Tauhid dan Syirik dalam Pandangan Al-Qur'an

Rate this item
(2 votes)

Tauhid merupakan pembahasan yang paling penting di dalam al-Qur’an al-Karim dan seluruh kitab-kitab samawi. Para nabi dan para washi telah mengajak umat manusia kepada ketauhidan dan memberi peringatan kepada mereka dari bahaya syirik dan menyembah berhala.
 

 

 

      Tema yang kami pilih dalam pembahasan tafsir tematik pada bagian kedua ini adalah tauhid dan syirik. Tema ini termasuk masalah penting yang banyak disinggung dan dibicarakan oleh ayat-ayat al-Qur’an di dalam berbagai suratnya. Diantara ayat yang menjelaskan tema tersebut adalah ayat 31 dalam surat al-Haj. Ayat yang mulia itu berbunyi:  

 

"Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh".

 

 

 

 

             Tema perumpaman di atas, yaitu tauhid dan syirik  merupakan persoalan yang mendapat perhatian semua agama. Keduanya itu diserupakan dengan langit dan jatuh darinya.  Perhatikanlah penjelasan yang akan kami sajikan berikut ini.

 

 

 

Penjelasan

 

             Allah Swt berfirman: "Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit".

 

Di dalam ayat ini tauhid diserupakan dengan langit dan syirik diserupakan dengan jatuh dari langit yang memiliki matahari, bulan dan bintang yang merupakan sumber cahaya, sinar dan keberkahan.

Di samping itu bahwa langit itu sendiri memiliki keindahan dan keagungan tertentu.

 

 

 

             Tauhid merupakan sumber cahaya dan keagungan Tuhan dan mendatangkan keberkahan dan sinar penerang bagi monoteisme. Adappun syirik sebagaimana jatuh dari langit tauhid.

Dengan memperhatikan mukaddimah ini, ayat di atas berkata: "Mereka yang menolak untuk bertauhid kepada Allah Swt dan menjadikan syarik (teman) bagi-Nya dan keluar dari barisan monoteisme, sama dengan orang yang jatuh dari langit". Sudah pasti orang yang jatuh dari langit ke bumi itu tidak mungkin hidup lagi.

 

 

 

            Allah Swt berfirman : "Lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh".

 

Seorang musyrik yang jatuh dari langit ke bumi tidak akan selamat, karena -ketika tergantung di udara- hanya ada satu di antara dua jalan yang pada akhirnya mati atau hancur. Dua jalan tersebut ialah:

Pertama: Dia menjadi mangsa burung-burung buas pemakan daging dan bangkai yang terbang di udara. Masing-masing burung itu akan memakan sebagian daging yang ada di tubuhnya, sehingga ia tidak sampai ke bumi kecuali tinggal tulangnya saja.

Kedua: Dia akan ditiup angin kencang yang akan  melemparkannya ke tempat yang jauh yang tidak ada manusia untuk menyelamatkannya.

Kesimpulannya bahwa seorang musyrik itu di dalam ayat ini diserupakan dengan seseorang yang jatuh dari langit ke bumi dan di tengah perjalanannya itu ia disergap burung-burung pemangsa daging dan bangkai atau ia akan ditiup oleh angin kencang ke tempat yang jauh yang tidak  mungkin dijangkau oleh mansuia.

 

 

 

Pesan-pesan ayat

 

1. Apakah yang dimaksud dengan burung-burung ?

 

            Tidak menutup kemungkinan bahwa yang dimaksud dengan burung-burung itu adalah hawa nafsu.[1]

Seseorang yang musyrik itu menjadi mangsa hawa nafsunya. Sebagian dari hawa nafsu itu mempermalukan seseorang, sebagian lainnya menghilangkan kemanusiaannya, dan sebagian lagi menghilangkan keberanian, kehormatannya dan lain sebagainya.  Pada akhirnya tidak ada lagi yang tersisa dari seorang musyrik. Karena burung-burung hawa nafsu telah melahap apa yang terdapat pada dirinya, baik kepribadiannya maupun kemanusiaannya.

