کمالوندی

کمالوندی

Manasik bara’ah dari musyrikin yang berlangsung Senin, 20 Agustus 2018, pada hari Arafah di padang Arafah, dimulai dengan pembacaan pesan haji Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei.

Rahbar dalam pesan hajinya menekankan poin penting yang membuat setiap manusia pemikir merasa ingin tahu dan sensitif, yaitu penetapan lokasi perjamuan permanen untuk seluruh umat manusia dan semua generasi di sepanjang masa, di satu titik yang telah ditetapkan dan pada durasi waktu yang sama. Menurut beliau kesatuan tempat dan lokasi itu merupakan di antara rahasia utama dalam kewajiban haji.

Rahbar menekankan bahwa elemen tersebut merupakan kunci persatuan Islam dan simbol pembentukan umat Islam yang harus berada di bawah naungan Baitullah.

Haji secara konseptual merupakan akumulasi syiar-syiar Tauhid dan tidak diragukan lagi merupakan kesempatan istimewa bagi umat Islam untuk berkumpul dan mewujudkan sesuatu yang agung di tempat dan pada durasi waktu yang telah ditentukan. Yaitu persatuan yang di era sangat sensitif saat ini, sangat penting dibanding di era-era sebelumnya, mengingat derasnya gelombang serangan dan makar musuh.

Poin pertama adalah bahwa saat ini Amerika Serikat sedang menggulirkan fitnah kejam untuk umat Islam demi mencapai tujuan-tujuan jahatnya. 

Dalam hal ini Rahbar menyinggung politik kriminal AS di hadapan Islam dan umat Islam yaitu pengobaran perang. Harapan dan upaya bengisnya adalah pembunuhan di antara umat Islam. Menggiring orang-orang zalim menyerang manusia-manusia tertindas, mendukung kubu zalim, menumpas kelompok mazlum secara beringas melalui kelompok zalim, dan secara berkesinambungan mengobarkan api fitnah mengerikan ini.

Tidak diragukan lagi kita telah menyaksikan contoh faktualnya dalam krisis yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Suriah, Irak, Gaza, Yaman, Bahrain, Myanmar dan masih banyak lagi.

Poin kedua dari pesan Rahbar adalah peringatan beliau kepada umat Islam agar tetap waspada dan menggagalkan politik setan tersebut.

Tidak diragukan bahwa haji mendasari kebangkitan dan kewaspadaan tersebut sebagaimana disebutkan Rahbar dalam pesan beliau, “Dan ini adalah titik yang bertentangan dengan keinginan musuh Islam yang pada setiap periode khususnya di era saat ini, mendorong umat Islam membentuk formasi untuk saling berhadapan.”

Pesan Rahbar kepada para hujjaj Baitullah al-Haram pada hakikatnya adalah penekanan soal pentingnya pengokohan persatuan Islam di hadapan berbagai macam ancaman. Ancaman yang hari ini menarget umat Islam dan nilai-nilai agama serta menciptakan kekerasan dan perpecahan dalam tubuh Islam. Kita harus tahu bahwa mesin-mesin propaganda Barat berupaya mencoreng Islam dan mengadu-domba bangsa-bangsa, untuk melemahkan kekuatan umat Islam.

Pembeberan makar tersebut dan juga pengagalannya bukan tugas sepele melainkan sangat berat dan besar. Melaksanakan tugas tersebut dalam kondisi saat ini akan melahirkan sebuah kebangkitan baru. Dan haji dan manasik bara'ah dari kaum musyrikin  merupakan salah satu peluang istimewa untuk melaksanakan tugas tersebut.

Manasik bara’ah dari musyrikin yang berlangsung Senin, 20 Agustus 2018, pada hari Arafah di padang Arafah, dimulai dengan pembacaan pesan haji Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei.

Rahbar dalam pesan hajinya menekankan poin penting yang membuat setiap manusia pemikir merasa ingin tahu dan sensitif, yaitu penetapan lokasi perjamuan permanen untuk seluruh umat manusia dan semua generasi di sepanjang masa, di satu titik yang telah ditetapkan dan pada durasi waktu yang sama. Menurut beliau kesatuan tempat dan lokasi itu merupakan di antara rahasia utama dalam kewajiban haji.

Rahbar menekankan bahwa elemen tersebut merupakan kunci persatuan Islam dan simbol pembentukan umat Islam yang harus berada di bawah naungan Baitullah.

