
کمالوندی
Bagaimana ScanEagle Berhasil Dipaksa Turun oleh Iran?
Republik Islam Iran menyatakan bahwa mereka berhasil memaksa turun sebuah pesawat tanpa awak Amerika Serikat yang terbang di zona Teluk Persia. Di sisi lain meski Amerika Serikat mengklaim tidak kehilangan sebuah pesawat tanpa awaknya setelah melakukan penghitungan, namun statemen petinggi Pasdaran (IRGC) Iran mengindikasikan peran pesawat tanpa awak dalam hubungan tak harmonis Tehran-Washington.
Kendala utama yang dihadapi AS dan sekutu Eropanya serta Rezim Zionis Israel menghadapi Republik Islam Iran adalah program nuklir Tehran. Iran menekankan program nuklirnya bertujuan damai, namun keraguan Washington terkait kebenaran pengakuan Iran telah menumbuhkan perang terselubung antara Iran dan Amerika Serikat.
The Christian Science Monitor tahul lalu dilaporannya menyebutkan perang terselubung ini meliputi teror para ilmuwan nuklir Iran, peledakan instalasi rudal dan industri, penyebaran virus internet seperti Stuxnet terhadap instalasi nuklir Iran serta target pesawat tanpa awak Amerika oleh Iran.
Laporan yang dirilis televisi Iran hari Selasa (4/12) menampilkan gambar pesawat tanpa awak ScanEagle produksi perusahaan Boing yang terbang di atas peta Republik Islam serta disertai tulisan berbahasa Persia dan Latin "Kami Akan Menghancurkan AS di bawah kaki kami".
Associated Press (AP) terkait hal ini melaporkan, jika klaim petinggi Iran benar maka ini merupakan ketiga kalinya dalam dua tahun terakhir drone AS menjadi target Tehran. Sebelumnya pada hari yang sama, Panglima Antkatan Laut Pasdaran mengkonfirmasikan penangkapan sebuah pesawat tanpa awak Amerika Serikat oleh pasukan angkatan laut Pasdaran di kawasan Teluk Persia.
Drone ScanEagle, pesawat bersayap tiga meter itu merupakan pesawat tanpa buatan Insitu, anak perusahaan Boeing yang memiliki durasi terbang paling lama. Situs Wall Street Journal dalam laporannya Ahad 2 Desember 2012 mengutip keterangan seorang pejabat AS yang mengatakan bahwa Washington telah meningkatkan operasinya memata-matai instalasi nuklir Bushehr di selatan Iran "selama dua bulan terakhir."
Setahun lalu, Iran juga berhasil mendaratkan pesawat tanpa awak RQ-170 "Sentinel" yang terbang menyusup wilayah udara Republik Islam di kota Kashmar, sekitar 140 mil (225km) dari perbatasan Afghanistan. Bulan lalu, pasukan Iran mengusir pesawat tanpa AS yang berusaha menerobos wilayah udara Republik Islam di perairan Teluk Persia.
Pengingkaran AS
Sementara itu, juru bicara Armada Kelima militer AS di Bahrain saat diwawancarai Reuters menyatakan, AL Amerika bertanggung jawab mengenai pesawat tanpa awak dan mengoperasikannya berdasarkan ketentuan internasional. Ia menambahkan, dalam beberapa waktu terakhir kami tidak merasa kehilanga pesawat tanpa awak.
Meski mengingkari kehilangan pesawat tanpa awak, namun Iran Desember lalu juga berhasil menangkap sebuah pesawat tanpa awak AS yang tengah melakukan spionase terhadap instalasi nuklir negara ini. Seorang insinyur Iran dalam wawancaranya dengan Almonitor menyatakan bahwa Iran berhasil memaksa turun pesawat tanpa awak ini dengan menerobos sistem kontrol dan GPS.
Scott Peterson, analis Koran New York Times yang tahun lalu merilis penangkapan sentinel RQ-170 menandaskan, jika statemen petinggi Iran terbukti kebenarannya maka kemungkinan besar negara ini menggunakan strategi serupa dengan tahun lalu. Artinya Iran memanfaatkan data dan informasi sentinal yang telah mereka rebut sebelumnya untuk memaksa turun pesawat tanpa awak berikutnya. Di sisi lain, petinggi AS tidak bersedia mengakui keunggulan teknologi Iran dan mengklaim bahwa sentinel RQ-170 mengalami kerusakan teknis dan jatuh di wilayah Iran.
