کمالوندی
Mengapa Barat Ingin Merundingkan Kehadiran Iran di Timteng?
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, menyatakan bahwa bangsa Iran selalu siap memberikan pelajaran kepada para agresor, dan menekankan bahwa kehadiran Iran di kawasan tidak ada urusannya dengan Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut Kantor Berita ABNA, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, menyatakan bahwa bangsa Iran selalu siap memberikan pelajaran kepada para agresor, dan menekankan bahwa kehadiran Iran di kawasan tidak ada urusannya dengan Amerika Serikat dan Eropa.
Rahbar mengemukakan hal itu pada hari Kamis (08/3/2018) dalam pertemuan dengan para penyair dan pelantun puisi Ahlul Bait as, di Tehran.
Menyinggung tuntutan para pejabat Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk berdialog dengan Republik Islam soal kehadirannya di kawasan, Rahbar mengatakan, di saat Amerika Serikat hadir di semua wilayah dalam rangka menebar fitnah dan menimbulkan kerusakan, mereka kini bersikeras menciptakan keraguan soal kehadiran Iran di kawasan.
Menjawab permintaan sejumlah pejabat Eropa soal perundingan dengan Iran untuk membicarakan kehadirannya di kawasan, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran ini balik melontarkan pertanyaan, "Apa urusan orang-orang Eropa dengan kehadiran Iran di kawasan? Kawasan (Timur Tengah) ini milik kami atau kalian?"
Republik Islam Iran pasca kemenangan Revolusi Islam tampil sebagai pemain independen dan di luar jangkauan pengaruh Amerika Serikat atau Eropa. Selama itu, Iran aktif menindaklanjuti kepentingan strategisnya dan juga bangsa-bangsa wilayah Asia Barat. Dengan bersandarkan pada asas kerukunan bertetangga dan itikad baik, Iran merangkul bangsa-bagnsa di kawasan untuk berdialog membicarakan transformasi politik dan keamanan regional.
Dialog regional itu digelar dalam kerangka perwujudan keamanan permanen tanpa campur tangan negara-negara transregional. Ini telah menjadi pedoman utama dalam politik luar negeri Republik Islam Iran. Usulan Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif untuk membentuk dewan dialog regional, juga dikemukakan untuk menyelesaikan berbagai masalah dan krisis di kawasan. Ini merefleksikan kehadiran konstruktif dan positif Iran di wilayah Asia Barat.
Kegagalan kelompok teroris Daesh untuk membangun rezim khilafah di Irak dan Suriah, juga merupakan berkat kehadiran bertanggungjawab dan berpengaruh Republik Islam di Asia Barat. Sementara itu, kerjasama dan dialog dengan pemerintah Irak dan Suriah, juga menggagalkan makar dan propaganda Barat khususnya Amerika Serikat terealisasi.
Perhatian kepada bangsa-bangsa regional dan bantuan kepada mereka menghadapi barisan musuh, merupakan tanggungjawab esensial Iran sebagai negara berpengaruh di kawasan. Keberhasilan front muqawama dari mulai di Lebanon, Suriah, Irak hingga Yaman, merupakan contoh baik kerjasama progresif regional.
Tampaknya kerjasama tersebut telah membuat Amerika Serika dan Eropa gusar karena kepentingan regional mereka di kawasa terancam. Karena itu pula, mereka sekarang menuntut perundingan dengan Republik Islam.
Barat khususnya Perancis, Inggris dan Amerika Serikat, sekarang mengklaim bahwa peran Iran di kawasan destruktif, di saat kelompok-kelompok teroris yang aktif di Irak dan Suriah, mendapat dukungan finansial dan senjata dari mereka. Tidak hanya itu, perang dan perusakan berkepanjangan di Yaman juga berlanjut karena lampu hijau dari Barat.
Yang jelas kehadiran Republik Islam Iran di kawasan benar-benar efektif dalam mewujudkan keamanan sehingga negara-negara "pebisnis krisis" Barat merasa eksploitasi mereka di kawasan sedang terancam.
Donasi atas Nama Rakyat Suriah, Banyak yang Bohong
Ulama Suriah, Syeikh Syarif Adnan Al-Sawwaf mengkonfirmasi kepada MUI Pusat, banyak donasi yang mengatasnamakan bantuan untuk rakyat Suriah, namun malah diserahkan ke pemberontak yang semakin 'membakar' Suriah.
Menurut Kantor Berita ABNA, simpang siur berita tentang perang Suria mendapat sorotan banyak pihak. Mulai dari ulama Mesir, ulama-ulama Suria dan berbagai pihak lainnya. Bahkan Alumni Syuria juga mengklarifikasi hoax yang beredar di Indonesia.
Dalam kunjungannya ke MUI pusat, Jumat (9/3), Ulama Suria itu ditemui oleh KH Muhyiddin Junaidi ketua bidang hubungan internasional MUI.
Syeikh Syarif Adnan Al-Sawwaf, Ulama sekaligus Rektor Universitas Negeri Syam mengharapkan MUI dapat membantu membendung kabar hoax dan meneliti lembaga donasi yang mengakku akan menyalurkan dana ke Suriah. “Donasi kepada lembaga yang tidak kredibel hanya akan membahayakan rakyat Suriah,” kata Syeikh Syarif Adnan Al-Sawwaf.
Al-Sawwaf yang berada di Indonesia dalam rangka a Silaturahmi Nasional Al Syami Indonesia ke-6 yang digelar Ikatan Alumni Al-Syami (Asyami), mengapresiasi keberadaan MUI dalam menyatukan umat Islam Indonesia, di saat banyak muslim di negara lain yang terpecah belah dan mudah diadu domba.
Menurut Al-Sawwaf, problem umat Islam dunia saat ini adalah adu domba antar ormas, sekte, dan pembenturan antara umat Islam dengan pemerintahannya, dengan propaganda pemerintah yang tidak syar’i ataupun toghut atau tidak sesuai dengan ajaran agama.
“Padahal di negara tersebut mereka terang menikmati kebebasan beribadah dan presidennya muslim. Bukankah Nabi pernah hidup di Mekah di bawah pemerintahan kafir, dan beliau menjadi warga yang taat,” tutur Al-Sawwaf.
Pada kesempatan itu, KH Muhyiddin menanyakan tentang apa yang bisa dibantu oleh Indonesia untuk Suriah. Saat itulah Al-Sawwaf mengharapkan agar MUI dapat membantu dan berperan aktif membendung berita hoax tentang Suriah dan meneliti lembaga donasi yang mengaku akan menyalurkan ke Suriah.