Haji secara konseptual merupakan akumulasi syiar-syiar Tauhid dan tidak diragukan lagi merupakan kesempatan istimewa bagi umat Islam untuk berkumpul dan mewujudkan sesuatu yang agung di tempat dan pada durasi waktu yang telah ditentukan. Yaitu persatuan yang di era sangat sensitif saat ini, sangat penting dibanding di era-era sebelumnya, mengingat derasnya gelombang serangan dan makar musuh.

Poin pertama adalah bahwa saat ini Amerika Serikat sedang menggulirkan fitnah kejam untuk umat Islam demi mencapai tujuan-tujuan jahatnya. 

Dalam hal ini Rahbar menyinggung politik kriminal AS di hadapan Islam dan umat Islam yaitu pengobaran perang. Harapan dan upaya bengisnya adalah pembunuhan di antara umat Islam. Menggiring orang-orang zalim menyerang manusia-manusia tertindas, mendukung kubu zalim, menumpas kelompok mazlum secara beringas melalui kelompok zalim, dan secara berkesinambungan mengobarkan api fitnah mengerikan ini.

Tidak diragukan lagi kita telah menyaksikan contoh faktualnya dalam krisis yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Suriah, Irak, Gaza, Yaman, Bahrain, Myanmar dan masih banyak lagi.

Poin kedua dari pesan Rahbar adalah peringatan beliau kepada umat Islam agar tetap waspada dan menggagalkan politik setan tersebut.

Tidak diragukan bahwa haji mendasari kebangkitan dan kewaspadaan tersebut sebagaimana disebutkan Rahbar dalam pesan beliau, “Dan ini adalah titik yang bertentangan dengan keinginan musuh Islam yang pada setiap periode khususnya di era saat ini, mendorong umat Islam membentuk formasi untuk saling berhadapan.”

Pesan Rahbar kepada para hujjaj Baitullah al-Haram pada hakikatnya adalah penekanan soal pentingnya pengokohan persatuan Islam di hadapan berbagai macam ancaman. Ancaman yang hari ini menarget umat Islam dan nilai-nilai agama serta menciptakan kekerasan dan perpecahan dalam tubuh Islam. Kita harus tahu bahwa mesin-mesin propaganda Barat berupaya mencoreng Islam dan mengadu-domba bangsa-bangsa, untuk melemahkan kekuatan umat Islam.

Pembeberan makar tersebut dan juga pengagalannya bukan tugas sepele melainkan sangat berat dan besar. Melaksanakan tugas tersebut dalam kondisi saat ini akan melahirkan sebuah kebangkitan baru. Dan haji dan manasik bara'ah dari kaum musyrikin  merupakan salah satu peluang istimewa untuk melaksanakan tugas tersebut.

13 Juli bukanlah hari yang normal bagi Libanon, tetapi perlawanan Islam dan rakyatnya pada tanggal itu sekali lagi memasuki catatan kemenangan besar lainnya bagi dunia Islam; mereka meraih kemenangan ini setelah melakukan peperangan yang sangat tidak berimbang, hingga hal tersebut menjadi sangat penting dan bersejarah bagi Libanon serta menjadi pukulan telak bagi Israel yang sombong karena merasa tidak pernah terkalahkan. 

Koresponden Kantor Berita Qods (Qodsna) melaporkan dari Beirut:

13 Juli bukanlah hari yang normal bagi Libanon, tetapi perlawanan Islam dan rakyatnya pada tanggal itu sekali lagi memasuki catatan kemenangan besar lainnya bagi dunia Islam; mereka meraih kemenangan ini setelah melakukan peperangan yang sangat tidak berimbang, hingga hal tersebut menjadi sangat penting dan bersejarah bagi Libanon serta menjadi pukulan telak bagi Israel yang sombong karena merasa tidak pernah terkalahkan. Kemenangan tersebut sekaligus menjadi sejarah baru bagi dunia perlawanan dan menciptakan awal lain untuk kemenangan Arab serta mengakhiri mitos bahwa tentara Israel tidak pernah kalah.

Pada peringatan ke-12 kemenangan Ilahi Lebanon dalam perang 33-hari tahun 2006, Mehdi Shakibai, direktur Media Berita Quds (Qudsnah) dan Wakil Sekretaris Jenderal Tentara Rakyat Palestina, dan Mehdi Azizi Dastgerdi, Qudsar dan kepala editor dari Media Berita Quds (Qudsnah) Libanon Selatan mengunjungi pangkalan militer di pelbagai bagian Selatan Libanon.

