کمالوندی

کمالوندی

 

Naiknya Donald Trump sebagai presiden AS menandai sebuah fase baru mengenai posisi negeri Paman Sam ini. Meskipun Slogan yang diusungnya mengedepankan "Make America First Again", tapi faktanya kebijakan Trump justru menjadikan kepemimpinan AS di dunia memudar.

Jika ditelaah lebih jauh, penurunan posisi Amerika Serikat di kancah global tidak terjadi seketika tapi bisa dilacak dari sejarah kekalahannya dalam perang Vietnam pada 1970-an. Fase selanjutnya yang sangat jelas terjadi di era George W. Bush dengan invasi militernya ke Afghanistan dan Irak. Langkah agresif ini kembali dijalankan Donald Trump yang dilantik menjadi Presiden baru Amerika Serikat pada 20 Januari 2017. 

Trump memprioritaskan kepentingan dan tujuan AS tanpa mempertimbangkan negara-negara lain, sehingga kebijakannya yang berpusat pada diri sendiri akan mengarah pada peningkatan kekuatan AS dan dominasi atas para pesaingnya. Kebijakan unilateral ini menciptakan keretakan yang membesar antara Washington dan sekutunya di Eropa, serta menyulut eskalasi konfrontasi dengan kekuatan internasional saingan AS seperti Rusia dan Cina.

Tidak heran para tokoh Eropa seperti Mantan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menilai gagasan Trump "America First" telah menyebabkan Amerika sendirian. Langkah Trump dalam  perdagangan luar negerinya meningkatkan ketegangan di tingkat regional dan global meningkatkan ketidakpercayaan dan pesimisme tentang peran kepemimpinan AS dalam politik global. Robert Malley mantan anggota Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan unilateralisme Donald Trump menyebabkan AS terisolasi, terutama dengan menarik diri dari JCPOA dan mengenakan kenaikan tarif perdagangan dengan sekutu terdekatnya sendiri. 

Sejak Donald Trump menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pada Januari 2017, publik internasional berada di bawah tekanan kuat kebijakan unilateralismenya. Trump sejauh ini telah menarik negaranya keluar dari berbagai perjanjian internasional seperti: perjanjian Iklim Paris, JCPOA, Perjanjian Perdagangan Bebas Trans-Pasifik (TPP), dan menyerukan negosiasi ulang sebagai protes atas perjanjian NAFTA. Akhirnya disepakati untuk menandatangani perjanjian perdagangan baru dengan Kanada dan Meksiko. Tidak hanya itu, AS di tangan Trump menargetkan perjanjian kontrol senjata, termasuk Traktat Rudal Angkatan Menengah (INF) dan perjanjian Open Skies.

Pada saat yang sama, Trump melancarkan pendekatan yang didasarkan pada pengabaian, kritik, ancaman, dan akhirnya penarikan dari organisasi dan institusi internasional yang menentang tuntutan dan kepentingan Amerika Serikat maupun sekutunya, terutama rezim Zionis.

Selain itu, Trump memangkas dana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan akhirnya mengumumkan keluar dari badan internasional penting ini. Ia juga menarik Amerika Serikat keluar dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB, dan memotong bantuan AS untuk Badan Pengungsi Palestina (UNRWA).

Langkah lainnya, AS keluar dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sejak 31 Desember 2018. Langkah terbaru Trump dalam konteks pendekatan agresifnya terhadap lembaga dan organisasi internasional adalah memboikot Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang bertanggung jawab untuk menyelidiki kejahatan perang serta kejahatan kemanusiaan.

Pendekatan Unilateralisme Trump juga menyasar mitra dekat Washington sendiri. Trump telah berulangkali menegur pihak Eropa atas apa yang ia sebut sebagai kontribusi mereka yang tidak mencukupi untuk NATO, dan pada saat yang sama menarik diri dari perjanjian iklim Paris, yang memicu kebencian dan kritik besar dari para pemimpin Eropa.

Sementara itu, keluarnya Amerika Serikat dari JCPOA sepenuhnya bertentangan dengan keinginan Uni Eropa dan Troika Eropa yang menekankan upaya untuk melestarikan perjanjian nuklir internasional ini. "Ini tidak bisa diterima jika Washington ingin menjadi polisi ekonomi dunia," kata Menteri Ekonomi Prancis Bruno le Maire. Dari sudut pandang orang Eropa, langkah Trump menarik AS keluar dari JCPOA merupakan kesalahan besar yang mengancam keamanan internasional secara politik, militer dan ekonomi.

Akumulasi masalah ini menyebabkan pandangan yang sangat negatif dan pesimistis terhadap kebijakan pemerintahan Trump, bahkan mereka mempertanyakan peran Amerika dalam kepemimpinan dunia Barat. Dalam hal ini, Kanselir Jerman Angela Merkel telah berbicara tentang berakhirnya kepemimpinan AS di dunia.  Dalam sebuah wawancara pada akhir Juni 2020, Merkel memperingatkan negara-negara Eropa untuk berpikir serius tentang kenyataan baru yang dihadapi dunia dewasa ini bahwa Amerika Serikat mungkin tidak lagi ingin menjadi pemimpin dunia. "Kita tumbuh dengan gagasan bahwa Amerika Serikat ingin menjadi kekuatan global ... tetapi sekarang mungkin memutuskan untuk mundur, sehingga perlu berpikir lebih mendalam bagi Eropa untuk memandang dunia tanpa kepemimpinan AS," kata Merkel." Statemen ini disampaikan Merkel tidak lama setelah keputusan Trump baru-baru ini untuk menarik beberapa pasukan AS dari Jerman. 

