کمالوندی
Lebih dari 100 Ribu Santri Asing Belajar di MIU Iran
Deputi Riset Al Mustafa International University (MIU) Qum, Ali Reza Biniaz mengatakan saat ini lebih dari 100 ribu pelajar agama dari 136 negara dunia belajar di lembaga ini.
"50 ribu alumni MIU di Iran telah kembali ke negara mereka masing-masing," ujarnya seperti dikutip kantor berita ISNA, Senin (3/1/2018).
Biniaz menuturkan bahwa MIU telah mendirikan 91 lembaga ilmiah dan pusat riset di sejumlah negara dunia dan di antara kegiatan mereka adalah menerbitkan majalah, jurnal ilmiah dan buletin dalam berbagai bahasa.
"MIU telah mencetak 3.788 buku selama 10 tahun terakhir dan 1.729 dari jumlah itu sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa," tambahnya.
Al Mustafa International University adalah sebuah lembaga ilmiah yang fokus pada pendidikan agama dengan misi menyebarkan ilmu agama dan mendidik para pelajar non-Iran.
Sekilas Kondisi Muslim Sunni di Iran
Mayoritas penduduk Muslim di Republik Islam Iran bermazhab Syiah, namun kehidupan dan kerukunan umat Islam di negara ini selalu terjaga.
Mereka hidup rukun, saling mencintai dan mengasihi meskipun berbeda mazhab dalam Islam. Mereka bebas dalam menjalankan keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
Mereka juga bekerja sama untuk membangun negara. Bank Ansar adalah cabang pertama dari contoh perbankan Islam (Syariah) yang berada di bawah pengawasan langsung oleh ulama Syiah dan Sunni di Republik Islam Iran.
Ratusan Ulama Sunni Iran Menziarahi Makam Imam Ridha as
Ribuan cendekiawan dan ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Republik Islam Iran menziarahi makam Imam Ali Ridha as, Cicit Rasulullah Saw generasi kedepalan di kota Mashhad.
Ziarah yang dilakukan pada pada hari Senin, 5 November 2018 itu untuk menandai berakhirnya bulan Shafar. Mereka berjalan kaki dari Bundaran Syuhada Mashhad menuju komplek makam Imam Ridha as.
Manifestasi Al-Quran dalam Kebangkitan Imam Husein (1)
Peristiwa Karbala merupakan salah satu revolusi unik yang sulit dicarikan bandingannya dalam sejarah. Meskipun harus ditebus dengan kesyahidan beliau dan keluarga serta pengikutnya, tapi perjuangan Imam Husein berhasil membongkar kebohongan propaganda rezim lalim yang berlindung di balik nama Islam.
Salah satu parameter untuk menilai benar atau tidaknya perjuangan Imam Husein adalah al-Quran sebagai sumber ajaran Islam. Al-Quran dan Ahlul Bait merupakan dua manifestasi dari sebuah hakikat. Satu sisi menunjukkan rahmat, dan kecintaan Allah swt. Di sisi lain, menunjukkan hidayat Allah swt kepada umat manusia.
Imam Husein adalah salah satu manifestasi dari manusia unggul tersebut yang memiliki hubungan cinta dengan Sang Pencipta, dan yang kehidupannya terikat dengan al-Quran. Imam Husein mendapat bimbingan langsung Rasulullah Saw, Sayidah Fatimah dan Imam Ali bin Abi Thalib.
Tulisan al-Quran yang dinisbatkan pada Imam Husein as
Sejak usia dini beliau telah mengenal dan mempelajari al-Quran. Rasulullah Saw dalam hadis terkenal Tsaqalain, menyebut Ahlul Bait-nya dan al-Quran saling terikat dan bersabda: "Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka : kitab Allah (al-Quran) dan itrahku (Ahlul Bait) dan keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiku di telaga surga."
Mengingat Ahlul Bait memiliki hubungan yang sedemikian kuat dengan al-Quran, maka tafsir al-Quran juga harus dicari dalam ucapan dan amal mereka, karena khazanah kemuliaan dan keutamaan al-Quran tersimpan dalam wujud mereka.
Di kalangan para Imam dan Aulia Allah, Imam Husein merupakan manifestasi dari harga diri, kebebasan, kepemimpinan, jihad dan kesyahidan. Nilai-nilai tersebut dijalankan Imam Husein dengan bersandar kepada Al Quran dan contoh terbaik orang yang menjalankan Al-Quran, yaitu Rasulullah Saw.
Meskipun masih kecil ketika itu, Imam Husein selama enam tahun hidup bersama Rasulullah Saw dan mendapatkan bimbingan langsung dari beliau.
Tidak hanya itu, ayahnya, Imam Ali adalah murid sekaligus sahabat paling setia Rasulullah Saw. dan Ibunya, Sayidah Fatimah adalah puteri Rasulullah saw. Kehadiran orang-orang besar yang tidak pernah terpisah dari Al-Quran ini di sekitar Imam Husein membimbing jalan hidup beliau.
Imam Husein memahami dengan baik al-Quran yang menjadi samudera keagungan ilmu dan pengetahuan, sekaligus petunjuk kehidupan umat manusia.
Mengenai masalah ini, Imam Husein berkata, "Kitab ilahi terdiri dari empat isi: teks, rumus dan simbol, anugerah dan hakikat. Teks kalimat untuk masyarakat umum. Rumus dan simbol untuk hamba Allah khusus. Anugerah kelembutan untuk aulia Allah. Sedangkat hakikat untuk para Nabi,".
Puncak dari kebangkitan Imam Husein adalah peristiwa Asyura yang terjadi pada 61 Hijriah. Peristiwa besar tersebut menjadi perhatian besar para ulama dan pemikir besar dunia. Berbagai karya telah dihasilkan. Tidak hanya buku, tapi juga karya seni dengan media yang beraneka ragam.
Dari sekian banyak analisis mengenai perjuangan Imam Husein di Karbala, salah satunya menyoroti masalah hubungan al-Quran dengan perjuangan Imam Husein.
Tulisan al-Quran yang dinisbatkan pada Imam Husein as
Perjalanan hidup Imam Husein berhubungan erat dengan al-Quran sehingga pada detik-detik akhir hidupnya di padang gersang Karbala, beliau tetap memberikan nasehat dengan ayat-ayat al-Quran. Bahkan, beliau menunjukkan kepada pasukan Yazid tentang akibat yang akan mereka alami dengan membacakan ayat-ayat ilahi.
Setelah kematian Muawiyah, Imam Husein ditekan oleh penguasa Madinah untuk berbaiat kepada Yazid. Di hadapan tekanan tersebut dan dalam menjawab tuntutan penguasa Madinah, Imam Husein menyebut dirinya dan Ahlul Bait sebagai khazanah risalah dan imamah, serta menyebut Yazid sebagai orang yang fasiq. Kemudian kepada penguasa Madinah, Imam Husein as berkata, "Dia adalah orang yang fasiq, lalu bagaimana mungkin aku berbaiat kepadanya?"
