کمالوندی

کمالوندی

 

Pasukan koalisi internasional anti-Daesh pimpinan Amerika Serikat mengkonfirmasi serangan ke 2 pangkalannya di Irak dan mengumumkan, serangan ini tidak menimbulkan korban jiwa.

Fars News (5/1/2020) mengutip Baghdad Post melaporkan, serangan ke 2 pangkalan yang menjadi markas pasukan koalisi pimpinan Amerika tidak menimbulkan korban tewas atau luka.

Pasukan koalisi Amerika mengabarkan, serangan rudal itu terjadi pukul 19.46 waktu Baghdad, namun tidak menimbulkan kerusakan pada fasilitas pangkalan.

Pada hari Sabtu (4/1) bersamaan dengan prosesi tasyi jenazah syuhada serangan udara Amerika hari Jumat (3/1), pangkalan udara Balad, 64 kilometer utara Baghdad dan selatan Provinsi Salahuddin, yang merupakan markas pasukan Amerika, dihantam beberapa rudal.

 

Presiden Amerika Serikat mengatakan, jika Iran menyerang pangkalan kami, maka kami akan segera mengirim peralatan perang cantik dan mutakhir ke kawasan.

Fars News (5/1/2020) melaporkan, Donald Trump di laman Twitternya menulis, Amerika baru-baru ini mengeluarkan dana 3 triliun dolar untuk peralatan militer. Kami memiliki angkatan bersenjata dan peralata militer terbaik di dunia. Jika Iran menyerang salah satu pangkalan atau warga Amerika, maka kami akan mengirim sebagian peralatan militer canggih ini tanpa ragu.

Sebelumnya Trump mengatakan, Iran menyerang kami, lalu kami balas. Jika Iran menyerang lagi, yang sangat saya sarankan untuk tidak dilakukan, kami akan pukul Iran dengan pukulan yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya.

Presiden Iran mengancam akan menyerang 52 target di Iran jika negara ini membalas serangan udara di Baghdad, Irak yang menewaskan Komandan Pasukan Qods, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC hari Jumat (3/1) lalu. 

 

Presiden Amerika Serikat mengatakan, jika Iran menyerang pangkalan kami, maka kami akan segera mengirim peralatan perang cantik dan mutakhir ke kawasan.

Fars News (5/1/2020) melaporkan, Donald Trump di laman Twitternya menulis, Amerika baru-baru ini mengeluarkan dana 3 triliun dolar untuk peralatan militer. Kami memiliki angkatan bersenjata dan peralata militer terbaik di dunia. Jika Iran menyerang salah satu pangkalan atau warga Amerika, maka kami akan mengirim sebagian peralatan militer canggih ini tanpa ragu.

Sebelumnya Trump mengatakan, Iran menyerang kami, lalu kami balas. Jika Iran menyerang lagi, yang sangat saya sarankan untuk tidak dilakukan, kami akan pukul Iran dengan pukulan yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya.

Presiden Iran mengancam akan menyerang 52 target di Iran jika negara ini membalas serangan udara di Baghdad, Irak yang menewaskan Komandan Pasukan Qods, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC hari Jumat (3/1) lalu. 

Kejahatan dan aksi ilegal Amerika meneror Komandan pasukan Quds IRGC, Letjen Qasem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil ketua Hashd al-Shaabi Irak bersama rombongan di Baghdad yang menuai respon keras Iran dan janji untuk membalas Amerika, telah membuat Presiden AS Donald Trump ketakutan.

Presiden Amerika Sabtu (04/01) yang ketakutan atas balasan keras Republik Islam Iran di pesan twitternya mengumbar ancaman terhadap Iran. Trump di cuitan terbarunya mengklaim, jika Iran menyerang kepentingan Amerika sebagai balasan atas teror terhadap Letjen Qasem Soleimani, Washington akan menarget sejumlah titik di Iran.

Syahid Soleimani
Trump menulis, "Kita membidik 52 titik dan target di Iran (sama dengan 52 sandera Amerika oleh Iran beberapa tahun lalu) di mana sejumlah target ini memiliki nilai tinggi bagi Iran dan budaya negara ini. Kita akan menyerang dengan cepat target tersebut. AS tidak lagi dapat mentolerir ancaman."

Trump sejatinya melalui ancamannya ini, yang juga mengancam akan menyerang dan menghancurkan situs bersejarah dan warisan budaya Iran, dengan transparan menunjukkan esensi arogan AS dan ketidakpedulian negara ini terhadap hukum serta prinsip internasional, khususnya ancaman terang-terangan menyerang situs budaya dan bersejarah Iran. Padahal hal ini dilarang oleh hukum internasional.

Ketika AS melakukan kejahatan berat meneror Syahid Soleimani dan melanggar hukum internasional, kini tanpa malu-malu meminta Iran menyudahi kasus ini. Balasan tegas Tehran atas permintaan Amerika ini dengan balasan pasti dan keras terhadap Washington telah membuat Trump ketakutan.

Mengingat kegagalan langkah Trump untuk meredam kemarahan Iran, Trump untuk menutupi ketakutan atas balasan Tehran dan poros muqawama, tanpa malu-malu mengancam Iran yang menurut anggapannya langkah ini dapat menakut-nakuti Tehran.

Meski demikian Iran pasca kemenangan Revolusi Islam, selama 40 tahun lalu telah menunjukkan bahwa Tehran tidak pernah takut dengan ancaman Washington dan senantiasa memberi balasan tegas atas kejahatan Amerika di kawasan.

Brigjen Hossein Salami, komandan IRGC hari Sabtu (04/01) saat merespon aksi teroris Amerika meneror Letjen Qasem Soleimani memperingatkan, "Teror terhadap Syahid Soleimani akan memicu balasan strategis di mana kehadiran pasukan AS di kawasan akan berakhir."

Masalah lain adalah sikap dan langkah Trump bahkan membuat DPR negara ini sangat khawatir dan rival politik presiden AS juga memperingatkan secara serius dampak kebijakan tak bijaksana Trump terhadap Iran.

Nancy Pelosi
Ketua DPR AS Nancy Pelosi Ahad (05/01) dini hari di statemennya menyatakan bahwa langkah militer dan provokatif pemerintah Trump membahayakan militer dan diplomat negara ini. Pelosi saat merespon pengumuman resmi Gedung Putih kepada Kongres terkait serangan udara terbaru AS di Baghdad yang menggugurkan Syahid Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, menilai laporan ini memicu banyak pertanyaan segera dan serius terkait penjadwalan, metode dan justifikasi keputusan pemerintah Trump melakukan aksi permusuhan terhadap Iran.

Pelosi seraya mengkritik keras langkah militer yang dilakukan tanpa ijin dan pemperitahuan kepada Kongres, menilainya sebagai pemicu ancaman terhadap warga Amerika dan ketidakpastian keamanan mereka.

Kebijakan dan langkah serta sikap Trump juga membuat pengamat AS kebingungan dan frustasi. Mereka bahkan tidak tahan terhadap statemen seperti ini. Barbara Slavin, jurnalis senior Amerika dan anggota Dewan Atlantik di akun twitternya menulis, "Saya tidak lagi follow Trump di twitter, Saya benar-benar tidak lagi dapat mentolerirnya. Namun cuitan Trump terkait penghancuran warisan budaya dan bersejarah Irah sepenuhnya tidak dapat diterima. Apa sebenarnya tujuan AS? Pada dasarnya apakah mereka punya kebijakan? Atau hal ini hanya dipicu oleh kesombongan satu orang? "

Isyarat Slavin atas masalah ini apakah langkah pemerintah Trump terhadap Iran didasari oleh sebuah kebijakan yang koheren atau sekedar dipicu oleh keputusan mendadak presiden Amerika, mengindikasikan bahwa sejatinya Trump tidak memiliki wawasan yang benar terkait Iran dan rakyat negara tersebut. Tak hanya itu, Trump juga tidak memiliki pengetahuan yang benar akan pengaruh regional dan kemampuan defensif serta ofensif Iran.