 

 

 

2. Apakah yang dimaksud dengan angin?   

 

             Bisa jadi yang dimaksudkan dengan angin yang disinggung di dalam ayat tersebut dan yang melemparkan seorang musyrik ke tempat yang jauh yang sulit dijangkau oleh manusia adalah setan-setan pengkhianat.[2]  Maka seorang musyrik itu, apabila ia dapat lolos dari burung-burung hawa nafsu, dia akan ditawan oleh angin setan pendurhaka. Dia akan dibawa ke suatu tempat yang tidak ada lagi penolong baginya sehingga ia akan hidup dalam kesesatan dan akhirnya celaka.

 

 

 

3. Orang-orang musyrik tidak pernah mendapatkan ketentraman

 

             Sesungguhnya grafitasi bumi itu merupakan nikmat Allah Swt. Karena dengan grafitasi itu menjadikan segala sesuatu  menjadi seimbang. Tanpa grafitasi maka segala sesuatu yang ada di muka bumi ini tidak akan eksis dan seimbang. Kita lihat bahwa rumah-rumah, Sawah-Sawah, pabrik-pabrik, sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit menjadi eksis pada tempatnya masing-masing berkat adanya grafitasi yang membuatnya seimbang. Grafitrasi ini berpusat di bumi, dan semakin kita jauh dari bumi, maka grafitasi semakin berkurang. Segala sesuatu itu akan kehilangan keseimbangannya apabila berada di luar grafitasi bumi. Oleh karena itu para astronot mengikuti training dan latihan di tempat-tempat yang hampa udara dan tidak terdapat grafitasi sebelum mereka berangkat ke laur angkasa untuk beberapa waktu lamanya.

Eksperimen yang dilakukan untuk hampa dari grafitasi adalah jatuh secara bebas dari tempat-tempat yang memiliki ketinggian tertentu. Ketika itu seseorang dapat merasakan  suatu kehidupan yang belum pernah ia alamai sebelumnya. Karena itu, para dokter berpendapat bahwa kebanyakan dari ortang-orang yang jatuh dari tempat yang tinggi, akan mengalami terhentinya detak jantung sebelum sampai ke permukaan bumi.

 

 

 

             Seorang musyrik -ketika jatuh dari langit- merasakan kehilangan keseimbangan. Pada saat itu kegoncangan jiwa menyelimuti seluruh wujud dirinya. Demikianlah, seseorang yang jatuh dari tauhid dan menuju kepada kemusyrikan, tidak akan merasakan ketenangan dan ketentraman dalam dirinya. Dia akan merasakan adanya goncangan dan kegelisahan. Ketenangan dan ketentraman hanya di peroleh di bawah naungan tauhid, jauh dari kemusyrikan dan penyembahan berhala. Allah Swt berfirman : "Ketahuilah, bahwa dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tentram".[3]  Masalah ini telah diakui bahkan oleh orang-orang musyrik itu sendiri. Terdapat firman Allah di dalam surat al-Ankabut ayat: 65:

"Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya". Hal itu karena mereka mengetahui dengan baik bahwa tidak seorang pun yang mampu mendatangkan ketenangan selain Allah Swt. Oleh karena itu mereka berdoa dengan penuh keikhlasan kepada-Nya. Adapaun patung-patung, mereka telah mengetahui, tidak akan mampu menyelamatkannya. Tetapi ketauhidan mereka hanya bersifat sementara saja. Setelah mereka telah sampai di tepi pantai dan kapal mereka telah bersandar, mereka kembali lagi kepada kemusyrikan.

Kesimpulannya bahwa syirik dan menyembah patung-patung itu menyebabkan kepada  kegoncangan jiwa dan kegelisahan. Sementara tauhid kepada Allah Swt akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman.

 

 

 

4. Orang musyrik tidak  memiliki kehendak

              Seseorang -sebelum jatuh- memiliki kehendak. Tetapi ketika telah jatuh dan tergantung di udara, kehendaknya itu sirna dan tidak dapat lagi mengambil suatu keputusan.  Dan demikian pula, seseorang yang musyrik ketika jatuh dari langit tauhid, ia akan kehilangan kehendak dan kemampuan untuk mengambil keputusan.

