کمالوندی
Parlemen Irak Sahkan UU Penarikan Pasukan AS
Parlemen Irak hari ini, Minggu (5/1/2020) mengesahkan draf undang-undang terkait berakhirnya kesepakatan keamanan Irak dengan Amerika Serikat, dan penarikan pasukan negara itu dari wilayah Irak.
Fars News (5/1/2020) melaporkan, anggota Parlemen Irak dalam sidang darurat hari ini, Minggu (5/1) mengesahkan draf undang-undang pencabutan kesepakatan keamanan dengan Amerika, dan penarikan pasukan Amerika dari Irak.
Berdasarkan undang-undang tersebut, pemerintah Irak harus mencabut permohonan bantuan dari koalisi internasional anti-Daesh, dan membatalkan kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 2016 karena masa operasi militer dan perang di Irak sudah berakhir, serta menyetop segala bentuk kehadiran pasukan asing di Irak.
Parlemen Irak menggelar sidang darurat hari ini karena desakan keras rakyat Irak agar segera mengesahkan undang-undang penarikan pasukan Amerika dari negara itu, terutama pasca teror terhadap Komandan Pasukan Qods, IRGC, Jenderal Qasem Soleimani dan Wakil Komandan Hashd Al Shaabi, Abu Mahdi Al Muhandis.
Perdana Menteri Irak, Adil Abdul Mahdi dalam sidang darurat Parlemen Irak mendesak penarikan mundur segera pasukan Amerika dari negaranya.
Ia mengatakan, Iran memerangi terorisme dan mendukung Hashd Al Shaabi yang merupakan bagian dari sistem keamanan resmi Irak.
Diisukan Gugur, Syeikh Naim Qassem Hadir di Rumah Jenderal Soleimani
Wakil Sekjen Hizbullah Lebanon mengatakan, dapat dipastikan kesyahidan Komandan Pasukan Qods, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, Jenderal Qasem Soleimani akan mendorong berlanjutnya jalan dan garis perlawanan lebih kuat.
Syeikh Naim Qassem, Minggu (5/1/2020) setelah mengunjungi kediaman Jenderal Qasem Soleimani, di hadapan wartawan menuturkan, Amerika Serikat dengan aksi teror ini telah melakukan kebodohan besar.
Ia menambahkan, jalan perlawanan akan berlanjut, dan jalan ini pasti akan lebih kuat pasca kesyahidan Jenderal Soleimani.
Wakil Sekjen Hizbullah menegaskan, perlawanan akan terus berlanjut sampai kehancuran total rezim Zionis Israel, dan perlawanan akan bekerja sedemikian rupa sampai Amerika gagal meraih ambisinya di kawasan.
Sebelumnya sejumlah media kawasan menyebarkan berita hoaks gugurnya Syeikh Naim Qassem bersama Jenderal Qasem Soleimani, Abu Mahdi Al Muhandis dan beberapa yang lain akibat serangan udara Amerika di Irak.
Jenazah Shahid Soleimani akan Dimakamkan di Kerman
Jenazah Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letnan Jenderal Qassem Soleimani akan di makamkan di Kerman, Republik Islam Iran.
Warga Kerman mendatangi pemakaman Shuhada (Golzar-e Shohada) Kerman untuk melihat tempat di mana jenazah Shahid Soleimani akan di makamkan di sana.
Menurut pesan Shahid Soleimani sebelum gugur, dia minta agar kelak dimakamkan di sekitar makam Shahid Yusuf Ilahi. Rencananya, jenazah Haj Qassem Soleimani dan beberapa jenazah shuhada yang menyertainya akan dibawa ke Ahvaz Iran dari Irak.
Setelah tasyi' jenazah di Ahvaz, Mashhad, Qom dan Tehran, jenazah Komandan Pasukan al-Quds akan dimakamkan di Kerman, kota kelahirannya.
Letjen Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis gugur syahid dalam serangan udara Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad, Jumat dini hari, 3 Januari 2020.
Menurut pengakuan Kementerian Pertahanan AS (Pentagon), teror terhadap Soleimani dilakukan atas perintah langsung Presiden Donald Trump. Tindakan ini merupakan contoh nyata dari kejahatan perang pemerintah AS dan puncak dari permusuhan terhadap Republik Islam Iran.
Selama 40 tahun terakhir, pemerintah AS telah melakukan berbagai kejahatan terhadap Republik Islam Iran, di mana di antara kejahatan-kejahatan itu adalah tekanan ekonomi dan sanksi, operasi militer dan kudeta, perang secara tidak langsung, penciptaan kelompok-kelompok teroris, Iranphobia, perang proksi, dan teror terhadap para ilmuwan dan para pejabat Republik Islam.