Menurutnya, kabar hoax menyebarkan fitnah dan propaganda yang memperkeruh suasana Suriah. Adapun asal memberikan donasi mengatasnamakan Suriah bisa berdampak amat berbahaya, karena selama ini banyak donasi yang justru disalurkan kepada pemberontak untuk membeli senjata yang akan terus digunakan ‘membakar’ Suriah.
Saat ditanya terkait bantuan ke Ghouta, Al-Sawwaf menjelaskan bahwa saat ini tidak ada jalan untuk memasukkan bantuan ke Ghouta. Bahkan terowongan bawah tanah (nafaq) yang biasa digunakan sudah tidak berfungsi.
Satu-satunya lembaga kemanusiaan yang bisa masuk ke Ghouta adalah Hilal Ahmar Internasional (Bulan Sabit Merah). Itu pun sangat sulit, Menurut Al-Sawwaf, sudah 100 relawan Hilal Ahmar Internasional yang meninggal dunia saat menyalurkan bantuan akibat terkena tembakan dari sniper.
“Bahkan untuk mengeluarkan warga di Ghouta ke Damaskus pun hampir tidak mungkin,” kata Al-Sawwaf. Padahal jarak kota itu ke Ibu Kota Damaskus seperti jarak antara Jakarta dan Bekasi.
Sebelum kunjungan berakhir, KH Muhyiddin menyampaikan rencananya untuk mengundang Syeikh al-Sawwaf pada konferensi internasional yang akan dihadiri presiden dan 50 ulama dunia, tentang Islam moderat, pada bulan Mei di Bogor, untuk bercerita tentang kondisi di Suriah yang sebenarnya.
Mendengar tawaran tersebut Syeikh al-Sawwaf balik mengundang MUI untuk datang ke Suriah, “Anda harus melihat Suriah secara langsung, sebelum menyelenggarakan acara yang akan membahas Suriah”, katanya.
Pertemuan berlangsung selama satu jam, dan diakhiri dengan saling bertukar hadiah, Syeikh al-Sawwaf memberi Jubah Khas Suriah untuk KH Muhyiddin, dan KH Muhyiddin memberi cinderamata MUI kepada al-Sawwaf.
Hukum Hanya Hukumnya Allah
Rasulullah Saw senantiasa memaafkan bila masalahnya terkait dengan pribadi beliau dan tidak mempermasalahkan perilaku buruk orang lain. Namun bila masalahnya terkait dengan urusan sosial dan agama, maka beliau benar-benar menunjukkan reaksinya. Agar hak umat Islam tidak terabaikan dan sunah Allah tidak terinjak-injak.
Pada masa pembebasan kota Mekah [Fathu Mekah] dan kemenangan umat Islam, sampailah sebuah kabar kepada Rasulullah Saw bahwa salah seorang wanita Quraisy mencuri. Rasulullah Saw berkata, berdasarkan hukum Allah tangan pencuri harus dipotong. Bawa kepadaku perempuan itu agar aku laksanakan hukum Allah terkait dengannya.”
Namun para sahabat dan orang-orang yang berada di sekitar beliau masing-masing mengatakan sesuatu. Seseorang berkata, “Sekarang bukan waktu yang tepat untuk melaksanakan hal ini. Kita baru saja datang ke kota ini. Kita harus mengambil hati masyarakat.
Yang lainnya berkata, “Perempuan ini adalah putrinya seseorang yang terkenal. Sebaiknya Anda abaikan saja kesalahannya.” Dan lain sebagainya.
Tapi Rasulullah Saw berkata, “Apakah kalian mengatakan, aku harus mengabaikan undang-undang Islam? Bila perempuan ini adalah perempuan yang tidak punya siapa-siapa, kalian juga akan mengatakan seperti ini? atau kalian mengatakan, aku harus menghukumnya supaya menjadi pelajaran bagi yang lainnya?”
Kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah bahwa undang-undang Allah tidak bisa ditafsirkan dan tidak bisa diliburkan.” Dan beliau memerintahkan agar tangan perempuan itu dipotong.
Salam Dari Surga
Agama Islam sangat memperhatikan adab pergaulan. Rasulullah senantiasa mengatakan, “Bila dua orang muslim berjumpa atau masuk pada sebuah perkumpulan sebaiknya mengucapkan salam. Supaya rajutan kasih sayang semakin kokoh di antara mereka.”
Dan di tempat lain beliau bersabda, “Mengucapkan salam bisa menjauhkan seseorang dari takabbur [kesombongan]...Bila ada seseorang mengucapkan salam maka yang orang yang dituju hendaknya menjawab dengan intonasi yang lebih baik...”
Tentunya terkait mengucapkan salam ada banyak hadis dan riwayat dan salah satunya adalah “Mengucapkan salam hukumnya sunnah dan menjawabnya wajib...”
Di hari-hari pertama pengutusan kenabian, masyarakat ketika berjumpa dengan yang lainnya, mengucapkan selamat pagi, selamat sore dan selamat malam. Sampai ketika Rasulullah Saw mendatangi mereka dan mengatakan, “Jibril turun kepadaku dan menyampaikan ucapan Allah seraya berkata, “Jangan mengucapkan salam dengan yang lain dengan cara tradisi Jahiliyah.”
Kemudian bersabda, “Allah telah memberikan hadiah yang lebih baik untuk kita dan memerintahkan kita untuk mengucapkan salam dengan yang lain dengan cara para penghuni surga. Oleh karena itu, untuk selanjutnya, ketika berjumpa dengan saudara-saudara seagama ucapkanlah “Salamun ‘Alaikum” dan dengan mengucapkan salam dan jawabannya, hadiahkan keselamatan pada saudara-saudara kalian!”
Allah Merindukan Pertemuan Denganmu
Di Akhir usianya, Rasulullah Saw sakit parah dan akibatnya adalah beliau meninggal dunia. tiga hari sebelum wafat, Jibril datang menemui beliau dan berkata, “Hai Ahmad! Allah mengutusku kepadamu untuk menyampaikan salam-Nya dan kukatakan bahwa Dia mengetahui kondisimu.”
Tapi sekarang katakan bagaimana dengan kondisimu sendiri?
Rasulullah Saw berkata, “Hai Jibril, aku sedih dan suntuk.”
Tiga hari kemudian [di detik-detik terakhir usianya] Jibril datang menemui Rasulullah bersama Izrail dan seorang malaikat bernama Ismail dan tujuh puluh ribu malaikan lainnya. Jibril berkata, “Hai Ahmad, aku diutus Allah kepadamu untuk menyampaikan salam-Nya kepadamu dan kukatakan bahwa Dia mengetahui kondisimu. Tapi sekarang katakan bagaimana dengan kondisimu sendiri?