Menghadapi tekanan penguasa Madinah, Imam Husein kemudian berkata, "Aku dari keluarga suci sebagaimana Allah telah menurunkan ayat tentang mereka kepada Rasulnya: Sesungguhnya Allah berkehendak melenyapkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya." (al-Ahzab ayat 33)
Imam Husein tetap menghadapi tekanan dari penguasa Madinah dan akhirnya beliau bersama rombongan keluarganya keluar dari Madinah menuju Mekkah selain untuk menunaikan haji juga untuk menghindari bahaya.
Ketika itu Imam Husein membacakan ayat 21 surat al-Qasas: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu." Doa inilah yang dibaca Nabi Musa ketika terbebas dari cengkeraman Firaun.
Setibanya di Mekah, Imam Husein kembali mengucapkan doa yang juga diucapkan oleh Nabi Musa dan disebutkan dalam al-Quran: Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): "Semoga Tuhanku membimbingku ke jalan yang benar".
Pembacaan ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Imam Husein di masanya sama seperti Nabi Musa, sendirian dan menghadapi ancaman dari pemerintah zalim, juga menunjukkan puncak ketidakpedulian umat Islam saat itu dalam mendukung Ahlul Bait Nabi.
Imam Husein yang tidak dapat menerima kezaliman dan kesewenang-wenangan Yazid serta pendistorsian hukum dan sunnah Islam oleh manusia fasiq itu, memutuskan untuk menyadarkan para pemimpin kabilah Arab. Beliau di Mekkah menulis dua surat untuk warga Basrah dan Kufah.
Tulisan al-Quran yang dinisbatkan pada Imam Husein as
Kepada warga Basrah beliau menulis, "Sesungguhnya Rasulllah Saw telah diutus untuk kalian dengan al-Quran dan aku menyeru kalian kepada al-Quran dan sunnah Rasul Saw karena mereka telah menyimpangkan sunnah dan menghidupkan kembali bid'ah! Jika kalian mengikutiku, maka aku akan membimbing kalian ke jalan kebahagiaan dan kebebasan."
Kepada warga Kufah, Imam Husein menulis, "... bukan pemimpin kecuali jika seseorang yang mengamalkan kitab Allah Swt (al-Quran), menegakkan keadilan, menjadikan kebenaran sebagai pilar hukum masyarakat dan menjaga dirinya tetap berada di jalan lurus Allah Swt."
Imam Husein datang ke Karbala menentang Yazid yang lalim, tidak lain dari perjuangannya untuk menegakkan nilai-nilai al-Quran.
Imam Husein, Simbol Keberanian dan Pengorbanan
Pada 3 Sya'ban tahun keempat Hijriah, rumah Ali as dan Fatimah as diterangi cahaya dan hati Rasulullah Saw diliputi kegembiraan dan kesenangan. Pada hari itu, Husein bin Ali as dilahirkan ke dunia untuk melanjutkan jalan yang sudah dirintis oleh kakeknya.
Sebuah hadis Qudsi berkata, "Ketika Husein lahir, Allah berfirman kepada Rasulullah, 'Selamat atas kelahiran di mana shalawat dan rahmat-Ku menyertainya, selamat atas engkau dan seluruh kaum Muslim karena hari besar ini, hari ketika Husein dilahirkan dan ia membawa bersamanya kebebasan, kecintaan, dan pengorbanan.'"
Hari ini, para pecinta Ahlul Bait as di seluruh dunia bersuka cita atas kelahiran Husein as, karena mereka memperoleh pelajaran berharga dari kehidupan, pemikiran, dan kebangkitannya; sebuah kehidupan yang sarat dengan makrifat dan kesempurnaan.
Nilai hakiki setiap insan bergantung pada ilmu pengetahuan, kesempurnaan, keutamaan, dan sifat-sifat moral. Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dari segi fisik, tapi perbedaan ini tidak membuat mereka lebih utama dari yang lain. Hal yang membuat mereka istimewa adalah ilmu, keutamaan, dan akhlak mulia, dan Husein as memiliki semua sifat ini secara utuh.
Imam Husein as
Imam Husein adalah salah satu insan teladan dalam sejarah umat manusia. Pengorbanan luar biasa, ketahanan, tawakkal, tekad yang kuat, kesabaran, dan keberaniannya di Karbala, hanya memperlihatkan sebagian dari kepribadian mulia Husein dan sifat-sifat ini membuat semua hati bergerak ke arahnya.
Faktanya, sifat berani dan tangguh tidak akan muncul pada setiap individu, kecuali ia juga menyandang sifat-sifat moral lainnya secara utuh. Sosok seperti ini harus memiliki kesempurnaan iman, makrifat, keyakinan, dan tawakkal sehingga dapat menjadi salah satu dari menifestasi kebesaran Tuhan.
Banyak tokoh besar telah lahir dari rahim sejarah dan masing-masing dari ketokohan mereka dikenal karena keberanian, kepahlawanan, kezuhudan, pemaaf, dan siap berkorban. Akan tetapi, kebesaran dan keutamaan kemanusiaan yang dimiliki oleh Imam Husein as benar-benar sulit ditemukan padanannya dalam sejarah.
Setelah Imam Husein as gugur syahid, Bani Umayyah melaknat Husein dan ayahnya, Imam Ali bin Abi Thalib di mimbar-mimbar selama 60 tahun atas tuduhan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Meski demikian, tidak satu orang pun dari penguasa mampu merusak nama harum mereka sebagai teladan ketakwaan dan kemuliaan.
Mengenai kepribadian luhur Imam Husein as, seorang ulama Sunni Lebanon, Syeikh Abdullah al-'Alayili berkata, "Apa yang ada dalam riwayat dan sejarah Husein di tangan kami, kami menemukan bahwa Husein memiliki kesempurnaan takwa yang diteladani dari kakeknya dan ia adalah teladan sempurna dari sosok Rasulullah dari segala sisi. Dalam jihad, ia mengayunkan pedang dengan penuh pengorbanan dan tidak ada pekerjaan yang mencegahnya untuk melakukan tugas lain."
Bagi para reformis dan pemuka agama, yakin akan tujuan merupakan faktor penentu untuk mencapai kemajuan. Pemimpin yang yakin akan tujuannya akan melangkah dengan optimis untuk meraih tujuan, ia tidak akan goyah dan keyakinan ini membuatnya kuat. Seperti yang disinggung dalam surat al-Anfal ayat 2, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal."
Rasulullah Saw – dengan keimanan dan keyakinan yang kuat – baik ketika menang atau pun ketika kalah secara lahiriyah, dengan penuh optimis dan yakin memajukan agenda-agendanya untuk meraih tujuan. Imam Husein as juga sama seperti kakeknya, dalam hal keimanan kepada tujuan dari kebangkitannya. Imam menilai satu-satunya cara untuk menyelamatkan Islam dan masyarakat Muslim adalah melawan skenario jahat Bani Umayyah dan tidak berbaiat dengan Yazid bin Mu'awiyah.