Seorang insinyur Iran yang diwawancarai Almonitor mengingatkan bahwa sistem GPS merupakan salah satu kelemahan pesawat tanpa awak, karena dengan menimbulkan kebisingan (noise) pada sistem telekomunikasi maka hal ini akan mengaktifkan autopilot dan dikondisi seperti ini sistem kontrol pesawat tanpa awak dapat diterobos. Ia menambahkan, akses ini akan membuat pesawat tanpa awak dapat diarahkan oleh orang yang mengontrol ke arah manapun tanpa menimbulkan kerusakan. Di sisi lain, tidak akan ada informasi yang akan dikirim ke pusat kontrol Amerika.
Peterson menandaskan, menurut para pengamat, Amerika memahami dengan benar kemampuan dan pengalaman cyber dan perang elektronik Iran. Disebutkan bahwa Iran baru-baru ini melayangkan surat protes kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadukan 8 kasus pelanggaran zona udaranya oleh pesawat Amerika Serikat.
Penggunaan Luas ScanEagle
Menurut laporan AP, ketika jubir angkatan laut AS meragukan statemen petinggi Iran di hari Selasa (4/12) terkait keberhasilan negara ini menurunkan paksa ScanEagle, perlu diperhatikan poin ini bahwa negara-negara lain seperti Uni Emirat Arab juga menggunakan pesawat tanpa awak jenis ini. Di sisi lain, negara seperti Perancis, Inggris dan Rusia pun aktif di bidang ini dan kemungkinan dalam waktu dekat Cina juga akan memasarkan produknya ke pasar.
Sisi Hukum Pelanggaran Zona Udara Iran oleh Amerika
Penyergapan sebuah pesawat tanpa awak Amerika Serikat oleh sistem anti udara Republik Islam Iran terlepas dari reaksi luas media dan analisa para pakat terkait ketangguhan sistem pertahanan Iran, sisi hukum internasional dari pelanggaran zona udara Iran oleh AS juga patut untuk dikaji.
Sekitar satu tahun lalu ketika militer Iran berhasil menundukkan sebuah sentinel AS RQ-170, Wakil Iran di PBB, Mohammad Khazaee mengirim surat kepada ketua periodik Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB. Selain memprotes langkah AS, Iran meminta PBB mengutuk pelanggaran pesawat tanpa awak AS terhadap zona udara negara ini serta memikirkan langkah-langkah guna mengakhiri tindakan arogan seperti ini.
Selain itu, Departemen Luar Negeri Iran memanggil duta besar Swiss dan menyatakan protesnya terhadap Amerika. Selain itu, kemenlu Iran juga memanggil Duta Besar Afghanistan, Obaidullah Obaid dan menyerahkan protes resmi Tehran.
Tak diragukan lagi masuknya pesawat mata-mata di 250 km zona udara Iran dapat dicermati sebagai program provokatif pemerintah Amerika Serikat. Masalah ini juga merupakan pelanggaran nyata terhadap semangat piagam PBB terkait hubungan damai antar negara dan seluruh hukum internasional yang berkenaan dengannya. Pelanggaran ini juga menunjukkan kesengajaan perilaku pemerintah Amerika Serikat dalam masalah ini, oleh karena itu tidak dapat disebut sebagai sebuah kebetulan atau kekeliruaan yang tidak disengaja.
Meski pemburuan pesawat tanpa awak AS pada dasarnya sebuah peringatan serius bagi Washington, namun ada sebuah masalah lain yang lebih serius yaitu kinerja dan tanggung jawab PBB dalam membela zona dan keamanan negara-negara anggotanya. Sikap PBB dalam mengahdapi brutalitas Amerika juga sangat diperlukan khususnya terkait pelanggaran zona udara Iran oleh negara adidaya ini.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa pelanggaran terhadap zona udara, laut dan darat negara lain dilarang dan tidak ada alasan bagi sebuah negara untuk memasuki perbatasan negara lain. Khususnya Amerika Serikat melalui pangkalan militernya di negara tetangga Iran dengan seenaknya memasuki wilayah Republik Islam.
Terkait pelanggaran zona udara oleh Amerika Serikat, Iran berjanji akan mengambil tindakan hukum terhadap Amerika Serikat di pengadilan internasional karena melanggar wilayah udaranya di Teluk Persia.