Teror terhadap Soleimani kembali menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pemerintah Amerika dan kelompok-kelompok teroris di kawasan. Sebab, pejabat senior militer Iran ini memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris terutama teroris takfiri Daesh (ISIS).
Soleimani tidak hanya memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris di Irak, namun juga di Suriah, di mana surat kabar The Guardian beberapa hari lalu menyebutkan bahwa Soleimani masuk ke dalam daftar 10 tokoh di balik layar yang paling berpengaruh di dunia. Surat kabar itu menulis, Amerika dan Israel telah berulang kali berusaha untuk melenyapkannya.
Majalah Amerika Foreign Policy tahun lalu juga memasukkan Soleimani dalam daftar 10 pemikir terbaik di bidang pertahanan dan keamanan. Tak diragukan lagi bahwa hal itu dikarenakan peran khusus Komandan Pasukan al-Quds IRGC (Pasdaran) dalam menumpas terorisme, terutama di Irak dan Suriah.
Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menganugerahi Letjen Soleimani dengan Lencana Zulfaqar atas pengabdiaan besarnya kepada Islam dan Iran.
Instruksi Trump untuk Meneror Komandan al-Quds IRGC
Komadan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis gugur syahid dalam serangan udara Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad, Jumat dini hari, 3 Januari 2020.
Menurut pengakuan Kementerian Pertahanan AS (Pentagon), teror terhadap Soleimani dilakukan atas perintah langsung Presiden Donald Trump. Trump mengklaim bahwa dia memerintahkan pembunuhan terhadap Soleimani untuk menghentikan perang, bukan untuk memulai perang baru.
Teror terhadap Komandan Pasukan al-Quds merupakan contoh nyata dari kejahatan perang pemerintah AS dan puncak dari permusuhannya terhadap Republik Islam Iran.
Selama 40 tahun terakhir, pemerintah AS telah melakukan berbagai kejahatan terhadap Republik Islam Iran, di mana di antara kejahatan-kejahatan itu adalah tekanan ekonomi dan sanksi, operasi militer dan kudeta, perang secara tidak langsung, penciptaan kelompok-kelompok teroris, Iranphobia, perang proksi, dan teror terhadap para ilmuwan dan para pejabat Republik Islam.
Pada tanggal 3 Juli 1988, kapal perang AS menembakan rudal ke arah pesawat sipil Airbus Iran. Serangan ini merenggut nyawa 290 warga tak berdosa Iran. rakyat Iran tidak akan pernah melukakan kejahatan tesebut.
Teror terhadap Soleimani kembali menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pemerintah Amerika dan kelompok-kelompok teroris di kawasan. Sebab, pejabat senior militer Iran ini memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris terutama teroris takfiri Daesh (ISIS).
Soleimani tidak hanya memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris di Irak, namun juga di Suriah, di mana surat kabar The Guardian beberapa hari lalu menyebutkan bahwa Soleimani masuk ke dalam daftar 10 tokoh di balik layar yang paling berpengaruh di dunia. Surat kabar itu menulis, Amerika dan Israel telah berulang kali berusaha untuk melenyapkannya.
Majalah Amerika Foreign Policy tahun lalu juga memasukkan Soleimani dalam daftar 10 pemikir terbaik di bidang pertahanan dan keamanan. Tak diragukan lagi bahwa hal itu dikarenakan peran khusus Komandan Pasukan al-Quds IRGC (Pasdaran) dalam menumpas terorisme, terutama di Irak dan Suriah.
Sejak tahun 2011 –menyusul munculnya berbagai kelompok teroris takfiri seperti Daesh dan Front al-Nusra di kawasan yang mendapat dukungan finansial dari negara-negara Barat dan Arab Saudi– Soleimani mendapat tugas baru untuk menumpas terorisme dan ancaman tersebut di Irak dan Suriah.
Soleimani kemudian membentuk Hashd al-Shaabi di Irak dan Quwat al-Difa' al-Watani di Suriah, dan setelah enam tahun berjuang, kelompok-kelompok teroris di kedua negara ini berhasil ditumpas.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif menyebut Soleimani sebagai orang yang paling efektif dalam menumpas Daesh, Front al-Nusra, al-Qaeda dan keompok-kelompok teroris lainnya, sehingga dia menjadi incaran terorisme internasional Amerika.