Rasulullah Saw berkata, “Hai Jibril, aku sedih dan suntuk.”
Jibril berkata, “Hai Ahmad, ini adalah malaikat maut. Dia datang untuk mengambil nyawamu dan dia meminta izin kepadamu. Padahal selama ini dia tidak pernah meminta izin kepada seseorang untuk mengambil nyawanya. Setelah ini juga tidak akan meminta izin kepada siapapun.”
Rasulullah Saw berkata, “Atas namaku, izinkan dia!”
Jibril memberikan izin kepada Izrail dan Izrail maju dan berdiri di depan Rasulullah Saw seraya berkata, “Hai Ahmad, Allah telah mengutusku kepadamu dan Dia memerintahkanku untuk menjalankan perintahmu. Bila engkau mengizinkan, maka akan aku bawa ruhmu. Bila tidak, maka aku tidak akan melakukannya.”
Kemudian Jibril berkata, “Hai Ahmad, Allah merindukan pertemuan denganmu.”
Rasulullah Saw tersenyum dan dengan gembira berkata, “Hai malaikat maut, Lalukanlah apa yang diperintahkan kepadamu!”(Emi Nur Hayati)
Sumber: “Sad Pand va Hekayat” Nabi Muhammad Saw
Jenis Kematian Yang Paling Buruk
Sayidina Ali mengalami sakit mata. Saking sakitnya beliau harus berbaring istirahat dan merasakan kesakitan. Rasulullah mendengar kabar bahwa Sayidina Ali sedang sakit. Kemudian beliau menjenguk Sayidina Ali. Karena beliau menyaksikan rintihan Sayidina Ali, beliau berkata, “Hai Ali! Engkau sedang tidak tahan. Sepertinya sakitmu sangat parah.”
Sayidina Ali berkata, “Iya. Selama ini saya tidak pernah merasakan sakit seperti ini.”
Rasulullah Saw berkata, “Maukah aku ceritakan padamu tentang sebuah kenyataan yang lebih sakit dari sakit semacam ini?”
Sayidina Ali penasaran dan mengatakan, “Iya. Saya akan mendengarkan ucapan Anda dengan baik.”
Kemudian Rasulullah Saw berkata, “Ketika malaikat maut datang untuk mencabut nyawa orang yang fasik [pendosa], ia membawa tusuk besi panas. Dengan tusuk besi panas itu ia memisahkan ruh dari badannya. Kemudian, neraka teriak untuk menelannya.
Mendengar ucapan ini Sayidina Ali serentak bangun dan duduk di atas tempat tidur dan melupakan rasa sakitnya seraya berkata, “Apakah dari umat Anda, ada juga orang-orang yang mati demikian?”
Rasulullah Saw berkata, “Iya. Ada tiga kelompok orang yang mati demikian; Penguasa zalim, orang yang makan harta anak yatim dan orang yang bersaksi bohong.”
Ummu Salamah! Mengapa Engkau Menangis?!
Ummu Salamah istri Rasulullah Saw berkata, “Sekali di pertengahan malam saya terbangun dari tidur dan saya melihat Rasulullah tidak ada di tempat tidur. Dari suara munajatnya, saya tahu bahwa beliau sedang duduk di sudut ruangan sedang berbicara dengan Allah Swt. Menyaksikan kondisi spiritual ini saya merasa nyaman. Beliau dengan suaranya yang menyentuh, bermunajat kepada Allah seraya berkata, “Ya Allah! Jangan Engkau kembalikan aku pada keburukan yang Engkau bebaskan aku darinya. Ya Allah! Jangan Engkau jadikan aku sebagai orang yang menyenangkan musuh. Ya Allah! Jangan Engkau serahkan aku pada diriku sendiri meski hanya sekejap mata...”
Lantunan munajat Rasulullah sedemikian rupa sehingga membuatku menangis. Mendengar tangisan saya, Rasulullah menghentikan ibadahnya dan berkata, “Ummu Salamah! Mengapa Engkau menangis?!”
Saya berkata, “Ketika Anda bermunajat demikian, dan memohon kepada Allah agar tidak menyerahkan Anda pada diri Anda meski hanya sekejap mata, bagaimana dengan kami?!”
Beliau bersabda, “Iya. Demikianlah aku harus senantiasa memohon kepada Allah. Karena begitu Allah menyerahkan Yunus kepada dirinya sendiri, ia telah merugi dan kejadian itu terjadi padanya.”
Lelaki Dari Surga
Suatu hari para sahabat Rasulullah Saw duduk bersama beliau. Rasulullah Saw bersabda, “Sekarang seorang lelaki dari surga akan datang kepada kita.”
Para sahabat penasaran dan melihat ke arah jalan. Seorang lelaki yang bersih dan rapi yang telah berwudhu datang mendekat. Para sahabat Rasulullah Saw berkata, “Maksudnya Rasulullah adalah orang lelaki ini?!”
Keesokan harinya, para sahabat Rasulullah kembali duduk bersama beliau. Rasulullah Saw berkata, “Sekarang seorang lelaki dari surga sedang menuju kepada kita.”
Kali ini mereka juga melihat ke arah jalan. Sebentar kemudian, mereka melihat seorang lelaki yang kemarin itu, datang dan mengucapkan salam.
Hari ketiga, kejadian ini terulang kembali dan lelaki tersebut datang menemui Rasulullah Saw. Abdullah anaknya Amr bin Ash bangkit dan berkata kepada lelaki tersebut, “Hai lelaki! Aku meminta sesuatu kepadamu, semoga engkau mau menerima.”
Lelaki itu menjawab, “Katakan apa saja permintaanmu.”
Abdullah berkata, “Tanpa engkau harus penasaran, izinkan aku bersamamu untuk beberapa hari.”
Lelaki itu menerima dan Abdullah bersamanya selama tiga hari. Abdullah mengujinya dan tahu bahwa lelaki ini seperti orang-orang lainnya dan berbeda dengan harapannya, tidak bangun malam untuk salat tahajud. Hanya bangun di waktu subuh untuk mengerjakan salat subuh. Ibadahnya biasa dan tidak ada keistimewaan tersendiri. Itulah mengapa kepadanya Abdullah berkata, “Hai lelaki! Rasulullah menyebutmu sebagai lelaki surga. Aku penasaran; ingin menyaksikan ibadah-ibadahmu dari dekat. Aku ingin tahu, engkau punya kelebihan apa yang membuatmu menjadi penghuni surga. Namun dalam beberapa hari ini aku tidak melihat sesuatu yang luar biasa dan khas pada dirimu. Sekarang katakan, bagaimana Rasulullah menilaimu sebagai ahli surga?!