Menteri Luar Negeri Ali Akbar Salehi mengatakan pada Selasa (4/12) pesawat tanpa awak ScanEagle, yang telah ditangkap oleh Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (Pasdaran) saat memasuki wilayah udara negara itu di perairan Teluk Persia, akan digunakan sebagai barang bukti melawan AS di pengadilan internasional.
"Kami secara resmi telah memprotes tindakan tersebut dan menyatakan bahwa kami akan membela perbatasan kita dengan cara apapun yang mungkin," tegas Salehi.
"Kami telah mengatakan kepada Amerika bahwa menurut konvensi internasional, kami tidak akan membiarkan mereka untuk melanggar perbatasan kita, tapi sayangnya mereka tidak mematuhi," protesnya.
"Tentu saja, kami telah menyampaikan keberatan kepada Washington dalam kasus-kasus sebelumnya, tetapi mereka mengklaim tidak hadir di wilayah kami. Kami akan menggunakan pesawat ini sebagai alat bukti terhadap invasi AS di badan-badan internasional yang relevan," tambahnya.
Sebelumnya, Komandan Angkatan Laut Pasdaran Laksamana Ali Fadavi mengumumkan bahwa pesawat tanpa awak AS telah ditangkap di wilayah udara Iran.
Menlu Israel Pecat Danny Ayalon
Avigdor Lieberman, Menteri Luar Negeri rezim Israel mengambil langkah tidak terduga dengan memecat wakilnya, Danny Ayalon, yang juga adalah anggota parlemen (Knesset).
Surat kabar Zionis, Yediot Aharonot seperti dikutip Qodsna (5/12) menulis, "Lieberman melakukan langkah politik mengejutkan, ia memecat wakilnya di Kemenlu Israel, Danny Ayalon."
Sementara itu hal yang sama diberitakan oleh Jerusalem Post, "Nama Danny Ayalon dicoret dari daftar partai Beiteinu. Ayalon sendiri mengumumkan bahwa ia akan melanjutkan pekerjaannya."
Langkah Lieberman, yang saat ini menjabat ketua partai Beiteinu, dan dilakukan menjelang pemilu, Juni 2013 itu, menunjukkan friksi di antara partai-partai internal, serta tidak adanya koordinasi dalam menentukan ketua yang akan memimpin partai dalam pertarungan di pemilu nanti.
Sehari sebelumnya, Menteri Pariwisata rezim Israel mengajukan permohonan pegunduran dirinya kepada Lieberman, dan menyatakan akan pensiun dari dunia politik.
Menteri Peperangan rezim Zionis, Ehud Barak dalam jangka waktu 24 jam pasca kekalahan Israel di perang delapan hari melawan pejuang Gaza, juga dipecat dari jabatannya. (IRIB Indonesia/HS)
Hamas Bantah Tuduhan Siap Berunding dengan Israel
Salah seorang anggota senior gerakan perlawanan Islam Palestina (Hamas) membantah tuduhan sejumlah pihak yang mengaku menemukan bukti-bukti bahwa kelompok ini akan melakukan negosiasi tidak langsung dengan rezim Israel agar namanya dicoret dari daftar teroris.
Situs berita Arabs48, sebagaimana dikutip Qodsna (5/12) melaporkan, Izzat al-Rishq membantah pemberitaan sejumlah media yang menuding Hamas akan memulai negosiasi tidak langsung dengan rezim Israel.
Sebelumnya diberitakan, sebuah tim diplomatik pejabat senior Eropa bersama Khaled Meshal, Ketua Biro Politik Hamas akan menghadiri acara peringatan dimulainya perlawanan gerakan ini di Gaza.
Tidak lama setelah berakhirnya perang delapan hari Gaza, Hamas juga dituduh melakukan negosiasi tidak langsung dengan Israel. Pada saat yang sama, pihak yang menjadi wakil Hamas untuk melakukan negosiasi dengan Israel terkait gencatan senjata dalam perang delapan hari adalah Mesir. (IRIB Indonesia/HS)
Nasib Musuh Imam Husein as: Akhnas bin Murtsad Hadhrami
Akhnas bin Murtsad Hadhrami
Ia termasuk orang paling kejam dari laskar Umar bin Saad di Karbala. Di hari Asyura, Akhnas mengambil ammamah (sorban) Imam Husein as. Ia juga banyak melakukan kejahatan lainnya.