Soleimani gugur syahid dalam serangan udara militer Amerika pada Jumat dini hari, 3 Januari 2020. Dia pergi ke Irak dalam kerangka mencegah kebangkitan kembali Daesh di negara ini dan membantu Hashd al-Shaabi untuk menumpas kelompok teroris ciptaan Amerika ini sampai ke akar-akarnya. Namun setelah tiba di Baghdad, Soleimani bersama Wakil Hashd al-Shaabi diteror oleh pasukan AS.
Selama dua bulan terakhir, sisa-sisa Daesh memanfaatkan kertidakamanan dan instabilitas di Irak yang terjadi akibat intervensi Amerika, Arab Saudi dan rezim Zionis untuk bangkit kembali. Untuk itu, jika tidak segera ditindak, maka kelompok teroris takfiri tersebut kemungkinan akan bisa bangkit kembali.
Menurut pengakuan Pentagon, Trump yang memerintahkan secara langsung untuk meneror Soleimani dan Abu al-Muhandis. Langkah Trump ini merupakan bantuan besar Amerika kepada Daesh di Irak.
Soleimani memiliki peran penting dalam membentuk dan memperkuat Poros Muqawama di Asia Barat (Timur Tengah), di mana Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebutnya sebagai "Wajah Internasional Perlawanan".
Poros Muqawama hari ini merupakan pemain yang tidak dapat diingkari di kawasan Asia Barat. Oleh karena itu, Amerika, Arab Saudi, dan Israel tentunya tidak bisa mentolerirnya, sebab, poros ini menentang segala bentuk intervensi asing dan kompromi di kawasan.
Sebagai musuh AS sejak lama, Iran diketahui memiliki banyak opsi untuk menyerang balik AS, baik secara militer maupun dengan cara lain. Puluhan ribu tentara AS di kawasan Teluk Persia masuk dalam jangkauan rudal-rudal Iran. Tidak hanya itu, Iran juga punya kemampuan melancarkan serangan siber secara diam-diam atau melancarkan serangan militer proxy terhadap target-target AS di berbagai negara.
Terkait hal itu, Trump dalam pernyataanya, memperingatkan Iran soal pembalasan dendam. Dia menegaskan bahwa militer AS telah "mengidentifikasi secara penuh" target-target Iran untuk menangkal serangan balasan.
Komandan IRGC Iran: Kami akan Membuat AS Menyesal
Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), menyebut Letnan Jenderal Qasem Soleimani sebagai arsitek bagi kekalahan-kekalahan strategis Amerika Serikat.
Brigadir Jenderal Hossein Salami dalam wawancara dengan kantor berita IRIB, hari Sabtu (4/01/2020), mengatakan teror terhadap Letjen Soleimani akan menjadi titik start untuk mengakhiri kehadiran AS di kawasan.
"Dengan berakhirnya kehadiran AS, kawasan ini akan menikmati stabilitas, pembangunan, dan keamanan," tambahnya.
"Pasukan IRGC pasti akan memberikan balasan yang mengerikan dan membuat AS menyesal," tegasnya.
Menurut Brigjen Salami, peta jalan yang disusun oleh Letjen Soleimani di sebuah wilayah yang luas dan kekuatan yang ia bentuk, telah menghancurkan para teroris Takfiri dan Daesh yang disponsori oleh Amerika.
"Eksistensi dan persatuan front perlawanan tetap terjaga berkat jerih payah Letjen Soleimani. Jadi, musuh tidak dapat menerima kehadiran seorang komandan seperti itu dan pada akhirnya mereka membunuh sosok pahlawan ini dengan cara pengecut," ujar Brigjen Salami.
Dia juga meminta sekutu-sekutu AS untuk meninjau ulang perilaku dan konspirasi terselubungnya. "Kalian perlu bersikap waspada agar tidak menjadi korban dari kebijakan AS dan tidak mengeluarkan biaya untuk itu," tandasnya.
Komandan IRGC mengatakan, front perlawanan akan lebih termotivasi dari sebelumnya dan mereka akan menuntut balas atas darah para komandannya yang ditumpahkan secara keji.
Presiden Rouhani: AS akan Membayar Mahal
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, pembunuhan Komandan Pasukan Quds IRGC, Letnan Jenderal Qasem Soleimani akan memiliki dampak di kawasan, dan AS akan membayar harga yang mahal atas aksi terornya.
Rouhani menyampaikan hal itu dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di Tehran, Sabtu (4/01/2020) sore.
"Dalam situasi saat ini, kedua negara (Iran dan Qatar) perlu meningkatkan konsultasi dan kami berharap semua negara regional satu suara mengutuk terorisme negara," ujar Rouhani.
