambilnya kembali dari-Nya.

 

Tentu saja, dalam budaya Islam, pahala meminjamkan lebih besar daripada pahala bersedekah. Karena menyebabkan orang tersebut berusaha untuk melunasi cicilan pinjamannya. Dia mencoba untuk mandiri dan membayar utangnya. Hal ini dapat menyebabkan dia tumbuh di jalur kehidupan. Namun seseorang yang selalu meminta bantuan orang lain, menjadi bergantung pada orang lain dan tetap menjadi beban masyarakat.

 

Pada umumnya sedekah dan pinjam-meminjam, karena dapat melepaskan kesulitan orang lain, terutama orang-orang yang membutuhkan, selain mendapatkan pahala akhirat, juga menyebabkan manusia diampuni dosa-dosanya dan mendapat rahmat Allah.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Allah Swt pendukung orang-orang yang membutuhkan, apa yang diberikan kepadanya, maka Allah yang akan menanggungnya dan mengembalikannya berlipat-lipat.

2. Walaupun Tuhan adalah pencipta kita dan sesungguhnya apa yang kita miliki dan apa yang kita berikan kepada orang lain adalah milik-Nya, namun Dia tetap bersyukur kepada orang-orang yang memberikan hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan.

3. Memberi pinjaman kepada umat Tuhan sama seperti meminjamkan kepada Tuhan. Oleh karena itu, jangan menunggu peminjam atau orang yang membutuhkan mengucapkan terima kasih, karena Tuhan sendiri yang berterima kasih kepada kita.

4. Membantu orang lain secara diam-diam, sedemikian rupa sehingga orang lain bahkan orang yang membutuhkan tidak mengetahui dari siapa dia ditolong, adalah lebih berharga. Oleh karena itu, Tuhan berkata bahwa aku juga mengetahui hal-hal yang rahasia.

Read 212 times
More in this category: « Surat At-Taghabun 7-12