Mereka bertemu dengan Militansi di stasiun pertama yang memandu dan menceritakan bagian penting dari sejarah perlawanan Islam di Libanon. Militansi di stasiun pertama adalah pergerakan Jihadi, yang bertujuan untuk melindungi tempat-tempat di mana mujahidin hidup saat terjadi perang. Sehingga dengan cara ini, orang-orang dapat mengetahui pengalaman unik yang dimiliki para pejuang Islam dalam melawan musuh Zionis dari awal penjajahan Libanon pada tahun 1982 sampai Peperangan 33 hari pada tahun 2006.

Miltansi tersebut selalu bersama kelompok Qudsina sebagai pemanduan, menjelaskan kebangkitan perlawanan dan kekalahan telak para penjajah. Kunjungan pertama kali dimulai dengan penjelasan atas kekalahan Zionis, dengan memperlihatkan tank dan senjata yang digunakan Zionis. Fasilitas tersebut adalah milik tentara Zionis Israel dari awal penjajahan tahun 1982 hingga kemenangan dalam perang tahun 2006. Setelah itu adalah daerah keras di mana ribuan Mujahidin dan pejuang hidup dan berjuang selama tahun penjajahan dan dari sana operasi Jihadi melawan musuh mulai terbentuk hingga menghasilkan suatu kemengangan. Ekspedisi kemudian memasuki sebuah gua yang dibangun untuk mengerahkan pasukan yang resisten. Penggalian gua berlangsung 3 tahun dan lebih dari 1.000 pejuang perlawanan pernah berada di sana. Kedalaman gua sekitar 200 meter dan memiliki ruangan-ruangan untuk seluruh persediaan dan peralatan. Dari gua tersedia akses ke alun-alun Tahrir dan bukit-bukit serta sumur-sumur di sekitarnya, dan semua tempat ini adalah bukti para pahlawan perlawanan.

Gerbang Fatimah di wilayah Safrakala yang dibatasi oleh kota yang menghadap Palestina menjadi stasiun kedua team Qudsnah. Di sini para prajurit berdiri dan mengalahkan tentara Israel pada malam 25 Mei tahun 2000, setelah 22 tahun pendudukan dan penjajahan Israel. Mereka memiliki keinginan untuk membebaskan tanah Palestina dari jajahan Zionis dan menancapkan bendera Palestina. Dan hal ini akan segera terwujud di masa depan dengan pembebasan Yerusalem yang merupakan ibu kota Palestina dari Israel.

Al-Khayyam adalah stasiun ketiga di mana ada terdapat penjara para penjajah walau semuanya hampir hancur dan tidak ada yang tersisa selain pilar penyiksaan. Penjara tersebut menjadi saksi bisu tentang sadisnya penyiksaan para tahanan oleh para para penjajah Zionis.

Ahmad Amin, salah satu bekas tawanan penjara ini berbicara dengan delegasi Qudsina dan bercerita tentang sejarah penjara tersebut sambil mengunjungi reruntuhan penjara yang sengaja dibom oleh pesawat tempur Israel pada perang tahun 2006 untuk menghancurkan bukti dari penindasan mereka terhadap para tawanan. Reruntuhan tersebut menggambarkan fase-fase penyiksaan fisik dan psikologis para tahanan dan mengisahkan bagaimana kehidupan ribuan narapidana di ruangan-ruangan kecil dan sempit.

Tujuan  utama dari kunjungan tersebut adalah kota Bint Jabeil, kota yang menjadi sejarah pahit penjajah Zionis, karena pertempuran yang menakutkan para Zionis terjadi di kota tersebut.

Delegasi Qudsina disambut oleh Haji Abu Huraa, Haji Karar dan Haji Sajed, para militer jihad perlawanan penjajahan Zionis. "Bint Jabeil, seperti kota-kota lain, telah hancur, tetapi puing-puing kota ini lebih dari hanya sekedar kemenangan dan kekalahan musuh," katanya. Hajj Sajed memulai sejarah Pertempuran Jabeil dengan perkataan tersebut dan melanjutkan dengan menjelaskan langkah-langkah yang disiapkan untuk mengalahkan tentara Israel setelah beberapa kali mengadakan upaya untuk membebaskan Samir Qantar, yang Zionis menolak untuk melepaskannya.