Minggu, 22 Desember 2019 16:05

Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (20-Habis)

 

Penelitan yang dilakukan menunjukkan krisis yang berkaitan dengan perempuan memiliki hubungan langsung dengan sistem nilai serta beragam model yang trend di tengah masyarakat.

Menurut keyakinan para psikolog, pola yang salah atau pilihan yang diberikan kepada perempuan mengarah pada absurdisme, konsumerisme, suka pamer dan persaingan dengan para pria, sehingga peran kemanusiaan dan pendidikan mereka tidak lagi diperhatikan. Di sisi lain, mengenal pola dan teladan yang berpengaruh dalam menentukan nasib manusia menjadi faktor efektif dalam proses pergerakan perempuan. Pilihan positif akan memberikan martabat dan kemuliaan kepada perempuan dan menjadikan usaha mereka di bidang sosial menjadi lebih bertujuan dan efektif.


Saat ini, Barat menganggap perlakuan mereka terhadap perempuan sebagai panutan bagi seluruh dunia, dan di mana perilaku ini tidak diterima, mereka menganggapnya sebagai kekejaman terhadap perempuan. Mereka membawa bendera perlindungan perempuan di seluruh dunia, sementara tidak ada peradaban seperti Barat yang menghancurkan martabat perempuan, sehingga dalam budaya Barat tidak ada rasa kesucian dan rasa malu.

Namun, menurut penelitian terbaru, banyak wanita di Eropa memeluk Islam. Meskipun tidak ada statistik resmi tentang jumlah mualaf di Eropa, lembaga-lembaga yang memantau populasi Muslim Eropa telah memperkirakan bahwa jumlah wanita Eropa yang masuk Islam meningkat setiap tahun. Para ahli mengatakan bahwa dalam tiga puluh tahun terakhir, agama Islam telah tumbuh secara dramatis di Eropa. Jadi, setelah Kekristenan, agama kedua Eropa sekarang adalah agama Islam.

Meskipun dunia modern telah membuat beberapa kemajuan dalam kesejahteraan dan mata pencaharian perempuan, namun Barat sebenarnya telah mengabaikan status manusia yang sebenarnya dari perempuan. Perempuan menginginkan masyarakat yang bebas dari kerusakan, kejahatan, mencari kebenaran, keselamatan diri dan meraih spiritual termasuk kebutuhan yang sangat penting. Inilah yang hilang di Eropa dan Barat. Faktanya adalah bahwa Islam adalah cara hidup yang layak dan berkelanjutan yang muncul sebagai keinginan alami dalam tubuh manusia dan menawarkan solusi yang tepat untuk beragam kebutuhan manusia. Islam tidak memaksakan pemikirannya pada orang lain. Pada saat yang sama, siapa pun yang mempelajari Islam tanpa prasangka, menerimanya dengan tangan terbuka, dan ini adalah ciri khas agama yang hidup dan dinamis.

Gagasan luhur Islam, dengan memperkenalkan pola-pola al-Quran, mencegah perempuan dari sikap ekstrem kiri dan kanan. Islam tidak melihat perempuan sebagai alat dan itu tidak layak bagi perempuan. Karena wanita adalah faktor penentu dalam pendidikan generasi manusia dengan kasih sayang danemosi yang besar. Pada saat yang sama, keadaan fisik dan emosional wanita semakin meningkatkan kerentanan mereka.

Mempertimbangkan fakta-fakta ini, perhatian pada sifat alami dan karakteristik perempuan menempatkan kepribadian mereka pada tingkat yang seimbang dan berkontribusi pada kemajuan dan kesuksesan mereka. Dalam program "Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran" kami telah menyebutkan model-model perempuan yang disebutkan dalam al-Quran. Apakah mereka yang dikenang karena perbuatan baik mereka dalam al-Quran dan mereka yang akhirnya menjadi contoh yang bersinar bagi orang lain.

Dari sisi meraih posisi tinggi manusia, satu-satunya parameter yang diperkenalkan al-Quran sebagai tolok ukur keutamaan manusia baik itu perempuan atau laki-laki adalah "iman dan perbuatan baik" yang berupaya mencapai "kehidupan yang baik" itu sendiri, yang mengarah pada perwujudan masyarakat yang saleh dan bebasdari dosa dan mengikuti hawa nafsu, kezaliman, kekejaman dankesombongan.

Oleh karena itu, jika dalam kitab suci kami Muslim, Nabi Muhammad Saw dan Ibrahim al-Khalil as bersama para sahabatnya ditetapkan sebagai teladan dan contoh bagi mereka yang berharap akan rahmat Allah dan Hari Kiamat; mulai dari Asiah, istri Firauh dan Maryam putri Imran secara transparan telah diperkenalkan sebagai teladan bagi masyarakat mukmin dan perempuan lainnya yang dipuji oleh al-Quran, semuanya memiliki dua ciri khas "iman dan perbuatan baik" dan dapat menjadi teladan bagi semua manusia. Masalah ini dengan sendirinya menunjukkan agama Islam memberikan perhatian khusua bagi derajat perempuan dan peran khususnya di tengah masyarakat manusia dan di jalur keberuntungan di akhirat.

Setiap teladan yang memiliki keutamaan Qurani adalah contoh bagi semua manusia yang haus kesempurnaan, baik pria maupun perempuan. Pada hakikatnya, agama Islam menawarkan pola yang melambangkan manusia yang sempurna. Sayidah Fathimah as, putri Rasulullah Saw adalah contoh terkenal dari jenis manusia ini. Prospek hidupnya bukan hanya kisah sederhana seorang perempuan. Apa yang diwujudkan dalam kehidupan manusia transenden ini dalam menghadapi peristiwa luar biasa, yang seklipun terjadi berabad-abad sebelum zaman kita, tetapi sepanjang sejarah, bahkan di zaman kita, kejadian itu terjadi di seluruh dunia. Karenanya tetap segar dan memberi banyak pelajaran.

Tokoh-tokoh hebat memiliki gagasan yang luas dan konstruktif seiring berjalannya waktu merefleksikan gagasan ini. Saat ini, banyak orang yang percaya pada Islam mencari identitas sejati seorang perempuan pada Fathimah dan menjadikannya sebagai panutan baginya dengan cinta, iman dan keyakinan.

Fatima Anastasia Yezhova adalah seorang Muslim Rusia baru dengan dua nama. Anastasia dipilih oleh orang tua ortodoksnya, dan dia sendiri menambahkan Fatima. Setelah berkenalan dengan agama Islam, ia memilih kerudung dengan bijak dan penuh cinta. Dia menganggap Zahra sebagai panutannya dan semua perempuan.

Ia mengatakan, "Panutan Sayidah Fathimah al-Zahra berlaku untuk perempuan di segala usia, karakteristik mereka merupakan karakteristik dasar perempuan sejati, seperti menjadi istri yang penuh kasih dan baik yang selalu menarik suaminya dan ibu yang luar biasa yang mampu mendidik pahlawan dan manusia revolusioner. Di sisi lain, ada fitur seperti perhatian pada politik, keadilan dan kehidupan umat. Karena seorang perempuan yang minatnya terbatas pada masalah keluarga dan rumahnya tidak dapat membesarkan seorang putra seperti Husein. Jelas bahwa semangat kepahlawanan dan kemartiran ada di hati Sayidah Zahra as dan dia memberikan sinar cahaya kepada anak-anaknya."

Fatima menambahkan, "Model Sayidah Zahra juga dapat berguna dalam masyarakat non-Muslim saat ini. Pertama-tama kita harus berurusan dengan penyakit feminisme yang memandang laki-laki sebagai musuh perempuan. Ini sama merusaknya dengan ideologinya, yang mempromosikan pelecehan terhadap perempuan atas nama patriarki dan tidak ada hubungannya dengan Islam murni dan Syariah. Pria itu bukan musuh perempuan itu dan bukan lawannya. Pria itu bukanlah seseorang yang harus diatasi atau dinetralkan olehperempuan itu, tetapi pria itu adalah seorang teman, seorang istri dan seorang pemandu yang mendukung perempuan itu dan menjamin pemulihan hak-haknya, kepuasan hasrat alamiahnya, dan pengembangan bakat potensialnya. Ini adalah model yang ditetapkan oleh hukum Islam. Keluarga Sayidah Zahra as dan Imam Ali as adalah model cinta sejati, rasa hormat, pengertian dan persahabatan antara suami dan istri, sedangkan jalan Sayidah Zahra as menunjukkan kepada kita bahwa menjadi seorang istri dan ibu, menjadi penting dalam perjuangan untuk keadilan dan memainkan peran keadilan. Masyarakat dunia saat ini harus tahu bahwa sisi keperempuanan tidak menghina seorang perempuan. Kesucian dan martabat di depan umum tidak mempermalukan seorang perempuan. Memasak untuk menyenangkan keluarga perempuan itu tidak mempermalukan perempuan itu, dan ini adalah logika dan tantangan kita terhadap feminisme."