Lelaki itu berkata, “Rahasia aku menjadi ahli surga tidak pada apa yang engkau cari. Aku adalah seorang lelaki yang tidak pernah mengkhianati siapapun dari orang muslim dan tidak pernah hasud pada siapapun yang diberi nikmat yang banyak oleh Allah.”
Abdullah berkata, “Iya. Kelebihan inilah yang menjadikan engkau sebagai ahli surga. Engkau memiliki sifat dimana kami tidak mampu untuk mendapatkannya. (Emi Nur Hayati)
Sumber: “Sad Pand va Hekayat” Nabi Muhammad Saw.
Dia Adalah Saudaraku!
Sayidina Ali as adalah orang yang pertama beriman kepada Rasulullah dan menjadi muslim.
Nabi Muhammad Saw setelah diangkat sebagai nabi, atas perintah Allah Swt, mengajak masyarakat pada Islam secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Tentunya, alasannya adalah supaya masyarakat memiliki sedikit kesiapan dan aman dari kejahatan musuh. Pada saat itu, Sayidina Ali yang masih berusia sepuluh tahun beriman kepada Rasulullah. Setelah Sayidina Ali, Sayidah Khadijah; istri Rasulullah yang penuh kasih sayang dan setia beriman kepada Rasulullah Saw.
Setelah tiga tahun, Rasulullah Saw diutus untuk menyampaikan ajaran Islam secara terang-terangan. Untuk menjalankan tugas ilahi, beliau mengundang empat puluh orang dari keluarga dekatnya ke rumah Abu Thalib. Dalam undangan ini, hadir para paman dan anak pamannya. Mereka merasa takjub dengan undangan yang tanpa mukadimah ini.
Malam itu, setelah acara makan malam, Rasulullah Saw berpidato dan di sela-sela ucapannya, beliau menyampaikan tentang agama Allah dan tugas yang telah diserahkan kepadanya. Namun Abu Lahab salah seorang paman Rasulullah, merusak acara yang ada dan tidak mengizinkan Rasulullah Saw berbicara.
Keesokan harinya, Rasulullah Saw kembali mengundang sanak familinya. Sekali lagi Abu Lahab memprediksi bahwa Rasulullah Saw bermaksud menyampaikan dakwahnya dan dia kembali lagi berencana merusak acara itu. Namun dengan partisipasi Abu Thalib, rencana Abu Lahab tidak berhasil dan Rasulullah berhasil mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pembicaraannya kepada para tamu tentang perintah Allah.
“Wahai para anak-anak Abdul Muthalib! Aku telah diutus oleh Allah Yang Maha Esa untuk kalian. Aku mengabarkan kepada kalian tentang kemarahan-Nya dan api neraka dan mengabarkan kepada orang-orang yang meyakini ucapanku – yang semuanya berasal dari Allah – dan mengharapkan rahmat Allah... berimanlah kepadaku! Tolonglah aku supaya kalian beruntung dan di dunia, jadilah tuan bagi orang Arab dan orang Ajam dan di akhirat menjadi penghuni surga...kalian adalah keluarga dan familiku. Ketahuilah bahwa tidak ada orang seperti aku yang membawa kabar gembira ini untuk familinya...aku membawa kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat kalian...apakah ada orang yang mau menjadi saudaraku dan menjadi penolong agamaku sehingga menjadi pengganti dan washiku dan di akhirat akan masuk ke dalam surga bersamaku?!”
Semuanya tercengang dan takjub. Tidak seorangpun dari para tamu percaya bahwa putra Abdullah dengan berani berbicara seperti ini tanpa rasa takut dan khawatir. Tidak ada seorang pun yang berani berbicara sepatah kata pun. Apalagi menjawab permintaan Muhammad Saw. Namun di antara para tamu, Ali; seorang remaja yang berusia 13 tahun anak didikan Rasulullah Saw dan dari sejak awal pengangangkatan sebagai nabi telah membantunya sekuat tenaga, mengangkat tangannya dan berkata, “Wahai Rasulullah! Aku akan menolongmu!”
Para pemuka Quraisy tidak percaya akan apa yang didengar dan dilihatnya. Ali as telah menyebut Muhammad Amin [yang bisa dipercaya] sebagai “Rasulullah” yakni siapakah Tuhan yang Muhammad telah mengklaim dirinya telah diangkat sebagai utusan dari sisi-Nya?!”
Rasulullah Saw menghadap kepada Ali dan berkata, “Duduklah hai Ali!”
Rasulullah Saw sekali lagi menyampaikan dakwahnya dan mengulangi permintaannya. Kali ini juga tidak ada suara yang keluar dari para tamu yang hadir. Kembali lagi Ali bangkit dan berkata, “Wahai Rasulullah! Saya. Saya siap berkerjasama dengan Anda dan saya beriman kepada ucapan Anda.”
Rasulullah Saw kembali meminta Ali as untuk duduk. Rasulullah Saw mengulangi lagi permintaannya yang ketiga kali dan hanya Ali as yang mengumumkan kesiapannya untuk menjadi penolong dan pendamping Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah Saw berkata, “Ini [sambil mengisyaratkan pada Sayidina Ali] adalah saudara dan penggantiku. Dengarkanlah ucapannya dan taatilah dia!”
Terjadilah keributan dalam pertemuan itu. Para hadirin bangkit dan setiap orang berbicara. Abu Lahab yang sedang marah berkata kepada Abu Thalib, “Muhammad memerintahkan kamu untuk mendengarkan perintah anak lelaki remajamu dan kamu harus menaatinya!”
Abu Thalib berkata, “Diamlah dan jangan katakan sesuatu! Muhammad adalah utusan Allah dan aku serta putraku adalah pendukung ucapan-ucapannya dan kami akan mengorbankan diri untuknya.
Ali Adalah Anak Rasulullah Saw
Sayidina Ali adalah anak paman Rasulullah Saw. Namun Rasulullah Saw memiliki hak sebagai ayahnya. Karena Sayidina Ali sejak kecil ada di pangkuan Rasulullah Saw dan besar di rumahnya. Oleh karena itu, bukan tanpa alasan bila Sayidina Ali merasa sangat dekat kepada Rasulullah dan dalam kondisi susah, dia sebagai penolong dan pendamping setia Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw dalam usia dua puluh lima tahun menikah dengan Sayidah Khadijah. Lima tahun kemudian, lahirlah Ali as putra keempat Abu Thalib [paman Rasulullah Saw]. Abu Thalib pasca wafat ayahnya; Abdul Muthalib, sebagai kepala suku Bani Hasyim dan mereka sangat menghormatinya. Namun dari sisi harta kekayaan, dia termasuk orang yang tidak punya harta dan hidup miskin. Rasulullah mengetahui hal ini. Oleh karena itu, suatu hari beliau mendatangi paman yang satunya yaitu Abbas; seorang lelaki kaya. Rasulullah mengusulkan kepadanya untuk membantu Abu Thalib dengan cara masing-masing mengambil dan mengasuh satu dari putra-putranya.
