Manifestasi Al-Quran dalam Kebangkitan Imam Husein (4)

Rate this item
(0 votes)
Manifestasi Al-Quran dalam Kebangkitan Imam Husein (4)

Imam Husein dan rombongan meninggalkan kota Madinah pada tanggal 28 Rajab 60 Hijriyah lalu bergerak menuju Mekah, dan tiba di Karbala pada 2 Muharam 61 Hijriyah. Dalam perjalanan, Imam Husein senantiasa menyampaikan pencerahan kepada masyarakat di setiap daerah yang dilaluinya.

Sebagai Ahlul Bait, Imam Husein mewarisi keutamaan akhlak mulia Rasulullah Saw. Sama seperti kakeknya, beliau tidak akan berdiam diri menghadapi penyimpangan yang terjadi di tengah masyarakat.

Imam Husein tanpa kenal lelah dan berani terus-menerus memberikan penyadaran kepada masyarakat, terutama kepada para pemimpin agama dan tokoh masyarakat di berbagai tempat yang ditemuinya dari Mekah menuju Karbala.

Di salah satu pesannya yang disampaikan kepada masyarakat, Imam Husein berkata, "Sadarlah! Ketika suatu kaum telah mentaati setan dan meninggalkan ketaatan terhadap Allah swt, melakukan kerusakan secara terang-terangan dan menghentikan hukum Allah, menjadikan Baitul Mal sebagai kas pribadi dan menghalalkan yang telah diharamkan oleh Allah, maka aku datang untuk mengubah keadaan ini !"

Tindakan yang dilakukan Imam Husein senantiasa berpijak dari Al-Quran, termasuk seruan dari surat Al-Fusilat ayat 30 yang disitir ketika menyampaikan nasehatnya, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Imam Husein di bagian lain nasihatnya yang disampaikan secara bijak kepada masyarakat, mengungkapkan masalah kehormatan dan maknanya yang tinggi dalam diri seorang mukmin.

Beliau berkata, "Sadarlah, mereka yang memberiku dua pilihan, pedang dan kehinaan! Kami memilih syahid, bukan kehinaan. Sebab Allah swt dan Rasul-Nya menghendaki demikian."

Di hari Asyura, Imam Husein tetap memberikan nasihat dan bimbingan kepada musuh sekalipun. Setiap baris nasihatnya mengandung makna yang sangat dalam.

Jika dikaji lebih dalam, perkataan ini disampaikan ketika Imam Husein sudah tahu usianya tidak akan lama, dan beliau akan mencapai kesyahidan.Tapi pernyataan ini disampaikan sebagai pelajaran penting bagi umat Islam tentang betapa berharganya kehormatan manusia, meski harus ditebus dengan nyawa sekalipun. Seruan Imam Husein ini sepanjang sejarah menjadi inspirasi tidak hanya untuk umat Islam, tapi juga bagi pejuang penegak keadilan di seluruh penjuru dunia.

Dalam perjalanan menuju kota Kufah dari kota Mekah, Imam Husein bertemu dengan penyair terkenal bernama Farazdaq. Imam Husein kepada Farazdaq menggambarkan kondisi yang terjadi saat itu.

Imam Husein berkata, “Wahai Farazdaq, kelompok ini telah menyingkirkan ketaatan kepada Allah Swt dan mengikuti setan. Mereka melakukan kerusakan di bumi Allah, meninggalkan ajaran-ajaran ilahi, menenggak minuman keras, merampas hak kaum tertindas dan miskin. Untuk itu, aku sudah sepantasnya bangkit membela agama dan kemulian, serta melakukan jihad di jalan Allah Swt.”  

Gerakan Asyura yang dikibarkan Imam Husein demi menjaga dan menyebarkan ajaran agama Allah dari ulah musuh yang hendak memadamkan cahaya ilahi. Sebagaimana disinggung dalam al-Quran surat as-Saff ayat 8, Allah swt berfirman, "Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".

Di ayat ini, Allah swt berfirman bahwa cahaya-Nya itu tidak akan padam, tapi justru dengan berlalunya waktu semakin benderang. Oleh karena itulah, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Sesungguhnya kesyahidan Imam Husein menjadi api yang berkobar di hati orang-orang mukmin yang tidak akan pernah padam".

Dalam perang Badar yang terjadi di bulan Ramadhan tahun kedua Hijriyah, Allah swt mengirimkan sebanyak 3.000 malaikat untuk membantu Rasulullah Saw. Demikian juga, ketika Imam Husein meninggalkan Madinah menuju Karbala didampingi oleh para malaikat untuk membantu beliau.

Tapi Imam Husein mengucapkan terima kasih kepada mereka dan mengutip ayat al-Quran surat Nisa ayat 78 yang berbunyi," Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…"

Ketika keimanan terhunjam kuat di dalam dada, maka kekhawatiran dan ketakutan akan sirna. Kekuatan iman menjadi benteng paling kuat menghadapi berbagai rintangan yang menghadang.

Contoh terbaik dari kekuatan Iman adalah keyakinan Imam Husein yang tidak khawatir dan takut sedikitpun menghadapi ancaman dan rintangan yang menghalanginya dalam perjalanan menuju Karbala hingga beliau syahid bersama anggota keluarga dan pengikutnya.

Imam Husein menyandarkan seluruh hidupnya kepada Allah swt. Oleh karena itu, tidak ada sedikitpun kekhawatiran menyongsong datangnya kematian. Keyakinan kuat imam Husein mengenai kematian ini berpijak dari ayat al-Quran surat al-Nisa ayat 142 yang berbunyi, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan,". 

Sebaliknya Imam Husein memberikan nasihat kepada orang-orang yang ragu untuk memilih jalan kebenaran dan tidak membiarkan diri mereka diliputi keraguan.

Surat An-Nisa ayat 143 menjelaskan, "Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya,".

Imam Husein telah menggambarkan hakekat kebenaran yang dibawanya dengan indah. Hakekat yang digambarkan Imam Husein adalah melawan kezaliman dan menyuarakan keadilan meski nyawa harus dipertaruhkan. Karbala menjadi bukti perlawanan puncak Ahlul Bait Rasulullah Saw terhadap kezaliman, sekaligus menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan.

Read 1084 times