Pada 16 Juni 2020, Trump mengumumkan Washington bermaksud menarik 9.500 tentaranya dari Jerman. Menurut Trump, Jerman sebagai anggota terbesar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dari Eropa harus membayar lebih besar untuk organisasi itu, dan jika tidak maka AS akan ditarik dari Berlin.

Salah satu indikasi menurunnya peran kepemimpinan AS di dunia, khususnya di blok Barat, adalah pergeseran pandangan Washington tentang hubungan tradisional dengan sekutu regionalnya di Asia Barat, Asia Timur, dan Eropa. Trump berulangkali menekankan berakhirnya periode "penunggangan bebas", dalam bentuk penempatan pasukan AS untuk mengamankan sekutu Washington dengan biaya Amerika Serikat,.

Sebagaimana sekutu AS lainnya di seluruh dunia, dari Asia Barat hingga Asia Timur, Trump ingin melibatkan lebih banyak negara tuan rumah, termasuk Jerman dalam membiayai pasukan AS di negara-negara itu. Hal ini tidak hanya memicu reaksi keras dari Berlin, tetapi juga secara mendasar telah melemahkan gagasan tradisional bahwa Amerika Serikat dapat dipercaya dan diandalkan untuk mempertahankan Eropa.

Mungkin itu sebabnya Merkel meminta negara-negara Eropa untuk mempertimbangkan kenyataan baru mengenai pengurangan kekuatan AS. Hal ini telah menyebabkan pihak Eropa, yang dipimpin oleh Perancis dan Jerman mempertimbangkan untuk menciptakan kemampuan pertahanan Eropa yang independen. Pada saat yang sama, penarikan sebagian pasukan AS dari Jerman menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara anggota Eropa tentang komitmen militer Washington terhadap Eropa, yang mau tidak mau harus membangun kemampuan dan struktur Eropa yang mandiri. Masalah penarikan pasukan AS dari Jerman juga menunjukkan eskalasi ketegangan antara Berlin dan Washington, yang kini telah menyebar ke berbagai negara lain di Eropa.

Pernyataan Kanselir Jerman Angela Merkel yang belum pernah terjadi sebelumnya bahwa Eropa harus secara serius memikirkan dan bersiap untuk dunia tanpa kepemimpinan Amerika menunjukkan fakta baru yang sudah jauh disinggung berkali-kali oleh para pemikir dan analis internasional. Sebuah konsep yang muncul ke permukaan sebagai reaksi atas kemunduran Amerika Serikat dan penarikannya secara bertahap dari kepemimpinan dunia, yang kini diakui oleh Uni Eropa. 

Sebelumnya, Joseph Borrell berbicara tentang berakhirnya tatanan dunia yang dipimpin Amerika. "Para analis telah lama berbicara tentang berakhirnya tatanan kepemimpinan Amerika dan akhir dari abad Amerika, dan ini sedang terjadi sekarang," kata Borel pada Mei 2020. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mencatat bahwa penyebaran Covid-19 dapat dilihat sebagai titik balik dalam mengubah keseimbangan kekuasaan dari barat ke timur. Pada saat yang sama, ia mengakui bahwa tekanan terhadap Uni Eropa untuk meningkatkan kehadirannya semakin meningkat. Dia percaya bahwa Uni Eropa harus mengejar kepentingan dan nilai-nilainya sendiri serta menghindari jatuh ke dalam perangkap penggunaan instrumental oleh pihak lain.

CNN juga mengkritik pendekatan Trump dalam kebijakan luar negerinya, dengan mengatakan bahwa lebih dari sebelumnya, negara-negara dunia ingin mereformasi Amerika Serikat. Faktanya, Trump telah mencoreng citra Amerika Serikat, dan kehadirannya di Gedung Putih telah merusak kredibilitas AS di kancah internasional. Dari masa-masa awal jabatannya di Gedung Putih, Trump menarik diri dari berbagai perjanjian internasional, termasuk Perjanjian Iklim Paris dan Perjanjian Multilateral JCPOA, dan kemudian melancarkan perang dagang dengan Cina, bahkan Uni Eropa.

"Amerika sekarang lebih kesepian daripada sebelumnya, sebab Trump telah memutuskan banyak hubungan Washington dengan negara-negara lain. Sekarang, lebih dari sebelumnya, negara-negara lain menyerukan reformasi Amerika Serikat, dan semua sekutu AS sedang menunggu presiden berikutnya, dan mereka harus menunggu hingga pemilihan November," tulis CNN.