Abbas menerima usulan Rasulullah dan mengambil Ja’far saudara Sayidina Ali dan membawanya ke rumahnya. Rasulullah menerima untuk mengasuh Ali. Dari sejak saat itu Ali as berada di bawah asuhan Rasulullah Saw yang penuh keberkahan. Sayidina Ali menceritakan masa kecilnya demikian:
“Ketika aku masih kanak-kanak, Rasulullah Saw mendudukkan aku di pangkuannya dan menempelkan aku ke dadanya. Beliau mengunyah makanan dan meletakkannya di mulutku dan menyampaikan bau harum wujudnya ke dalam jiwaku...Beliau tidak pernah mendapati aku berbohong dalam ucapanku dan salah dalam perbuatanku...Allah telah mengirim malaikat yang paling agung untuk membarengi Rasulullah Saw sejak masa menyusu untuk membimbingnya di semua kesempatan malam dan siang untuk mengerjakan pekerjaannya yang baik dan besar. Aku juga mengikuti Rasulullah sebagaimana anak kecil yang masih menyusu mengikuti ibunya. Beliau sendiri setiap hari memerintahkan aku untuk mengikuti semua perilakunya. Beliau setiap tahun pergi ke gua Hira selama beberapa hari dan ketika itu tidak ada yang melihatnya kecuali aku. Di masa itu, ketika Islam belum masuk ke dalam rumah siapapun, hanya Rasulullah Saw dan istrinya; Khadijah yang muslim. Aku menerima dakwahnya dan aku menjadi muslim. Aku selalu melihat cahaya wahyu dan risalah dan mencium harumnya kenabian...” (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as
Mimpi Yang Telah ditafsirkan
Sayidah Fathimah termenung dan sedih...seandainya saja mimpinya tidak diceritakan kepada ayahnya...supaya...namun apa faedahnya? Memangnya bisa menahan qadha dan qadar ilahi? Memangnya manusia bahkan Rasulullah pun bisa mengubah Sunnah Ilahi?
Mimpi yang dialami Sayidah Fathimah dan ditafsirkan oleh Rasulullah Saw berakhir dengan sebuah kenyataan pahit yang harus diterima dan tidak ada jalan lain.
Sayidah Fathimah bermimpi memegang sebuah Quran dan membacanya, namun tiba-tiba Quran itu jatuh dari tangannya dan menghilang. Setelah bangun dari tidur, beliau sangat khawatir dan tidak tahu apa makna mimpinya. Beliau merasa bahwa makna mimpinya buruk. Keesokan harinya beliau menemui ayahnya dan menceritakan mimpinya. Rasulullah Saw berkata, “Cahaya mataku! Quran yang ada di tanganmu itu adalah aku. Ketahuilah bahwa sebentar lagi aku akan menghilang dari pandangan.”
Ucapan ayah ini benar-benar pahit dan Sayidah fathimah tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Beliau tidak tahu apa yang akan terjadi sepeninggal ayahnya dan yang terpenting adalah bagaimana beliau harus bersabar menghadapi musibah besar ini. Beliau tidak tahu harus bagaimana, karena sebelumnya tidak terpikirkan bahwa suatu hari akan kehilangan ayahnya.
Detik-Detik Perpisahan
Hari itu kondisi rumah Sayidah Fathimah lain daripada yang lain. Duka dan kesedihan telah meliputinya. Seakan-akan kejadian pahit akan mendatanginya.
Sayidah Fathimah memanggil Asma’ binti ‘Umais [istri Ja’far Thayyar, saudara Imam Ali]. Setelah menyampaikan pesannya, Sayidah Fathimah berkata, “Hai Asma’! Ini adalah detik-detik perpisahan.”
Sayidah Fathimah dalam kondisi berbaring di bawah. Kemudian menutupkan selimutnya ke wajahnya dan berkata, “Setelah beberapa detik panggillah aku! Bila aku tidak menjawab, ketahuilah bahwa aku telah pergi kepada ayahku...”
‘Asma bersedih dan duduk di samping putri Rasulullah Saw. Hatinya penuh kesedihan dan menangis sambil mengingat musibah yang menimpa putri Rasulullah Saw. Dia tidak percaya bahwa putri Rasulullah Saw dalam jarak waktu yang sangat pendek dari kematian ayahnya, sesegera ini menuju kepada ayahnya dan bertambahlah kesedihan umat Islam. Namun setelah beberapa detik sebagaimana yang dipesankan Sayidah Fathimah, Asma’ memanggil beliau. Tapi beliau tidak menjawabnya. Asma’ memanggil yang kedua kalinya. Tapi kali ini juga tidak mendapatkan jawaban. Begitu selimut itu disingkap dari wajahnya, Asma’ tahu bahwa Sayidah Fathimah telah meninggal dunia. Asma’ memeluk tubuh Sayidah Fathimah dan menciumnya, seraya berkata, “Fathimah sayang! Sampaikan salamku pada ayahmu!”
Asma’ dalam kondisi menangis dan penuh kesedihan keluar dari rumah mencari Hasan dan Husein. Kedua manusia mulia ini begitu menyaksikan Asma menangis dan sedih, bertanya, “Asma’ bagaimana keadaan ibu kami?!”
Asma’ tidak bisa menjawab. Keduanya paham bahwa telah terjadi kejadian tidak menyenangkan. Mereka menuju pada ibunya. Husein melihat ibunya sedang membujur menghadap kiblat. Begitu dia menggoyangnya, dia paham bahwa ibunya telah meninggal dunia. kesedihan telah menyelimuti hatinya, dia menghadap kepada saudaranya yang lebih besar Hasan dan berkata, “Saudaraku! Semoga Allah memberi kesabaran padamu! Ibu kita telah meninggal dunia.”
Hasan memeluk ibunya dan berkata, “Ibuku! Sebelum ruh dikeluarkan dari tubuhku, berbicaralah denganku...!”
