کمالوندی

کمالوندی

Bismillahirrahmanirrahim

Kepada semua pemuda di negara-negara Barat.

Berbagai peristiwa getir yang ditandai dengan terorisme buta di Perancis, kembali mendorong saya untuk berdialog dengan kalian. Bagi saya, sangat disayangkan sekali peristiwa-peristiwa seperti ini menjadi landasan dialog, akan tetapi kenyataanya adalah jika masalah-masalah pedih tidak melatarbelakangi pencarian solusi dan tidak menjadi panggung untuk berkonsultasi, maka kerugian [yang diderita] akan berlipat ganda. Penderitaan setiap manusia di setiap sudut dunia secara otomatis akan memilukan sesama. Pemandangan seorang anak kecil yang meninggal dunia di hadapan orang-orang yang dikasihinya, ibu yang [menyaksikan] kegembiraan keluarganya menjadi duka, seorang suami yang tergesa-gesa menggendong jenazah istrinya, dan atau seorang pemirsa yang tidak mengetahui bahwa dalam beberapa saat kemudian akan menyaksikan detik-detik akhir pertunjukan kehidupan, bukanlah pemandangan yang tidak akan menggugah afeksi dan perasaan setiap manusia. Semua orang yang memiliki cinta kasih dan kemanusiaan, akan sedih dan terluka menyaksikan pemandangan tersebut, baik itu terjadi di Perancis, Palestina, Irak, Lebanon atau Suriah. Yang pasti satu setengah miliar umat Muslim juga merasakan hal yang sama dan mereka mengecam serta berlepas tangan dari para pelaku dan otak tragedi tersebut. Akan tetapi masalahnya adalah bahwa berbagai penderitaan saat ini jika tidak menjadi bekal untuk membangun hari esok yang lebih baik dan lebih aman, maka hanya akan terpendam menjadi kenangan pahit dan sia-sia. Saya yakin bahwa hanya kalian para pemuda yang mengambil pelajaran dari goncangan hari ini yang akan mampu menemukan jalan baru untuk membangun masa depan, serta akan menjadi benteng berbagai penyimpangan yang telah mengantarkan Barat hingga ke titik sekarang ini.

Benar bahwa sekarang terorisme merupakan masalah kolektif kami dan kalian, akan tetapi perlu kalian ketahui bahwa ketidakamanan dan kekhawatiran yang kalian rasakan dalam berbagai peristiwa terbaru, memiliki perbedaan mendasar dengan penderitaan yang dipaksakan selama bertahun-tahun kepada rakyat Irak, Yaman, Suriah dan Afghanistan. Pertama bahwa dunia Islam, jauh lebih luas dari sisi dimensi, dan lebih massif dari sisi volume, serta sangat lebih lama menjadi korban kengerian dan kekerasan. Dan kedua, bahwa sangat disayangkan sekali kekerasan-kekerasan tersebut dengan berbagai cara dan secara efektif, selalu didukung oleh sejumlah kekuatan adidaya. Sekarang, sedikit sekali orang yang tidak mengetahui peran Amerika Serikat dalam membentuk atau memperkokoh dan mempersenjatai al-Qaeda, Taliban dan para pengikut jejak mereka. Di samping dukungan langsung itu, para pendukung nyata dan terkenal terorisme Takfiri, di samping memiliki sistem politik yang paling terbelakang [di dunia], berada di barisan sekutu-sekutu Barat, sementara perspektif paling maju dan jelas yang muncul dari demokrasi dinamis di kawasan, selalu menjadi target pemberantasan sadis. Sikap standar ganda Barat terhadap gerakan kebangkitan di dunia Islam merupakan bukti nyata kontradiksi dalam berbagai politik Barat.