KIni Amerika Serikat menghadapi kemunduran ekonomi, peningkatan utang yang belum pernah terjadi sebelumnya, implementasi unilateralisme dengan langkah-langkah paksaan, keluar dari perjanjian dan lembaga maupun organisasi internasional, menumbuhkan perbedaan dengan Eropa, peningkatan ketegangan dengan pesaing yang belum pernah terjadi sebelumnya. Rusia, Cina, dan beberapa aktor internasional lainnya semakin kehilangan peran global mereka dan AS hampir dibiarkan sendirian di banyak arena internasional, terutama di PBB.

Contoh terbaru dari hal ini adalah pendekatan Trump terhadap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan meng hentikan bantuan keuangannya, dan akhirnya melancarkan gangguan terhadap kerja sama dengan komunitas internasional.

Seperti yang ditunjukkan oleh beberapa politisi Eropa, seperti mantan Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel, tren penurunan komitmen saat ini dan peran internasional Amerika Serikat bukan hanya masalah bagi Trump untuk mendukung dan mengimplementasikan, tetapi untuk siapa pun yang akan menjadi presiden AS.

Dengan kata lain, sistem pemerintahan AS berupaya menerapkan pendekatan semacam itu. Menurut Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, era hubungan baik antara negara-negara Eropa dan Amerika Serikat telah berakhir,  bahkan terpilihnya presiden dari partai Demokrat tidak akan memperbaiki hubungan ini.(

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei melakukan pertemuan virtual dengan para pejabat lingkungan Mahkamah Agung dan kepala cabang pengadilan di seluruh Iran pada 27 Juni 2020.

Dalam sistem Republik Islam Iran, Mahkamah Agung bertanggung jawab untuk menegakkan keadilan. Pengadilan dan proses peradilan yang berfungsi untuk melindungi hak-hak rakyat adalah sangat penting, dan untuk menghormati tugas mulia ini, minggu terakhir bulan Juni di Iran disebut Pekan Kehakiman.

Pekan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap Ayatullah Syahid Beheshti, ketua pertama Mahkamah Agung Iran yang gugur bersama 72 rekannya dalam sebuah pemboman.

Untuk memperingati Pekan Kehakiman Iran, Ayatullah Khamenei menggelar pertemuan virtual dengan seluruh pejabat peradilan. Rahbar menyampaikan kepuasan atas langkah-langkah yang diambil dalam satu tahun terakhir, dan menganggap perubahan dalam peradilan perlu dan harus dilanjutkan.

"Pemberantasan korupsi telah mencapai puncaknya pada periode ini, dan ini harus dilanjutkan dengan kekuatan tanpa kenal kompromi dan atas dasar kebenaran, keadilan, dan hukum, serta tidak merampas hak orang-orang yang tidak bersalah," imbuhnya.

Dalam pandangan Rahbar, perubahan bukanlah sesuatu yang bisa dihentikan. Secara alami, dalam setiap periode waktu, perubahan muncul bersamaan dengan pemikiran baru, ide-ide baru, dan rencana baru, dan dengan pertolongan Allah Swt, gerakan reformasi akan terus berkembang. Tentu saja, perubahan harus berpijak pada prinsip-prinsip dan pemikiran Islam dan agama, karena reformasi tanpa landasan akan melahirkan penyimpangan dan kekacauan.

Poin lain adalah bahwa reformasi adalah tugas yang sangat sulit. Mudah untuk berkata bahwa kita harus melakukan perubahan, tetapi sangat sulit untuk menerapkannya. Sebab ada perlawanan tertentu terhadap perubahan. Bentuk perlawanan ini tidak memiliki niat jahat, tetapi karena beberapa orang tidak tertarik dengan perubahan atau tidak punya sarana untuk melakukan itu.

Dan mungkin saja sebagian orang memperoleh keuntungan dari status quo dan karenanya lebih memilih mempertahankannya. Mungkin ada jaringan kejahatan dan korupsi yang menentang semua bentuk perubahan.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei.
Menurut Ayatullah Khamenei, kesulitan lain dalam mewujudkan reformasi karena adanya upaya tak kenal lelah dari musuh. Jika terjadi perubahan di sektor mana pun di masyarakat Islam, musuh-musuh menjadi kesal dan mencoba untuk melawan dan membuat keributan. Mereka adalah musuh kita dan musuh tidak tinggal diam.

Musuh menciptakan kegemparan dengan melancarkan propaganda di media secara terus menerus dan mereka kadang-kadang meracuni opini publik. Mereka terus-menerus mengatakan bahwa rencana ini dan itu bukan untuk kepentingan terbaik rakyat.

Cara menghadapi mereka adalah dengan mengandalkan Allah Swt. "Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." Allah akan mencukupkan dan Dia akan membantu. Kalian harus memilih jalan yang benar dan tujuan yang benar dan kemudian, "Berdiri teguh seperti yang diperintahkan kepadamu." Kalian harus bergerak maju dengan menunjukkan ketabahan. Inilahlah cara menghadapi perlawanan semacam itu.