Husein mencium kaki ibunya dan berkata, “Ibuku! Aku adalah anakmu. Sebelum hatiku robek, berbicaralah denganku...!”
Asma’ berkata, “Sayangku! Anak-anak Rasulullah! Pergilah dan beritahu ayahmu akan kematian istrinya!”
Keduanya keluar dari rumah. Di jalan keduanya menangis keras-keras dan berkata, “Ya Muhammad! Ya Muhammad! Sekarang musibah kematianmu menjadi baru bagi kami. Hari ini kami kehilangan ibu kami...”
Imam Ali as berada di masjid dan mendengar suara tangisa anak-anaknya. Hasan dan Husein menemui ayahnya dan mengucapkan belasungkawa padanya. Imam Ali pingsan mendengar kabar ini. Kemudian wajanya diperciki air dan siuman. Dengan hati yang hancur beliau berkata, “Fathimah sayang! Ketika engkau masih hidup, aku selalu menenangkan hatimu atas musibah kematian Rasulullah. Sekarang, setelah kematianmu, dari siapa aku harus mendapatkan ketenangan?” (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Sayidah Fathimah Zahra as
Ceramah Revolusi di Siang Bolong
Suatu hari di siang bolong 03/02/018 Tehran, salju yang mulai meleleh. Pagi hari saya diminta berbicara tentang Revolusi Islam Iran (1979). Maklum, hinggar bingar sudah terasa persiapan memperingati hari Revolusi yang hampir memasuki usia 39 tahun.
Saya bertanya dalam hati, bagaimana mungkin berbicara revolusi orang di tanah orang. Permintaan ini seperti orang Indonesia meminta orang Iran disuruh berbicara tentang Revolusi Indonesia (1945) di Jakarta. Dengan segala kehati-hatian, akhirnya saya berusaha memenuhi permintaan mereka. Usai shalat dhuhur ceramah singkat itu pun terjadi. Baju khas Arab berwarna hitam saya pakai untuk mengimbangi atmosfir mereka. Tulisan berikut sudah diubah menjadi versi tulisan.
Dengan memuji nama Allah atas segala nikmat, magfirah dan perlindunga-NYA. Salam kepada junjungan Nabi Muhamad Al-Mustafa.
Perkenankanlah saya berbicara dengan rasa malu. Ada tujuh hal penting tentang Revolusi Islam Iran kalian.
Kedatangan Imam Khomeini ra
Pertama
Revolusi kalian adalah terusan dari pemerintahan Muhammad dan Ali. Revolusi yang berujung pada pilihan bentuk pemerintahan Islam. Kalian memiliki hak hidup yang setara dengan negara lain, yang memilih pemerintahan sekuler seperti Amerika, pemerintahan Katolik Roma, semi sekuler di negara Eropa, Asia dan Afrika atau permerintahan Pancasila seperti negara Indonesia. Pemerintahan profetik adalah hak kalian sebagai manusia dan sebagai muslim, ini tidak ada hubunganya dengan tidak ada satupun dari ratusan negara yang terdaftar di PBB yang memilih bentuk sistem seperti sistem kalian.
Kedua
Revolusi kalian adalah usaha mempraktekkan Islam pada level maksimal. Untuk memahami ini, cukup kita memahami Islam yang diusahakan pada level minimal. Ada sebagian umat mempraktekkan Islam dengan menumpang kapal sekuler, ada yang mempraktekkan Islam secara sembunyi sembunyi. Kalian punya hak sebagai manusia untuk mempraktekkan ajaran Islam pada level maksimal. Kapal revolusi kalian telah membantu mempraktekkan ini dengan cara demokratis dan tidak menindas orang lain.
Ketiga
Revolusi kalian sepenuhnya milik kalian. Jika ada orang Islam merasa memiliki, itu hak mereka sebagai orang Islam. Jika non Islam merasa memiliki, itu hak mereka sebagai manusia karena panggilan revolusi keadilan ada dalam setiap dada manusia. Hal ini sama dengan seperti ada orang Islam maupun non Islam yang merasa memiliki Revolusi Perancis, Revolusi Amerika, Revolusi Rusia atau Revolusi Republik Indonesia. Kalian memiliki hak yang sama untuk menikmati aneka revolusi baik atas nama Tuhan atau atas nama humanisme.
Keempat
Revolusi kalian bukan hanya gerakan sosial politik. Revolusi kalian adalah teori segar untuk melihat ilmu sosial dan politik. Revolusi ini memicu terjadinya revolusi ilmu sosial dan politik dalam konteks barat yang superior melihat timur (Islam) yang lemah. Jika Edward Said berhasil mengupas orientalisme dari sisi teori. Maka Imam Khomeini dengan Revolusinya menjadi kapal yang bisa mempraktekkan dan membuktikan kebenaran teori orientalisme Edward Said. Bahkan Revolusi ini penuh dengan teori dan praktek, sebuah prespektif segar untuk melihat hubungan Barat dan timur (Islam) sejak sebelum terjadi revolusi. Dari awal rentetan peristiwa perang dunia 1 dan 2 hingga terjadinya revolusi. Dengan revolusi ini, kalian bisa menjadi ksatria di lapangan sekaligus penyair di panggung-panggung akademik.
Revolusi Islam Iran
Kelima
Implikasi dari faktor keempat adalah revolusi kalian menjadi paket pengetahuan dan kekuasaan. Dalam revolusi ini terdapat banyak justifikasi objektif dari ajaran Islam sehingga membentuk potensi pengetahuan sosial politik. Di saat yang sama Revolusi ini juga memiliki perangkat kekuasaan seperti pemimpin agung (tali penyambung langit dan bumi) dan eksekutif, sebagai managemen demokrasi teknis, mengelola pernik negara. Produknya, terbangunnya ruang publik- ruang dominan kekuasaan ilahi.
Hal ini juga sama dengan Amerika. Pengetahuan dan Kekuasaan ada dalam pemerintahan mereka. Ruang akademik Amerika, penuh dengan justifikasi teori kebebasan dan demokrasi yang menjustifikasi kebijakan luar negri Amerika. Akan tetapi, naasnya kebijakan tersebut tidak lebih dari warisan kolonial Inggris sejak Balfour hingga Netanyahu.
Baik Amerika dan Iran memilik perangkat pengetahun dan kekuasaan. Bedanya Amerika membangun kekuasaan dari penyebaran pangkalan militer di seluruh dunia dan panggung akademik pro teori hegemoni (penindas) di seluruh dunia. Iran membangun kekuasaan atas nama nurani kaum tertindas di seluruh dunia. Sehingga pertempuran malaikat vs setan yang selama ini diisolasi menjadi wacana teologi, pelan-pelan menemukan justifikasi faktanya baik level kebijakan maupun level teori ilmu sosial, politik dan budaya.