Wajah lain dari kontradiksi tersebut dapat disaksikan dalam dukungan terorisme pemerintahan Israel. Rakyat tertindas Palestina telah lebih dari 60 tahun merasakan terorisme dalam bentuknya yang terburuk. Jika masyarakat Eropa sekarang berlindung di rumah-rumah mereka selama beberapa hari serta menghindari kehadiran dalam konsentrasi umum dan pusat-pusat keramaian, sebuah keluarga Palestina selama puluhan tahun bahkan tidak aman di rumah mereka dari mesin-mesin pembunuh massal dan perusak rezim Zionis. Sekarang, kekerasan jenis apa yang dapat disejajarkan dengan pembangunan permukiman rezim Zionis dari sisi kesadisannya? Rezim ini tanpa pernah dikecam secara tegas dan efektif oleh sekutu-sekutu berpengaruhnya atau paling tidak lembaga-lembaga internasional yang secara lahiriyah tampak independen, setiap hari merusak rumah, kebun dan lahan-lahan pertanian warga Palestina, tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk memindahkan perlengkapan hidup mereka atau untuk memanen hasil pertanian mereka, dan biasanya itu semua terjadi di hadapan perempuan dan anak-anak yang ketakutan dan dengan mata berkaca-kaca, menyaksikan pemukulan dan aniaya anggota keluarga mereka dan dalam banyak kasus relokasi mereka ke tempat-tempat penyiksaan mengerikan. Apakah di dunia dewasa ini kalian mengetahui kesadisan lain dalam volume, dimensi dan kesinambungan yang lebih dari ini? Penembakan terhadap seorang perempuan di tengah jalan hanya karena memprotes tentara dengan senjata lengkap, jika bukan terorisme lalu apa? Apakah karena barbarisme ini dilakukan oleh pasukan militer sebuah rezim penjajah, maka tidak bisa disebut sebagai ekstrimisme? Atau mungkin hanya karena adegan-adegan seperti ini telah disaksikan berulang kali selama 60 tahun di layar televisi, tidak lagi membangkitkan hati nurani kita.

Invasi militer ke dunia Islam dalam beberapa tahun terakhir, yang telah menimbulkan korban tidak terhitung jumlahnya, adalah contoh lain dari logika kontradiktif Barat. Negara-negara yang menjadi target serangan, selain mengalami kerugian manusia, juga kehilangan infrastruktur ekonomi dan industrinya, gerakan mereka menuju kemajuan dan pembangunan terhenti atau melambat, dan dalam sebagian kasus menjadi terbelakang hingga puluhan tahun. Meski demikian, dengan congkak mereka dituntut untuk tidak mendeklarasikan diri sebagai pihak yang tertindas. Bagaimana mungkin sebuah negara yang telah berubah menjadi puing, serta kota dan desa-desanya telah menjadi abu, kemudian dituntut untuk tidak mengenalkan diri sebagai pihak yang tertindas! Alih-alih menyeru untuk tidak memahami dan melupakan berbagai tragedi, bukankah permintaan maaf secara jujur akan lebih baik? Penderitaan yang dirasakan dunia Islam secara bertahun-tahun akibat kemunafikan dan pemolesan wajah agresor ini, tidak lebih kecil dari kerugian materi.

Para pemuda yang tercinta! Saya berharap kalian saat ini maupun di masa mendatang dapat mengubah perspektif penuh tipu daya ini, perspektif yang kelihaiannya adalah menyembunyikan tujuan-tujuan jangka panjang dan penumpukan makar-makar. Menurut saya tahap pertama dalam menciptakan keamanan dan ketenangan, adalah koreksi perspektif pencetus kekerasan ini. Selama parameter-parameter standar ganda menguasai politik Barat dan selama terorisme menurut pandangan para pendukung kuatnya terbagi dalam kategori baik dan buruk, dan selama kepentingan-kepentingan berbagai pemerintah didahulukan di atas nilai-nilai kemanusiaan dan etika, maka akar-akar kekerasan jangan sampai dicari di tempat lain.

