Ufuk Kebahagiaan dalam Risalah Hakiki Muhammad Saw

Rate this item
(0 votes)
Ufuk Kebahagiaan dalam Risalah Hakiki Muhammad Saw

Pada hari-hari sebelum tanggal 27 Rajab, Muhammad Saw selalu ke gua Hira dan terkadang keberadaan beliau di goa tersebut hingga berhari-hari. Kepada istrinya yang setia Khadijah sa, beliau selalu mengungkapkan kerinduan kepadanya dan berkata, “Kau tahu cinta dan keterikatanku padamu; akan tetapi dalam beberapa hari terakhir ini secara menakjubkan aku ingin tidak ada sesuatu hal lain ada dalam hatiku kecuali mengingat Tuhan Pencipta Semesta.”

Pada akhirnya, malam penuh misteri itu tiba. Sinar rembulan secara perlahan menerangi puncak gunung dan lembahnya di bagian selatan. Mendadak semua tempat dilanda kesunyian penuh misteri. Muhammad Saw menghabiskan malam-malam dengan terjaga. Tidak ada suara pada kegelapan malam itu, akan tetapi kesunyian malam itu sangat berbeda.

Seketika terpancar cahaya dari langit yang menerangi ufuk pandangan Muhammad Saw. Beliau merasakan getaran hebat pada batin dan jasmaninya. Seakan jiwa lembut Muhammad Saw, memiliki kapasitas besar. Setelah itu muncul sosok agung di hadapan Muhammad Saw. Penampilannya penuh wibawa dan bersahaja. Ke mana pun Muhammad menatap, sosok itu selalu ada di hadapannya.

Dia adalah Jibril, sang malaikat penyampai wahyu. Jibril menghampiri Muhammad Saw dan berkata; “Wahai Muhammad, bacalah.” Muhammad Saw menatap tajam. Beliau menyaksikan tulisan di hadapannya. Kemudian terdengar kembali suara, “Bacalah dengan nama Tuhanmu.” Dengan suara bergetar, Muhammad Saw berkata, “Apa yang harus aku baca? Aku tidak dapat membaca.” Dan malaikat itu berkata; “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Seluruh wujud Muhammad Saw terbalut kecintaan samawi dan kemudian beliau mengikuti bacaan sang malaikat itu. “Wahai Muhammad, kau adalah Rasulullah,” demikian suara berwibawa itu kembali terdengar dan menggetarkan jiwa Muhammad Saw.

Apa yang didengar Muhammad Saw? Itu bukan mimpi, karena itu semua sepenuhnya nyata. Adalah kehendak Allah Swt untuk berfirman kepada hamba-Nya dan Muhammad Saw adalah termasuk di antara segelintir hamba Allah Swt yang layak menerima wahyu. Muhammad Saw selalu memikirkan jalan membebaskan masyarakat dari kesesatan dan penyimpangan; dan sekarang beliau harus memikul tugas besar itu. 

Apa yang dirasakan Muhammad Saw sungguh tidak dapat terbayangkan. Rasa panas menyelimuti sekujur tubuh beliau. Pundak beliau bergetar. Beliau ingin bangkit namun tidak mampu. Seketika beliau meletakkan dahi ke tanah dan tanpa sadar beliau menangis. Pada malam penuh misteri itu, yaitu malam 27 Rajab, Muhammad Saw diangkat sebagai Nabi.  

Semua Rasulullah, diutus Allah Swt untuk membimbing umat manusia dari kegelapan, kebodohan dan keragu-raguan, menuju cahaya ilmu dan makrifat. Meski demikian, masing-masing mereka menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi di masanya.

Masalah penting dalam pengaruh dan perluasan agama Islam, berkaitan dengan keutamaan dalam kepribadian dan juga pesan Rasulullah Saw. Ayat-ayat al-Quran memuat maarif yang sangat edukatif dan bernilai. Maarif al-Quran, membuka jalan bagi penerimaan logika dan menghapus seluruh keraguan dan keambiguan dalam benak umat manusia. Kini, kriteria itu pula yang mengundang keinginan dan perhatian para pencari Islam.