Imam Husein as
Oleh karena itu, Imam Husein as secara jujur dan tegas mengumumkan penentangannya terhadap kepemimpinan Yazid. Beliau tidak hanya mempelajari pelajaran iman dan keteguhan dalam agama dari kakek dan ayahnya, tapi dengan memikul beban ujian duniawi, telah mengantarkan dirinya ke puncak ifran dan makrifat Ilahi. Ia laksana gunung yang menjulang tinggi, kokoh dan tidak pernah goyah.
Imam Husein telah mencapai sebuah tahapan dari irfan dan makrifatullah sehingga peristiwa segetir apapun akan tampak indah di matanya. Menariknya, Sayidah Zainab as (saudari Imam Husein) juga menyaksikan keindahan yang sama. Ketika Gubernur Kufah, Ubaidillah bin Ziyad berkata kepadanya, "Lihatlah bagaimana perlakuan Tuhan terhadap saudaramu." Zainab menjawab, "Aku tidak melihat sesuatu kecuali keindahan."
Di mata Ahlul Bait, peristiwa Karbala meskipun perbuatan keji tentara Bani Umayyah, tetap terlihat indah karena kebesaran dan puncak kesabaran yang diperlihatkan oleh Imam Husein dalam menghadapi ujian.
Keberanian adalah salah satu sifat mulia kemanusiaan. Sebuah bangsa yang orang-orangnya tidak memiliki keberanian mental dan moral, maka dengan mudah akan ditaklukkan oleh musuh. Bahkan, kelangsungan hidup suatu negara, martabat dan wibawanya bergantung pada tingkat keberanian yang dimiliki oleh rakyatnya.
Seorang ulama besar Sunni, Ibn Abi al-Hadid ketika berbicara tentang keberanian Imam Husein as, menuturkan bahwa dalam hal keberanian, siapa sosok lain yang sama seperti Husein bin Ali as di Padang Karbala. Kami tidak menemukan seseorang di mana masyarakat telah menyerbunya dan ia telah terpisah dengan saudara, keluarga, dan sahabatnya, tetapi dengan keberanian bak singa, ia mematahkan pasukan berkuda. Apa yang anda pikirkan tentang sosok yang tidak tunduk pada kehinaan dan tidak berbaiat kepada mereka hingga gugur syahid.
Percaya diri adalah salah satu sifat utama manusia sukses. Para pemuka agama, semuanya telah mencapai puncak dari karakteristik ini, dan Imam Husein as sebagai pencetus Revolusi Asyura, memiliki karakteristik ini dalam bentuk yang sempurna. Kepercayaan dirinya sedemikian rupa sehingga kondisi apapun tidak merusak keputusan dan tekadnya, tetapi justru membuat Imam lebih tegas dalam mencapai tujuannya.
Di hari Asyura, Imam Husein as – saat kematian sudah di depan mata – tetap tidak gentar dan ia berdiri tegak di hadapan pasukan Umar ibn Sa'ad dan menyampaikan pesan kepada mereka. Beliau berkata, "Tidak, aku bersumpah demi Tuhan, aku tidak akan tunduk pada kehinaan dan tidak akan lari seperti para budak." Imam begitu teguh dalam membela tujuan dan keyakinannya, dan bahkan kondisi apapun tidak menghalangi dia untuk mencapai tujuannya.
Kedermawanan dan kemurahan hati Imam Husein as telah menjadi sebuah pepatah. Banyak ulama mengungkapkan fakta ini bahwa tidak ada yang bisa menandingi Imam Hasan dan Husein dalam kedermawanan dan kemurahan hati.
Makam suci Imam Husein as
Dikisahkan bahwa suatu hari, Imam Husein as sedang shalat di rumahnya, seorang Arab Badui yang terjerat kemiskinan, tiba di kota Madinah dan mendatangi rumah beliau. Ia mengetuk pintu rumah sambil berkata, "Hari ini seseorang yang berharap kepadamu dan mengetuk pintu rumahmu, tidak akan berputus asa. Engkau adalah orang dermawan dan tambang kedermawanan. Wahai orang yang ayahnya adalah penghancur kezaliman!"
Imam Husein as mempersingkat shalatnya agar dapat memenuhi apa yang diinginkan orang itu. Ketika selesai shalat dan keluar melihat orang tersebut, Imam langsung memahami orang itu tidak punya apa-apa dan sangat miskin. Imam mendekatinya dan berkata, “Tetaplah di sini hingga aku kembali.”
Imam Husein as kemudian bertanya kepada pelayannya, “Berapa uang yang tersisa di tanganmu untuk pengeluaran sehari-hari kita?” Pelayan beliau menjawab, "Tinggal 200 dirham dan engkau telah berkata agar uang ini dibagikan kepada para kerabat.” Imam Husein berkata, “Bawa uang itu kepadaku! Karena ada seseorang di depan pintu yang lebih membutuhkannya.”
Pelayan kemudian pergi dan kembali ke hadapan Imam sambil membawa uang tersebut. Setelah menerimanya, Imam Husein as pergi ke depan pintu dan memberikan uang itu kepada orang miskin yang berdiri di sana. Imam berkata, “Ambillah uang ini dan terimalah permintaan maafku. Aku tidak punya uang lebih dari ini untuk diberikan kepadamu.”
Orang miskin itu menerima uang tersebut dan pergi dari rumah Imam. Ia tampak begitu gembira.
Ampunan dan Kebesaran
“... Aku telah meremehkan perintah maulaku; bila beliau mempertanyakanku, aku tidak berhak untuk protes. Meski Hasan bin Ali adalah seorang pemaaf, namun aku harus menyiapkan diri untuk dihukum. Karena dengan demikian, bertahan menghadapi hukuman maulaku, akan terasa lebih ringan...namun...namun..."
Demikianlah apa yang terlintas dalam pikiran budak Imam Hasan dan seketika itu juga Imam Hasan memanggilnya. Sang budak dengan langkah pelan-pelan menuju pada Imam Hasan as. Dia berpikir bagaimana caranya meminta maaf kepada maulanya. Begitu berhadap-hadapan dengan beliau, sang budak terpikir:
“Maulaku adalah orang yang akrab dengan al-Quran. Maka aku akan meminta bantuan al-Quran untuk menyelamatkan diriku.”
Saat itu juga terlintas dalam pikirannya untuk mengatakan, “Wal Kazdiminal Ghaizha.”
Imam Hasan tersenyum dan berkata, “Aku telah menekan kemarahanku.”
Sang budak tahu bahwa jalan keluarnya terlah terjawab. Dengan lebih tenang dia berkata, “Wal ‘Afina ‘Aninnas.”
Imam Hasan berkata, “Aku telah mengabaikan kesalahanmu.”