Minggu, 22 Desember 2019 16:04

Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (19)

 

Sebelumnya, kita telah membahas tentang kelahiran penuh kebahagiaan dan berkah Sayidah Fathimah Zahra as, ketika dimulai dari surat al-Kautsar yang berarti kebaikan yang banyak yang dianugerahkan Nabi Muhammad Saw. Pada kesempatan ini akan disampaikan ayat-ayat lain dari al-Quran yang berbicara tentang Sayidah Fathimah Zahra as.

Al-Quran dalam ayat 33 surat al-Ahzab yang dikenal dengan ayat "Tathir" mengatakan kepada Nabi Saw bahwa Ahlul Bait telah disucikan dari segala dosa dan kesalahan dan dengan demikian telah ditekankan derajat keterjagaan (Ishmah) dan kesucian mereka termasuk Sayidah Fathimah as. "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."


Sahabat Nabi Saw, pengikut dan cendekiawan Islam semua sepakat bahwa ayat Tathir telah diturunkan kepada lima orang, bahkan Ummu Salamah dan Aisyah yang telah menyaksikan wahyu dari ayat tersebut dan berharap untuk dimasukkan di dalamnya mengatakan bahwa ayat ini merujuk pada Nabi, Imam Ali, Sayidah Zahra, Imam Hasan dan Imam Husein.

Dikutip dari Ummu Salamah, istri Nabi, "Suatu hari Fathimah as memasak makanan dan membawanya kepada Nabi Saw. Hari itu Nabi di rumah saya. Karena Fathimah telah membawa makanan, Nabi berkata, 'Wahai cahaya mataku! Ajak Ali dan dua anakmu untuk makan bersama aku. Karena mereka sudah datang, semua memakan hidangan itu. Setelah itu Nabi melepaskan pakaian penutup gamisnya dan melebarkannya untuk diduduki mereka lalu berkata, 'Ya Allah! Mereka ini semua Ahlul Baitku. Karenanya, jauhkan mereka dari kekejian dan kekotoran lalu sucikan mereka.' Pada waktu itu ayat 33 surat al-Ahzab diturunkan. Setelah itu saya berkata, 'Wahai Rasulullah! Apakah saya juga bersama kalian?' Nabi berkata, 'Engkau tidak memiliki derajat Ahlul Baitku, tetapi engkau perempuan yang berpeilaku baik dan memiliki sifat yang baik."

Pada hakikatnya, ayat ini menggambarkan hakikat manusia sempurna yang telah melewati segala faktor materi dan mencapai derajat kesucian dan kesempurnaan yang tinggi. Mereka berhasil menarik kegembiraan Allah dan memanifestasikan inti kemanusiaan dalam dirinya. Mereka adalah penafsir hakiki wahyu Allah dan Ahlul Bait Nabi as. Imam Muhammad Baqir as berkata, "Ayat ini diturunkan tentang Rasulullah Saw, Ali as, Fathimah as, Hasan as dan Husein as." Dalam buku Ihqaq al-Haq telah menyinggung lebih dari 70 hadis dari sumber-sumber Ahli Sunnah tentang kekhususan ayat ini kepada lima orang, yakni Nabi, Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as. Sementara dalam buku Syawahid al-Tanzil menyebutkan lebih dari 130 hadis.


Dalam riwayat disebutkan bahwa setelah ayat Tathir diturunkan, Rasulullah untuk beberapa waktu ketika akan menunaikan shalat Subuh berdiri di depan pintu rumah Fathimah al-Zahra as dan meletakkan kedua tangannya di dua sisi bingkai pintu dan berkata, "Wahai Ahlul Bait! Semoga salam, rahmat dan berkah Allah kepada kalian. Bangkitlah untuk shalat. Saya memerangi orang yang memerangi kalian dan berdamai dengan mereka yang berdamai dengan kalian."

Satu lagi dari ayat-ayat al-Quran yang menyampaikan sisi spiritual, kesucian dan keagungan Fathimah as adalah ayat Mubahalah. Nabi Muhammad Saw dalam menjelaskan risalahnya dan menyampaikan pesan ilahi telah banyak menulis surat kepada raja-raja dan negara-negara atau mengirim utusan ke sana, sehingga suara kebenaran dan tauhid sampai ke seluruh dunia. Najran dengan 70 desa yang dimilikinya berada di perbatasan dengan Hijaz dan Yaman. Di awal munculnya Islam, daerah ini satu-satunya daerah di Hijaz yang ditinggali orang-orang Kristen. Warga daerah ini dulunya penyembah berhala dan kemudian memeluk agama Kristen.

Nabi Saw pada tahun 10 Hijrah menulis surat kepada Uskup Najran Abu Haritsah untuk mengajak kelompok ini memeluk agama Islam. Pada tahun 9 Hijrah, menyusul ajakan Nabi agar memeluk Islam, delegasi dari Kristen Najran mendatangi Najran dan berdebat dan berdialog dengan Nabi. Setiap kali Rasulullah memberikan jawaban yang tidak dapat dibantah, mereka tetap tidak mau beriman. Pada waktu itu, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk melakukan mubahalah dengan mereka. Yakni, kedua pihak membawa keluarga mereka dan dengan memohon kepada Allah agar siapa yang berbohong akan binasa.


Proses mubahalah termasuk kejadian sensitif dan penting dalam sejarah Islam. Hadir dalam peristiwa ini membutuhkan iman dan keyakinan khusus. Dalam doa dan permohonan ini, hak dan batil hanya akan menjadi jelas ketika mereka yang benar meyakini dengan kuat kebenaran dirinya dan tidak sedikitpun ada keraguan. Orang Kristen Najran menerima mubahalah. Tetapi ulama mereka memperingatkan bahwa bila Muhammad datang bersama kaumnya untuk bermubahalah, maka lakukan mubahalah dengannya, tetapi bila hanya keluarganya yang bersamanya, jangan bermubahalah dengannya. Karena ia tidak akan membahayakan Ahlul Baitnya, keculai nabi yang benar dan jujur.

Zamakhsyari, penulis tafsir al-Kassyaf menyebut ayat mubahalah sebagai ayat terkuat dalam mengargumentasikan keutamaan Ahlul Bait Nabi as dan mengomentarinya bahwa hari yang telah disepakati, ketika orang-orang Kristen menyaksikan Nabi dengan tenang dan teguh berjalan menuju mereka, sementara putrinya Fathimah yang merupakan bagian jiwanya, Ali, Hasan dan Husein as mengiringinya, segera mereka memahami kebenarannya dan membatalkan mubahalah.


Rasulullah memilih Fathimah dari sekian perempuan muslim dan menjadikannya bukti kebenaran dirinya dengan sendirinya menjadi bukti derajat Fathimah. Padahal Nabi dapat memilih perempuan lainnya untuk bersamanya. Di sisi lain, Sayidah Fathimah as menjadi teladan bagi seluruh perempuan jujur dan pencari kebenaran dalam sebuah peristiwa penting akidah-sosial, dimana mengikuti perempuan berani dan mulia ini dalam membela kebenaran dan hakikat menjadi kehadiran yang konstruktif.

