کمالوندی

کمالوندی

 

Setiap malam Jum’at, umat islam menghabiskan waktunya dengan berdoa. Salah satu doa yang paling disarankan untuk dibaca adalah doa Kumail. Doa Kumail adalah doa panjang yang sangat indah. Di dalamnya, terdapat permohonan-permohonan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Baik berupa permohonan duniawi maupun ukhrawi. Lihatlah kata-kata indah yang mengalun menyelimuti bumi di malam Jum’at itu, “ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu. Dengan kekuatan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu. Dan dengannya menunduk segala sesuatu… Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang meruntuhkan penjagaan, dosa-dosaku yang menyebabkan petaka, dosa-dosaku yang merusak nikmat, dosa-dosaku yang menghalangi doa, dosa-dosaku yang menurunkan bencana…”

Siapakah Kumail?

Doa ini dinamakan doa Kumail. Sedangkan Kumail sendiri adalah seorang sahabat Imam Ali bin Abi Thalib as yang sangat setia. Nama lengkapnya adalah Kumail bin Ziyad an-Nakhai. Ia berasal dari Yaman. Keluarganya bermukim di Kufah selama masa kekhalifahan Imam Ali as. Ia juga tercatat sebagai orang yang memimpin kelompok para pembaca al-Qur’an dalam revolusi Abdurrahman bin al-Ashath melawan al-Hajjaj, gubernur Kufah yang sangat kejam di waktu itu.

Doa Nabi Khidir

                Dalam Iqbal al-A’mal, Ibn Thawus menuturkan bahwa Kumail an-Nakhai berkata, “suatu kali aku duduk bersama Imam Ali bin Abi Thalib as di masjid Bashrah bersama sekelompok sahabat beliau. Lalu, seorang di antara kelompok itu bertanya: ‘apa maksud ayat, ‘pada malam itu diuraikan segala urusan yang penuh hikmah?’ (ad-Dukhan: 4) ’

Imam Ali menjawab, ‘malam itu malam pertengahan Sya’ban. Demi Zat yang nyawa Ali berada di genggaman-Nya, baik-buruk segenap hamba dibagikan pada malam pertengahan bulan Sya’ban hingga akhir tahun. Dan barangsiapa yang menghidupkannya (dengan amalan-amalan baik) dan berdoa di waktu itu dengan doa Nabi Khidir, maka Allah akan menjawabnya.’ ”

Singkat cerita, karena penasaran, Kumail meminta imam Ali untuk mengajarinya. Maka, imam Ali lantas mendiktekan doa itu, dan dicatat oleh Kumail dengan penuh kekaguman.

Bangkit melawan al-Hallaj

Sejarah mencatat bahwa al-Hajjaj adalah orang yang sangat keji. Ia juga amat membenci keluarga Nabi saw. Rakyat Kufah hidup menderita di bawah kediktatorannya. Pada tahun 81 H, Abdurrahman bin al-Ashath memberontak kepada atasannya itu, al-Hajjaf bin Yusuf. Pasukannya berjumlah  lebih daari seratus orang. Termasuk kelompok pembaca al-Qur’an yang dipimpin oleh Kumail bin Ziyad. Pertempuran sengit terjadi antara dua kubu. Akhirnya, para pejuang berhasil mengalahkan tentara al-Hajjaj. Mereka membebaskan beberapa kota seperti Sajestan dan Kirman (di Iran), serta Basrah dan Kufah (di Irak). Tidak terima dengan kekalahannya, Abdul Malik mengirim pasukan tambahan kepada al-Hajjaj. Kedua pasukan kembali bertempur di Dir al-Jumajum. Setelah pertempuran sengit, pasukan Abdurrahman kalah. Pasukan mereka kocar-kacir. Ada yang terbunuh, melarikan diri dan bersembunyi. Kumail bin Ziyad beberapa pejuang lainnya menghilang. Al-Hajjaj mulai mencari mereka. Al-hajjaj mencari Kumail kemana-mana, tapi mata-mata al-Hajjaj tak mampu menangkap Kumail. Hingga akhirnya, al-Hajjaj menggunakan cara licik; menyiksa dan mengganggu para pengikut Kumail. Mendengar peristiwa itu, Kumail akhirnya menyerah. Orang-orang lantas membawa kumail menghadap al-Hallaj.

Di hadapan al-Hajjaj

Wajah Kumail bersinar. Janggutnya telah memutih. Hatinya teguh. Kumail memasuki istana al-Hajjaj dengan gagah. Ia menatap semua hadirin dengan tatapan mata tajam. Tak ada rasa takut sedikitpun di hatinya. Ia tahu bahwa ia akan dibunuh oleh al-Hallaj. Karena kekasihnya, Ali bin Abi Thalib, telah memberitahunya. Tanpa menghiraukan al-Hajjaj, Kumail berkata, “pemimpinku, Imam Ali, telah mengatakan kepadaku bahwa kau akan membunuhku. Wahai musuh Allah, lakukan apa yang ingin kau inginkan! Ketahuilah bahwa hari pembalasan akan muncul setelah pembunuhan ini.”