Haji Sajed mengatakan bahwa "Khalah Wardah" adalah tempat terbaik untuk beroperasi bagi Perlawanan Islam. Setelah penyelidikan ke daerah tersebut dalam kurun waktu 3 bulan, dan pemetaan serta penyusunan rencana penyergapan, pada 12 Juli 2006 pasukan perlawanan berhasil memimpin penangkapan di bawah pengawasan Haji Ridwan, yang hasilnya adalah penangkapan puluhan tawanan tentara Israel.

Israel, yang tidak pernah mengalami pukulan seperti itu, beberapa jam setelah operasi melancarkan serangan besar-besaran terhadap Libanon. Libanon Selatan, Daghia Selatan, dan Baalbek dihujani oleh tembakan para tentara Israel. Haji Sajed berkata: Bint Jabeil memiliki bagian penting dari kehancuran musuh yang telah kalap karena telah menyaksikan salah satu perang tersulit, setelah kekalahan Israel di Maroun al-Rasa. Akibat kekalahan yang terus dialami oleh tentara rezim Zionis, menyebabkan para tentara Zionis menjadi lelah berperang, ditambah konflik internal antara komandan militer menyebabkan kekalahan telak harus diterima oleh Penjajah Zionis.

Pasukan Zionis, telah memilih daerah di sekitar Bint Jabeil sebagai pangkalan militer. Hajj Sajed menggambarkan serangan di kota Bint Jabeil sebagai berikut: Tahap pertama setelah penangkapan militer Israel terjadi, yang berlangsung dari 12 hingga 24 Juli, menjadikan kota ini tidak mengalami penyerangan udara maupun darat. Fase kedua, yang berlangsung dari 24 Juli hingga 29 bulan ini, dilakukan untuk menduduki kembalitersebut, tetapi pada fase ketiga operasi, yang berlangsung dari 29 Juli sampai 8 Agustus kota Bint Jabeil menjadi sasaran dan dihancurkan karena kegagalan tentara Israel untuk masuk dan mendudukinya.

Hajj Sajed melanjutkan, bahwa jumlah tentara Israel yang tewas selama Pertempuran Bint Jabeil lebih dari 35 orang, dan di samping itu, sekitar 20 tank Israel dihancurkan, sementara pasukan militer Israel yang berkontribusi dalam pertempuran ini adalah Brigade 7 dan Brigade Pasukan Khusus Golan. Berbeda dengan jumlah pejuang perlawanan, kami hanya kehilangan antara 5% sampai 10% dari jumlah total pasukan Israel yang tewas dalam perang, tetapi dua pemimpin kami Qassem Bazi dan Khaled Basi telah shahid dalam pertempuran tersebut.

Hajj Sajed mengatakan, selain mengalahkan musuh Zionis dalam perang 2006, perlawanan Islam, dengan bantuan para komandan dan legitimasi yang setia telah berhasil mematahkan plot Amerika-Zionis di Libanon, dan kemenangan ini dapat mengubah konsep kekalahan dan tak terkalahkan tentara Israel.

Haji Sajed, pada akhirnya, mengatakan bahwa perang 33 hari dan kemenangan Perlawanan Islam yang menghantam keamanan Israel merupakan faktor ketakutan terbesar untuk rezim Zionis. Dan hal ini akan lebih menakutkan ketika pemukiman Israel menjadi zona perang dan menjadi sasaran rudal seperti yang telah mereka lakukan di Libanon.

Maroun al-Rasa adalah stasiun lain yang menjadi tujuan ekspedisi, karena fakta yang ada pada kota Maroun al-Rasa menjadikan wilayah ini sangat penting di mana.

kota ini merupakan perbatasan pertama dengan banyak desa di sepanjang garis batas daerah. Delegasi tersebut melakukan perjalanan dengan salah satu prajurit di jalan-jalan bekas reruntuhan di wilayah pendudukan, yang  mengekspresikan pertempuran yang melumpuhkan tentara Israel di Maroun al-Rasa.

Desa Muhyiyat Selatan juga memiliki saham dalam kunjungan delegasi Qudsina, karena di kota ini banyak terdapat Shahid yang menumpahkan daranya serta di desa ini terdapat makam Nabi Daniel yang menjadi pusat ziarah masyarakat Muslim.