 

 

 

 

Pentingnya tuhid

 

             Tauhid merupakan pembahasan yang paling penting  di dalam al-Qur’an al-Karim dan seluruh kitab-kitab samawi. Para nabi dan para washi telah mengajak umat manusia kepada ketauhidan dan memberi peringatan kepada mereka dari bahaya syirik dan menyembah berhala.

Di dalam ajaran agama, tidak ada persoalan yang lebih penting selain tauhid. Buktinya adalah terdapat sebuah ayat al-Qur’an yang diulang-ulang pada dua tempat, yaitu pada surat an-Nisa ayat 48 dan 116. Ayat itu berbunyi: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni orang musyrik kepada-Nya, tetapi mengampuni dosa-dosa selainnya bagi orang yang dikehendaki-Nya".

                Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa maksud dari ampunan adalah ampunan yang tanpa bertaubat. Adapun dengan bertaubat, maka Allah pun akan mengampuninya.  Kebanyakan sahabat -kecuali sebagian kecil saja seperti Imam Ali As- sebelumnya adalah sebagai orang-orang musyrik. Dan ketika mereka masuk Islam dan bertaubat, maka Allah mengampuni dosa-dosa syirik mereka.

 

 

 

               Apabila seorang pendurhaka mati sebelum bertaubat, maka dosa-dosanya tidak akan diampuni Allah apabila ia seorang musyrik. Bahkan tidak ada harapan untuk dapat diampuni. Tetapi apabila maksiat dan dosa-dosanya itu selain kemusyrikan, maka ada kemungkinan akan diampuni oleh Allah Swt dan para wali-Nya pun akan memberikan syafaat kepadanya. Adapun orang musyrik tidak akan diampuni dosanya dan juga tidak akan mendapatkan syafaat. Dengan demikian bahwa syirik itu tidak  akan mendapatkan tempat ampunan dan syafaat. Dari sini dapat diketahui betapa penting, berharga dan agungnya masalah tauhid di dalam kehidupan dunia dan akhirat.  Sesungguhnya tauhid merupakan sumber kebahagiaan. Sedangkan syirik sumber kesengsraan dan menghancurkan seluruh kebaikan.

 

 

 

            Pertanyaan yang terkadang tersirat di hati kita adalah: Apa sebab masalah tauhid dianggap begitu penting?  Dan apa sebab syirik itu mendapat kecaman sedemikian rupa?

Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah: Filsafat mengenai pentingnya masalah tauhid dan dikecamnya kemusyrikan adalah beberapa perkara. Kami akan jelaskan berikut ini sebagian darinya:

 

 

 

        Pertama: Manfaat dan keberkahan yang paling utama dari tauhid adalah bersatunya masyarakat dan umat manusia. Sesungguhnya umat manusia berbeda-beda satu sama lainnya dalam bahasa, adat istiadat, akidah, pemikiran, budaya, dan lain sebagainya. Misalnya di satu negara seperti Indonesia yang merupakan bagian kecil dari dunia, terdapat berbagai macam bahasa, budaya dan suku. Bandingkanlah dengan negara-negara lainnya diseluruh belahan dunia. Terdapat ribuan bahasa, suku, dan budaya. Tetapi gerangan apakah mata rantai penghubung di antara masyarakat dunia itu? Apakah titik-titik persamaan di anatara mereka? Apabila berbagai bangsa dan pemerintahan itu diputuskan hidup di bawah sebuah pemerintahan yang bersifat mendunia, apakah titik persamaan di anatara mereka?

 

 

 

               Tidak diragukan lagi bahwa tauhid yang mengakar di dalam keyakinan mereka merupakan faktor terpenting yang menjadikan mereka bersatu. Tauhid merupakan poros yang paling baik untuk mempersatukan mereka dan sebagai tambang yang sangat kokoh sehingga mereka semua dapat berpegang dengannya.

Allah Swt telah menjelaskan masalah ini di dalam ayat 64 pada surat al-Imran: "Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah".