Sang budak merasa dirinya berhasil dan bergumam, “Aku akan melepaskan peluruku yang terakhir, seraya berkata, “Wallahu Yuhibbul Muhsinin.” (QS. Ali Imran: 134)
Kali ini Imam Hasan berkata, “Aku membebaskanmu di jalan Allah, agar aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.”
Tidak Membalas Keburukan dengan Keburukan
Salah satu dari budak Imam Hasan as sangat buruk akhlaknya. Namun Imam Hasan senantiasa memperlakukannya dengan baik dalam upaya dia bisa menjadi baik dan menyesali perilaku buruknya.
Imam Hasan memiliki seekor kambing di rumahnya. Dengan berjalannya waktu beliau menyayangi kambing itu. Suatu hari beliau tahu bahwa kaki kambing itu patah. Hatinya trenyuh melihat kambing itu dan bertanya kepada budaknya, “Mengapa kaki kambing ini jadi begini?”
Sang budak menjawab, “Aku yang mematahkannya.”
Dengan takjub Imam Hasan as berkata, “Mengapa engkau menzaliminya?”
Dengan nada congkak budak itu menjawab, “Karena aku ingin menyakitimu.”
Imam Hasan as sejenak berpikir dan berkata, “Ringkasi barang-barangmu dan pergilah dari rumah ini, dari saat ini engkau bebas.”
Budak itu terkejut dan berkata, “Mengapa Anda bebaskan aku?!”
Imam Hasan as berkata, “Agar aku menjawab perbuatan burukmu dengan perbuatan baik.”
Budak itu menundukkan kepalanya dan terdiam, sepertinya dia benar-benar malu.
Semua Kasih Sayang Ini?!
Seorang lelaki mendengar banyak cerita tentang kasih sayang dan kedermawanan Imam Hasan as. Namun dia ragu untuk menyelesaikan masalahnya, apakah harus pergi menemui Imam Hasan ataukah tidak. Pada akhirnya dia mengambil keputusan untuk mendatangi beliau.
Imam saat itu sedang duduk di masjid dan lelaki ini masuk mendekatinya. Imam tahu bahwa lelaki ini punya satu keperluan. Oleh karena itu beliau tersenyum padanya dengan penuh kasih sayang seraya berkata, “Hai lelaki! aku berpikir engkau ada masalah?” sebelum lelaki itu menjawab, Imam Hasan berkata, “Bersabarlah sedikit, aku akan menyelesaikan masalahmu.”
Imam Hasan memerintahkan kepada salah satu sahabatnya, “Berikanlah uang supaya dia bisa menyelesaikan masalahnya!”
Sabahat beliau memberikan uang kepada lelaki yang membutuhkan itu dan menyenangkan hatinya. Lelaki yang membutuhkan itu tidak percaya bahwa masalahnya bisa terselesaikan secepat ini. Dia menghadap kepada Imam Hasan dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah! Aku merasa takjub bahkan Anda tidak menanyakan apa masalahku. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana aku harus menyampaikan masalahku kepada Anda!”
Imam Hasan as berkata, “Ksatria yakni membantu seseorang yang membutuhkan sebelum orang tersebut menyampaikan masalahnya. Perbuatan seperti ini mencegah jatuhnya harga diri seorang mukmin dan tidak mengalirkan keringat malu di dahinya.”
Lelaki itu tidak tahu apa yang harus dikatakannya untuk menjawab kasih sayang Imam Hasan. Butir-butir keringat memenuhi dahinya; namun keringat ini bukan keringat malu.
Memenuhi Hajat Seorang Mukmin
Begitu seorang lelaki menyampaikan masalahnya kepada Imam Hasan as, beliau langsung memakai sepatunya dan pergi menyelesaikan masalahnya. Di pertengahan jalan, mereka menyaksikan Imam Husein as sedang mengerjakan salat. Imam Hasan berkata kepada lelaki tersebut, “Mengapa engkau tidak mendatangi saudaraku untuk menyelesaikan masalahmu?”
Lelaki itu menjawab, “Beliau sedang sibuk salat dan ibadah, dan saya tidak ingin mengganggu beliau.”
Imam Hasan as berkata, “Sepertinya masalahmu harus selesai melalui bantuanku. Bagaimanapun juga, bila Husein mendapatkan taufik ini, memenuhi hajatmu baginya lebih besar dari satu bulan menjalani i’tikaf.” (
Bunuh Diri, Masalah Baru di Barat
Berbagai berita menyebutkan, dalam beberapa hari terakhir ketika pemerintah Inggris menjadi tuan rumah sidang internasional kesehatan mental, Perdana Menteri Theresa May untuk pertama kalinya mengangkat deputi bidang pencegahan bunuh diri. May mengatakan, "Pengangkatan Jackie Doyle-Price ini akan membantu mengakhiri pandangan masyarakat terkait aksi bunuh diri."
Di pidatonya, May menyebut aksi bunuh diri sebagai noktah hitam yang harus dihapus, karena dampak dari aksi ini sangat menyedihkan dan merusak bagi keluarga dan masyarakat. Kendala yang memaksa perdana menteri Inggris untuk memilih kebijakannya ini, telah bertahun-tahun melilit negara-negara Barat.
Bunuh diri adalah sebuah perilaku untuk membebaskan diri dari beragam kesulitan dan kebuntuan yang dialami seseorang dan ia tidak mampu menyelesaikannya. Dengan kata lain, seseorang meyakini bunuh diri sebagai solusi tunggal untuk bebas dari kebingungan dan penderitaannya.
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun hampir satu juta orang di dunia meninggal akibat bunuh diri. Ini artinya setiap 40 detik, satu orang meninggal akibat bunuh diri! Metode umum bunuh diri di berbagai negara sedikit banyak berhubungan dengan metode yang dapat diakses dan pada prinsipnya kemudahan akses terhadap sarana bunuh diri, apalagi di usia pubertas dengan sendirinya menjadi faktor peningkatan angka bunuh diri. Di antara metode umum bunuh diri adalah gantung diri, overdosis obat-obatan, alkohol, meracuni diri dengan pestisida, melompat dari ketinggian dan menggunakan senjata untuk bunuh diri.
Usia tertinggi bunuh diri di berbagai negara antara 15-29 tahun. Menurut psikiater, mayoritas kasus bunuh diri dan aksi bunuh diri, jika bukan karena alkohol atau penyalahgunaan narkoba, merupakan indikasi salah satu penyakit mental seperti skizofrenia, gangguan emosional khususnya stress yang lalai untuk diobati atau terlambat dalam pengobatannya.
Skizofrenia adalah penyakit mental kronis yang menyebabkan gangguan proses berpikir. Orang dengan skizofrenia tidak bisa membedakan mana khayalan dan kenyataan. Itu sebabnya masyarakat Indonesia sering menyebut skizofrenia dengan “gila”. Penyakit ini juga menyebabkan pengidapnya tidak memiliki kemampuan untuk berpikir, mengingat, ataupun memahami masalah tertentu.
Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling sering ditemukan di tengah masyarakat. Gejala paling khas dari skizofrenia paranoid adalah delusi (waham) dan halusinasi. Itulah sebabnya, orang dengan skizofrenia paranoid cenderung mendengar suara-suara di dalam pikiran mereka dan melihat sesuatu yang tidak nyata.
Tidak hanya itu, orang yang memiliki skizofrenia paranoid juga sering menunjukkan perilaku kacau yang menyebabkan diri mereka tidak dapat mengendalikan perilakunya. Akibatnya, pengidap skizofrenia paranoid sering berperilaku tidak pantas, sulit mengendalikan emosi, hasrat, serta keinginannya. Secara umum, skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis yang membutuhkan pengobatan berkepanjangan untuk meringankan gejalanya.
Kendala yang dihadapi masyarakat Barat saat ini adalah penyakit dan gangguan mental. Stress di kalangan masyarakat Barat sangat tinggi, di mana beberapa waktu lalu Inggris mengumumkan kenaikan gangguan mental dan stress di kalangan masyarakat negara ini serta maraknya kehidupan individualisme. Bahkan negara ini terpaksa membentuk satu departemen khusus untuk menangani fenomena bunuh diri dan stress di kalangan masyarakatnya.
Tiga perempat Pelaku Bunuh diri adalah Pria
Riset terbaru di Inggris menunjukkan bahwa angka rata-rata stress di negara ini sangat tinggi, dari total 50 juta penduduk Inggris, 20 jutanya menderita stress dan depresi. Menurut data yang dirilis fakultas psikolog Universitas Cambridge, dua pertiga orang dewasa di Inggris pernah mengalami penyakit gangguan mental seperi depresi dan stress. Sementara kurang dari seperlima usia dewasa Inggris yang memiliki kesehatan mental yang tinggi. Berdasarkan peringkat terbaru internasional, rakyat Inggris berada di urutan puncak masyarakat negara maju yang mengalami depresi di dunia Barat. Depresi menjadi faktor dan pemicu aksi bunuh diri di negara ini.
Pusat Data Statistik Nasional Inggris baru-baru ini mengumumkan, selama satu tahun lalu sekitar enam ribu orang di negara ini meninggal karena bunuh diri. Pusat Data Statistik Nasional Inggris juga menyatakan bahwa pria mendominasi angka bunuh diri di Inggris. Lembaga ini menambahkan, tiga perempat korban bunuh diri adalah pria.
Menurut laporan resmi Inggris, meski bunuh diri di negara ini disebabka banyak faktor, seperti penyakit mental, krisis keluarga, perilaku anak dan remaja mengikuti aksi bunuh diri orang lain dan kesalahan individu, namun para ahli meyaknin bahwa kendala ekonomi, pengangguran akibat krisis ekonomi yang ada, hilangnya harga diri dan identitas seseorang serta dampak sosial akibat pemutusan atau pengurangan anggaran pelayanan publik dan kesejahteraan sosial juga berpengaruh pada tragedi ini.
Aktivis pencegahan aksi bunuh diri terkait hal ini mengatakan, resesi ekonomi menciptakan kegelisahan lebih besar, tensi mental lebih besar masyarakat dan hasilnya adalah meningkatnya kecenderungan bunuh diri di Inggris. Dari sisi lain, penurunan anggaran dan fasilitas kesehatan dan pengobatan oleh pemerintah juga membantu eskalasi krisis ini. Seperempat pelaku bunuh diri di Inggris adalah pria.
Berdasarkan data yang ada, bukan saja Inggris, tapi berbagai negara maju dan kesejahteraannya tinggi, memiliki angka bunuh diri tertinggi. Negara-negara Eropa mengalami krisis indentitas yang parah dan angka tinggi bunuh diri serta depresi membuat khawatir pada petingi politik di benua ini.
Sementara itu, angka bunuh diri di Amerika Serikat dilaporkan terus meningkat. Kepala asosiasi psikiater Amerika mengatakan, meski ada banyak upaya, kami gagal mereduksi angka ini. Amerika selama 18 tahun lalu menunjukkan kenaikan 30 persen aksi bunuh diri. Padahal 45 persen korban bunuh diri di Amerika tidak mengidap penyakit mental. Angka bunuh diri pria empat kali libat di banding perempuan di Amerika.
Menurut keterangan pusat kontrol dan penanggulangan penyakit di Amerika, dari 100 ribu warga AS, 16 orang melakukan aksi bunuh diri. Artinya di Amerika Serikat, setiap 13 menit terjadi aksi bunuh diri. Bahkan penyidikan menunjukkan di Amerika angka pembunuhan sengaja lebih rendah ketimbang bunuh diri. Hanya di tahun 2016 saja, sekitar 45 ribu orang di AS bunuh diri. Berdasarkan data yang dirilis lembaga ini, eskalasi bunuh diri merata di setiap usia, etnis, kelamin dan kelompok etnis.
Dr. Deborah Stone, periset yang meneliti kenaikan angka bunuh diri mengatakan, Sementara seseorang tidak dapat menemukan hanya satu alasan untuk bunuh diri, namun hubungan emosional dua orang dan kendala finansial termasuk faktor penting bunuh diri di Amerika Serikat. Namun begitu depresi juga faktor penting bunuh diri. Departemen Kesehatan AS beberapa waktu lalu mengumumkan, depresi dan stress setiap tahun mempengaruhi 56 juta orang dan pemerintah mengalami kesulitan untuk mengobati penyakit ini.
Krisis bunuh diri sampai saat ini menjadi bahan riset bukan saja dokter dan psikolog, bahkan sosiolog, filsuf, dan pakar agama pun menjadikannya sebaibahan penelitian. Mulai abad ke 20 ada jurusan baru di univeristas Barat, yakni fakultas Suicidology. Hasil riset para ilmuwan menunjukkan bahwa aksi bunuh diri akibat kebencian seseorang kepada orang lain atau sosial masyarakat dan kebencian ini muncul dari krisis kepribadian yang dihadapi masyarakat industri.
Salah satu kendala baru dan semi rahasia umat manusia di era kemajuan teknologi dan komunikasi adalah krisis identitas dan kepribadian. Menurut sosiolog, manusia modern di tengah-tengah kota besar dan gelombang informasi serta komunikasi, telah kehilangan hakikat keberadaannya dan tidak lagi merasa terhubung dengan tempat tertentu. Dengan kata lain, manusia modern mengidap keterasingan diri atau tanpa identitas.