Rasulullah Saw telah menyampaikan pesan-pesan beliau bersama logika dan argumentasi, juga dengan bahasa yang fasih dan indah. Beliau menyampaikan seruan penghambaan kepada Allah Yang Maha Esa dengan sangat indah. Allah Swt yang menciptakan langit, bumi dan alam semesta. Rasulullah Saw berulangkali menyebutkan tanda-tanda wujud Allah Swt dan mengarahkan manusia pada wujud Sang Pencipta.

Berbagai konsep seperti pencarian kebenaran, perwujudan keadilan, hubungan sehat dan manusiawi yang terkandung dalam pesan-pesan luhur Nabi Muhammad Saw, menjawab tuntutan alami dan fitrah manusia. Hati dan jiwa kembali tersegarkan dengan seruan tersebut serta menuntun mereka menuju kehidupan bahagia. Jelas bahwa jika maarif Islam tidak memiliki kriteria dan keutamaan tersebut, maka tidak akan ada dukungan dalam dakwah. Namun pada kenyataannya, apa yang disampaikan Rasulullah Saw diterima hati dan akal masyarakat.

Masalah penting dalam agama Islam, yang sangat ditekankan dan menjadi tujuan luhur dakwah Rasulullah Saw adalah pengajaran dan pembimbingan. Mendorong masyarakat dan upaya untuk memperluas ilmu pengetahuan dan makrifat, di samping bimbingan jiwa dan batin. Allah dalam al-Quran dalam ayat 2 surat al-Jum’ah, berfirman: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Dengan demikian, Rasulullah Saw ditugaskan untuk membaca ayat-ayat al-Quran untuk membersihkan jiwa masyarakat dari debu-debu syirik dan keyakinan batil, serta menghiasinya dengan akhlak mulia.  Sebagaimana yang dalam hadits Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Oleh karena itu, salah satu tujuan terpenting pengutusan Rasulullah Saw, sebagaimana yang disebutkan al-Quran adalah penyucian dan pembimbingan masyarakat dalam rangka mengaktifkan dan mengembangkan potensi besar manusia. Dalam proses pembimbingan tersebut, hubungan antara manusia dan Allah Swt dalam masyarakat Islam juga akan terislahkan.

Rasulullah Saw adalah teladan bukan hanya dalam ucapan melainkan juga dalam amal perilaku. Rasulullah Saw lebih menekankan dirinya untuk melaksanakan ajaran agama Islam lebih dari orang lain. Akhlak yang mulia dan perilaku yang terpuji dan penuh kasih sayang beliau, menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mengikuti seruan Rasulullah. Oleh karena itu, akhlak mulia Rasulullah Saw yang menarik perhatian masyarakat jahil Arab dan membimbing mereka ke jalan Allah Swt.

Masa paling sulit dalam dakwah Rasulullah Saw, adalah pengubahan dan penghapusan keyakinan kaum Arab dan musyrikin. Mereka kebanyakan adalah orang-orang fanatik. Untuk berhasil dalam misi dakwahnya, Rasulullah Saw sangat menekankan beberapa poin penting. Beliau tetap menjaga kehormatan dan kemuliaan setiap manusia bahkan orang-orang paling fanatik sekali pun. Beliau berupaya untuk menciptakan situasi tenang dan jauh dari gejolak, dalam menyampaikan pesan risalah. Rasulullah Saw menghindari mencemooh orang-orang jahil dan bahkan beliau tidak mengolok mereka jika terpaksa berdebat. Pada kesempatan berbeda, beliau berusaha mengajak mereka berdialog kembali. Dalam menyampaikan pesan kebenaran, biasanya Rasulullah Saw memulai dari titik yang juga diterima oleh pihak lawan. Cara tersebut digunakan Rasulullah Saw khususnya dalam menghadapi para pemeluk agama samawi.

Rasulullah Saw selalu menyesuaikan dakwah beliau dengan kapasitas dan kemampuan penalaran audien. Beliau juga berinteraksi dengan seluruh usia. Terkadang dengan senyum manis dan juga tatapan tajam, Rasulullah Saw mempersiapkan hati pihak seberang untuk menerima pesan dakwah beliau. 

Sekarang, di masa-masa penuh kesulitan dan bencana ini, kita menyaksikan pembantaian umat Islam oleh para manusia era Jahiliyah. Dan pada peringatan Bi’tsah Rasulullah Saw ini, mari kita semua merujuk pada ajaran Islam hakiki, damai dan penyegar jiwa-jiwa manusia.

Read 1810 times