Sekaitan dengan namanya, ada yang menyebutnya Akbasy bin Murtsad bin Alqamah Hadhrami, Ahbasy bin Yazid dan Akhnas bin Murid.
Pada hari Asyura 61 Hq, setelah gugur syahidnya Imam Husein as, laskar Kufah mengerumuni jasad suci Imam Husein as untuk mengambil baju beliau. Akhnas yang terlaknat mengambil ammamah (sorban) beliau dan memakainya. Akhnas di kemudian hari terkena penyakit lepra.
Sekalipun dalam sebuah riwayat ada yang menyebut pencuri ammamah Imam Husein as adalah Jabir bin Yazid Azdi, tapi mayoritas ahli sejarah menyebut Akhnas sebagai pencurinya.
Selain itu, Akhnas juga melakukan kejahatan lain. Ketika Imam Husein as gugur syahid, Umar bin Saad di tengah-tengah pasukannya berteriak, "Siapa yang ingin menjadi relawan menginjak-injak badan Husein dengan kudanya?"
Akhnas terlaknat ini dan beberapa orang lainnya menyatakan kesanggupannya untuk melakukan kejahatan keji ini.
Akhnas bersama 9 orang lain dengan kudanya menginjak-injak badan suci Imam Husein as, sehingga tulang dada, belakang dan pinggang beliau patah. Setelah itu mereka menghadap Ubaidullah bin Ziyad dan ternyata mereka hanya mendapat sedikit hadiah.
Abu Amr Zahid berkata, "Ketika kami meneliti keturunan mereka, ternyata semuanya berasal dari anak haram."
Nasib Buruk Akhnas
Menurut buku Nafas al-Mahmum dan Nasikh at-Tawarikh, Mukhtar Tsaqafi ketika bangkit menuntut darah syuhada Karbala, maka yang pertama dibalas adalah orang-orang yang menginjak-injak badan Imam Husein as. Mukhtar memerintahkan pasukannya agar mereka ditidurkan sementara tangan dan kaki mereka dipaku di atas tanah. Setelah itu beberapa orang dengan menunggang kuda menginjak-injak badan mereka, sehingga daging, kulit dan tulang-tulang mereka hancur dan merekapun binasa.
Dalam Tarikh Thabari diriwayatkan bahwa Akhnas setelah melakukan kejahatannya di Karbala, ia ikut dalam sebuah perang dan sebuah panah mengenai dadanya dan berhasil mengoyak jantungnya dan tewas. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber:
1. Nafas al-Mahmum.
2. Tarikh Thabari.
3. Mausu'ah al-Imam Husein, mengutip dari Luhuf, ad-Dam'ah as-Sakibah, A'yan as-Syiah dan Manaqib Ibnu Syahrasyub.
4. Bihar al-Anwar.
Nasib Musuh Imam Husein as: Abu Murhim Azdi
Abu Murhim Azdi
Abu Murhim Azdi adalah bagian dari pasukan Umar bin Saad dan pembunuh Muhammad putra Muslim bin Aqil.
Ibu Muhammad adalah seorang budak dan ayahnya Muslim bin Aqil. Muslim diutus Imam Husein as ke Kufah sebelum kebangkitan Karbala. Ia menyakiskan ketidaksetiaan orang-orang Kufah kemudian tertangkap dan mencapai syahadah.
Pada tanggal 10 Muharram tahun 61 Hq, Imam Husein as berperang melawan tentara Yazid. setelah sejumlah sahabatnya mencapai syahadah, Bani Hasyim maju ke medan pertempuran.
Imam Baqir as dan sebagian ahli sejarah mengatakan, "Pasca syahadah Abdullah bin Muslim, putra-putra Abu Thalib maju menyerang pasukan musuh. Begitu Imam Husein as menyaksikan hal ini, beliau berkata, "Shabran ‘Alal Maut Ya Banii Amuumatii...Hai putra-putra pamanku, bersabarlah menghadapi kematian...!"