Keenam
Revolusi kalian adalah gerbong peradaban Islam. Jangan mundur dan minder. Jadilah manusia terhormat di atas kapal revolusi ini, karena saingan kalian adalah peradaban Barat yang menindas. Sedangkan revolusi kalian mewakili cita-cita emas peradaban Islam dimulai dari membagun kekuatan kaum tertindas di seluruh dunia.
Kaum penindas di seluruh dunia yang diwakili zionis (Amerika dan Israel) juga ingin membangun peradaban yang menindas rakyat di seluruh dunia. Poros titik dialektika ada di tanah Jerusalem, awal dan akhir bencana-sejarah peradaban manusia.
Terakhir
Mengahiri ceramah singkat ini. Kuucapkan selamat, jagalah amanah ini hingga sosok agung muncul sebelum kiamat. Hampir semua agama mempercayainya.
Hanya ada dua kapal di dunia ini. Kapal Profan dan Kesucian. Revolusi kalian menaiki kapal kesucian. Mayoritas umat Islam tunduk menaiki kapal profan menuju kesucian. Mayoritas manusia menaiki kapal fatamorgana
Wassalam
Muhammad Ma’ruf
Direktur Religius Democracy Institute
Kisah Tentang Ayatullah Boroujerdi
Almarhum Ayatullah Boroujerdi waktu itu kakinya sakit. Oleh karena itu beliau pergi ke sumber air panas di Mahallat sampai dua kali.
Di salah satu bepergian ini, beliau membantu para fakir miskin dan memerintahkan agar membeli beberapa ekor kambing untuk disembelih dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.
Perintah beliau dilaksanakan dan ada sisa setengah kilo daging disisihkan buat beliau untuk dibikin sate. Hidangan disiapkan berupa sate sekitar ada tiga tusuk dengan diselingi minuman yogurt campur parutan timun di hadapan beliau.
Beliau berkata, “Sate ini dari mana?”
Dijawab, “Dari daging kambing yang telah disembelih. Kami hanya membuatnya sedikit untuk Anda.”
Beliau berkata, “Saya tidak akan makan sate ini. Bagikan saja kepada fakir miskin. Karena mereka telah mencium baunya.”
Ayatullah Boroujerdi tidak makan sate sama sekali dan beliau hanya minum yogurt. (Dastan-e Dustan, jilid 5, hal 270)
Nasihat Dari Almarhum Haj Moghaddas
Seorang rohaniwan muda yang pergi berziarah ke makam imam maksum as bersama almarhum Haj Moghaddas menceritakan:
“Pada waktu Zuhur saya kembali ke rumah. Sementara Haj Moghaddas tetap melanjutkan ziarah dan ibadahnya di makam imam maksum. Kami berdua tinggal dalam satu ruangan. Hari itu saya agak lelah. Oleh karena itu saya berusaha untuk tidur.
Namun suara ribut-ribut terdengar dari rumah tetangga. Saya bangkit dan melihat ke rumah itu dan melihat beberapa perempuan dan anak-anak perempuan sedang mandi di dalam kolam.
Seketika itu juga saya menyesal setelah melihat ke rumah tetangga dan saya mengutuk para wanita itu. Karena suara keributan merekalah yang menyebabkan saya berbuat dosa.
Satu jam kemudian, almarhum Haj Moghaddas datang dan begitu masuk ke dalam ruangan, beliau memandang saya dengan tajam dan berkata, “Engkau telah berbuat dosa karena melihat rumah tetangga. Tapi mengapa engkau mengutuk mereka. Engkau berbuat dosa karena melihat rumah tetangga. Seharusnya engkaulah yang harus menahan dirimu sendiri.” (Dar Diyar-e Salehan, hal 76)
Tidak Beriman, Orang Yang Suka Mengganggu Tetangganya
Seorang lelaki dari kaum Anshar bertanya kepada Rasulullah Saw, “Saya telah membeli sebuah rumah dari kabilah tertentu, namun saya tidak berharap sama sekali pada tetangga terdekat akan kebaikannya dan saya merasa tidak aman dari keburukan dan kejahatannya. Lalu Rasulullah Saw memerintahkan Ali as, Abu Dzar dan satu orang lainnya, sepertinya Miqdad. Beliau memerintahkan agar mereka mengumumkan dengan suara lantang di masjid:
“Tidak beriman, siapa saja yang tetangganya merasa tidak aman dari kejahatannya”.
Mereka mengumumkan hal ini tiga kali. (Mizanul Hikmah, jildi 2, hal 193)
Syiah Menurut Pandangan Rasulullah Saw
Seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan berkata, “Ada seseorang melihat pada keluarga tetangganya. Bila ada kemungkinan baginya, maka dia tidak segan-segan untuk berbuat zina.”
Yang lainnya berkata, “Wahai Rasulullah! Dia adalah syiah [pengikut] Anda dan dia membenci musuh-musuh Anda dan musuh Ali as.”
Rasulullah Saw berkata: “Jangan katakan dia sebagai syiah [pengikut] kami. Karena para syiah [pengikut] kami adalah orang-orang yang mengikuti kami dan melangkah di garis kami. Bila dia memiliki sifat seperti ini [melihat keluarga tetangganya] maka dia telah menyimpang dari garis dan cara kami. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Hak Tetangga
Buntut Puisi “Ibu Indonesia”, Demo PA 212 Tuntut Penahanan Sukmawati
Seperti yang diketahui, puisi Sukmawati Soekarnoputri yang menjadi kontroversi karena dinilai menyinggung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Sukmawati, membacakan puisi berjudul ‘Ibu Indonesia’ dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018. Dalam puisi itu, Sukmawati menyebut soal syariat Islam, cadar, hingga suara azan.
Puisi itu menjadi viral lewat media sosial serta menuai pro dan kontra. Banyak yang menyebut Sukmawati tak sepatutnya membandingkan cadar dan konde serta suara azan dan kidung atau nyanyian.
Untuk itu, Persaudaraan Alumni (PA) 212 menggelar demo kepada Sukmawati siang ini untuk mendesak kepolisian menangkap dan menahan Sukmawati Soekarnoputri karena puisi nya tersebut, walaupun PA 212 sudah memaafkan Sukmawati Soekarnoputri terkait puisinya yang berjudul ‘Ibu Indonesia’. Tetapi mereka ingin kasusnya tetap berjalan biar ada efek jera terhadap pelaku.