 

 

 

 

                Persatuan tersebut nampak sekali ketika  musim haji di dataran Hijaz. Kita saksikan jutaan muslimin dari berbagai negara dengan warna kulit, bahasa, budaya, dan adat istiadat yang berbeda-beda. Mereka seluruhnya  serempak menyembah Allah Swt dengan menghadap Ka'bah. Mereka bagaikan berbagai sungai yang jernih yang sedang mengalir menuju satu lautan yang tak bertepi yang bersumber dari bukit-bukit kemanusiaan yang luhur dan berkumpul di sekitar Ka'bah. Di sana mereka mengumandangkan kekhudu'an dan kepasrahan mereka kepada Al-Haq Swt.

 

 

 

               Dalam acara shalat jum'at yang dilakukan di Makkah al-Mukarramah -sebelum pergi ke Arafah, biasanya- dihadiri lebih dari satu juta muslimin. Shalat tersebut merupakan shalat jum'at terbesar bagi kaum muslimin dalam setahun.  Mereka berdiri tegap di dalam satu barisan penghambaan dan mengangkat kedua tangan mereka secara serempak di dalam takbir sambil berdoa dan mengagungkan-Nya. Mereka melakukan ruku' dan sujud secara serempak bersama-sama. Sungguh betapa hal itu melambangkan keindahan persatuan dan persaudaraan sesama muslim.[4] 

Betapa indah dan menariknya apabila persatuan umat Islam dunia yang berbagai macam budaya ini, berpegang teguh kepada "tali Allah".

 

 

 

              Dengan demikian, persatuan merupakan efek dan manfaat yang sangat penting bagi tauhid. Sebaliknya dengan syirik yang mengakibatkan kepada perpecahan dan ikhtilaf. Orang-orang Arab jahiliyah mempunyai patung sebanyak 360 buah. Hal ini berarti ikhtilaf dan perpecahan mereka mencapai 360 kelompok kecil dan masyarakat mereka terbagi kepada 360 bagian walaupun mereka masyarakat kecil. Sudah tentu bahwa mayarakat semacam itu tidak lepas dari pertikaian, pertentangan, pembunuhan, kemungkaran dan tidak memperoleh ketenangan dan kebahagiaan.  Tetapi masyarakat yang bernaung di bawah bendera tauhid dan petunjuk Islam dan Rasulullah, pasti lebih unggul di bandingkan masyarakat mana pun.

 

 

 

        Kedua: Efek dan manfaat tauhid yang lainnya adalah memberikan semangat dan kekuatan kepada orang-orang yang bertauhid. Sementara kemusyrikan itu akan mencabut semangat dan kekuatan orang-orang musyrik.

Ketika kaum muslimin berada di kota Makkah dan jumlah mereka masih sangat sedikit, kaum musyrikin melakukan makar dan kezaliman  terhadap Rasulullah Saw dan kaum muslimin. Setiap hari kaum musyrikin berusha menciptakan kezaliman yang baru untuk memadamkan cahaya Islam dan mengikis akar-akarnya.

Pada suatu hari para pemuka Quraisy datang menjumpai Abu Thalib untuk melakukan perdamaian kepada Rasulullah Saw.  Setelah perdebatan yang agak alot di antara dua pihak, Rasulullah Saw berkata kepada Abu Jahal: "Ajaklah mereka untuk menerima satu kalimat yang akan membuat mereka kuat dan menguasai orang-orang Arab dan orang-orang Ajam pun akan mengikuti ajaran mereka". Abu Jahal berkata: "Satu kalimat saja mudah, aku siap menerimamu dengan sepuluh kalimat". Rasulullah Saw bersabda:"Ucapkanlah 'La Ilaaha Illallah', (tiada Tuhan kecuali Allah) dan tinggalkanlah ssekutu yang selain Allah".[5]

 

 

 

 

               Ungkapan yang disampaikan oleh Rasulullah Saw hingga kini masih merupakan solusi bagi umat manusia yang telah jenuh dengan berbagai peperangan, ikhtilaf dan pertikaian. Hal itu karena bernaung di bawah pohon tauhid yang baik adalah merupakan solusi satu-satunya untuk memecahkan problema ini sekaligus memperoleh kekuasaan dan kemuliaan dengan keamanan, ketenangan, ketentraman dan keadilan yang sejati.