Saat itu mereka belum kembali dari medan pertempuran. Ternyata dalam pertempuran itu Muhammad bin Muslim telah gugur mencapai syahadah. Ia dibunuh oleh Abu Murhim Azdi dan Laqith bin Ayyas Jahni. Ibnu Syahr Asyub menyebut Abu Murhim dengan nama Abu Maryam al-Azdi sementara Majlisi dalam buku Jala' al-‘Uyun menyebutnya Abu Jurhim Asadi.
Sumber:
1. Muntahal Amal
2. Abshar al-‘Ain
3. Mausu'ah al-Imam Husein dinukil dari Maqatil at-Thalibin
4. Asrar Syahadah
5. Bihar al-Anwar
Nasib Musuh Imam Husein as: Abu Harb Sabii
Abu Harb Sabi'i
Ia merupakan pasukan penunggang kuda laskar Umar bin Saad. Dalam sejumlah buku maqtal namanya disebut Abdullah bin Syahr, Abdullah bin Samir, Ubaidullah bin Syamir, dan Abdullah bin Sakhir. Tapi ia dikenal sebagai orang yang fasik, asal ngomong, suka bercanda dan pemberani.
Saad bin Abi Qais memenjarakannya akibat kejahatan yang beberapa kali dilakukannya. Peran Abu Harb Sabi'i di Karbala, tepatnya di malam Asyura sebagai penjaga laskar musuh yang kerjanya mengintai sekitar tenda-tenda Imam Husein as dan sahabatnya. Ia bersama pasukan yang lain bertugas memperhatikan situasi baik jauh maupun dekat.
Dhahhak bin Abdullah Masyriqi meriwayatkan:
"Di malam Asyura, Imam Husein as dan para sahabatnya melaksanakan shalat dan berdoa kepada Allah. Sekelompok penunggang kuda dari pasukan Umar bin Saad menjaga dan memperhatikan apa yang dilakukan rombongan Imam Husein as. Mereka berpatroli di sekeliling tenda-tenda dan mengamati dengan seksama rombongan Imam Husein as.
Ketika itu Imam Husein as membaca al-Quran surat Ali Imran ayat 178 "Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.", dan ayat selanjutnya 179 "Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin) ..."
Seorang dari penunggang kuda pasukan musuh yang bertugas berjaga-jaga mendengar ayat ini dan berkata, "Aku bersumpah demi Tuhan Kabah! Yang dimaksud dengan orang-orang baik (mukmin) dalam ayat itu adalah kita yang memisahkan diri dari kalian."
Dhahhak mengatakan, "Saya mengenal orang yang berbicara itu."
Kepada Burair bin Khudhair saya bertanya, "Apakah engkau mengenal orang itu?"
Burair menjawab, "Tidak."
Saya berkata, "Dia Abu Harb Sabi'i Abdullah bin Syahr. Orang yang asal omong tapi juga pemberani."
Burair berkata kepadanya, "Hai orang fasik! Apakah engkau beranggapan Allah meletakkan dirimu termasuk orang-orang baik (mukmin)?"
Abu Harb bertanya, "Siapa kau?"
Burair berkata, "Burair bin Khudhair."
Abu Harb berkata, "Wahai Burair! Sulit bagiku menemukanmu binasa. Demi Allah! Engkau akan binasa."
Burair berkata, "Wahai Abu Harb! Apakah engkau dapat bertaubat dari dosa-dosa besar yang engkau lakukan dan kembali kepada Allah? Demi Allah! Kamilah orang-orang baik itu dan kalian semua adalah manusia kotor.
Abu Harb menjawabnya, "Saya bersumpah apa yang engkau ucapkan itu benar."
Kemudian saya (Dhahhak) berkata, "Apa yang engkau ketahui itu tidak bermanfaat bagimu."
Abu Harb berkata, "Lalu siapa yang akan melayani Yazid bin Adzrah al-Anzi lebih baik dari Anz bin Wail? Ia sekarang bersama saya?"
Burair berkata kepadanya, "Allah telah menjadikan pandanganmu jelek. Engkau adalah pria bodoh dan tidak tahu apa-apa."
Kemudian ia kembali dan Abu Harb pergi dari sana.
Penjaga tenda kami di malam itu adalah Urwah bin Qais Ahmasi dan para penunggang kuda menjadikannya sebagai penjaga.
Sumber:
1. Mausah al-Imam Husein, mengutip dari Tarikh Thabari, Nafas al-Mahmum, terjemahan al-Irsyad oleh Rasouli Mahallati, Nasikh at-Tawarikh dan Maqtal al-Husein Muqrim.