Menurutnya, tindakan terorisme AS adalah penghinaan terhadap rakyat Irak dan pelanggaran terhadap kedaulatan nasional negara itu.
Amerika, lanjut Rouhani, memainkan peran yang sangat buruk di kawasan dan hari ini semua negara regional harus sampai pada satu keyakinan bahwa selama AS hadir di kawasan ini, maka kita tidak akan menikmati ketenangan.
Sementara itu, menlu Qatar menyampaikan belasungkawa atas kesyahidan Letjen Soleimani kepada rakyat dan pemerintah Iran.
Mohammed Al Thani menyerukan peningkatan hubungan timbal balik dengan Iran, dan menuturkan bahwa Qatar akan selalu mengingat dukungan dan bantuan Iran di masa-masa sulit.
Dia juga menyampaikan kekhawatiran atas tindakan agresif Amerika di kawasan.
Mayjen Mousavi: Ancam Serang 52 Target di Iran, AS Justifikasi Teror
Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran mengatakan, ancaman Presiden Amerika Serikat untuk menyerang 52 target di Iran, disampaikan untuk menjustifikasi aksi teror negara itu.
Presiden Amerika, Donald Trump baru-baru ini di laman Twitternya menulis, jika Iran menyerang warga Amerika atau fasilitas negara ini, maka Washington akan menyerang 52 target di Iran.
Brigjen Abdolrahim Mousavi, Minggu (5/1/2020) kepada wartawan, terkait ancaman Trump ini menuturkan, untuk menjaga nama baik setelah melancakan teror terhadap Jenderal Qasem Soleimani, Amerika mengeluarkan statemen semacam ini.
Ia menegaskan, teror Amerika terhadap Jenderal Soleimani adalah tindakan yang sangat buruk, tidak bisa diterima dan tidak bisa dibenarkan di manapun, oleh karena itu Amerika mengeluarkan pernyaatan tidak masuk akal semacam ini sehingga bisa menutupi aksi teror tidak manusiawi ini.
Putri Jenderal Soleimani: Paman Nasrullah akan Balaskan Dendam Ayah
Putri Komandan Pasukan Qods, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, Jenderal Qasem Soleimani dalam wawancara dengan stasiun televisi Lebanon, menyebut Sekjen Hizbullah sebagai "paman sayang" dan mengatakan, saya tahu paman Nasrullah akan membalaskan dendam Ayah.
Fars News (5/1/2020) melaporkan, Zeinab Soleimani, putri Syahid Qasem Soleimani dalam wawancara dengan TV Al Manar menuturkan, Donald Trump kotor harus tahu ia tidak akan bisa menghapus ingatan tentang Jenderal Soleimani, meski telah membunuhnya.
Ia menambahkan, dunia harus tahu kesyahidan Jenderal Soleimani tidak akan mengalahkan kami, dan pada akhirnya kami akan menuntut haknya.
Zeinab Soleimani memanggil Sekjen Hizbullah, Sayid Hassan Nasrullah dengan sebutan "paman sayang" dan menyampaikan salam kepadanya.
"Saya tahu paman akan membalaskan dendam Ayah," ujarnya.
Menlu Iran: Akhir Kehadiran AS di Timteng Dimulai
Menteri Luar Negeri Iran merespon ancaman Presiden Amerika Serikat terhadap Tehran dan mengatakan, ancaman untuk menyerang tempat-tempat budaya adalah kejahatan perang, dan menjadi awal berakhirnya kehadiran Amerika di Asia Barat (Timur Tengah).
Fars News (5/1/2020) Mohammad Javad Zarif membalas pesan Twitter berbau ancaman Presiden Amerika, Donald Trump hari ini.
Menlu Iran mengatakan, Donald Trump dengan serangan teror pengecut yang dilakukannya hari Jumat (3/1) telah melakukan pelanggaran tegas terhadap aturan internasional, dan kembali mengancam untuk menginjak "norma asasi".
Ia menambahkan, menyerang tempat-tempat budaya adalah kejahatan perang. Baik dengan teriakan ataupun tendangan, akhir kehadiran Amerika di Timur Tengah sudah dimulai.
AS dan Tanggung Jawab Teror Syahid Soleimani
Komandan pasukan Quds IRGC, Letjen. Qasem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil keuta Hashd al-Shaabi bersama delapan orang lainnya gugur syahid Jumat (03/01/20) dini hari akibat serangan udara militer Amerika di dekat bandara udara Baghdad Irak.
Aksi teror dan dampaknya ini sebuah masalah yang mengharuskan pemerintah Amerika memberi jawaban.