Mahkamah Agung dalam sistem Republik Islam telah tumbuh dari waktu ke waktu ibarat sebuah tunas baru dan mencatat kemajuan di berbagai periode, terutama di era kepemimpinan saat ini, di mana harapan dan penegakan keadilan telah hidup kembali di masyarakat.

Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei berbicara tentang tugas-tugas penting dan sangat luas yang dipikul Mahkamah Agung berdasarkan konstitusi. "Saya ingin menekankan bahwa semua tanggung jawab ini harus dilaksanakan secara seimbang," imbuhnya.

Menghidupkan hak-hak publik adalah salah satu dari tanggung jawab yang sangat penting ini. Tentu saja ini sudah diperhatikan sepenuhnya dalam periode sekarang. Ketika pengadilan dan jaksa penuntut umum merasa bahwa hak-hak publik sedang dirampas, mereka harus terjun ke arena dan membela hak masyarakat.

Tugas lain lembaga peradilan dalam konstitusi adalah mencegah terjadinya kejahatan. Soal pencegahan kejahatan, yang penting adalah mengenali dengan benar tentang penyebab terjadinya kejahatan. Jika faktornya sudah diketahui, maka kalian dapat dengan mudah mencegah kejahatan itu.

Rahbar menganggap salah satu kebutuhan utama Mahkamah Agung adalah memanfaatkan keahlian para pakar, di mana keahlian mereka tidak hanya di bidang hukum. Di bidang pencegahan kejahatan misalnya, beberapa faktor terjadinya kejahatan adalah aspek psikologis dan beberapa karena latar belakang ekonomi. Orang yang hanya menguasai ilmu hukum, akan kesulitan untuk mengenali penyebab ini sehingga dapat menyelesaikannya. Dalam hal ini, kalian tentu membutuhkan orang-orang yang manguasai psikologi masyarakat dan psikologi individu.

Arahan lain Rahbar adalah lembaga peradilan harus merakyat, menyediakan akses yang mudah, berusaha meningkatkan kesadaran publik dan wawasan yudisial, bertatap muka langsung dengan masyarakat, memanfaatkan bantuan dan informasi masyarakat tentang kasus-kasus seperti perang melawan korupsi, serta memanfaatkan media dan seni untuk mempublikasikan kegiatan-kegiatan peradilan.

Ayatullah Khamenei menegaskan, "Mahkamah Agung harus memiliki semangat untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, tatapannya tidak boleh seperti seseorang yang memandang rendah orang lain. Ini tidak boleh. Kita berasal dari rakyat dan banyak orang kita lebih tinggi dari kita. Karena itu, jika seseorang memandang rendah orang lain, ini salah. Jadi, penting untuk memiliki semangat memberikan pelayanan. Kita harus memandang diri kita sebagai pelayan rakyat."

Ayatullah Khamenei di bagian lain berbicara tentang pentingnya memberantas korupsi. Dalam pandangannya, korupsi dan koruptor memberikan pukulan besar bagi kehidupan, moral, iman, dan kepercayaan publik. Korupsi keuangan – juga bentuk-bentuk lain korupsi, tetapi pada saat ini, korupsi keuangan dan ekonomi yang menjadi agenda utama lembaga peradilan – adalah virus yang sangat berbahaya, seperti halnya virus Corona. Itu adalah epidemi seperti virus Corona juga. Ini sangat menular dan dapat ditularkan.

Dengan kata lain, korupsi di satu tempat cepat dan akut menyebar ke tempat-tempat lain. Seorang koruptor tidak hanya merusak dirinya sendiri, dia menyeret orang lain ke dalam praktik korupsi dengan berbagai alasan juga. Dalam kasus virus Corona, tangan yang kotor dan terinfeksi mentransfer virus. Dalam kasus korupsi, tangan yang kotor juga menyebabkan praktik korupsi ditransfer ke orang lain.


Namun dalam kasus virus Corona, jika kita mencuci tangan dengan sabun, masalahnya sudah teratasi, tetapi yang terakhir, masalahnya tidak akan selesai dengan mencuci tangan. Tidak ada jalan selain memotong tangan para koruptor. Oleh karena itu, masalah ini sangat penting.

Berdasarkan ajaran al-Quran, alam semesta diciptakan atas dasar keadilan. Dengan demikian, alam semesta secara alami bergerak pada poros kebajikan, sementara penyimpangan (korupsi) adalah barang baru yang mengotori hal yang murni tadi. Mencerabut akar penyimpangan dan menegakkan keadilan merupakan salah satu harapan dan cita-cita terpenting umat manusia.

Ayatullah Khamenei mendesak Mahkamah Agung untuk menegakkan keadilan dan bertindak proporsional dengan segala bentuk korupsi. Pada tahap pertama, pemberantasan korupsi harus dimulai di lingkungan peradilan dan ini harus dilakukan secara serius dan profesional, karena dampak korupsi di Mahkamah Agung akan sangat berat.

"Dengan pandangan yang profesional, potensi korupsi dan praktik korupsi harus ditelusuri, dan kemudian dengan pandangan yang profesional ini, bertindak memerangi korupsi dan bekerja keras mencerabut akar korupsi. Parameter dalam perang anti-korupsi adalah kebenaran, keadilan, dan hukum, sama sekali tidak boleh ada pertimbangan lain," tegasnya.