Abdullah bin Hasan: Demi Allah! Aku Tidak akan Berpisah dari Pamanku!
Abdullah adalah anak Imam Hasan as. Ibu Abdullah adalah anak dari Syalil bin Abdullah Bajali.(1)
Syeikh Mufid menukil, setelah Malik bin Nasr Kindi menebas kepala kepala Imam Husein as dengan pedangnya, Imam kemudian mengikat kepalanya dengan kain dan sorbannya diikat menutupi kopiahnya. Syimr bin Dziljausyan dan mereka yang ada di medan perang kembali ke posisinya. Beberapa waktu berlalu, sehingga Imam Husein as kembali ke medan tempur. Mereka juga kembali ke medan perang dan mulai mengepung Imam Husein as.
Abdullah bin Hasan al-Mujtaba as waktu itu belum sampai usia balig. Ia bersama perempuan di kemah. Ketika ia mengetahui musuh sedang menyerang Imam Husein as, ia dengan cepat keluar dari tenda dan berlari sekuat tenaga ke arah Imam Husein as. Sesampainya di sana, ia berdiri di samping Imam Husein as. Begitu melihatnya, Imam Husein as berkata kepada Sayidah Zainab as, "Saudariku! Tahan dia."
Abdullah berusaha melepaskan diri dari pegangan bibinya dan berkata, "Demi Allah! Aku tidak akan berpisah dengan pamanku!"(2)
Syahadah Abdullah
Tiba-tiba Abjar bin Kaab mengarahkan pedangnya ke arah Imam Husein as. Melihat itu Abdullah berteriak, "Wahai anak perempuan kotor! Celakalah engkau! Apakah engkau ingin membunuh pamanku?"
Abjar ingin sekali membunuh Imam Husein as dengan pedangnya. Tak terduga, Abdullah menjulurkan tangannya untuk menepis pukulan pedang itu, tapi apa daya tangan kecil itu. Tangan Abdullah putus hingga tergantung, karena kulitnya masih menempel.
Abdullah berteriak, "Yaa Ummatah! Wahai ibu!"
Imam Husein as yang melihat kejadian itu dari dekat langsung mendekapnya ke dadanya dan berkata, "Wahai anak saudaraku! Bersabarlah atas apa yang terjadi padamu. Jadikan ini sebagai perbuatan baikmu. Karena Allah Swt akan mengumpulkan engkau dengan ayah-ayahmu yang saleh."(3)
Imam Husein as mengangkat tangannya ke langit dan berkata, "Ya Allah! Jangan turunkan hujan untuk mereka! Jangan berkahi tanah mereka! Ya Allah! Bila Engkau memberikan waktu untuk mereka, maka buat mereka selalu saling berselisih. Buat satu dari mereka memilih jalan berbeda dari lainnya. Jangan sampai para pemimpin rela dengan mereka. Karena mereka telah mengundang kami untuk menolong kami, tapi kemudian mereka berbalik memusuhi kami dan membunuh kami."(4)
Abul Faraj berkata, "Akhirnya Abdullah gugur syahid di tangan Harmalah bin al-Kahil al-Asadi.(5)
Dalam Ziarah Nahiyah Muqaddasah disebutkan:
"Assalamu Ala Abdillah bin al-Hasan bin Ali az-Zaki", dan setelah itu menyebut nama pembunuhnya, Harmalah bin Kahil al-Asadi, disertai kutukan terhadapnya.(6)
Sumber: Yaran Sheidai Husein bin Ali as, Ustad Morteza Agha Tehrani.
Catatan:
1. Abshar al-Ain, hal 73.
2. Al-Irsyad, 2/110.
3. Ibid.
4. Ibid, hal 111.
5. Maqatil at-Thalibin, hal 89
6. Iqbal al-A'mal, 3/75.
Nasib Musuh Imam Husein as: Abul Janub Kufi
Abul Janub Kufi
Abul Janub Kufi satu di antara anasir hina dan busuk Umar bin Saad yang menyerang Imam Husein as di Karbala. Namanya Abdurrahman Ju'fi dan bergelar Abul Janub, Abul Khanuq dan Abul Hatuf. Ia termasuk orang yang kuat dan kekar dan bertempat tinggal di Kufah.