Tidak diragukan lagi bahwa apa yang menyebabkan al-Quran memposisikan Fathimah dengan derajat tinggi ini, karena semua sifat mulia dan inti kemanusiaan termanifestasikan dalam dirinya. Disebutkan bahwa ketika Fathimah as berdiri melaksanakan shalat, di sekelilingnya ada cahaya dan ketika berbicara, ucapannya penuh dengan ilmu dan makrifat. Ketika Rasulullah Saw melaksanakan risalahnya, Fathimah selalu menyertainya bersama suaminya, Ali dan dengan kehadiran konstruktifnya mampu membuat hangat keluarga dan memperkokohnya. Fathimah pendidik anak-anak yang bebas, membangun sejarah dan pada saat yang sama, perempuan yang bertanggung jawab akan nasib masyarakatnya.

Fathimah adalah teladan tinggi seorang perempuan yang transenden, yang tidak mengorbankan satu dari dimensi kepribadiannya dan menunjukkan betapa perempuan memiliki kapasitas yang tinggi untuk mencapai kesempurnaan. Fathimah adalah manusia sempurna dan tidak boleh menutup satu dari dimensi sosial-politik atau kemanusiaannya. Fathimah al-Zahra as berada di puncak keagunan manusia dan takwa, welas asih kepada semua perempuan di dunia dan mengajak mereka untuk melewati jalan dan gaya hidup ini.

Minggu, 22 Desember 2019 16:03

Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (18)

 

Al-Quran sangat menganjurkan manusia untuk memperhatikan warisan sejarah kaum terdahulu dan dalam hal ini, membahas pribadi-pribadi menonjol lalu memperkenalkan mereka sesuai dengan bidangnya.

Artikel sebelum ini telah membawa kita mengenal sejumlah perempuan dalam al-Quran sebagai teladan qurani dan berhasil memperkenalkan kelebihan yang mereka miliki. Kita menghormati Maryam karena kesuciannya, takwa dan ibadahnya. Balqis, Ratu Saba' sebagai perempuan yang dikenal dengan kemampuan manajerial dan rasionalitasnya. Kami juga telah memperkenalkan beberapa perempuan yang semasa dengan Nabi Musa as di saat-saat yang sangat menentukan. Masih ingat akan keberanian Sarah mengikuti suaminya serta kesabaran dan istiqamah Hajar di hadapan kehendak ilahi.


Pada kesempatan kali ini, kita akan berbicara tentang seorang perempuan yang keagungannya dikarenakan memiliki semua sifat menonjol kemanusiaan. Dengan kata lain, kepribadiannya patut dipuji dan transenden di semua dimensi hidupnya. Sekalipun nama perempuan ini secara eksplisit tidak disebutkan dalam al-Quran, tetapi menurut pendapat mayoritas ahli tafsir dan ulama Islam, ada beberapa ayat al-Quran yang diturunkan mengenai dirinya. Usianya tidak panjang dan terbatas, tetapi sejarah kehidupannya memberikan poin baru, setiap kali kita mengkajinya. Perempuan ini adalah Fathimah as, putri suci dan mulia Rasulullah Saw.

Muhammad dan Khadijah adalah dua manusia teladan. Khadijah adalan perempuan yang benar-benar mengorbankan segalanya demi penyebaran tauhid dan agama Islam. Ia membantu Muhammad lewat hartanya dan membantu apa saja yang bisa dilakukannya untuk suaminya. Hasil dari pernikahan suci ini adalah dua putra bernama Abdullah dan Qasim dan empat putri; Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah dan Fathimah. Namun tidak berapa lama, dua putra Rasulullah meninggal dunia. Kehilangan dua putranya ini sangat membuat Muhammad dan Khadijah sedih dan menggembirakan musuh-musuh mereka. Karena menurut mereka, keturunan Nabi Saw telah terputus.

Setelah pengutusan Muhammad sebagai Rasulullah, beliau kembali kepada Khadijah setelah melewati ibadah selama 40 hari dan memberi kabar gembira kepadanya bahwa Jibril memberi berita gembira bahwa Allah akan menganugerahkan seorang putri, dimana keturunannya penuh berkah dan suci. Allah Swt dengan segera akan menganugerahkan keturunanku lewat keberadaannya dan darinya akan muncul generasi yang menjadi Imam dan Khalifah Allah setelah terputusnya wahyu. Ketika Khadijah hamil, sejak itu pula ia merasa akrab dengan Fathimah yang berada dalam perutnya. Suatu hari Rasulullah memasuki kamar dan mendengar Khadijah sedang berbicara dengan seseorang. Beliau bertanya, "Wahai Khadijah! Engkau sedang berbicara dengan siapa?" Khadijah menjawab, "Anak yang berada dalam perutku berbicara denganku dan mengakrabiku serta membuatku merasa tenang."

Hari berlalu dan masa kelahiran anak yang dinanti ini semakin dekat. Waktu itu tidak ada perempuan Mekah yang akan membantu persalinan. Khadijah sangat sedih, tetapi tiba-tiba ada empat perempuan dengan tubuh tinggi memasuki ruangan. Ketika melihat mereka, Khadijah merasa takut. Seseorang dari mereka berkata, "Wahai Khadijah! Jangan bersedih. Kami diutus oleh Tuhanmu untuk menemuimu. Kami adalau saudarimu. Saya adalah Sarah. Perempuan yang duduk bersamamu di surga adalah Asiah binti Muzahim. Sementara yang satu ini adalah Maryam putri Imran dan yang itu adalah Kultsum, saudari Musa bin Imran. Allah mengutus kami kepadamu untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan perempuan di waktu seperti ini."


Ketika Fathimah lahir ke dunia, muncul cahaya terang benderang di langit yang tidak pernah disaksikan sebelum ini oleh para malaikat. Empat perempuan itu mengatakan, "Khadijah ambil anakmu yang berada dalam keadaan suci, disucikan dan penuh berkah dan Allah menjadikannya dan keturunannya berkah."

Berita kelahiran putri Nabi Muhammad Saw sampai ke semua tempat. 'Ash bin Wail yang merupakan musuh lama Nabi Saw yang menurut pandangan Jahiliah, menilai anak perempuan sebagai kehinaan, menyebut Muhammad sebagai Abtar yang berarti keturunannya terputus.

Pada waktu itu Allah menurunkan surat al-Kautsar dan Allah memberikan kabar gembira kepada utusan-Nya seperti ini, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."


Sejatinya, Allah menurunkan surat ini kepada Nabi Muhammad Saw sebagai hiburan kepada beliau, sekaligus menjelaskan satu hakikat bagi beliau dan bagi umat Islam. Karenanya Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak." Itu adalah hakikat agung, banyak dan terus bertambah.

Sebelum munculnya Islam, sejarah ditulis khusus untuk laki-laki dan pria menutupi kehidupan perempuan serta tidak memberi kesempatan kepada perempuan untuk memainkan peran. Keberadaan anak laki-laki dan pria dalam sebuah keluarga termasuk nilai dan memberi kebesaran tersendiri bagi keluarga tersebut. Laki-laki tidak memberi kesempatan kepada perempuan agar dapat mengaktualisasikan energinya yang tersimpan dan tersembunyi dalam dirinya. Di masa itu, perempuan hanya menjadi pemain peran pinggiran dan bagian dari laki-laki. Dalam perjalanan waktu, perempuan dipengaruhi masalah ini dan perlahan-lahan mereka tidak percara dirinya merupakan seorang perempuan yang independen.

Dengan kemunculan Islam dan keberadaan Sayidah Fathimah as serta peran yang dimainkannya dalam keluarga dan masyarakat berhasil menghancurkan kebiasaan ini. Sejak masih kecil, Fathimah telah menghapus pemikiran Jahiliah dan selalu bersama Nabi Saw dan menjadi pendukungnya ketika risalah dan tugas Nabi sedang sulit. Ia berhasil menunjukkan perempuan dan laki-laki memiliki tanggung jawab yang sesuai dengan dirinya dan peran keduanya berbeda sesuai dengan pribadi dalam dirinya dan elemen yang diperlukan dalam pertumbuhan dan kesempurnaan keduanya. Keduanya merupakan bagian dari penciptaan manusia dan tidak ada kelebihan satu dari keduanya. Karena keutamaan manusia bergerak pada makna akal, jiwa dan gerakannya, bukan pada jenis kelaminnya. Sekalipun Fathimah as tidak berusia panjang, tetapi berhasil menunjukkan hakikat ini dengan baik.