Sangat disayangkan sekali, selama bertahun-tahun akar-akar [kekerasan] tersebut, secara gradual juga telah mengendap di dasar politik-politik kebudayaan Barat dan merencanakan sebuah serangan ofensif lunak dan senyap. Banyak negara dunia yang membanggakan kebudayaan pribumi dan nasional mereka, kebudayaan yang selain pengembangan dan perluasannya, telah selama ratusan tahun mengasupi umat manusia. Dunia Islam juga tidak terkecualikan dalam hal ini. Akan tetapi di era moderen, dunia Barat dengan menggunakan berbagai sarana modern berusaha memaksakan persamaan dan penyamaan budaya-budaya global. Saya menilai pemaksaan budaya Barat terhadap bangsa-bangsa dan penyepelean kebudayaan independen, sebagai sebuah kekerasan senyap dan sangat merugikan. Penistaan terhadap budaya-budaya kaya dan penghinaan terhadap sisi paling terhormatnya itu terjadi di saat budaya pengganti sama sekali tidak memiliki kapasitas yang memadai. Sebagai contoh, dua faktor keagresifan dan etika kebebasan tanpa batas yang telah berubah menjadi dua elemen utama pembentuk kebudayaan Barat, bahkan telah kehilangan popularitas dan posisinya di tempat kelahirannya. Sekarang pertanyaannya adalah apakah kami berdosa jika kami menolak budaya agresif, amoral dan anti-nilai-nilai? Apakah kami bersalah jika kami mencegah banjir perusakan yang dikemas dalam berbagai produk semi-seni untuk para pemuda kami? Saya tidak menolak urgensi dan nilai-nilai ikatan budaya. Ikatan itu jika terjadi dalam kondisi normal dan dengan penghormatan terhadap masyarakat penerima, akan membawa kemajuan, perkembangan dan kekayaan. Sebaliknya, ikatan yang tidak cocok dan dipaksakan, akan gagal dan justru merugikan. Dengan sangat disayangkan harus saya katakan bahwa kelompok-kelompok tercela seperti ISIS adalah hasil dari transplantasi gagal dengan budaya-budaya impor. Jika masalahnya adalah benar-benar ideologi, maka seharusnya fenomena ini muncul di dunia Islam sebelum era penjajahan, namun sejarah membuktikan yang sebaliknya. Dokumen-dokumen valid sejarah dengan jelas menunjukkan bagaimana pertemuan penjajah dengan sebuah pemimikiran ekstrimis dan tertolak, itu pun dari jantung sebuah kabilah Baduwi, yang menanam benih ekstrimisme di kawasan. Karena jika bukan demikian lalu bagaimana mungkin salah satu agama yang paling berakhlak dan berperikemanusiaan di dunia, yang dalam konteks prinsipnya menilai mengambil satu nyawa sama seperti membunuh seluruh umat manusia, mampu melahirkan sampah seperti ISIS?

Di sisi lain, harus ditanya mengapa orang-orang yang lahir di Eropa dan yang pemikiran dan mental mereka tumbuh di lingkungan tersebut, tertarik pada kelompok jenis ini? Apakah dapat dipercaya bahwa orang-orang yang baru sekali atau dua kali berkunjung ke zona perang, mendadak berubah sedemikian ekstrim hingga menembaki orang-orang satu negaranya? Yang jelas asupan budaya tidak sehat dan lingkungan terpolusi dan yang melahirkan kekerasan jangan sampai dilupakan. Dalam hal ini harus dilakukan analisa komprehensif, sebuah analisa yang mendeteksi berbagai pencemaran nyata dan terselubung dalam masyarakat. Mungkin kebencian mendalam telah tertanam dalam hati satu lapisan masyarakat Barat, selama beberapa tahun era keemasan industri dan ekonomi, akibat berbagai ketimpangan dan terkadang diskriminasi hukum dan struktural, yang telah menciptakan dendam yang terkadang muncul dalam bentuk penyakit seperti ini.

Alhasil, kalianlah yang harus mengupas setiap lapisan lahiriyah masyarakat kalian sendiri, temukan simpul-simpul itu dan musnahkan dendam-dendam. Jurang yang ada, agar tidak semakin mendalam, harus dipulihkan. Kekeliruan besar dalam pemberantasan terorisme adalah reaksi tergesa-gesa yang justru semakin merenggangkan jarak yang ada. Setiap gerakan sensasional dan tergesa-gesa yang membuat masyarakat Muslim Eropa dan Amerika Serikat—yang terdiri dari jutaan manusia aktif dan bertanggungjawab—terisolasi atau khawatir dan gelisah, membuat mereka terhalang dari hak-hak primer mereka lebih dibandingkan masa lalu, serta membuat mereka tersingkir dari kancah sosial, bukan hanya tidak akan menyelesaikan masalah melainkan akan semakin memperlebar jarak dan meningkatkan permusuhan. Langkah-langkah dangkal dan reaktif, apalagi jika didukung hukum, tidak akan menghasilkan apapun kecuali peningkatan polarisasi yang telah ada dan akan membuka pintu bagi berbagai krisis di masa mendatang. Berdasarkan berita-berita yang ada, di sejumlah negara Eropa telah ditetapkan ketentuan yang mendorong warganya untuk memata-matai Muslim. Perilaku ini adalah kezaliman dan kita semua mengetahui bahwa mau tidak mau kezaliman punya potensi menjadi bumerang. Selain itu, warga Muslim tidak patut atas perilaku tidak berterimakasih ini. Dunia Barat telah mengenal umat Muslim selama berabad-abad. Baik pada masa ketika orang-orang Barat menjadi tamu umat Islam dan tergiur oleh kekayaan tuan rumah, maupun pada hari ketika mereka menjadi tuan rumah serta mengambil manfaat dari karya dan pemikiran umat Islam, biasanya mereka tidak menyaksikan hal lain kecuali kasih sayang dan kesabaran. Oleh karena itu saya ingin kalian para pemuda untuk membangun pilar-pilar sebuah interaksi yang benar dan terhormat dengan dunia Islam berdasarkan prinsip penilaian yang benar dan mendalam, serta memanfaatkan berbagai pengalaman pahit. Ketika itulah, di masa yang tidak terlalu jauh, kalian akan menyaksikan, kalian mendirikan sebuah bangunan yang berdiri di atas pondasi seperti itu, yang menjamin kepastian dan kepercayaan para arsiteknya, yang mempersembahkan keamanan dan ketenangan bagi mereka, dan menyalakan pelita harapan bagi masa depan yang cerah di muka bumi.