Delegasi media melanjutkan untuk mengunjungi Wadi al-Hajir, di mana kota ini menjadi manifestasi kemenangan pada bulan Juli dan Agustus, dan di lembah dan perbukitan ini tank-tank Israel menjadi sasaran para pejuang Islam dan menjadi saksi terhinanya para penjajah Israel karena telah mendapatkan kekalah yang telak walau merka jauh lebih memiliki akomodasi dan fasilitas perang. 

Delegasi media juga mengunjungi distrik Jabshit dan berziarah pada para Shahid di daerah itu dan memberi penghormatan kepada Syeikh Ragheb Hab Sheikh Shohada dari Perlawanan Islam. Para hadirin menekankan bahwa perlawanan kemenangan mereka akan terus berlanjut karena hal ini merupakan tunas yang diairi dengan darah dari para Shuhada seperti Ragheb Harb, Seyyed Abbas Mousavi, Haj Emad Mughniyeh dan semua Shahid perlawanan di tanah Selatan, dan buah dari tunas tersebut akan menjadi martabat dan kehormatan bagi para masyarakat yang tangguh.

Delegasi Media Berita Qudsina telah melakukan kunjungan di daerah Selatan Libanon tempat di mana kemenangan Islam menjadi sebuah kebangaan dan keyakinan akan lemahnya musuh-musuh Islam dan kemanusian.

Perlawanan dilakukan oleh seluruh kalangan masyarakat, dari Laki-laki, perempuan, muda maupun tua melawan para tentara yang terlatih khusus dan bersenjata canggih. Akan tetapi kemenangan diraih dengan keyakinan dan ketakwaan serta rasa cinta tanah air. Zionis mengira mereka akan berhasil karena teknologi yang mereka miliki, akan tetapi perlawanan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang membuat sejarah dan merobek rencana baru di Timur Tengah, dan mencatat kemenangan baru melawan semua penjajah.

Sekelompok seniman Suriah membuat patung-patung artistik di terowongan yang digunakan oleh para teroris di distrik Jobar beberapa bulan setelah seluruh ibukota sepenuhnya diamankan, seperti dilansir Almasdarnews.

Patung-patung dibuat untuk menghormati para sandera yang dipaksa menggali terowongan.

Para teroris di Ghouta Timur menggunakan tawanan, baik warga sipil maupun militer, untuk menggali terowongan yang akan digunakan dalam pertempuran melawan Tentara Suriah. Banyak dari para sandera itu tewas dalam proses penggalian.

Pada Maret, kelompok Faylaq al-Rahman setuju untuk dievakuasi ke utara negara itu setelah serangan besar-besaran oleh Tentara Suriah terhadap kelompok pemberontak di wilayah Ghouta Timur.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran hari Sabtu (118) menjawab surat Ketua Mahkamah Agung Republik Islam Iran, hukuman bagi koruptor harus segera dan adil.

Menurut laporan pusat informasi kantor Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sadegh Amoli Larijani, Ketua Mahkamah Agung Republik Islam Iran baru-baru ini menulis surat kepada Rahbar dengan menyinggung perang ekonomi para musuh terhadap bangsa Iran dan tindakan kriminal yang dilakukan oleh sebagian perusak ekonomi dan koruptor dalam kondisi saat ini yang searah dengan tujuan musuh.

Dalam suratnya Ayatullah Amoli Larijani meminta dilakukannya langkah-langkah khusus dalam menindak tegas dan segera dalam kerangka undang-undang hukum pidana bagi perusak sistem ekonomi negara dan undang-undang Islam.

Dalam surat tersebut diusulkan agar ada larangan terkait segala bentuk penangguhan dan pengurangan hukuman perusak ekonomi dan koruptor.

Rahbar menyetujui usulan ini dan menegaskan, hukuman para koruptor harus dilaksanakan segera dan adil dan memberikan saran agar lebih detil terkait kekuatan hukum pengadilan.

Netanyahu selalu mengkhawatirkan kekuatan regional Iran karena informasi-informasi yang dia terima dari sumber-sumbernya di wilayah tersebut, haal ini telah mempengaruhi kehidupan pribadinya Netanyahu mengklaim bahwa dia melihat mimpi buruk bahwa rezimnya kalah dalam perang melewan Iran.

Anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri dari Majelis Permusyawaratan Islam Republik Islam Iran Javad Karimi Qodusi mengatakan: "Netanyahu sangat ngeri di malam hari; dia mimpi mengerikan yang mempengaruhi istirahatnya di malam hari. Netanyahu telah mengklaim bahwa dia dan Mantan menteri pertahanan takut akan berperang dengan Iran. Dia telah berkali-kali berbicara di media lokal dan mengatakan bahwa "Anda harus bertanya kepada istri saya bagaimana perang dengan Iran membuat saya takut bahkan sebagai mimpi buruk."

Javad Karimi Qodusi melanjutkan: "Netanyahu tahu seberapa dekat Iran telah menyeret dirinya ke perbatasan Israel, jadi dia telah berkali-kali meminta Rusia untuk menekan Iran untuk menyeret pasukan dan kehadirannya di Suriah."

Anggota Parlemen Iran melanjutkan: "Israel tahu bagaimana kekuatan perlawanan merubah situasi di Suriah, sedemikian rupa sehingga ada sedikit berita tentang ISIS dan pemberontak Suriah, pasukan perlawanan saat ini sedang mengambil langkah untuk mencapai Dataran Tinggi Golan."

"Bahkan kelompok teroris yang bermusuhan telah menyesali masa lalu mereka dan telah mengklaim bahwa mereka siap untuk bergabung dengan pertempuran untuk melawan musuh Zionis, ada kemungkinan besar bahwa lebih dari 50.000 pemberontak Idlib Suriah Menyerah dirinya kepada pasukan perlawanan dan ikut sera sukarelawan untuk berperang melawan Israel." Dalam waktu ini yang kota Idlib Suriah mempersiapkan dirinya untuk pembebasan, pasukan Mukawamah Islam juga akan bersiap untuk pembebasan Dataran Tinggi Golan yang diduduki. ”

Menyusul keputusan Kolombia untuk mengakui status negara Palestina, hubungan politik dan diplomatik negara ini dengan rezim Zionis Israel memburuk.

Pada tanggal 3 Agustus 2018, Presiden Kolombia Juan Manuel Santos di akhir masa jabatannya telah mengumumkan pengakuan tersebut dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Malki. Keputusan ini menyulut kemarahan para pejabat Israel.

Presiden baru Kolombia Ivan Duque, yang disumpah pada hari Selasa, 7 Agustus 2018 mengatakan akan mempelajari implikasi keputusan di menit akhir Santos pada warga Palestina. Namun ia tetap mengakui bahwa keputusan itu legal.

Seperti dilansir Pusat Informasi Palestina, Noa Landau, penulis surat kabar Zionis, Haaretz mengatakan, para pejabat Israel merasa gagal dan mengalami frustasi keamanan dan politik disebabkan keputusan Kolombia yang mengakui negara Palestina.

Dia juga menyinggung kekhawatiran para pejabat Tel Aviv dengan keputusan mengejutkan pejabat Kolombia sebagai sekutu Israel. Landau menandaskan, keputusan ini adalah tamparan keras terhadap Tel Aviv.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri rezim Zionis juga menyatakan terkejut atas keputusan Kolombia yang mengakui negara Palestina yang merdeka.

Pekan lalu, Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu yang dijadwalkan untuk terbang ke Kolombia, membatalkan kunjungan diplomatiknya ke Bogota.  .

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Liga Arab untuk Urusan Palestina dan Wilayah Pendudukan Said Abu Ali menyambut keputusan Kolombia.

Dia mengatakan, langkah ini menunjukkan bahwa Kolombia mengejar dukungan kepada rakyat Palestina dan hak-hak legal mereka. 

Senin, 13 Agustus 2018 07:24

Menjadikan Agama Sebagai Pencerahan Umat

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir meminta semua pihak untuk menjadikan agama sebagai ajaran yang mencerahkan umat, mengeluarkan dari segalaketertinggalan, kebodohan dan kepura-puraan.

"Dalam konteks kehidupan berkebangsaan, Muhammadiyah mengajak semuanya agarmenjadikan agama lebih dari sekadar ritual dan atribut simbolik," kata Haedar Nashir dalam pidato Kebangsaan Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur, Minggu, 12 Agustus 2018.

Selain itu, Haedar juga minta agar semua komponen menjunjung tinggi nilai-nilai ritual sosialsebagai perekat dalam bermasyarakat, tetapi pada saat yang sama bangsa ini juga harusmenjadi bangsa yang maju dengan dinamis, progresif dan berkemajuan.