Rahbar mengingatkan bahwa tentu saja, di satu sisi saya bersikeras tidak ada kompromi dan di sisi lain, saya bersikeras memperhatikan hak-hak terdakwa. Saya tidak hanya menekankan yang pertama, saya juga menekankan yang terakhir. Tuhan melarang, jika seseorang yang bukan penjahat dan bukan koruptor dihadirkan dan diperlakukan sebagai orang yang korup, ini adalah tindakan penindasan yang berat atau jika mereka dijatuhi hukuman lebih dari yang seharusnya, ini bukan tindakan yang benar.

Sebelum menutup pidatonya, Ayatullah Khamenei menyinggung sebuah isu yang tidak terkait dengan masalah peradilan tetapi penting yaitu masalah virus Corona.

Rahbar berterima kasih kepada lembaga-lembaga dan tenaga medis, serta meminta semua pihak tidak bersikap kendur dalam memerangi pandemi ini. Perlu dicatat bahwa jika kita lalai dan wabah virus Corona kembali menyebar secara luas, maka pekerjaan ekonomi akan menjadi lebih sulit, lebih buruk, dan masalah juga akan bertambah besar. Oleh karena itu, kita sekarang perlu memperhatikan dan mewaspadai semua aspek." (

Jumat, 03 Juli 2020 17:32

Keteladanan Akhlak Imam Ridha as

 

Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang ingin bertemu Tuhan (di hari kiamat) dengan wajah berseri-seri, maka ia harus memiliki kecintaan kepada Imam Ali bin Musa al-Ridha as."

Imam Ali Ridha as, imam kedelapan mazhab Syiah Imamiah dan cicit Rasulullah Saw, dilahirkan ke dunia pada 11 Dzulkaidah tahun 148 Hijriyah di kota Madinah. Ayahnya adalah Imam Musa al-Kadzim as dan ibunya seorang wanita mukmin dan berakhlak mulia bernama Najmah Khatun.

Sepanjang hidupnya, Imam Ridha as memperlihatkan kasih sayang yang paling indah dalam ucapan dan tindakan. Setelah kesyahidannya, kompleks makam Imam Ridha menjadi rumah untuk hati yang terluka dan para pecinta. Karamah dan kasih sayang mutiara Ahlul Bait ini menarik orang-orang dari semua mazhab dan etnis datang ke sana untuk berkeluh kesah, meneteskan air mata, dan menenangkan hatinya.

Di makam Imam Ali Ridha as, para peziarah melakukan munajat kepada Allah Swt dan meninggalkan tempat itu dengan hati yang tentram. Seakan tempat ini menjadi samudera tak bertepi dari kasih sayang dan cinta yang membuat jiwa-jiwa tersirami dengan cinta.

Yurgin Yourfsky, seorang pegiat wisata dan orientalis Rusia, telah melakukan tour ke Iran bersama keluarganya, termasuk mengunjungi makam Imam Ridha as di kota Mashad. Dia mengatakan, "Di Rusia, spiritualitas ini tidak ditemukan dan kita tidak bisa merasakan pengalaman ini. Sangat sulit untuk menjelaskan pengalaman spiritual dan irfani di tempat suci ini. Saat-saat kehadiran di tempat itu memberikan ketenangan kepada saya dan saya ingin berkunjung kembali ke Mashad."

Kasih sayang adalah sifat Jamaliyah Tuhan dan merupakan sifat baik pertama yang termanifestasi dalam wujud para imam maksum as. Kasih sayang dan cinta dalam wujud Imam Ridha as sungguh sangat besar, di mana tidak hanya menganjurkan masyarakat untuk memiliki sifat ini, tetapi ia sendiri mempraktikkan sifat tersebut dalam hidupnya.


Selama hidupnya, Imam Ridha as menjadi magnet kasih sayang dan cinta bagi masyarakat. Kasih sayang dapat dilihat dari cara ia bergaul dengan semua individu masyarakat pada masa itu. Menurutnya, imam dan pemimpin adalah teman yang penyayang, ayah yang pengasih, kakak yang ramah, dan ibu yang selalu menginginkan kebaikan untuk anaknya yang kecil. Ini adalah indikasi dari puncak hubungan kasih sayang antara pemimpin agama dan masyarakat. Oleh karena itu, Imam Ridha dikenal sebagai Imam ar-Rauf (pemimpin yang penyayang).

Seorang warga Prancis keturunan Aljazair, Profesor Rashid bin Isa mengisahkan, "Aku telah kehilangan keponakanku selama 12 tahun dan aku tidak tahu apakah ia masih hidup atau sudah tiada. Dari setiap orang yang aku tanya dan setiap tempat yang aku susuri, aku tidak menemukan jawabannya, hingga salah satu temanku berkata, "Mengapa engkau tidak mendatangi Imam Ridha as dan menceritakan masalahmu kepadanya?"

