Manifestasi Al-Quran dalam Kebangkitan Imam Husein (5)

Rate this item
(0 votes)
Manifestasi Al-Quran dalam Kebangkitan Imam Husein (5)

Banyak dimensi dari kepingan perjalanan Imam Husein dari Madinah ke Karbala yang bisa dipetik sebagai pelajaran berharga. Perilaku Imam Husein mencerminkan nilai-nilai luhur Al-Quran. Beliau adalah teladan keutamaan, kemuliaan dan kepahlawanan.

Ketika dihina orang lain, beliau tidak membalasnya, tapi justru membantu memenuhi kebutuhan mereka yang dicatat dalam sejarah Islam. Suatu hari seorang laki-laki asal Syam yang menyimpan dendam dan permusuhan terhadap Imam Husein karena terpengaruhi propaganda keji Muawiyah terhadap Ahlul Bait Nabi, tiba di Madinah.

Ketika bertemu dengan Imam Husein, dia langsung menghina dan melontarkan kata-kata tidak sopan dan hinaan. Imam Husein menatapnya dengan penuh kasih sayang dan berkata, "Jika kau meminta bantuan dari kami, kami akan membantumu. Jika kau menginginkan sesuatu, kami akan memberikannya padamu, dan jika kau menginginkan bimbingan dan hidayah, kami akan membimbingmu."

Diperlakukan dengan sangat baik oleh Imam Husein, lelaki itu merasa malu dan mengubah sikapnya, serta meminta maaf kepada beliau. Menyaksikan penyesalan orang itu, Imam Husein berkata, "Tidak ada celaan dan hardikan untukmu, semoga Allah Swt mengampunimu, karena Dia-lah Yang Maha Pengasih." Perilaku mulia Imam Husein ini menunjukkan ketinggian akhlaknya yang tidak bisa dilepaskan dari al-Quran sebagai pedoman Imam Husein.

Di manapun dan dalam keadaan apapun, Imam Husein berupaya menjalankan nilai-nilai al-Quran dan menyampaikan kepada orang lain, bahkan nasihat tersebut juga disampaikan kepada musuhnya sekalipun.

Manifestasi terindah dari akhlak mulia Imam Husein terlihat dalam perilaku beliau memperlakukan musuh dalam perjalanan menuju padang Karbala. Ketika itu, rombongan Imam Husein as dalam perjalanan menuju Kufah berpapasan dengan pasukan yang dipimpin Hur bin Yazid Ar-Riyahi. 

Pasukan Hur diperintahkan untuk mencegat Imam Husein as beserta rombongannya dan menahan mereka di sebuah wilayah yang kering tanpa air. Namun pasukan Hur sendiri juga kehabisan bekal air. Imam Husein memerintahkan para sahabat dan keluarga beliau untuk berbagi air dengan pasukan Hur.

Seorang tentara dari pasukan Hur yang tiba paling akhir, sedemikian haus dan lemas tubuhnya hingga tidak mampu turun dari kuda untuk meminum air. Imam Husein menyaksikan hal itu dan beliau sendiri yang memberikan air ke mulut tentara itu.

Tetapi ironisnya kemudian pada hari Asyura, mereka bertindak sebaliknya tidak mengizinkan bayi Imam Husein yang baru berusia enam bulan untuk minum air. Tidak hanya itu, mereka juga melesatkan anak panah ke leher bayi yang sedang berada di tangan ayahnya di hari Asyura.

Salah satu masalah penting yang ditegaskan oleh beliau adalah takwa. Al-Quran surat at-Talaq ayat 2 menegaskan, "…barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar,".

Ketika dihadang pasukan Hur, Imam Husain mengajak mereka untuk menunaikan shalat berjamaah. Selesai mengerjakan salat Ashar, Imam Husein berkhutbah di depan penduduk Kufah.

Setelah mengucapkan pujian kepada Allah Swt dan shalawat atas Rasul-Nya, beliau bersabda, "Wahai manusia! Jika kalian mengedepankan takwa kepada Allah Swt dan jika mengerti siapakah yang layak memegang hak (untuk memimpin umat),"

Imam Husein melanjutkan nasihatnya, "…dan (ketahuilah) bahwa kami, Ahlulbait Nabi Muhammad Saw, adalah orang lebih layak memimpin kalian daripada mereka yang mengaku layak tetapi sebenarnya tidak memiliki kelayakan dan mereka yang telah menggerakkan kezaliman dan rasa permusuhan (terhadap kami),"

Imam Husein menambahkan, "Jika kalian tidak mengerti hal ini dan hanya memahami kebencian kepada kami, tidak mengetahui hak kami, dan kata-kata kalian sekarang sudah tidak seperti yang kalian katakan dalam surat-surat kalian yang telah datang menyerbuku bersama para utusan kalian, maka aku akan pergi meninggalkan kalian."

Kemudian Imam Husein membacakan ayat al-Quran surat Fath ayat 10 yang berbunyi, "..orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar."

Ayat ini diturunkan setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah yang dilakukan antara Rasulullah saw dan kaum Musyrik Mekah pada bulan Dzulkaidah tahun keenam Hijriyah. Perjanjian ini ditandatangani di daerah Hudaibiyah pada tahun ke-6 H.

Peristiwa tersebut direkam dalam Surah Al-Fath. Ketika itu Rasulullah saw dan kaum muslimin bermaksud pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji, tapi pihak musyrik Quraisy menahan mereka. Oleh karena itu, Rasulullah Saw mengirim utusan kepada Quraisy untuk berunding.

Sebelum terjadi perjanjian ini, Rasulullah Saw mengambil janji setia dari orang-orang Mukmin yang disebut Baiat Ridwan yang dijelaskan dalam surat Al-Fath ayat 18 yang berbunyi, " Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)."

Orang-orang Kufah menulis surat kepada Imam Husein supaya datang, tapi mereka mengingkari janjinya sendiri. Alih-alih menolong Imam Husein, mereka justru memeranginya. Pelanggaran dan pengkhianatan yang mereka lakukan terhadap Imam Husein pada akhirnya merugikan mereka sendiri.

Selain melakukan dosa besar karena telah berkhianat, mereka membantu musuh. Oleh karena itu mereka tidak akan mendapatkan karunia ilahi sebagaimana diberikan kepada para pendukung perjuangan Imam Husein.
   

Read 1283 times