Krisis ini mulai sejak masa remaja dan ketidakpedulian akan krisis ini akan membuat identitas dan kepribadian seseorang bengkok. Di sisi lain, menjahui ajaran agama juga menjadi faktor lain dari eskalasi krisis identitas dan munculnya penyimpangan sosial termasuk bunuh diri. Berdasarkan data yang ada, negara-negara yang keyakinan agamanya kuat khususnya negara-negara Islam di mana bunuh diri disebut sebagai dosa besar, kecenderungan untuk bunuh diri lebih rendah. Manusia senantiasa mencari tempat mental yang aman sehingga mampu mengalahkan ketakutan, pesimis dan depresi. Agama dan keyakinan beragama memberi tempat aman bagi manusia.
Menurut para pakar, keyakinan beragama merupakan faktor penting bagi kesehatan mental manusia. Berdasarkan keyakinan mereka, antara keyakinan, harapan, motivasi dan kesehatan mental memiliki hubungan yang kuat. Semakin kuat keyakinan agama seseorang dan rasa pesimis semakin rendah, kesehatan mental juga semakin terjaga dari ancaman. Keyakinan agama menciptakan harapan dan tujuan bagi seseorang.
Dewasa ini lemahnya keyakinan agama di negara-negara Barat, yang mayoritasnya memiliki gaya hidup individualisme dan materialisme, telah menciptakan peluang bagi meningkatnya angka bunuh diri. Oleh karena itu, sepertinya masyarakat ini harus kembali ke spiritualitas untuk menyelesaikan krisis ini. Jika tidak, di masa mendatang pastinya mereka akan membayar lebih mahal akibat ketidakpedulian mereka tersebut.
Perjuangan Politik Imam Hasan as
Hasan bin Ali bin Abi Thalib as yang dikenal dengan Imam Hasan al-Mujtaba adalah imam kedua Syiah dan putra sulung dari Imam Ali as dan Sayidah Fatimah as.
Bulan Safar di kalangan para ulama Syiah dianggap sebagai hari syahidnya Imam Hasan as, cucu Rasulullah Saw. Menurut riwayat masyhur, kesyahidan beliau terjadi pada tahun 50 H/670. Riwayat paling populer menyebutkan Imam Hasan gugur syahid pada akhir bulan Safar yaitu tanggal 28 Safar. Riwayat lain mencatat beliau syahid pada hari ke-7 bulan Safar.
Salah seorang ulama yang meyakini 7 Safar sebagai hari kesyahidan Imam Hasan as adalah Syahid Awwal. Menurut para ulama besar seperti, Kaf'ami, Syeikh Bahai, Allamah Majlisi, Shahibul Jawahir, Syeikh Kashif al-Ghita', dan Muhaddis Qummi, Imam Hasan al-Mujtaba gugur syahid pada tanggal 7 Safar. Dari dua riwayat yang berbeda, kaum Muslim Syiah memperingati hari syahidnya manusia suci ini setiap tanggal 7 dan 28 Safar.
Setelah Imam Ali as gugur syahid pada tahun 40 Hijriyah, kota Kufah sebagai pusat pemerintahan Ahlu Bait as kembali menyaksikan sebuah peristiwa besar yaitu pengangkatan Imam Hasan sebagai khalifah. Pada pagi hari 21 Ramadhan, Abdullah bin Abbas mengumpulkan masyarakat dan berkata kepada mereka, "Wahai masyarakat! Amirul Mukminin telah pergi ke persinggahan lain dan meninggalkan putranya di tengah kalian. Jika kalian ingin, putra beliau akan mendatangi kalian." Masyarakat menangis dan meminta kehadiran Imam Hasan di hadapan mereka.
Setelah kepergian ayah, Imam Hasan memikul tanggung jawab untuk memimpin masyarakat Muslim. Beliau bergerak cepat untuk menata kembali situasi yang kacau setelah gugurnya sang ayah dan mengendalikan urusan pemerintahan Islam.
Tidak butuh waktu lama bagi masyarakat untuk memahami bahwa Imam Hasan sama seperti ayahnya, memiliki tekad yang kuat untuk menegakkan keadilan dan menjalankan syariat Islam. Ini adalah sesuatu yang diimpikan oleh mayoritas masyarakat. Namun, penegakan keadilan membuat gusar segelintir orang dan kalangan oportunis.
Sejak masa itu, Imam Hasan as selalu menghadapi pembangkangan dan penentangan dari Mu'awiyah yang berkuasa di Syam. Penentangan ini menyebabkan pecahnya perang dan Imam Hasan juga memobilisasi sebuah pasukan untuk menghadapi perang. Tetapi, kondisi masyarakat Muslim tidak mengizinkan Imam untuk mengambil tindakan militer.
Mu'awiyah menawarkan proposal damai dan Imam Hasan juga menerimanya dengan penuh pertimbangan dan demi masa depan masyarakat Muslim. Ada beberapa faktor penting yang membuat Imam memprioritaskan perdamaian. Salah satu tindakan Bani Umayyah adalah menjauhkan para tokoh dan orang-orang penting dari lingkaran Imam Hasan. Mu'awiyah menarik para tokoh dengan memberikan suap dan janji-janji manis.
Imam Hasan telah menyiapkan sebuah pasukan besar, tetapi ia sendiri tidak yakin dengan kesetiaan mereka. Beberapa komandan pasukan menolak berperang dengan tentara Syam setelah menerima suap dari Bani Umayyah.
"Hari ini karena kedengkian dan dendam, persatuan dan kesepahaman telah hilang di antara kalian. Ketahanan kalian telah hilang dan lisan kalian mulai mengeluh. Hari ini adalah hari di mana kalian lebih mementingkan kepentingan kalian daripada agama dan kalian tidak setia," kata Imam Hasan as dalam menanggapi perilaku sekelompok komandan pasukannya.
Imam Hasan berada pada situasi yang sangat sulit dan memahami bahwa kerugian perang dengan Mu'awiyah lebih besar dari keuntungannya. Untuk itu, beliau menerima perdamaian dan tentu saja dengan beberapa syarat. Menurut salah satu butir kesepakatan damai, pasca Mu'awiyah kekhalifahan akan diserahkan kembali kepada Imam Hasan as.
Jika sesuatu terjadi pada beliau, maka Imam Husein as akan menduduki posisi khalifah dan Mu'awiyah tidak boleh mengangkat orang lain sebagai penggantinya.
Bani Umayyah juga harus berhenti menyebarkan bid'ah dan menghina serta melaknat Amirul Mukminin Ali as di mimbar-mimbar masjid, dan mengenang beliau dengan kebaikan. Mu'awiyah juga harus memberikan kompensasi satu juta dirham kepada para keluarga syuhada yang terbunuh di barisan Imam Ali as dalam Perang Jamal dan Shiffin.
Mu'awiyah wajib memberikan rasa aman kepada para sahabat Ali as dan Syiahnya di mana pun mereka berada. Harta, jiwa, dan anak-anak mereka harus memperoleh rasa aman. Muawiyah tidak boleh merongrong Hasan dan Husein as secara diam-diam ataupun terang-terangan atau menakut-nakuti pengikutnya. Poin terakhir dokumen kesepakatan itu menegaskan bahwa Mu'awiyah akan berkomitmen dengan perjanjian yang disepakati dan tidak menimbulkan persoalan bagi Hasan bin Ali atau saudaranya atau salah satu dari Ahlul Bait Nabi baik secara diam-diam atau pun terang-terangan.