Sekaitan dengan tafsir surat al-Kautsar, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Berbeda dengan yang dibayangkan musuh yang suka menyalahkan, putri Nabi Saw penuh berkah dan wujud yang dermawan, menjadi sumber tetapnya nama, memori, agama dan ajaran Nabi Saw, sehingga tidak pernah ada anak yang menonjol dan agung seperti ini. Pertama, keturunannya ada sebelas Imam dan sebelas mentari penuh cahaya yang menyebarkan ajaran Islam ke dalam hati setiap manusia, menghidupkan kembali Islam, menjelaskan al-Quran, menyebarkan ajaran Islam, menghapus perubahan dan tahfir dari Islam dan menutup jalan untuk menyalahgunakan Islam.

Salah satu dari sebelas Imam ini adalah Husein bin ali as yang sesuai dengan riwayat dari Nabi Saw, 'Saya berasal dari Husein dan Husein adalah bahtera penyelamat dan cahaya hidayah.' Semua warisan penuh berkah yang ada dalam pribadi tersebut memunculkan syahadah dan kebangkitan dalam sejarah Islam, ia adalah satu dari keturunan Fathimah Zahra as. Bukan hanya ajaran Syiah yang menjadi imam terkenal Ahli Sunnah, baik lewat perantara atau langsung telah memanfaatkan limpahan ilmu mereka.

Kautsar atau kebaikan yang banyak ini setiap hari semakin terang dan menyebarkan keturunan Nabi Saw di seluruh dunia Islam. Sekarang ribuan, bahkan ratusan ribu keluarga turunan Nabi yang telah dikenal jelas yang berada di pelbagai dunia Islam menunjukkan keturunan beliau tetap bertahan bak ribuan peliat di dunia yang menjadi bukti keberadaan spiritual ajaran dan pribadi sucinya. Kautsar ini adalah Fathimah Zahra as. Salam Allah kepadanya, salam seluruh para nabi dan wali, malaikat dan segala ciptaan Allah kepadanya hingga Hari Kiamat."


Al-Quran dengan diturunkannya surat al-Kautsar tentang pribadi Sayidah Fathimah Zahra as berhasil memperkenalkan teladan kebaikan kepada dunia dan Fathimah sebagai anugerah yang tiada akhir pewaris keutamaan dan kebaikan akhlak Nabi Saw. Dalam surat ini, telah diperintahkan kepada Nabi Saw agar mengucapkan syukur kepada Allah karena diberikan Kautsar ilahi yang abadi ini. Di sisi lain, Allah Swt dengan perubahan ini berhasil mengeluarkan perempuan dari penghinaan, khurafat dan penyimpangan. Di balik kebaikan banyak Fathimah as, Ahlul Bait Rasulullah Saw bak mutiara yang dihormati manusia dan menjadi jalan, hidayah dan pembimbing mereka menuju kebahagiaan.

Minggu, 22 Desember 2019 16:03

Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (17)

 

Salah satu perempuan penuh pengorbanan yang menyerahkan hidupnya demi melindungi dan mempromosikan nilai-nilai ilahi adalah istri Nabi Ayyub as.

Perempuan bagian dari penciptaan Allah yang luar biasa, sama seperti pria yang harus melewati jalur transenden dan kesempurnaan. Menurut pandangan Islam, perempuan yang berada di setiap masyarakat manusia yang sehat, memiliki kemampuan yang dibutuhkan dan mereka harus diberi kesempatan untuk bertanggung jawab dalam kemajuan sains, sosial, pembangunan dan mengelola dunia ini. Tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Tujuan penciptaan setiap manusia, baik itu perempuan atau laki-laki adalah sampai pada kesempurnaan insani dan memanfaatkan kebajikan lebih banyak demi menghiasi dirinya.

Kita mengetahui bahwa al-Quran, ketika membuat contoh dari manusia yang baik dan buruk, keduanya dipilih dari perempan. Karena Islam ingin menentang segala bentuk pemahaman yang salah dan tidak benar sepanjang sejarah tentang perempuan dan memperkenalkan posisi insani seorang perempuan. Islam ingin pertumbuhan pemikiran, ilmu, sosial, politik dan lebih dari semua itu pertumbuhan keutamaan dan spiritual perempuan mencapai batas tertinggi dan keberadaan perempuan bagi keluarga dan masyarakat insani sebagai satu anggota memiliki manfaat dan hasil terbaik.


Salah satu perempuan yang penuh pengorbanan yang berkorban dalam keluarga demi mempertahankan dan meninggikan nilai-nilai ilahi adalan Rahmah, istri Nabi Ayyub, putri dari Nabi Syu'aib. Ia menghadapi kondisi dan peristiwa paling sulit dalam hidupnya. Nabi Ayyub as salah satu nabi Allah yang mendapat ujian sulit. Beliau kehilangan semua orang-orang terdekat dan kekayaannya dan hanya dengan badan yang lemah dan sakit-sakitan dan istri yang suci dari keluarga nabi. Kesabaran menghadapi segala kesulitan dan kebersamaannya menjaga suaminya menjadi teladan kebaikan bagi semua manusia sepanjang sejarah.

Setiap kali suara munajat dan ucapan syukur Ayyub terdengar di telinga para malaikat, mereka memujinya dan mengingatnya sebagai hamba Allah terbaik. Setan tidak dapat melihat begitu saja keagungan seorang manusia dan segera menghadap Allah dan mengatakan, "Ya Allah! Syukur Ayyub menunjukkan ia tidak membutuhkan dan tidak ada yang dipikirkannya. Ia memiliki semua nikmat, juga seorang nabi dan memiliki harta dan kekayaan yang cukup, begitu pula anak-anak yang banyak dan istri yang penyayang. Bila Engkau menghilangkan nikmat-nikmatnya dan biarkan ia dalam cobaan yang berat, Engkau akan melihat betapa ia tidak akan mensyukuri-Mu seperti ini."

Terdengar suara, "Kami lebih mengetahui hamba Kami, tetapi Kami memberimu kesempatan, sehingga Ayyub teruji."

Hari itu, anak-anak Ayyub mendekati ayahnya dengan penuh kekhawatiran dan berkata, "Sepertinya ada api yang menyala di atas kehidupan ini. Semua menjadi musnah, bahkan untuk menyediakan makanan sehari-hari kita berada dalam kesulitan." Tanpa berkata apa-apa Ayyub dengan wajah yang tenah mengusap kepada mereka dan berkata, "Ya Allah, apa yang aku miliki hanyalah amanat dari-Mu dan saya akan tetap mensyukuri-Mu dalam segala keadaan. Bagaimana saya menjadi pensyukur nikmat-nikmat-Mu yang tidak ada batasnya, Apakah Engkau masih ragu?"

Setan yang kalan dalam ujian ini kembali berkata, "Ya Allah, beri kekuatan kepadaku untuk menguasasi anak-anak Ayyub, sehingga aku dapat membuktikan bahwa Ayyub bukan orang yang sabar." Beberapa hari berlalu, dua orang anaknya mendatangi Ayyub dengan perasaan tidak enak dan cemas. Ayyub bertanya, "Apa yang terjadi?" Apakah kalian ada kebutuhan?" Mereka menangis dan tidak bagaimana harus memulai pembicaraan. Pada akhirnya satu di antara mereka berkata, "Di kebun yang temboknya runtuh, semua anakmu meninggal." Ayyub meneteskan air mata, tetapi tidak berkata apapun. Setelah itu ia mengangkat kepalanya dengan sedih, tetapi penuh keikhlasan berkata, "Wahai yang Maha Pengasih, anak-anakku semuanya adalah nikmat-nikmat Engkau yang menjadi amanah dan diserahkan kepadaku. Ini kehendak-Mu yang mengambilnya sekaligus. Saya mensyukuri-Mu, karena saya tidak mampu mensyukuri nikmat-nikmat-Mu yang tidak terbatas."

