Kesepakatan Nuklir, dari Spekulasi Negatif Hingga Pandangan Positif

Rate this item
(0 votes)
Kesepakatan Nuklir, dari Spekulasi Negatif Hingga Pandangan Positif

Hitung mundur sampai hari terakhir pencapaian kesepakatan nuklir sudah dimulai.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah perundingan nuklir dalam waktu sebulan ke depan, sampai akhir bulan Juni 2015 akan mencapai hasil yang diharapkan, yaitu kesepakatan komprehensif atau kembali menemui jalan buntu ?

Abbas Araqchi, anggota senior tim juru runding nuklir Iran dan Kelompok 5+1, Sabtu malam, pasca berakhirnya perundingan Jenewa pimpinan Mohammad Javad Zarif dan John Kerry, Menteri Luar Negeri Iran dan Amerika Serikat, mengatakan, dalam pertemuan ini, sekali lagi seluruh masalah dikaji ulang, namun friksi dan perbedaan masih tersisa.

Araqchi menerangkan, rencananya putaran perundingan selanjutnya akan digelar Kamis pekan ini dengan dihadiri oleh deputi menlu dan pakar dari Kelompok 5+1 dan Iran.

Setelah pertemuan sehari Jenewa, Menlu Iran kepada IRIB News menjelaskan, dalam sejumlah pertemuan diusahakan agar friksi ini dapat diminimalisir dan dibahas dalam pertemuan tingkat Menlu negara-negara anggota Kelompok 5+1.

Terkait wawancara dengan ilmuwan nuklir dan inspeksi pusat-pusat militer Iran, Zarif menegaskan, sehubungan dengan masalah ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar sudah menyampaikan pandangannya, dan tim juru runding nuklir memperhatikan pandangan itu dengan serius. Rencananya, kata Zarif, akan diupayakan strategi-strategi lain untuk menyelesaikan masalah ini.

Masalah utama dalam perundingan nuklir adalah pembahasan tentang upaya membangun kepercayaan dan pencabutan sanksi-sanksi atas Iran. Akan tetapi di tengah pembahasan masalah-masalah ini, klaim penyimpangan program nuklir Iran ke arah produksi senjata atom terus diulang-ulang.

Klaim yang sama sekali tidak di dasari bukti, dan inspeksi sebelumnya terhadap pusat militer Parchin, juga dilakukan atas dasar klaim-klaim tidak valid semacam ini. Namun pemerintah Amerika terus menyalahgunakan laporan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional, IAEA untuk menjaga simpul-simpul kontrol dan inspeksi anomali yang mereka sebut sebagai upaya untuk menjinakkan Iran dan melanjutkan tekanan atas negara itu.

Berkenaan dengan hal tersebut, beberapa laporan Yukiya Amano, Dirjen IAEA terkait Iran yang disampaikan kepada Dewan Pimpinan IAEA Jumat lalu, disusun atas dasar strategi ini.   

Dalam laporannya, Amano menggunakan istilah-istilah ambigu dan terus mengulang klaim tersebut. Di saat yang sama ia tidak bisa menjustifikasi secara penuh bahwa program nuklir Iran untuk tujuan damai. Padahal, seluruh laporan IAEA, termasuk dalam laporan terbaru Amano, ditegaskan bahwa Iran bekerjasama penuh dengan IAEA, dan Tehran, berdasarkan ÔÇ£Program Langkah BersamaÔÇØ dalam kerangka kesepakatan dengan IAEA, menjawab seluruh pertanyaan lembaga itu.

Pada kenyataannya, Washington, dengan menggunakan sejumlah atmosfir berbeda, dalam prakteknya menjalankan kebijakan ganda dalam perundingan ini. Satu sisi kebijakan itu adalah sikap yang diambil John Kerry, Menlu Amerika dalam perundingan nuklir, dan sisi lainnya, dampak dari keputusan AIPAC, lembaga lobi rezim Zionis Israel untuk mempengaruhi Kongres.

Oleh karena itu, apa yang hari ini disebut-sebut sebagai hambatan perundingan nuklir, sebenarnya adalah pertarungan antara keteguhan Iran membela hak-hak legalnya menghadapi arogansi Amerika. Sekalipun terdapat ambiguitas dan sejumlah keraguan terkait pencapaian hasil dalam perundingan, sebabnya bukan Iran, tapi langkah merusak dan arogansi Amerika sendiri.

Namun demikian, lebih dari 18 bulan perundingan nuklir berdasarkan kerangka kesepakatan 24 November 2013, Jenewa telah berlalu dan negosiasi-negosiasi ini berhasil mendekatkan pandangan kedua pihak. Sejumlah banyak kalangan yang berpandangan positif menegaskan bahwa pihak-pihak perundingan akan mencapai kesepakatan pada waktu yang sudah ditentukan.

Akan tetapi dalam perundingan ini juga terdapat parameter-parameter lain yang dapat berdampak negatif pada hasil perundingan.

Read 1508 times