Imam Hasan as berusaha memasukkan sikap politiknya dalam butir-butir kesepakatan sehingga dapat meneruskan perlawanan terhadap Mu'awiyah di tingkat lain. Beliau memasukkan poin-poin yang sangat menguntungkan Islam dan kaum Muslim dan berusaha memperkenalkan wajah asli Mu'awiyah kepada publik.
Imam Hasan memaksa Mu'awiyah untuk bertindak sesuai dengan al-Quran, Sunnah Nabi dan sirah Khulafaur Rasyidin. Tentu saja, Imam yakin bahwa Mu'awiyah tidak akan melaksanakan butir-butir kesepakatan, tetapi dengan cara ini wajah aslinya akan tersingkap dan ini termasuk salah satu motivasi besar Imam dalam perang dengan Mu'awiyah. Beliau memberi kebebasan kepada masyarakat untuk memilih dan menentukan masa depannya dengan keputusan mereka sendiri.
Setelah kesepakatan damai, Imam Hasan as menetap sebentar di Kufah dan kemudian berpindah ke kota Madinah. Beliau memulai program-programnya dengan format baru di Madinah. Agama terancam oleh penyimpangan dan bid'ah karena kegiatan-kegiatan menyimpang Bani Umayyah dilakukan atas nama Islam.
Imam Hasan memilih gerakan budaya dan pemikiran untuk menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada masyarakat. Metode ini akan memudahkan mereka untuk memilah antara kebenaran dan kesesatan. Imam menjadikan Madinah sebagai basis penting untuk mempromosikan pemikiran Islam dan mendidik para fuqaha, perawi hadis, dan ulama besar. Para pencari ilmu dari berbagai penjuru Dunia Islam datang ke Madinah dan berguru kepada Imam Hasan.
Pelanggaran Bani Umayyah terhadap kesepakatan damai mulai terkuak seiring berjalannya waktu. Penguasa Umawi memandang Imam Hasan sebagai batu sandungan untuk menjalankan beberapa rencana jahatnya. Salah satu agenda Mu'awiyah adalah mengangkat putranya, Yazid sebagai penggantinya.
Mu'awiyah ragu-ragu untuk mengambil keputusan yang melanggar kesepakatan damai dengan Imam Hasan. Dia tahu bahwa jika rencana itu diwujudkan di masa hidup Imam, pasti ia akan mendapat penentangan keras dari Hasan bin Ali as. Untuk itu, Mu'awiyah mencari segala cara untuk menyingkirkan Imam Hasan.
Muaawiyah menawarkan Ja'dah binti Asy'at bin Qais, salah seorang istri Imam Hasan untuk meracuni suaminya itu. Jika berhasil, ia akan diberi seratus ribu dirham imbalan dan dinikahkan dengan Yazid, yang akan dilantik sebagai raja pengganti. Ja'dah menerima tawaran itu dan berhasil membunuh Imam Hasan as dengan cara menuangkan racun ke air minumnya.
Dalam riwayat, Imam Hasan dikenal sebagai pribadi yang dermawan, penenang setiap kalbu yang didera kesusahan, dan pengayom kaum fakir-miskin. Tak ada seorang miskin pun yang datang mengadu kepadanya lantas kembali dengan tangan hampa. Terkadang, jauh sebelum si miskin mengadukan kesulitan hidupnya, Imam Hassan sudah terlebih dahulu membantu mengatasinya dan tak membiarkannya harus merasa hina lantaran meminta bantuan.
Imam Hasan berkata, "Memberi sebelum diminta adalah kebesaran jiwa yang teragung."
Kisah Seorang Majusi yang Lebih Berhak Surganya Allah daripada Muslim
Dikisahkan, di tanah Arab yang gersang, hidup seorang janda yang sangat miskin dengan seorang anak yang dimiliki satu-satunya. Karena kemiskinannya itu, ia setiap hari mencari sesuap nasi dari orang-orang dermawan yang mau memberikan bantuan padanya.
Si janda rela pergi kemana pun untuk melanjutkan hidup dari makanan yang ia dapat untuk dia serta anaknya dan tak jarang dia harus pergi sangat jauh dari rumahnya. Suatu hari, ia melintas di sebuah masjid dan bertemu dengan seorang Muslim. Janda satu anak ini meminta bantuan pada muslim tersebut. “Wahai, tuan, sudilah kiranya bermurah hati. Anakku sedang kelaparan dan aku mohon pertolongan kepada Anda,” tutur janda tersebut dengan penuh kerendah hatian.
“Mana buktinya kalau Anda miskin dan anak Anda seorang yatim?” tanya muslim itu meminta bukti. Si janda tersebut berpikir bagaimana harus menunjukkan bukti yang diminta lelaki itu. Apalagi di tempat tersebut tidak ada yang mengenalnya sehingga dia pun tak bisa berbuat apa-apa.
Akhirnya, ia pergi berlalu dan meninggalkan laki-laki tadi dengan hati yang berat. Tak lama berselang, si janda bertemu dengan seorang laki-laki Majusi. Ia pun meminta pertolongan kepadanya dan mengatakan seperti apa yang ia katakana kepada si Muslim. Tanpa berpikir panjang, laki-laki Majusi ini langsung membawa si janda ke rumahnya dan memberikan uang serta pakaian yang layak. Bahkan, si Majusi ini memerintahkan janda dan anaknya untuk tinggal di rumahnya.
Pada malam harinya, si Muslim yang menolak janda tadi bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam mimpinya, ada banyak orang yang menghampiri Rasulullah saw. Rasul SAW pun menyambut mereka dengan senang hati. Namun tatkala tiba giliran si laki-laki Muslim tadi menemui Nabi Muhammad saw, Rasulullah menolak menyambutnya.
Lelaki tersebut lantas protes kepada Rasul SAW, “Ya, Rasulullah, aku juga umatmu dan aku mencintaimu,” ujar laki-laki tersebut. Rasulullah pun menjawab, “Apa buktinya bahwa kamu umatku dan kamu mencintaiku?” Laki-laki tersebut langsung terdiam. Ia merasa malu karena pertanyaan yang diajukan Rasulullah sama dengan yang ia ungkapkan saat seorang janda meminta pertolongan kepadanya.
Rasulullah SAW kemudian menunjukkan padanya sebuah gedung yang sangat megah di dalam surga. “Lihatlah ini. Seharusnya ini milikmu. Namun, karena engkau menolak menolong umatku (si Janda) dan anak yatim yang sedang kelaparan, tempat ini menjadi milik si orang majusi yang telah menolongnya.”