Keikhlasan dan penghambaan Ayyub bagaikan palu godam yang menghantam kepala setan, tetapi ia telah bersumpah tidak akan meninggalkan walau sekejap pun untuk menggoda dan menipu manusia. Karenanya ia berusaha sekali dan berkata, "Ya Allah! Ayyub masih tetap bersyukur kepadamu karena menginginkan harta dan anaknya dikembalikan. Bila Engkau mengambil nikmat kesehatan dari Ayyub dan badannya menderita sakit yang sulit sembuh, Engkau akan melihat Ayyub tidak lagi bersyukur kepada-Mu."

Al-Quran
Ayub jatuh sakit dan terbaring di tempat tidur dengan seluruh tubuhnya ada luka. Orang-orang mengira ia telah kehilangan status kedekatan ilahi dan memutuskan hubungan dengannya. Setan berpikir sudah mendekati tujuannya. Dia begitu gembira dan seperti lupa, tetapi dia mendengar suara Ayub yang samar dan lemah mengucapkan syukur kepada Allah, "Ya Tuhanku! Hamba Anda yang malang ini sebelumnya memiliki berkat kesehatan. Jika Anda mengambilnya kembali, saya mematuhi perintah Anda dengan jiwa saya. Bagaimana saya bisa berterima kasih atas berkat hidup dan berkat iman yang telah Anda berikan kepada saya!"

Beberapa hari, bulan dan tahun berlalu, Ayub masih di tempat tidur sampai tubuhnya melemah dan wajahnya menjadi kurus dan kuning. Karena penyakitnya terus berlangsung, para sahabat dan temanya kemudian meninggalkannya. Hanya istri Ayyub yang setia tetap bersamanya dan merawatnya sampai nafas terakhir serta menjaga cahaya hidupnya tetap menyala. Rahmah dengan hati penuh kasih menjaganya dan memperkuat harapan dalam dirinya serta bersama suaminya dalam memuji dan bersyukur kepada Allah. Rahmah dengan segala peristiwa pahit yang dialaminya tetap mempertahankan imannya.

Pada saat ini, setan benar-benar marah dan tidak berdaya, lalu memanggil bantuan. Para sahabat setan berkata, "Sampai saat ini istri Ayub masih menjadi teman setianya. Apakah kalian dapat membuat Ayyub bertekuk lutut lewat istrinya?" Setan senang dan dirinya berubah menjadi seorang pria. Ia pergi ke istri Ayub dan, dengan kata-kata menipu, ia menyalakan api kesedihan yang tersimpan dan membuatnya putus asa dari belas kasihan Tuhan. Istri Ayub mendatangi suaminya dan berkata, "Berapa lama lagi Tuhan akan mengazabmu? Mengapa Dia tidak menghilangkan kesedihanmu? Kekayaan, anak-anak, masa muda dan martabatmu telah pergi ke mana?"

Ayyub menjawab, "Sesungguhnya setan telah menipumu."

Dengan marah istrinya berkata, "Mengapa engkau tidak mau memohon kepada Allah agar menghilangkan kesedihanmu dan memusnahkan cobaanmu?"

Ayyub berkata, "Berapa lama engkau hidup dalam nikmat dan hidup dengan penuh kejayaan?"

Ia menjawab, "80 tahun."

Ayyub bertanya, "Sekarang bertapa tahun engkau hidup dalam kesulitan?"

Rahmah, "Tujuh tahun."

Nabi Ayyub kemudian berkata, "Saya malu memohon kepada Allah agar menjauhkan kesulitan dari diriku, sementara masa nikmat dan kesulitan yang aku alami sangat jauh jaraknya. Bila aku dapat bangkit dari tempat tidur dan mendapatkan kembali kekuatanku, aku akan mencambukmu seratus kali."

Ayub ditinggalkan sendirian dan penyakitnya semakin memburuk. Suatu hari dengan berseru kepada Tuhan untuk meminta bantuan ia berkata, "Ya Tuhan, setan telah menyiksaku dengan azab, tetapi Engkau paling pengasih dari yang mengasihi." Dengan mengadukan setan, Ayyub meminta kepada Allah agar menghilangkan kejahatannya. Hal ini disampaikank etika Ayyub berhasil melewati ujiannya dengan hasil bagus dan menunjukkan mampu menghadapi godaan setan dengan sabar dan menanggung semua ujian dengan baik. Karenanya Allah mengabulkan doa Ayyub dan mewahyukan kepadanya, "Ayyub, hentakkan kakimu ke atas tanah. Mata air yang jernih akan muncul dan dengan air itu engkau dapat minum dan mandi. Kesehatan akan kembali dan begitu juga engkau akan menjadi muda."

Meskipun Ayub memerintahkan istrinya untuk meninggalkannya, tetapi istrinya tidak merasa terancam oleh kemarahan Ayub dan tidak melepaskan bayang-bayang kasih sayangnya dari diri suaminya serta memutuskan untuk merawatnya. Ketika kehancuran yang menimpa Ayyub kembali baik semua, ia benar-benar terkejut mendapati Ayyub sebagai seorang pemuda yang segar, sehat dan aktif sedang berada di kebun yang menghijau. Pada awalnya ia tidak mengenal Ayyub. Ia mulai menangis dan pemuda itu kemudian bertanya mengapa ia menangis. Rahmah menjawab, "Segalanya di sini sudah rusak dan hancur, dimana ada seorang pria yang terbaring sakit. Sekarang saya tidak tahu apa yang terjadi padanya. Pemuda itu berkata, "Saya adalah Ayyub yang berdoa kepada Allah dan Allah mengembalikan semua nikmat-nikmat kita."

Rahmah begitu gembira mendengar itu dan bersyukur kepada Allah. Tetapi Ayyub telah bersumpah akan menghukumnya. Waktu itu Allah berfirman, "Ambil kayu yang sangat tipis dan tumpukkan menjadi seratus dan sekali engkau pukulkan kepada istrimu dengan perlahan, sehingga janjimu tetap dilakukan. Dalam ayat 43 dan 44 surat Shad disebutkan, "Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya)."

Minggu, 22 Desember 2019 16:02

Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (16)

 

Dalam artikel sebelumnya, kita telah membicarakan tentang pribadi Sayidah Khadijah as dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw. Pada kesempatan kali ini, kita akan memasuki pembahasan tentang istri-istri Nabi Saw. Mereka yang disebutkan dalam al-Quran bahwa mereka tidak seperti perempuan lain dan memiliki kondisi dan hukum yang khusus. Tentu harus diingat bawa Nabi Saw tidak melakukan perbuatan ekstrim kiri dan kanan atau penyimpangan. Pernikahan yang dilakukannya atas perintah Allah.

Setelah kematian istrinya yang terhormat dan penuh pengorbanan, Sayidah Khadijah, Nabi Saw kemudian menikahi Saudah. Saudah pertama kali menikah dengan sepupunya, Sakran, dan bepergian bersamanya bersama dengan Muslim lainnya yang bermigrasi ke Habasyah untuk kedua kalinya. Sakran meninggal setelah kembali dari Habasyah di Mekah, meninggalkan Saudah yang sendirian dan tidak memiliki rumah. Setelah Sayidah Khadijah wafat, Rasulullah Saw kemudian menikahi Saudah. Saat itu, sesuai yang disebutkan dalam riwayat, Saudah berusia 50 tahun dan ia lebih banyak mengurusi anak-anak Nabi Muhammad Saw, sekalian mengurusi rumah.

Al-Quran
Salah satu istri Nabi Saw yang lain adalah Zainab, putri Jahsy. Kebiasaan pada waktu itu adalah bahwa para bangsawan dan pejabat tidak akan menikahi orang-orang yang "budak" atau "dibebaskan". Zainab adalah anak bibi atau sepupu Nabi Saw dan cucu Abdul Mutthalib. Gadis-gadis seperti itu adalah bangsawan, dan Zaid bin Harithah adalah budak yang telah dibebaskan dan putra angkat Nabi. Adat istiadat pada waktu itu tidak mengizinkan pemuda seperti itu untuk menikah.