“Kalau memaafkan, kita sebagai umat Islam, sebagai orang Muslim, ya kita wal ‘afina ‘anin nas. Selalu memaafkan siapa pun yang meminta maaf, juga dalam hal lain ini tidak begitu saja selesai. Kalau begitu saja, dikhawatirkan minta maaf nanti akan bergulir, terjadi lagi kasus-kasus yang serupa,” ujar Sekretaris Persaudaraan Alumni 212, Bernard Abdul Jabbar, Kamis (5/4/18) malam.
Bernard membandingkan kasus Sukmawati dengan kasus lain seperti yang dialami ustaz Alfian Tanjung, Jonru Ginting hingga Asma Dewi yang tetap diproses oleh polisi. Dia ingin proses hukum terus berjalan agar ada efek jera pada pelaku.
“Mereka juga disidang, bahkan sudah ada yang diputus si Buni Yani dan lain sebagainya. Maka tugas kita harus berharap ada keadilan hukum yang ditegakkan di Indonesia ini sebagai negara hukum yang tidak boleh semaunya orang untuk dimaafkan saja begitu saja, tetapi harus ada efek jera sehingga dia tidak melakukan perbuatan yang kedua kalinya,” jelas Bernard.
Bernard membantah aksi yang akan dilakukan usai salat Jumat itu menimbulkan kegaduhan. Dia berjanji aksi yang dilakukan berlangsung damai.
“Kegaduhan apa yang dibuat, selama ini kan aksi-aksi kita nggak pernah gaduh. Yang lain saja yang membuat gaduh, yang bilang seperti ada kegaduhan. Kegaduhan nggak ada itu,” sebutnya.
Sebelumnya, Ketum MUI KH Ma’ruf Amin mengimbau agar masyarakat tidak menggelar aksi terkait puisi ‘Ibu Indonesia’. Alasannya, Sukmawati sudah menyampaikan permohonan maaf atas kontroversi puisinya.
“(Sukmawati) memang tidak ada niatan menghina dan menodai agama Islam karena itu kami bisa memaklumi dan menyampaikan permohonan maaf beliau. Kami mengajak seluruh umat Islam untuk bisa menerima permohonan maaf beliau, tidak lagi melakukan kegiatan-kegiatan,” ujar Ma’ruf di kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, Kamis (5/4/18).
Tak hanya itu, Ma’ruf berharap berbagai laporan yang telah didaftarkan oleh berbagai organisasi ke Polda Metro Jaya dan Bareskrim Mabes Polri terkait dugaan penodan agama segera dicabut.
“Kalau bisa memaafkan dan tidak meneruskan. Kalau saya bisa berharap, itu yang saya harapkan,” ujarnya.
Viral Tagar #2019GantiPresiden, Bawaslu: Itu Bukan Kampanye
Seperti yang dikethahui, Viral tagar #2019GantiPresiden di media sosial.. Hal tersebut secara tidak langsung mengungkapkan ingin adanya pergantian presiden untuk periode 2019-2024 mendatang. Upaya itu pun dinilai sebagai manuver untuk menjatuhkan Joko Widodo di Pilpres 2019
Karena tengah ramai diperbincangkan, sejumlah politisi pun memberikan tanggapan mereka mengenai hashtag tersebut.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy (Romi) menganggap jika tagar tersebut adalah hal yang biasa dalam demokrasi. Karena menurutnya, pertarungan 2019 sudah mencuat hanya dua kutub saja.
“Jadi pasti yang melontarkan tagar itu adalah lawan-lawan politik Pak Jokowi dan itu hal yang biasa, demokrasi,” jelas Romi di Ruang Fraksi PPP, Gedung DPR RI, Rabu (4/4/18).
Tetapi pada sisi yang lain, sambung Romi, tentu PPP tetap memiliki keyakinan bahwa pemerintah di bahwa kepemimpinan Presiden Jokowi adalah pemerintahan yang memiliki tonggak kesuksesan.
“Kalau tagar yang kemarin itu seperti yang sudah diumumkan, maka kita juga punya tagar yang lain, yaitu lanjutkan 212,” tambahnya.
Ramainya tagar tersebut, ternyata juga disambut positif oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Fadli mengatakan jika dirinya juga mendukung gerakan ganti presiden 2019 tersebut. Pendapatnya, memang sudah saatnya Indonesia mengganti presiden untuk 2019.
Fadli juga menyampaikan alasan dirinya mendukung pergantian presiden, karena pemerintahan Jokowi telah dinilai gagal olehnya. “Ya memang sudah gagal kan. Kalau dari kacamata kami ya memang sudah gagal,” kata Fadli.
Sementara, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB Daniel Johan mengungkapkan bahwa tagar yang menjadi hiruk pikuk tersebut, dianggapnya tidak memiliki substansi. Menurutnya, harusnya yang menjadi masala utama lebih kepada persoalan rakyat.
“Karena sebenarnya persoalan substansi adalah kita mengangkat persoalan rakyat, apa yang masih kurang dari rakyat, apa yang menjadi harapan rakyat, apa yang menjadi keluhan rakyat itulah yg menjadi fokus utama,” jelas Daniel, di Gedung DPR RI, Rabu (4/4).
Sehingga, lanjut Daniel, jika memang ada perbaikan atau masukan untuk pemerintahan yang sekarang, bisa menjadi masukan yang konstruktif.
Sementara itu, Badan Pengawas Pemilu tidak menganggap gerakan bertagar #2019GantiPresiden sebagai kampanye. Menurut anggota Bawaslu Fritz Edward Siregar, tagar #2019GantiPresiden yang beredar di media sosial merupakan bagian dari ekpresi masyarakat yang tidak bisa dibatasi.
“Itu bagian dari ekpresi masyarakat. Tidak bisa membatasi orang untuk mengemukakan pendapatnya,” kata Edward di gedung KPU, Jakarta, Kamis, (5/4/18).
Selain itu, Bawaslu saat ini belum bisa mengawasi kampanye presiden, karena baru dimulai pada 23 September mendatang. Jadi, tagar yang selama ini beredar belum bisa juga dikategorikan sebagai kampanye. Ditambah, calon presiden saat ini juga belum ada.
Pelanggaran sebelum masa kampanye presiden akan dilihat malalui Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Jika ada informasi yang dianggap pelanggaran, kata Edward, akan ditindak sesuai dengan undang-undang tersebut.
“Masa kampanye belum jalan. Sebelum tahapan itu dimulai, Bawaslu belum bisa melakukan penindakan. Ini kebebasan untuk berekspresi,” ucapnya.



