Al-Hajjaj berkata, “ingkari Ali, bila ingin selamat.”

Kumail menjawab, “Tunjukkan padaku agama yang lebih baik dari agama Ali.”

Al-Hajjaj pun langsung memerintah algojonya untuk memenggal kepala Kumail bin Ziyad an-Nakhai, seorang sahabat besar imam Ali as yang memegang rahasia beliau as. Makam beliau sekarang berada di atas bukit Wadi as-Salam di kota suci Najaf. Kumail boleh mati, tapi namanya selalu abadi dalam hati umat islam.

Sabtu, 20 Juni 2020 19:53

Janganlah Fanatik Buta

 

Senang bertemu kembali dengan kalian semua, terimaksih teruntuk waktunya. Telah berbagi kebersamaan dengan cara membaca kalimat tahlil, maulidan dan bersenda gurau bersama.

Sebuah makna dari pengantar yang mana kata ini sering terlupakan teruntuk saat-saat ini. Pengantar yang memiliki makna dalam ialah

“ Membicarakan orang lain tapi (bukan dengan orang lain) dengan sendiri ”

Artinya kita harus memperbanyak silaturahmi, sering bertatap muka dan berdiskusi bersama tanpa memandang bulu, agar tidak terjadi salah paham. Baik dalam berbeda pilihan atau pun dalam berkeyakinan sekalipun .


Kedua, “Janganlah Berfanatik Buta” yang artinya dalam urusan apa pun hendaknya kita tetap rendah hati, menghargai pendapat orang lain, dan jangan sesekali merasa bahwa kita yang paling benar dan menyifati orang lain itu salah. Sebab yang benar hanya berada pada Allah SWT. itulah dua pengantar dari ustaz Ali.


Seperti biasanya dalam seminggu sekali kita mengadakan rutinitas idharah bersama, dalam artian silaturrahmi saling mengunjungi rumah kita masing masing. Walau pun idharah kali ini jauh berbeda, karena terpaksa harus bertempat dirumah kedua saya. Agenda semacam ini tak lain ingin mempererat tali persahabatan, persaudaraan antara sesama muslim dan juga mempererat tali keimanan kita bersama.

Terkait dengan idharah atau silaturrahim ini sebagai mana juga kita ketahui dalam sebuah riwayat dikatakan,” Silaturrahmi merupakan salah satu cara untuk memanjangkan usia”.

Artinya sesiapa yang ingin mencapai usia panjang, maka perbanyaklah silaturrahmi antar sesama saudara, setetangga, seiman dan juga sesama bangsa. Jika hal semacam ini diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari niscaya usia kita akan panjang, ego-ego kesombongan akan binasa dan juga memperoleh kebahagian di dunia wal akhirah.

Inti dari sekian acara tadi, selaku tuan rumah ponpes Darut Taqrib yang diwakili Ustaz Muhammad Alie, beliau menjelaskan sedikit tentang konsep Syiah. Apa itu Syiah ? Sejak kapan syiah muncul ? Syiah dalam sejarah dan macam-macam kelompok yang ada di Syiah ?

Kesimpulannya, bahwasannya kata Syiah memiliki makna pengikut, sebagaimana kata Syiah juga bukan hal baru karena ada di dalam ayat Alquran. Syiah arti katanya pengikut. yaitu mengikuti sunah-sunah Nabi Muhammad Saw dan para keluarganya, seperti Imam Ali, sayyidah Fatimah dan para keturunannya. Umumnya mayoritas kaum Syiah di dunia menamakan diri Syiah Jakfariyah atau Syiah Imamiyah Istna Asyariyah. yaitu Syiah yang meyakini dua belah imam atau pengganti Nabi hingga hari kiamat tiba.

Dan sebenarnya jika kita bandingkan Syiah dengan Ahli Sunah Waljamaah, antara keduanya tidak ada perbedaan, keduanya memiliki makna yang sama yang mana juga memiliki makna “mengikuti”, yakni sama-sama pengikut dan mengamalkan sunah-sunah Nabi, Ahlulbait Nabi dan juga para sahabatnya. lanjut ustaz Ali.

Ada pun awal kemunculan kata Syiah, bahwa kata Syiah jauh muncul sebelum Nabi Muhammad saw dilahirkan di muka bumi ini. yaitu ketika Alquran menyebuhkan kata Syiah untuk pengikut para Nabi sebelumnya. dan diperkuat oleh dalil Al-Qur’an dan dalam buku-buku tafsir, baik tafsir Sunni maupun Syiah.