Misi utama Nabi adalah untuk membimbing orang-orang ke jalan Tuhan dan untuk menghapus tradisi dan adat istiadat Jahiliah pada waktu itu. Nabi Muhammad secara pribadi pergi ke rumah putri bibinya dan memintanya untuk menikahi Zaid. Ketika Nabi menyampaikan masalah lamaran, pada mulanya Zainab dan saudara lelakinya berpikir bahwa Nabi menginginkannya sendiri dan mereka berdua puas, tetapi ketika mereka mengetahui bahwa beliau sedang meminta untuk Zaid bin Harithah, mereka dengan setuju dengan tidak suka hanya untuk tidak menolak upaya Nabi Saw yang berusaha menengahi pernikahan ini.

Dengan demikian, salah satu tradisi Jahiliah dan batil pada masa itu dibantah oleh pernikahan ini, dan orang-orang menyadari bahwa tidaklah salah bagi Islam untuk seorang bangsawan menikah dengan budak yang telah dibebaskan. Namun pernikahan itu tidak berlangsung lama dan berujung perceraian. Nabi Saw berulang kali melarang Zaid untuk menceraikan istrinya, tetapi keduanya gagal hidup bersama dan akhirnya berpisah. Perpisahan ini sangat berat bagi putri bibi Nabi karena lelaki yang diceraikannya itu tampaknya adalah budak yang dibebaskan, bukan lelaki yang mulia, meskipun secara spiritual Zaid memiliki derajat yang tinggi, tetapi secara lahiriah ia tampaknya adalah budak yang dibebaskan.

Di sisi lain, salah satu tradisi yang masih diwarisi dari masa Jahiliah adalah bahwa tidak ada yang berhak menikahi perempuan yang pernah menjadi istri dari putra angkatnya. Mereka menganggap anak angkat sama seperti putra asli. Sekarang Nabi Muhammad Saw harus menghapuskan kebiasaan ini juga. Beliau ditugaskan oleh Allah untuk membawa Zainab, sepupunya, dan istri yang telah diceraikan oleh putra angkatnya untuk menghapus kebiasaan palsu itu. Dengan perintah Allah, Nabi Saw kemudian menikahi Zainab dan dengan demikian kebiasaan itu untuk selamanya dibatalkan.

Al-Quran dalam surat al-Ahzab ayat 37 menyebutkan, "Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya."


Istri-istri Nabi diberi status khusus setelah menikah dengan utusan Allah, sehingga ketika Allah memberi kabar gembira bahwa masing-masing dari mereka yang tunduk kepada Tuhan dan utusan-Nya serta berbuat baik, ia akan menerima ganjaran ganda dan setiap orang yang melakukan tindakan buruk akan mendapat hukuman dua kali lipat juga. Al-Quran dalam ayat-ayat surat al-Tahrim menyebutkan para istri Nabi Saw dan menyalahkan dua dari mereka karena mengungkapkan rahasia yang telah dibagikan Nabi kepada mereka. Dalam ayat-ayat ini mengetengahkan pentingnya kerahasiaan dengan pasangan dan menjelaskan sifat-sifat yang layak dimiliki seorang perempuan muslim.

Nabi memperlakukan keluarga dan istri-istrinya sedemikian rupa sehingga mereka kadang-kadang berani terhadap beliau dan begitu congkak, sehingga mengungkapkan rahasia batinnya. Karena alasan ini, ayat-ayat al-Quran diturunkan dalam mengancam dan menegur mereka. (Surat al-Tahrim ayat 3 sampai 5) Setelah perang dengan suku Bani Quraizhah, dimana pasukan Islam mendapat banyak harta rampasan perang, Hafshah dan dan Aisyah mengolah gagasan kehidupan aristokrat dan mewah dan menuntut perhiasan dari Nabi.

Nabi Saw menolak dan berkata, "Saya adalah pemimpin Islam dan Muslimin. Hidup saya sangat sederhana dan biasa sehingga orang miskin dan orang yang tidak memiliki apa-apa tidak merasa rendah diri." Tetapi keduanya bersikeras pada keinginan mereka dan membuat Nabi memikirkan masalah ini. Nabi Saw menahan diri untuk tidak merespons dengan keras. Umar bin Khattab, ayah Hafshah dan Abu Bakar, ayah Aisyah, dengan keras mencela putri mereka.

Nabi tidak senang dengan perilaku ayah mereka dan meninggalkan tempat pertemuan. Setelah beberapa saat, Allah mewahyukan kepada Nabi Saw dalam ayat 28 dan 29 dari surat al-Ahzab, "

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar."


Dalam pandangan Nabi, keluarga adalah lembaga suci yang memberi empati pada pasangan. Dalam wahyunya, Nabi meminta laki-laki dan perempuan untuk berbuat seperti pakaian dan saling menutupi ketidaksempurnaan yang lain. Rasulullah juga merupakan contoh yang baik dalam tingkah lakunya dalam hal ini. Nabi, dengan keyakinan pada istrinya, mengungkapkan rahasia kepada salah satu dari mereka. Tetapi dengan terungkapnya rahasia itu lewat kerja sama dengan salah satu istri beliau yang lain, perbuatan itu sangat mengganggu jiwa Nabi.

Peristiwa ini memiliki efek negatif pada hati Nabi Saw) dan semangatnya yang besar bahwa Allah membelanya dan, meskipun cukup dalam kekuatannya, perlu ada pernyataan dukungan dari Jibril dan orang-orang beriman yang saleh serta para malaikat lainnya. Ceritanya adalah bahwa Nabi Saw mengatakan rahasia kepada salah satu istrinya (Hafshah) dan memerintahkan dia untuk tidak memberi tahu siapa pun. Tetapi Hafshah, bertentangan dengan perintah Nabi, mengatakan rahasia itu kepada yang lain dan mengungkapkan sebagian darinya.

"Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"." (QS. Al-Tahrim: 3)


Pada ayat selanjutnya Allah berfirman, "Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula."


Menjaga rahasia bukan hanya salah satu sifat dari orang mukmin sejati, dimana setiap orang dengan kepribadian harus menjaga rahasia. Ini bahkan lebih penting dalam kehidupan keluarga, karena pasangan adalah pendukung pasangan lainnya dalam semua tahap kehidupan mereka, dan kepercayaan satu sama lain dapat menyelamatkan kapal kehidupan yang ramai hingga selamat ke pantai.

Namun, kedua perempuan itu mengabaikan status Nabi yang tinggi dan keagungan spiritualnya. Allah meminta mereka untuk bertobat dan mereka diingatkan bahwa jika mereka mau, mereka dapat dipisahkan dari utusan Tuhan. Karena sangat layak dalam privadi suci dan spiritual Nabi ada istri-istri yang memiliki keutamaan. Istri yang diperkenalkan Allah sebagai perempuan muslim, mukmin, taat, bertaubat, ahli ibadah dan berpuasa.

Bahkan, pada hakikatnya Allah di sini menggambarkan sifat-sifat perempuan yang layak agar perempuan dapat menghiasi dirinya dengan keutamaan-keutamaan ini, sehingga meraih kebahagiaan dan keselamatan.

Minggu, 22 Desember 2019 16:02

Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (15)

 

Sayidah Khadijah as adalah seorang perempuan yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pribadi penuh pengorbanan. Mengkaji sejarah kehidupan Sayidah Khadijah as menunjukkan dirinya baik dalam periode Jahiliah dan setelah pengutusan nabi telah memiliki keutamaan akhlak dan kesempurnaan spiritual. Sekalipun namanya tidak disebutkan langsung dalam al-Quran, tapi banyak ayat al-Quran yang menyinggung dirinya.


Sayidah Khadijah binti Khuwailid, seorang bangsawan Quraisy dan keluarga besar, memiliki martabat keluarga yang unik pada zamannya, dengan pemikiran panjang dan wawasan mendalam. Dia adalah wanita paling mulia dan terkaya di Quraisy, sehingga ketika karavan bisnisnya pergi ke kota Syam, biasanya seluruh karavan berbagai keluarga Quraisy sama banyak jumlahnya dengan yang dimiliki Sayidah Khadijah. 