Ia juga meminta semangat yang sama hendaknya juga dimiliki para elit politik di negeri ini. Parapemimpin, baik legislatif, eksekutif, yudikatif dan berbagai macam institusi kenegaraan lain, harus menghayati dan menjadikan agama sebagai pola pikir dan pola tindak yang terintegrasi antara kata dan tindakan.

"Indonesia tidak mungkin menjadi kekuatan yang baku jika dalam tindakan wakil rakyatnya jauh dan tidak mempraktikkan nilai-nilai agama," tuturnya.

Haedar menambahkan meski para tokoh dan umat beragama sering begitu indah menyuarakan ukhuwah, kerukunan, persatuan, persaudaraan, perdaiamaian, toleransi dan nilai-nilai luhur agama pada ritual-ritual sosial, ternyata hal ini tidak mudah ditegakkan dalam kehidupan berpolitik, berekonomi, berbangsa dan bernegara.

"Manakala masuk ke ranah politik dan kekuasaan, satu sama lain bisa jadi saling menerkam, buas dan rakus. Pada saat itulah agama dan Tuhan menjauh dari tokohnya dan dari umatnya," ucapnya.

Bagi Muhammadiyah, lanjutnya, negara dan pemerintahan harus benar-benar berdaulat termasuk dari hegemoni politik oligarki. Indonesia harus jadi milik semua jangan jadi milik segelintir orang atau kelompok tertentu seperti apa yang dipesankan Presiden pertama RI, Soekarno.

"Kita mendirikan suatu negara buat semua, bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, tetapi semua bagi semua," ucapnya.

Sementara itu, Rektor UMM Fauzan menyampaikan ruh pemaknaan kemerdekaan bagi bangsa ini telah dilakukan jauh sebelum Indonesia merdeka. Dia adalah Kyai H. Ahmad Dahlan pendiri organisasi Muhammadiyah.

"Beliau yang dalam awal gerakannnya telah memilih pendidikan dan kesehatan sebagai amal nyata yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan bangsa Indonesia agar dapat hidup merdeka," urainya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof Muhadjir Effendy mengapresiasi acara Pidato Kebangsaan menjelang perayaan HUT ke-73 Kemmerdekaan RI, karena acara ini dapat menjadi ruang untuk menyatukan pandangan bagaimana hidup berbangsa dengan keragaman.

"Marilah Muhammadiyah memolopori tradisi keberagaman bangsa dengan mengisi

kemerdekaan," ujarnya.

Pemuka agama Konghucu Bunsu Anton Triyono juga menyampaikan penghargaannya atas acara ini. Ia mengemukakan keberagaman merupakan hal yang penting untuk selalu dibina.

Bunsu Anton Triyono menuturkan saat ini Konghucu menjadi agama yang paling sedikit pengikutnya, yakni hanya 3 persen di Indonesia. Meski demikian, kehadirannya telah diakui di Indonesia.

"Saya sangat berterima kasih kepada presiden ke-empat, yakni Gus Dur yang telah mengembalikan identitas kami sebagai warga negara yang diakui Indonesia," katanya.

Pidato Kebangsaan yang bertema "Meneguhkan Nilai-Nilai Kebangsaan yang Berkemajuan Menyongsong Indonesia Emas" dalam rangka menyambut HUT ke-73 RI itu dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bupati Malang, tokoh Naudlatul Ulama, tokoh agama Katolik, Budha, Hindu, Konghucu, Penghayat Kepercayaan, dan Kristen. 

Khaled al-Batsh, anggota senior gerakan Jihad Islam Palestina menekankan bahwa senjata muqawama merupakan pendukung bangsa Palestina di hadapan rezim penjajah Zionis.

Pejabat hubungan luar negeri Jihad Islam Palestina ini mengatakan, senjata muqawama akan mendukung demonstrasi "Hak Pulang" dan mengibarkan panji perjuangan nasional.

Menjawab pertanyaan soal agresi nyata jet tempur rezim Zionis dan bombardir terhadap berbagai wilayah di Gaza dalam beberapa hari terakhir, pasukan muqawama Paelstina juga menembakkan sedikitnya 220 roket ke wilayah pendudukan. Langkah tersebut menunjukkan kekuatan gerakan muqawama Palestina di hadapan pasukan rezim Zionis.