Sayyid Ali Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menyatakan, partisipasi seluruh lapisan masyarakat Iran dalam pemilu parlemen dan Dewan Ahli Kepemimpinan, 26 Februari mendatang, akan semakin menambah kemuliaan pemerintahan Islam.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Senin (8/2) bertetapan dengan peringatan sumpah setia bersejarah pasukan Angkatan Udara Iran kepada Imam Khomeini, 8 Februari 1979, bertemu dengan staf komandan dan personil Angkatan Udara Iran.

Dalam pertemuan itu Rahbar menuturkan, ketika pemilu diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, Iran dan pemerintahannya akan mulia, serta terlindungi.

Ayatullah Khamenei menjelaskan, pemilu adalah kewajiban bagi seluruh masyarakat Iran dan harus diikuti.

Menurutnya, salah satu masalah mendasar adalah upaya memperkuat pondasi ekonomi negara sehingga musuh tidak dapat memaksakan kehendaknya lewat ekonomi.

"Sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran, kekuatan-kekuatan materialis level atas dunia terus menyerang pemerintahan Islam Iran, namun tidak berhasil meraih tujuannya," ujar Rahbar.

Ayatullah Khamenei juga menyinggung urgensi kewaspadaan rakyat Iran atas konspirasi-konspirasi musuh yang ingin melumpuhkan perekonomian dan kebudayaan Iran.

"Lalai dari musuh bukan suatu kebanggaan, dan ketika musuh menurunkan tensi permusuhannya, maka ia akan menggunakan kedok persahabatan," pungkasnya.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Kritik ini tepat ditujukan kepada Eropa bahwa mereka tidak seperti sebelumnya. Kini Eropa tidak memiliki independensi dihadapan Amerika Serikat dan kelemahan ini harus diperbaiki."

Ayatullah Khamenei Senin (8/2) saat menerima Perdana Menteri Yunani, Alexios Tsipras seraya mengisyaratkan masa lampau gemilang Iran dan Yunani di bidang budaya dan peradaban mengingatkan, lawatan ini dapat menjadi awal yang baik untuk meningkatkan pertukaran dan kerjasama jangka panjang kedua negara.

Ayatullah Khamenei terkait ucapan perdana menteri Yunani soal Suriah mengatakan, "Terorisme sebuah penyakit menular dan sangat berbahaya. Jika ditangani secara serius, terorisme dapat dikendalikan, namun sangat disayangkan sejumlah pihak baik secara langsung atau tidak malah membantu kelompok teroris."

Seraya mengisyaratkan titik persamaan dan kesamaan visi kebijakan Iran dan Yunani, Rahbar menandaskan, "Pemerintah Athena memiliki kebijakan independen dan semoga Yunani mampu menyelesaikan kendala ekonomi serta lawatan delegasi negara ini ke Tehran menjadi peluang bagi pengokohan kepentingan kedua negara."

Sementera itu, Alexios Tsipras kepada Rahbar mengatakan, "Anda pemimpin bangsa besar dan penuh dengan prestasi yang memainkan peran penentu di sejarah serta dalam membela cita-cita dan independensi mereka."