Karena itu, semua lelaki suku Quraisy ingin menikah dengannya, dan jika Khadijah menerimanya, ia akan memiliki kekayaan yang luar biasa. Tetapi ketika ia berkenalan dengan Muhammad al-Amin Saw bisnisnya dan melihat kualitasnya sangat berbeda dari orang-orang lain, ia pun melamarnya. Khadijah yang menolak para aristokrat dan para tokoh Hijaz, justru menyatakan keinginannya yang besar untuk menikahi Muhammad dan berkata, "Wahai Muhammad! Saya tertarik dengan Anda karena kemuliaan, amanah, akhlak yang baik dan kejujuranmu." Khadijah setelah menikah dengan Nabi Muhammad Saw menyerahkan seluruh harta dan budak-budaknya kepada beliau, sehingga dapat digunakan sesuai keinginannya.

Khadijah as adalah perempuan pertama yang menerima ajakan Nabi untuk menyembah Tuhan Yang Esa dan membenarkan ucapan dan perilaku sang pembawa pesan kebenaran dan hakikat dengan mengorbankan jiwa dan harta benda. Afif, seorang pengusaha terkenal mengatakan, "Ketika saya pergi ke Masjidul Haram, saya dikejutkan oleh pemandangan yang menakjubkan. Saya melihat tiga orang membungkuk dan berdiri. Saya bertanya kepada Abbas tentang mereka. Ia mengatakan, 'Orang pertama adalah sepupu saya yang mengakui kenabian. Pria yang berada di belakangnya adalah Ali, anak pamannya dan perempuan itu adalah istri Muhammad, yakni Khadijah.' Selain mereka saya tidak tahu kalau ada yang memeluk agama ini." Ali as mendeskripsikan hari-hari itu, "Di hari-hari itu selain Rasulullah Saw dan Khadijah as, tidak ada yang memeluk Islam dan saya adalah orang ketiga. Saya menyaksikan cahaya wahyu dan merasakan aroma kenabian dengan penciuman batin."

Dalam kondisi paling sensitif dari kehidupan Nabi, Khadijah selalu berada di sisinya, baik ketika kehadirannya berada menjelang diturunkan wahyu atau ketika telah menjadi seorang Nabi, ia selalu bersamanya. Perempuan penuh pengorbanan ini mengetahui keagungan risalah Nabi, sehingga seluruh kemampuannya digunakan untuk mengkonsolidasikan dan memperluas Islam. Sejauh yang dikatakan Nabi Saw dalam konteks ini, "Islam tidak tegak kecuali dengan pedang Ali dan kekayaan Khadijah." Terlepas dari status sosial yang istimewa dan kekayaannya yang luar biasa, Khadijah tidak menunjukkan sikap sekecil apa pun terhadap Nabi, yang merupakan tanda keunggulan.

Sayidah Khadijah as adalah manifestasi dari kebaikan, kesucian dan kesempurnaan seorang wanita Muslim. Dia menunjukkan bahwa bahkan dalam lingkungan yang dekaden dan bodoh, seseorang dapat hidup dengan suci dan hidup sehat dan dapat menyibak tirai takhayul dan kebodohan. Pesan Khadijah adalah bahwa untuk mencapai kebahagiaan dan keberuntungan, seseorang harus memikirkan tujuan-tujuan penting dan menanggung kesulitan jalan. Ia menghangatkan kehidupan Rasul Allah dan menemaninya dalam kesulitan. Sayidah Khadijah telah bersama Nabi selama 25 tahun dalam periode paling kritis dari Islam dan memberikan semua miliknya kepada Nabi.


Menurut tradisi Islam, Nabi Saw menggunakan harta Khadijah untuk membantu membebaskan para pengutang, anak yatim dan orang miskin. Kedermawanan Khadijah begitu besar dan tulus sehingga Tuhan menghormatinya, dan menyebutkan pekerjaan Khadijah yang luar biasa ini menyebutnyadalam barisan nikmat-nikmat besar-Nya yang diberikan kepada hamba pilihannya, Muhammad. Dalam ayat 8 surat al-Dhuha Allah Swt berfirman, "Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan." Yakni, harta Khadijah as adalah milik Allah dan pekerjaan Khadijah diterima di sisi Allah.

Wanita itu tidak hanya dirampas hak-haknya di hari-hari Jahiliah dan sebelum pengutusan Nabi, tetapi hidup dalam kondisi yang paling menyedihkan. Di beberapa suku mereka dikubur hidup-hidup sebagai aib. Khadijah, pada waktu itu, dengan menganut agama Islam, membuktikan bahwa seorang wanita tidak hanya memiliki hak untuk hidup dan harus mengklaim hak-haknya, tetapi ia dapat mencapai tahap yang dapat dilakukan oleh Nabi Saw dengan kebajikan dan usaha. Sayidah Khadijah termasuk salah satu dari empat wanita terpilih di alam semesta dan Tuhan telah berulang kali memberikan salam dan penekanan khusus lewat malaikat Jibril as.

Seperti yang dikatakan Rasulullah Saw, "Malam ketika aku melakukan Mikraj dan ketika akan kembali, Jibril kembali menemuiku. Kepadanya aku berkata, "Wahai Jibril! Apakah engkau ada keperluan?" Jibril menjawab, "Keperluan saya untuk menyampaikan salam dari Allah kepada Khadijah as yang harus engkau sampaikan kepadanya. Ketika Rasulullah menyampaikan pesan Jibril kepada Khadijah, dengan segera Khadijah menjawab, "Demikianlah Allah adalah Salam, dan Salam adalah keselamatan berasal dari-Nya dan Salam menuju kepada-Nya dan Salam kepada Jibril."

Keutamaan lain dari Sayidah Khadijah adalah posisi di surga yang dijanjikan kepadanya oleh Tuhan. Nabi Saw juga telah berulang kali memberi kabar gembira kepada Khadijah as dan mengatakan, "Di surga, Anda memiliki rumah di mana Anda tidak akan melihat penderitaan." Khadijah as dalam komunitasnya menjadi teladan perempuan yang unggul dan memiliki dampak signifikan pada pengembangan sifat-sifat manusia yang baik. Kedermawanan, martabat, pengorbanan, ketekunan, tinjauan ke masa depan, kebijaksanaan, perhatian pada yang membutuhkan, kasih sayang, dan ketekunan adalah di antara kebajikan-kebajikan baik yang menghiasi sejarah hidup wanita yang terkasih ini. Karena itulah, dia adalah mitra yang paling cocok untuk Nabi Muhammad. Tentu saja, Sayidah Khadijah memiliki peran penting dalam kehidupan Nabi Saw.

Pernikahan adalah perjanjian sakral dan sarana pertumbuhan dan transenden. Islam menekankan pembentukan lembaga yang berharga ini dan Nabi Saw tidak menemukan dasar yang lebih menguntungkan bagi Allah daripada pernikahan. Sambil mendesak orang untuk menikah, memberikan rasa aman kepada masyarakat dan berkontribusi pada kelangsungan hidup generasi yang bersih, ia menekankan mempertahankan dan memperkuat pusat keluarga.


Rasulullah Saw merekomendasikan agar pasangan menjaga lingkungan hidup yang hangat dan akrab. Karena keluarga adalah sekolah pertama yang membesarkan anak-anak yang sehat dan kompeten, salah satu keutamaan Khadijah adalah bahwa dia adalah ibu dari perempuan yang mulia dan terhormat seperti Fathimah. Kedua perempuan besar ini sangat dekat satu sama lain. Sebelum kelahirannya, Fathimah berbicara kepada ibunya dan ketika semua wanita Quraisy meninggalkan Khadijah sendirian, dia menghibur hatinya dan menghiburnya dalam kesulitan. Khadijah juga mencintai Fathimah karena dia sadar akan status putrinya.

Khadijah selalu mencintai Nabi dan tidak menyesal bahkan menikahi Muhammad Saw, bahkan selama masa-masa paling sulit (selama di Syi'ib Abi Talib). Nabi juga selalu setia kepada Khadijah, sehingga dia banyak menangis setelah kematian Khadijah. Sampai saat-saat terakhir hidupnya, dia selalu mengingat Khadijah dan selalu mengingat pengorbanannya untuk dirinya sendiri.