Pada saat yang sama, si Majusi rupanya juga bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Ia sangat bahagia karena akan diberikan tempat di dalam surga, sebuah gedung yang sangat megah. Pagi harinya, si laki-laki Muslim ini mencari janda tersebut. Ia mendapatinya sedang berada di rumah orang Majusi tersebut. Dengan memaksa, ia meminta si Majusi untuk menyerahkan janda tersebut kepadanya. “Serahkanlah kepadaku janda dan anak yatim itu. Biarlah aku yang menolongnya,” kata dia. Namun, permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh si Majusi. “Tidak. Aku tidak akan menyerahkan mereka kepadamu,” tegasnya.
“Berikan saja. Nanti, aku beri engkau uang dinar yang sangat banyak,” pinta si Muslim. “Tidak. Aku tidak akan menyerahkannya kendati engkau bayar dengan gunung emas sekalipun,” jawab si Majusi. “Tapi, engkau orang Majusi, tak pantas engkau menolong janda yang Muslim itu. Seharusnya, orang Muslim juga yang menolongnya,” kata si Muslim.
Orang Majusi itu lalu bercerita, “Tadi malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Beliau berkata bahwa beliau akan memberikan surga yang semula akan diberikan kepadamu untukku. Ketahuilah bahwa pagi ini, ketika aku terbangun, aku langsung masuk Islam dan menjadi pengikut Rasulullah SAW karena aku telah menunjukkan bukti bahwa aku adalah salah seorang yang mencintainya,” ujar laki-laki Majusi yang telah memeluk Islam tersebut.
Masjid Terapung Palu
Gempa bumi yang disusul tsunami pada Jumat, 28 September 2018, memporakporandakan pesisir Kota Palu dalam sekejap. Ratusan warga meninggal dunia. Sejumlah bangunan rusak parah, bahkan hingga runtuh. Tak terkecuali Masjid Arwam Bab Al Rahman yang lebih dikenal sebagai masjid terapung Palu.
Masjid yang dulunya berdiri kokoh kini doyong. Hanya setengah bangunan hingga kubah masjid saja yang masih terlihat setelah tsunami menerjang. Apalagi, lokasi masjid yang berdiri pada 2011 itu dekat dengan Pantai Talise, lokasi penemuan korban tsunami Palu terbanyak.
Masjid yang menjadi ikon Kota Palu itu terletak di Jalan Rono, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat. Berdasarkan cerita warga sekitar, masjid dibangun seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang SPBU di Palu bernama Muhammad Hasan Bajamal.
Menurut warga, alasan Hasan sapaan akrab pengusaha itu membangun masjid ini pada 19 Januari 2011 lalu untuk mengenang jasa almarhum Syekh Abdullah Raqi atau Datuk Karama. Datuk Karama merupakan ulama asal Minangkabau, Sumatera Barat. Dia diyakini seluruh warga Palu sebagai penyiar agama Islam pertama sejak abad ke-17.
Pembangunan masjid selesai pada 19 Januari 2012 dan diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola.
"Seperti pernyataan Pak Hasan lalu demikian. Dan peletakan batu pertama pembangunan masjid ini dilakukan langsung Wali Kota Palu, Rusdi Mastura," kata Baho, warga Kelurahan Lere kepada liputan6.com di sekitar masjid, pada 2014 lalu.
Selain untuk mengenang jasa Datuk Karama, pembangunan masjid juga bertujuan untuk menghilangkan kemaksiatan yang sering terjadi di sekitar lokasi masjid, sebelum masjid ini terbangun. Pasalnya, lokasi itu terhubung langsung dengan dua pusat hiburan malam di Palu, seperti kafe remang-remang Pantai Taman Ria dan Lokalisasi Pantai Talise tempat banyak pekerja seks komersial (PSK) menjajakan diri.
"Dulu lokasi masjid ini menjadi sarang maksiat anak-anak muda. Dijadikan tempat mabuk-mabukan, pacaran, bahkan sampai berhubungan badan. Tapi alhamdulillah sejak masjid ini ada, segala bentuk maksiat itu tidak ada lagi," tutur Baho yang mengaku lahir dan besar di sekitar lokasi masjid.
Masjid tersebut tidak pernah sunyi dari kunjungan jemaah yang hendak beribadah maupun orang-orang yang hanya sekadar singgah sambil berfoto-foto dengan latar belakang masjid terapung Palu. Jika sore hari menjelang, banyak warga menghabiskan waktunya di depan dan di dalam masjid.
Suasana semakin ramai saat memasuki bulan Ramadan. Masjid seluas 121 meter persegi dan mampu menampung lebih dari 150 anggota jemaah itu dijadikan sebagai salah satu tempat favorit warga Palu untuk menunggu waktu berbuka puasa tiba.
"Saya bersama teman-teman sudah sering ke sini, selain untuk salat juga sambil ngabuburitdengan menikmati suasana Teluk Palu di atas masjid sambil foto-foto seperti saat ini," ucap salah satu warga Palu, Wahyuni, di lokasi masjid.
Bangunan masjid ini berjarak 30 meter dari bibir pantai Teluk Palu. Di bawahnya terdapat lebih dari 25 tiang penyangga. Tiang-tiang itu dapat terlihat jelas jika air laut surut. Namun jika air laut pasang, masjid ini terlihat seolah-olah terapung di atas permukaan air laut.
Jalan masuk menuju ke dalam masjid dibuat jembatan berlantai tegel yang dihiasi beberapa lampu penerangan pada sisi kiri kanannya. Saat berada di atas jembatan masuk masjid, pengunjung juga dapat menikmati keindahan Teluk Palu dan kemegahan Jembatan Palu IV, yang tidak jauh dari lokasi masjid.
Selain desainnya yang seolah terapung, masjid ini memiliki keunikan lain. Desain bangunan yang telah modern jelas tampak menjadi pembeda dari seluruh bangunan masjid yang ada di Palu. Apalagi, masjid ini memiliki satu kubah besar dan empat kubah kecil yang mengelilingi pada tiap sudutnya.
Masjid ini tampak begitu megah dan indah dengan balutan warna krem yang mendominasi dipadukan warna hijau dan emas di seluruh bangunannya. Selain itu, kubah masjid dapat memancarkan tujuh warna cahaya lampu saat malam hari.
Ketujuh cahaya lampu itu, mulai dari warna merah, jingga, hijau, unggu, biru, pink, dan putih. Warnanya terlihat berganti-ganti dalam hitungan detik.
Masjid ini memang bukan yang pertama, karena masjid serupa juga telah ada bahkan lebih dulu terbangun di luar Indonesia, seperti di Laut Merah, Kota Jeddah, Arab Saudi dan Tanjung Bungah, Kota Penang, Malaysia.
Sedangkan di Indonesia, masjid serupa bisa juga dijumpai di Kota Makassar, Sulawesi Selatan; Kota Kendari, Sulawesi Tenggara; dan beberapa kota lainnya.



