"Aku datang ke kota Mashad, Iran dan berziarah ke makam Imam Ridha. Aku tidak tahu apa-apa tentang tata cara ziarah dan lain-lain, tapi dengan penuh kepolosan dan cinta aku berkata kepadanya, "Permisi Imam Ridha, salam atasmu, aku meminta syafaatmu. Tolonglah aku atas kebenaran kakekmu Rasulullah Saw, bantulah aku untuk menemukan kemenakanku, berilah aku petunjuk sehingga aku tahu apakah ia hidup atau sudah meninggal."

Belum genap dua bulan dari ziarah itu, istri dari keponakanku menghubungi dari London ke rumahku di Paris dan berkata kepada anak-anakku bahwa kami sekarang tinggal di London. Untuk itu, aku kembali berziarah ke makam Imam Ridha as untuk berterima kasih. Aku menyaksikan karamah Imam Ridha dalam kasus ini, sebab aku sudah bertahun-tahun mencari keponakanku dan tidak menemukannya, Imam Ridha as memenuhi hajatku di puncak keputusasaan."

Berbicara tentang pengalaman spiritualnya berziarah ke makam Imam Ridha, Profesor Rashid menuturkan, "Makam Imam Ridha as adalah darussyifa' di mana engkau bisa datang dengan hati yang polos dan berkeluh kesah dengan Imam. Engkau bisa menangis tanpa perlu malu sama sekali, semua orang menangis dan tangisan ini karena rasa cinta. Setelah berziarah, orang merasakan kondisinya membaik, berbeda dengan para psikiater di mana engkau datang menemuinya dengan seribu dolar dan ketika pulang, rasa frustasimu bertambah besar, karena engkau telah kehilangan seribu dolar dan tidak memperoleh hasil apapun."

Sikap ramah Imam Ridha as di masa hidupnya tidak hanya untuk kaum Muslim, tetapi orang-orang non-Muslim juga menikmati kasih sayang dan cinta beliau. Pesona cinta Imam Ridha akan menarik semua hati dan membangunkan fitrah manusia.

Akhlak, perilaku, kasih sayang, kerendahan hati (tawadhu'), dan keramahan yang dimiliki Imam Ridha as membuat masyarakat sangat tertarik kepadanya. Dalam pandangan Imam Ridha, tawadhu' berarti berbuat baik kepada masyarakat. Saat ia ditanya tentang batas kerendahan hati, Imam Ridha as menjawab, "Hendaknya engkau memberikan dari dirimu sendiri kepada orang lain apa yang engkau suka untuk diberikan kepadamu oleh mereka."


Dalam sebuah pesan kepada Muhamamd bin Sinan, salah satu sahabat ayahnya, Imam Ridha menulis, "Tawadhu' memiliki beberapa derajat antaranya seseorang harus mengetahui kapasitasnya dan secara tulus menempatkan itu pada posisinya, perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan seperti itu, jika seseorang berbuat buruk kepadamu, balaslah ia dengan kebaikan, kendalikanlah amarahmu, mintalah maaf kepada masyarakat, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik."

Di samping sifat kasih sayang dan kerendahan hati, Imam Ridha as juga memiliki kedudukan ilmu yang tinggi. Di masa itu, kegiatan ilmiah, acara diskusi, penulisan dan penerjemahan buku-buku berkembang dengan pesat di tengah masyarakat. Berbagai faham dan aliran pemikiran dan filsafat muncul pada masa itu.

Ruang kuliah dipenuhi oleh para guru dan siswa untuk mengajar dan menimba berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bersamaan dengan perkembangan ilmiah dan budaya, gelombang pemikiran yang menyimpang juga bermunculan dan ibarat jamur beracun yang tumbuh di taman ilmu dan makrifat.

Di masa genting itu, Imam Ridha as menjadi tempat rujukan para pemikir dan ilmuwan. Ia melakukan diskusi dan perdebatan dengan para ulama dari berbagai mazhab dan aliran pemikiran untuk mengungkap kebenaran. Imam Ridha menunjukkan kesalahan aliran-aliran pemikiran sesat dan memberikan dukungan kepada para fuqaha. Ia menjelaskan dan membuktikan kebenaran hukum syariat dan landasan akidah dengan metode yang indah.

Di tengah meningkatnya popularitas Imam Ridha as, penguasa Dinasti Abbasiyah, Ma'mun Abbasi mengadakan acara diskusi dan mengundang para ulama untuk berdebat dengan Imam.

Ma'mun berniat mempermalukan Imam Ridha sehingga popularitasnya menurun. Tetapi ia selalu unggul dalam menjawab setiap pertanyaan dan membuat para ulama takjub kepadanya.

Penguasa Abbasiyah setelah menanyakan beberapa pertanyaan kepada Imam Ridha as, berkata, "Demi Allah, ilmu yang benar tidak akan ditemukan kecuali di dekat Ahlul Bait Nabi. Sungguh engkau telah mewarisi ilmu para kakekmu dan semua ilmu mereka ada bersamamu."

 

Ketua Gerakan Al Mardah Lebanon, menekankan kembali dukungannya terhadap Hizbullah dan mengatakan, apa yang diinginkan Amerika Serikat adalah memiliki senjata saat berunding dengan Iran, namun hal ini tidak akan pernah terjadi.