Tembakan dibalas tembakan, adalah perimbangan yang ditunjukkan kelompok-kelompok muqawama Palesitna di Gaza dalam kerangka komitmen terhadap perjuangan bersenjata melawan rezim Zionis. Selain itu, langkah tersebut akan menjadi balasan tetap dari setiap serangan rezim Zionis ke Jalur gaza.

Pada hakikatnya perlawanan heroik kelompok muqawama Palestina-lah yang menggagalkan makar tamak dan penarikan mundur rezim Zionis dari sebagian wilayah di Gaza.

Ahmad Bahr, Wakil Ketua Parlemen Palestina mengatakan, "Senjata muqawama merupakan satu-satunya senjata legal dan sah dalam memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina serta pembebasan bumi Palestina."

Perlawanan bersenjata di hadapan penjajahan merupakan hak yang telah diakui oleh ketentuan internasional. Penekanan Palestina terhadap berlanjutnya muqawama dan mempertahankan senjata mereka, sejatinya merupakan jawaban terhadap intrik rezim Zionis dan para pendukunya termasuk negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat dan sejumlah rezim reaksioner di kawasan, yang menuntut pelucutan senjata muqawama Palestina.

Dengan membendung segala bentuk perlawanan di hadapan politik penjajahannya, rezim Zionis akan lebih mudah untuk merealisasikan politik imperialismenya di bumi Palestina. Isu-isu seperti pelucutan senjata Palestina dikemukakan rezim Zionis dalam pembahasan soal pembentukan negara independen Palestina, adalah untuk memaksakan model pemerintahan tanpa militer kepada masyarakat dunia.  

Dalam kondisi tersebut putaran baru langkah Israel terhadap Palestina, yang tersusun dalam "Kesepakatan Abad", mendapat lampu hijau dari Presiden AS Donald Trump. Salah satu poin dalam kesepakatan tersebut adalah upaya pelucutan senjata serta penghentian gerakan Intifada Palestina.

Menghadapi makar tersebut, kelompok-kelompok Palestina kembali menekankan bahwa masalah pelucutan senjata muqawama merupakan garis merah bagi bangsa Palestina, karena ketentuan dan hukum internasional menilai senjata tersebut sebagai hak sebuah bangsa  untuk memperjuangkan hak-haknya.

Dalam beberapa tahun terakhir, rezim Zionis mengalami berbagai kegagalan baik di sektor militer maupun politik menghadapi animo bangsa Palestina. Penarikan mundur pasukan Israel dari sejumlah wilayah di Gaza pada tahun 2005, kekalahan Israel dalam tiga perang di Gaza, serta meningkatnya sentimen anti-Israel di dunia, merupakan di antara kegagalan makar rezim Zionis dalam beberapa tahun terakhir.

Bangsa Palestina telah menunjukkan bahwa senjata adalah satu-satunya literatur yang efektif untuk Israel, rezim yang tidak mengenal istilah kepatuhan pada ketentuan dan perundingan.

Militer rezim Zionis Israel menempatkan sistem pertahanan udara Iron Dome di sekitar Tel Aviv untuk mencegah kemungkinan serangan roket dan rudal dari kelompok-kelompok Muqawama Palestina.

Seperti dilansir Pusat Informasi Palestina, Jumat (10/8/2018), penempatan Iron Dome di sekitar Tel Aviv dilakukan setelah terjadi aksi saling serang antara kelompok-kelompok Muqawama Palestina dan militer Israel di perbatasan Jalur Gaza dalam dua hari terakhir ini.

Kelompok-kelompok pejuang Palestina telah menembakkan lebih dari 220 roket ke arah pemukiman-pemukiman Zionis dan pangkalan miltier Israel di sekitar Gaza.

Serangan ini merupakan balasan atas serangan terbaru rezim Zionis yang merenggut nyawa empat warga Palestina dan melukai 40 lainnya.

Menurut laporan media, dari 220 roket yang ditembakkan, Iron Dome hanya mampu menangkis sebagian kecilnya.

Yossi Melman, seorang jurnalis dan penulis Israel yang spesialis dalam urusan keamanan dan intelijen dalam sebuah pernyataan menyinggung kegagalan sistem Iron Dome dalam melacak dan menangkis serangan roket pejuang Palestina.

Dia mengatakan, Iron Dome tidak mampu melacak mortir jarak pendek pejuang Palestina yang menyebabkan banyak pasukan Israel tewas dan terluka.