Pada hari Asyura tahun 61 Hq, Abul Janub bagian dari pasukan pejalan kaki Umar bin Saad. Ia berada di samping Syimr bin Dziljausyan, Saleh bin Wahab Yazni dan Khauli serta sejumlah orang lainnya. Dengan dorongan dan bujukan satu sama lainnya mereka mengepung Imam Husein as.
Ketika Imam Husein as maju ke medan pertempuran, dengan segala kekuatannya Abul Janub menyerang Imam Husein as. Syimr bin Dziljausyan kepada Abul Janub yang memiliki persenjataan lengkap berkata, "Maju dan seranglah!"
Dengan kasar Abul Janub berkata, "Kenapa bukan kau sendiri yang maju?"
Syimr berkata, "Mengapa kau bicara seperti itu kepadaku? Kau kurang ajar terhadapku?"
Abul Janub menjawab, "Kau yang kurang ajar terhadapku?"
Kemudian keduanya satu sama lainnya saling mencaci maki.
Abul Janub berkata, "Demi Allah! Sekarang juga aku ingin menancapkan tombak ini ke matamu."
Syimr kembali dan berkata, "Demi Allah! Kalau saja bisa, akan aku binasakan kau!"
Abul Janub bersama pasukan pejalan kaki lainnya menyerang dan mengepung Imam Husein as kemudian membunuh beliau. (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Sumber:
1. Nafas al-Mahmum
2. Mausu'ah al-Imam al-Husein menukil dari Tarikh Thabari, Ansab al-Asyraf, al-‘Abarat, Mahmudi.
Nasib Musuh Imam Husein as: Ibnu Hauzah
Ibnu Hauzah
Abdullah bin Hauzah Tamimi, anggota pasukan Umar bin Saat di Karbala yang suka menghina. Ia salah satu orang yang dikutuk langsung oleh Imam Husein as dalam peristiwa ini. Ia berasal dari kabilah Tamim. Sebagian buku sejarah menyebutnya Ibnu Hauzah dan yang lain menulis namanya Taimi.
Di hari Asyura, ketika pasukan Bani Umayah akan menyerang pasukan Imam Husein as, Ibnu Hauzah pergi ke depan pasukan Imam Husein as. Ia memanggil Imam Husein as dengan bahasa yang kasar dan kurang ajar. Berkali-kali ia melakukan itu. Di akhir ucapannya, Imam Husein as bergerak ke depan berhadap-hadapan dengannya.
Imam Husein as bertanya, "Apa yang engkau inginkan?"
Ibnu Hauzah menjawab, "Ubassyiru bin Naar. Kabar gembira! Engkau akan dimasukkan ke neraka Jahannam!"
Imam Husein as membalikkan badannya kepada para sahabatnya dan bertanya, "Siapa dia?"
Mereka menjawab, "Ibnu Hauzah Tamimi."
Imam Husein as berkata kepadanya, "Engkau pembohong. Aku akan pergi menghadap Allah dengan penuh kasih sayang dan mendapat syafaat-Nya."
Setelah mengucapkan itu, Imam Husein as mengutuknya dan berkata, "Ya Allah! Bawa dia ke api neraka!"
Ibnu Hauzah sangat marah mendengar ucapan Imam Husein as. Ia kemudian berusaha menggerakkan kudanya ke arah Imam Husein as, tapi yang terjadi kudanya seakan-akan liar dan tidak menuruti keinginannya. Kudanya bergerak semakin liar dan akhirnya Ibnu Hauzah terjatuh, sementara satu kakinya tetap tersangkut ke badan kuda dan yang satunya lagi terlepas.
Muslim bin Ausajah, sahabat Imam Husein as yang melihat kondisi Ibnu Hauzah seperti itu dengan cepat bergerak ke arahnya lalu mengayunkan pedangnya ke arah kakinya dengan kuat, sehingga kakinya putus.
Kuda masih bergerak liar dan berlari dengan cepat sehingga kepalanya membentur batu, tanah dan apa saja yang ada di depannya, sehingga akhirnya ia tewas seketika. Tapi kuda miliknya berhenti dan mulai menginjak-injak jasad Ibnu Hauzah, sehingga badanya benar-benar hancur dan yang tertinggal hanya dua kakinya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber:
1. Muntahal Amal.
2. Nafas al-Mahmum.
3. Farhang Asyura.