Fars News (2/7/2020) melaporkan, Sleiman Franjieh yang juga mantan menteri kabinet Lebanon itu menuturkan, krisis Lebanon saat ini disebabkan sistem ekonomi, dan blokade ekonomi terhadap negara ini. 
 
Menurutnya blokade ekonomi diterapkan terhadap Lebanon, karena negara ini merupakan salah satu poros perlawanan.
 
"Tekanan Amerika atas Lebanon hari ini dilakukan melalui Dana Moneter Internasional, IMF, dan kebijakan moneter telah membuat Lebanon runtuh, tapi beberapa pihak menyalahgunakan situasi ini untuk menekan Hizbullah, dan Suriah," paparnya. 
 
Dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Mayadeen, Franjieh menjelaskan, apa yang tidak kami inginkan adalah perang saudara, dan kehancuran semua yang telah kami bangun, dan upaya menghindari perang saudara merupakan tanggung jawab semua pihak.
 
Ia menegaskan, sebagaimana saya tidak bisa mengubah nama saya sendiri, saya juga tidak bisa mengubah sikap dan dukungan terhadap poros perlawanan, artinya saya tidak akan turun dari bahtera perlawanan. 

 

Mantan ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengatakan, sejumlah negara Arab melalui upaya normalisasi hubungan dengan Israel ingin menyelesaikan krisis dalam negeri dan kawasan mereka.

Khaled Meshal Rabu (1/7/2020) seraya mengkritik upaya sejumlah negara Arab untuk menormalisasikan hubungan dengan Israel menekankan, sejumlah petinggi negara Arab mengorbankan bangsa Palestina untuk melaksanakan program mereka.

"Israel tengah menghitung hari-hari terakhirnya dan resistensi bangsa Palestian telah menguak wajah buruk rezim Zionis," papar Meshal.

Selama beberapa bulan terakhir proses normalisasi hubungan sejumlah rezim Arab di kawasan khususnya Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel semakin kuat.

Upaya negara-negara ini untuk menormalisasikan hubungan dengan Israel digelar ketika rezim ini selain menumpas rakyat Palestina, juga telah melakukan banyak kejahatan di berbagai wilayah Arab-Islam. 

 

Mantan perdana menteri Irak mengatakan, Amerika Seriakt tidak memberi bantuan militer kepada Irak di perang melawan kelompok teroris Daesh (ISIS) oleh pemerintah dan militer Irak.

Menurut laporan laman almaloomah, Nouri al-Maliki menambahkan, selama perang yang dilancarkan militer negara ini melawan kelompok teroris Daesh, Amerika Serikat menolak memberi peralatan militer kepada Irak, tapi Iran dan Rusia membuka pintu gudang senjatanya bagi Baghdad.

Nouri al-Maliki seraya memberi perincian terbaru pendudukan kota Mosul oleh anasir Daesh mengatakan, jatuhnya kota Mosul terjadi setelah adanya konspirasi di tubuh militer Irak untuk menarik pasukannya.

Kelompok teroris Daesh di tahun 2014 dengan dukungan finansial dan militer AS serta sekutu Barat dan Arabnya termasuk Arab Saudi menyerang Irak dan menduduki sebagian besar wilayah utara dan Barat negara ini serta melakukan banyak kejahatan.

Menyusul insiden ini, Irak meminta Iran membantunya memerangi teroris.

Militer Irak dengan bantuan penasihat Republik Islam pada 17 November 2017 berhasil membebaskan kota Rawa di Provinsi al-Anbar, barat Irak yang menjadi pangkalan terakhir Daesh di Irak.

Dengan pembebasan kota ini, secara praktis Daesh di Irak berakhir.

 

Turki mengumumkan pengerahan pasukan khusus ke daerah Ras al-Ayn di timur laut Suriah.

Kementerian Pertahanan Turki mengatakan pasukan ini dikirim dari kota Silvan di provinsi Diyarbakir di tenggara Turki ke Ras al-Ayn di provinsi al-Hasakah Suriah pada hari Rabu. Militer Turki menduduki bagian utara dan timur laut Suriah selama dua tahun terakhir dengan dalih memerangi teroris. Pada saat yang sama, Ankara juga mendukung kelompok teroris yang beroperasi di sebagian daerah Suriah. Hingga kini, sekelompok tentara Turki juga masih ditempatkan di daerah utara dan timur laut Suriah. Invasi tentara Turki ke wilayah Suriah menyulut kecaman dari pemerintah dan rakyat Suriah, serta masyarakat internasional.

Pasukan Turki dikirim ke Suriah ketika presiden tiga negara yaitu: Iran, Rusia dan Turki pada pertemuan terbarunya dalam kerangka perjanjian Astana menekankan mengenai Suriah bersatu, merdeka dan berdaulat tanpa kehadiran kekuatan asing. 