Presiden Iran, Hassan Rouhani Sabtu (04/01) sore dalam kontak telepon dengan sejawatnya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan seraya menekankan bahwa Republik Islam bukan pengobar tensi di kawasan mengatakan, "Jika Iran diam menyaksikan kejahatan Amerika ini, maka Washington akan melakukan kejahatan serupa di negara lain di kawasan."
Rouhani saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammad bin Abdulrahman Al Thani di Tehran menandaskan, seluruh negara kawasan dengan suara bulat harus mengutuk terorisme negara.
Menengok masa lalu menunjukkan bahwa ini bukan pertama kalinya Amerika melakukan kejahatan terorisme negara.
Pada Juli 1988, Amerika dalam sebuah kejahatan mengerikan, menembak jatuh sebuah pesawat komersial Iran untuk meraih ambisi busuknya di kawasan. Pesawat penumpang ini yang terbang dari Bandar Abbas menuju Dubai ditembak kapal USS Vincennes (CG-49) dengan dua rudal cruise dan seluruh penumpang pesawat naas ini tewas.
Pemerintah Amerika tak lama setelah insiden ini, dengan klaim palsu, menyatakan bahwa serangan tersebut dalam koridor membela diri. Kebohongan Amerika pada akhirnya terkuak. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada Desember 1988 di laporannya mengumumkan, kapal USS Vincennes ketika menembakkan rudal ini seraya melanggar hukum internasional sepenuhnya di wilayah perairan Iran.
Majalah Vice cetakan Amerika seraya mengungkapkan sebuah dokumen pada 22 Juli 2014 menulis, "Dokumen ini menunjukkan bahwa Presiden AS saat itu, Ronald Reagen dan Perdana Menteri Inggris Margaret Teacher dalam sebuah surat meminta masing-masing untuk mengarahkan tanggung jawab serangan ke pesawat sipil ini kepada
Iran dengan cara apapun. Mereka dalam suratnya tersebut menekankan statemen resmi harus dirilis sedemikan rupa sehingga menunjukkan bahwa AS melakukan serangan ini untuk membela diri."
Kini Presiden AS, Donald Trump untuk menjustifikasi instruksi langsungnya meneror seorang petinggimiliter Iran di Irak, juga melakukan kebohongan serupa dan dengan dalih usang berusaha menjustifikasi aksi teror dan pelanggaran kedaulatan nasional Irak ini dalam bentuk skenario aksi preemptive dari perang di kawasan.
Namun sejauh mana kejahatan ini dan sampai kapan akan berlanjut? Apakahan kejahatan tanpa balasan dan hukuman, bukannya malah membuat AS semakin congkak dan agresif?
Republik Islam Iran tidak dapat menutup mata atas apa yang terjadi. Pastinya Tehran akan menuntut balas atas aksi teror Amerika serta balasan tersebut pasti sangat keras.
Poin lain adalah seluruh negara kawasan harus sampai pada kesimpulan bahwa selama Amerika bercokol di kawasan, berbagai negara regional tidak akan pernah aman dan tenang.
Brigjen. Hossein Salami, Komandan IRGC tekait hal ini menekankan, teror Letjen Soleimnai sebuah titik awal bagi berakhirnya kehadiran AS di kawasan dan front muqawama sejak sebelumnya selain mengejar cita-citanya juga akan membalas darah yang tertumpah secara zalim para komandan mereka yang gugur.
Iran demi menjaga keamanan kawasan berjuang sekuat tenaga dan gugurnya Letjen Qasem Soleimani yang memainkan peran besar dalam melawan teroris di kawasan, sebuah simbol resistensi dan tekad kuat Iran untuk melanjutkan jalan penuh kebanggaan ini.
Oleh karena itu, berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh sebagian pengamat, jalan Syahid Soleimani akan dilanjutkan dengan gigih dan tidak ada keraguan di dalamnya.
Komandan baru pasukan Quds IRGC, Ismail Qaani
Seperti yang terjadi beberapa jam setelah gugurnya Syahid Soleimani, Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Sayid Ali Khamenei langsung menunjuk Mayjen. Ismail Qaani sebagai pengganti Syahid Soleimani. Ismail Qaani termasuk komandan senior di Sepah Pasdaran selama era perang pertahanan suci dan selama bertahun-tahun menjadi anggota pasukan Quds di samping Syahid Soleimani.
Di pelantikan ini ditekankan, program pasukan Quds saat ini sama seperti era Syahid Soleimani.



