 

 

 

               Marilah coba kita pikirkan, bagaimana Islam telah merubah Arab jahiliyah di kota Makkah dan Madinah, dimana mereka tenggelam dalam ikhtilaf dan pertikaian berdarah, menjadi bangsa yang kuat dan mulia dan mampu -di bawah bendera ukhuwwah dan persatuan- membuka belahan barat dan timur dunia kurang dari setengah abad?  Bukankah kemuliaan itu merupakan buah dari tauhid dan berpegang kepada tali Allah?

 

 

 

       Ketiga: Tauhid menyebabkan ketenangan dan ketentraman masyarakat.  Sebab utama terjadinya berbagai kejahatan dan maksiat di dunia ini adalah kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala.  Dan syirik itu tidak terbatas hanya pada menyembah kayu dan batu saja. Bahkan syirik itu mencakupi setiap ibadah dan ketundukan kepada selain Allah baik yang berupa kedudukan, hawa nafsu dan lain sebagainya. Ini semua merupakan bagian dari kemusyrikan.  Seseorang ketika menyembah hal-hal tersebut, ia lalai dari mengingat Allah sehingga ia berani melakukan berbagai perbuatan dosa, maksiat dan berbagai kejahatan.

 

 

 

      Sebagaimana telah dijelaskan dalam riwayat bahwa setan mengecup uang dirham dan dinar yang dicetak pertama kali di dunia. Kemudian ia memandangnya dan meletakkannya di hadapan kedua matanya, lalu menempelkannya ke bagian dadanya dan berkata: "Engkau adalah permata dan buah hatiku. Aku tidak peduli lagi kepada anak Adam apabila mereka tidak lagi menyembah patung karena telah mencintaimu. Cukuplah bagiku bahwa mereka itu betul-betul mencintaimu".[6]

 

 

 

              Kemusyrikan masih saja terdapat di mana-mana pada zaman kita sekarang ini, sekalipun logika dan pemikiran telah menggeser kebodohan. Berapa banyak tindak kejahatan yang dilakukan akibat menumpuk uang dan harta kekayaan?!  Tidak lagi ada keamanan dan ketentraman pada masyarakat zaman sekarang ini. Bahkan pertikaian dan kegelisahan telah menguasai mereka.  Sekiranya manusia itu bertauhid, pasti mereka akan memperoleh keamanan, ketenangan, dan ketentraman.

 

 

 

            Untuk mencapai masyarakat yang bertauhid, langkah pertama, kita harus menghancurkan tempat-tempat berhala yang terdapat di dalam hati kita. Setiap kali kita menemukan tempat-tempat penyembahan patung-patung tersebut dan patung-patung yang terdapat di sekitar diri kita, haruslah kita pecahkan. Betapa indah dan senangnya kondisi hati yang seperti Ka'bah setelah kemenangan Islam dimana patung-patung di sekitarnya telah dihancurkan.

 

 

 

              Sesungguhnya hati sebagian orang mirip dengan Ka'bah sebelum Islam yang dipenuhi dengan patung-patung. Yaitu patung-patung yang berupa kekayaan, harta benda, wanita, anak-anak, kedudukan, pangkat, angan-angan dan lain sebagainya.

Hati adalah Baitullah. Kita harus membersihkannya dari semua jenis patung dan kemusyrikan, agar kita dapat memandang pemilik aslinya.[]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

 

 

     

 

 

 

     

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] . Lihat Al-Amtsal 10 : 306.
[2] . Lihat tafsir al-Amtsal 10 : 306 – 307..
[3] . Surat Ar-Ra'd : 28
[4] . Sangat disayangkan bahwa shalat dan pertemuan besar ini, tidak digunakan untuk menyelesaikan berbagai problem umat Islam pada saat sekarang ini. Tetapi yang terjadi hanyalah imam jum'at mengulang-ulang masalah yang terjadi atas kaum muslimin sejak ratusan tahun.
[5] . Lihat Furughu Abadiyat 1: 222, Al-Muntazhim 2: 369 dan Majma'ul Bayan 8: 343.
[6] . Mizanul Hikmah, bab3750, hadits ke 19026.

Read 6013 times