Mengenai masalah ini tampaknya berkaitan dengan plot AS memecah-belah Suriah. Peneliti Amerika Irina Tsukerman percaya bahwa proyek AS menyatukan Kurdi Suriah tidak akan berhasil, karena perbedaan mendasar antarkelompok Kurdi, afiliasi intelektual Kurdi Suriah dengan Kurdi Irak dan Turki, serta penentangan keras Turki terhadap pembentukan front persatuan Kurdi di Suriah. 

Di satu sisi, pembicaraan Astana yang dimulai sekitar tiga tahun lalu dengan partisipasi Iran, Rusia dan Turki demi mengakhiri krisis sembilan tahun perang saudara di Suriah. Tetapi Turki khawatir tujuan AS dalam pembicaraan Aliansi Kurdi dan melemahnya pemerintah pusat Suriah akan memperkuat posisi Kurdi yang mendorong peningkatan separatisme di negara ini dan Turki sendiri.

Di sisi lain, Turki berusaha memperkuat posisinya di Suriah dengan menempatkan pasukan di negara ini sehingga sebelum pemilu presiden As berikutnya yang mungkin tidak lagi dijabat Trump bisa memperkuat posisinya di Suriah dengan kehadiran militernya. Dari perspektif ini, ada kemungkinan tentara Turki akan terus menyerang Kurdi Irak dan membangun pangkalan militer baru. Selain itu, ada kemungkinan Turki kembali menduduki bagian lain dari wilayah utara Suriah dengan menyerang posisi Kurdi Suriah.

Namun, apa yang terjadi di Asia Barat saat ini tidak akan menjamin kepentingan Turki atau Suriah, tetapi rezim Zionis dan Amerika Serikat akan mengambil keuntungan penuh dari situasi tersebut. Tentu saja Turki juga harus memperhatikan masalah ini. Kerangka kerja pertemuan Astana dan Sochi yang ditandatangani oleh Ankara dan Tehran harus dipatuhi, sebab jika tidak, maka akan merugikan mereka dan semakin mengganggu stabilitas kawasan.

 

Gerakan Ansarullah mengumumkan bergabungnya Brigadir Jenderal Abdul Malik Khamash al-Abid, komandan militer senior pasukan Dewan Transisi Selatan Yaman (STC) yang didukung UEA masuk dalam barisan milliter Yaman dan Ansarullah.

Perwira senior Yaman ini dalam wawancara dengan Al Jazeera mengungkapkan motifnya bergabung dengan kubu Sanaa, karena pasukan Uni Emirat Arab mengkhianati tentara Yaman.

Ia juga mengatakan, kelompok teroris al-Qaeda masuk dalam barisan pasukan Uni Emirat Arab di selatan Yaman.

Ratusan perwira pasukan Dewan Transisi Selatan Yaman sejauh ini meninggalkan pasukannya dan bergabung dengan barisan Ansarullah karena pengkhianatan pasukan Emirat yang menduduki pantai selatan negara Arab ini.

 

Anggota senior biro politik gerakan Jihad Islam Palestina menyatakan Jihad Islam mendukung kerja sama yang terjalin antara gerakan Fatah dan Hamas dalam menghadapi plot baru rezim Zionis

Nafid Azzam hari Jumat (3/7/2020) mengatakan mengatakan, "Kerja sama antara gerakan Fatah dan Hamas adalah perkembangan positif dalam situasi internal di Palestina,".

"Semua kelompok Palestina harus bahu-membahu untuk melawan rezim Zionis dan membela hak-hak rakyat Palestina," tegasnya.

Saleh al-Arouri, Wakil Kepala Biro Politik Hamas, dan Jibril al-Rajoub, Sekretaris Jenderal Komite Pusat Fatah dalam konferensi bersama hari Kamis (2/7/2020) menekankan kerja sama untuk melawan pendudukan Tepi Barat yang dilancarkan Israel.

Dijadwalkan, rezim Zionis melaksanakan rencana untuk mencaplok 30 persen daerah Tepi Barat dan menggabungkannya dalam wilayah pendudukan pada hari Rabu, 1 Juli 2020. Tetapi ketika tekanan dari Palestina dan berbagai negara dunia meningkat yang memaksa rezim terpaksa menunda implementasi rencana aneksasi Tepi Barat tersebut.

Jumat, 03 Juli 2020 17:25

Jet Tempur Turki Bombardir Utara Irak

 

Jet-jet tempur Turki membombardir sejumlah daerah di provinsi Duhok, di wilayah utara Irak.

Jet-jet tempur Turki membom daerah sekitar gunung Linki empat kali hari ini (Jumat,3/7/2020), serta daerah Shiladazi di provinsi Duhok.

Dilaporkan, serangan ini tidak menimbulkan korban.

Sehari sebelumnya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Irak Ahmed al-Sahaf mengatakan semua opsi ada di meja untuk menanggapi pelanggaran Turki terhadap kedaulatan Irak.

Sebelumnya, Irak telah dua kali memanggil duta besar Turki untuk Baghdad karena melanggar kedaulatan nasional Irak.

Pihak Turki mengklaim tentaranya sedang berusaha membersihkan area unsur-unsur Partai Pekerja Kurdistan Turki (PKK) dengan melakukan operasi militer di utara Irak.(