Terkait pembagian Syiah dalam sejarah, bahwa Syiah sendiri terbagi dalam beberapa kelompok. Diantaranya Syiah Zaidiyah, Ismailiyah dan Syiah Imamiyah Istna Asyariyah yang banyak pengikutnya saat ini di Indonesia. sebagaimana Ahli Sunnah Wal jamah juga terbagi dalam beberapa kelompok.

Ada juga Syiah ekstrim yang berbeda dengan mayoritas Syiah umumnya. yaitu Syiah sempalan yang ajarannya lebih banyak menyulut perpecahan di kalangan kaum muslimin. Kata ust Ali.

Syiah ekstrim ini tidak diakui oleh syiah mayoritas umumnya, karena membahayakan umat Islam yang membutuhkan persatuan dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Justru Syiah ekstrim ini adalah ciptaan musuh Islam untuk menghancurkan Syiah dari dalam, sebagaimana juga ada Sunni esktrim seperti Wahabi Jihadi dan ISIS yang sama-sama ciptaan musuh.

Oleh karenanya kita sebagai pemuda melenial harus memiliki jiwa-jiwa satria akan kebenaran dan juga harus menjunjung tinggi harkat martabat persatuan yang berada di Indonesia. mudahnya dengan cara mengadakan agenda diskusi, bersilaturahmi dan lain sebagainnya.

Teruntuk sahabat-sahabat NU sahabat kuliyah PAI AI terimaksih atas kedatangan kalian semua. Setelah kalian mengetahui sedikit tentang Syiah tidak harus dari kalian menjadi Syiah, tetaplah kalian berpegang teguh pada keyakinan kalian masing-masing.

Jazakumullah Khairan untuk antum semua.

Sabtu, 20 Juni 2020 19:48

(Puisi) Maula Ali

 

Penyair Ammar Abdillah

Maula Ali, Maula Ali
Maula Ali, Maula Ali
Maula Ali, Maula Ali
Maula Ali, Maula Ali

Diri Nabi, jiwa Nabi
Maula Ali, Maula Ali
Sang sejoli putri Nabi
Maula Ali, Maula Ali

Slama tiga puluh tahun
Tiada lagi wahyu turun
Hanya satu sang penuntun
Maula Ali, Maula Ali

Pasar fitnah makin marak
Iman, takwa juga wara’
Tlah terganti emas perak
Maula Ali, Maula Ali

Seiring sunyi malam Qadar
Dari sore hingga fajar
Kau menyambut Qadha Qadar
Maula Ali, Maula Ali

Jangan pergi wahai ayah
Pinta Zainab namun pasrah
Garis takdir tak terbantah
Maula Ali, Maula Ali

Selaksa Kufah berkabung
Tangis Hasan tak terbendung
Serentak angsa berkidung
Maula Ali, Maula Ali

Deru tangis yatim-yatim
Bagai hujan tanpa musim
Makan malam tak terkirim
Maula Ali, Maula Ali

Melambai-lambai Fathimah
Haru hati Rasulullah
Haydar merengkuh syahadah
Maula Ali, Maula Ali

(DarutTaqrib/Adrikna)

 

Terkait cara untuk hidup lebih baik almarhum Ayatollah Bahjat mengatakan: “Begitu seseorang merencanakan sesuatu, maka dia harus terlebih dahulu berkomitmen untuk melakukan apa yang direncanakan tersebut untuk dirinya sendiri sehingga dia merasa tenang di akhirat kelak. Dan setelah dia memperbaiki dirinya dengan program yang direncanakan tersebut, barulah dia bisa memperbaiki orang lain dengan menyatakan ini pendapat saya dan ini alasan saya.”

 

Seorang anak laki-laki asyik bermain dengan vas kecil yang mahal di rumahnya. Tiba-tiba tanganya masuk ke dalam vas dan dia berusaha untuk mengeluarkannya namun tidak berhasil. Meskipun dia tahu ibu dan bapaknya akan memarahinya jika tahu, namun terpaksa dia memanggil mereka supaya membantunya. Namun mereka juga tidak berhasil mengeluarkan tangan putranya dari vas tersebut walaupun sudah berusaha sekuat tenaga. Sebelum akhirnya sang ayah merelakan vas mahal kesayangannya untuk dipecah, dia pun berkata kepada putranya: “Rapatkanlah jari-jarimu seperti yang ayah lakukan dan keluarkanlah tanganmu dari vas pelan-pelan.” Putranya berkata: “Tidak bisa ayah.” Mendengar jawaban putranya sang ayah marah dan bertanya: “Kenapa?” Putranya menjawab: “Karena aku tak mau coklatku tertinggal didalam vas.”

Mungkin kejadian ini sering ada pada kita semua dimana kita terlalu mencintai sesuatu yang kecil nilainya atau bahkan tak bernilai yang menyebabkan kita lupa pada sesuatu yang nilainya jauh lebih besar.

 

Sayyidina Ali (ra) menarik Tangan Kumail bin Ziyad dan membawanya ke pemakaman, dan ketika sampai di padang pasir, Beliau menghela nafas panjang dan berkata kepadanya:

Wahai Kumail! Ilmu lebih baik daripada harta karena ilmu akan menjagamu, sebaliknya kamu perlu menjaga hartamu, harta akan berkurang saat dibelanjakan, tapi ilmu akan semakin bertambah dengan amal. Demikian pula budi yang ditimbulkan dengan harta akan lenyap dengan lenyapnya harta -begitu juga kehormatan dan status sosialnya.

Nahjul Balaghah: al-Hikmah 147.

 

 

Pada suatu malam beberapa orang melakukan perjalanan dengan menaiki perahu dan setelah mendayung dalam waktu yang cukup lama, salah satu diantara mereka berkata, “Sudah sejauh mana kita sampai, sejak semalam kita sudah mulai mendayung perahui ini?”

Tapi mereka melihat bahwa mereka berada di tempat yang sama seperti malam sebelumnya. Ternyata mereka lupa untuk membuka tali pengikat perahu dari tepi pantai.

Dari cerita diatas dapat diambil pelajaran bahwa manusia yang hidup di dunia ini dapat diibaratkan orang yang akan menaiki perahu tuk berlayar di samudera yang tak bertepi, yang mana manusia yang belum membuka tali perahunya dari pantai, maka sebesar apapun usahanya mendayung, dia tidak akan sampai kemanapun.

Ikatan-ikatan perahu itu bisa diibaratkan seperti pikiran negatif, kekecewaan, ketakutan, kegembiraan, kebanggaan, kesombongan, masa lalu, atau yang lainnya. Yang mana selama hal-hal ini masih mengikat kita maka kita takkan bisa berlayar kemanapun menikmati indahnya samudra kehidupan nan luas ini.

 

Suatu hari seorang pedagang dari Baghdad bertanya kepada Bahlul: “Tuan bahlul yang terhormat, saya membeli apa supaya saya mendapatkan keuntungan yang banyak?” Bahlul menjawab: “Besi dan kapas.” Pria itupun lantas pergi dan membeli beberapa besi dan kapas dan menyimpannya. Kebetulan, setelah beberapa bulan mereka menjualnya dan menghasilkan banyak keuntungan. Suatu hari dia bertemu lagi dengan Bahlul. Kali ini dia berkata: “Hai orang gila! apa yang harus saya beli untuk mendapatkan keuntungan?” kali ini Bahlul berkata, “Belilah bawang dan semangka.” Pedagang itu pergi dan seluruh modalnya dibelikan bawang dan semangka dan menyimpannya. Setelah beberapa waktu, semua bawang dan semangkanya membusuk dan hancur dan menyebabkan kerugian besar.

Segera dia pergi ke Bahlul dan berkata kepadanya: “Pertama kali saya berkonsultasi dengan Anda, Anda berkata belilah besi dan kapas, saya mendapatkan keuntungan. Tapi yang kedua kalinya, saran macam apa ini? Semua modal saya habis!” Bahlul menjawab orang itu dengan berkata, “Pada hari pertama, Anda memanggil saya dengan sebutan tuan Bahlul, dan ketika Anda memanggil saya sebagai orang bijak, jadi saya juga memerintahkan Anda sebagaimana saya orang yang bijak. Tapi untuk kedua kalinya Anda memanggil saya gila, jadi saya memerintahkan Anda sebagaimana saya orang yang gila!” Pria tersebut malu dengan apa yang dikatakan pada perkataannya yang kedua dan meminta maaf kemudian pergi.

 

Imam Sadiq (as) berkata kepada seorang pria yang mengatakan bahwa Tuhan lebih besar, beliau berkata: “Tuhan lebih besar dari apa?”
Dia berkata: “Dari segala hal”. Imam Sadiq (as) berkata: “Anda telah membatasi Dia.” Pria itu berkata: “Jadi bagaimana saya harus berkata?”
Dia berkata: “Katakanlah: Tuhan lebih besar dari apa yang disifatkan.” Dan inilah makna dari kalimat ‘Allahu Akbar’.

 

Imam Sadiq (as) berkata:

“Ketika Tuhan menginginkan kebaikan untuk hamba-Nya, maka Dia akan memberikan hukuman atas dosa-dosanya di dunia ini juga, dan apabila Tuhan menginginkan keburukan untuk hamban-Nya, maka Dia akan membiarkan dosa-dosanya untuk diberikan hukumannya pada hari kiamat kelak.”

(Bihar Al-Anwar: 18/81/177, Mizanul hikmah: 222)