Tsipras menilai lawatannya ke Iran sebagai indikasi tekad politik bersama untuk meningkatkan kerjasama di seluruh sektor. "Lawatan ini titik balik di hubungan kedua negara dan menguntungkan Tehran-Athena," paparnya.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, menilai politik permanen Republik Islam dalam masalah Suriah adalah dukungan untuk perdamaian.

Hal itu dikemukakan Ahad petang (14/2) oleh Rahbar dalam pertemuan dengan John Dramani Mahama, Presiden Ghana, beserta para delegasi tingkat tinggi negara itu di Tehran.

Beliau menegaskan, Iran selalu mengupayakan kepentingan bangsa Suriah dan berpendapat bahwa resep untuk sebuah bangsa tidak dapat ditentukan dari luar negeri.

Ayatullah Khamenei menegaskan, Amerika Serikat dan Eropa tidak dapat mendikte bangsa Suriah dan bahwa rakyat Suriah sendiri yang harus menentukan masa depan mereka.

Seraya mengemukakan pertanyaan soal bagaimana senjata mutakhir dalam jumlah besar dan juga dana dapat dimiliki para teroris, Rahbar mengatakan, "Akar dari semua masalah adalah kekuatan imperialis di mana Amerika Serikat adalah puncaknya dan rezim Zionis sebagai manifestasi angkara."

Beliau menandaskan bahwa solusi krisis Suriah dan penyelesaian berbagai masalah termasuk terorisme dan derita rakyat Palestina, bergantung pada kerjasama lebih erat negara-negara independen.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyinggung perspektif positif dan suportif Iran terhadap perluasan kerjasama dengan negara-negara Afrika sejak awal [kemenangan] Revolusi Islam dan menyatakan, kekuatan-kekuatan imperialis menentang hubungan Iran dengan Afrika dan bahwa mereka (kekuatan imperialis) adalah sumber utama perang, bentrokan dan asupan untuk para teroris.

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menjelaskan, kelompok-kelompok teroris di wilayah Asia Barat dan Afrika adalah didikan dinas intelijen Amerika Serikat, Inggris dan rezim Zionis.

Seraya mengapresiasi perjuangan kemerdekaan sejumlah tokoh Afrika dalam melawan para penjajah, Rahbar menilai para tokoh besar itu telah mengangkat identitas Afrika di tingkat dunia.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menilai partisipasi luas dan penuh kesadaran rakyat Iran dalam pemilu Majelis Syura Islami (parlemen) dan pemilu Dewan Ahli Kepemimpinan Iran sebagai faktor untuk menggagalkan konspirasi musuh.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengungkapkan hal itu dalam pidatonya di hadapan ribuan masyarakat Tabriz dari berbagai kalangan pada Rabu (17/2/2016) menjelang Hari Ulang Tahun Kebangkitan Masyarakat Tabriz, 29 Bahman 1356 Hs (1978).

Ayatullah Khamenei mengatakan, pemilu parlemen dan Dewan Ahli Kepemimpinan Iran yang akan digelar pada tanggal 26 Februari 2016 merupakan simbol kebangkitan rakyat dan pembelaan terhadap pemerintahan, kemerdekaan dan martabat nasional negara ini.

Beliau menegaskan, partisipasi luas dan penuh kesadaran rakyat Iran dalam pemilu akan berseberangan dengan keinginan musuh-musuh negara ini.

"Musuh mengejar realisasi konspirasi yang telah dirancang melalui sebuah program khusus untuk pemilu. Oleh karena itu, rakyat Republik Islam Iran sebagai pemilik negara yang sebenarnya, harus mengetahui sejumlah fakta, sehingga niat jahat ini tidak terealisasi, "ungkapnya.

Rahbar menjelaskan, mencegah penyelenggaraan pemilu di Iran adalah proyek asing sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran, di mana mereka telah melakukan upayanya, namun karena mereka sudah putus asa, maka selama beberapa tahun terakhir ini mereka memfokuskan untuk mempersoalkan pemilu. Mereka, lanjutnya, ingin menanamkan pengaruhnya dalam pemilu di Iran.

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menyebut kebijakan Amerika Serikat dan banyak negara Eropa sebagai kebijakan yang berada di bawah pengaruh dan dominasi jaringan-jaringan Zionis.

Menurut beliau, kinerja AS dalam isu nuklir juga dapat dievaluasi dari konteks tersebut.

Rahbar juga menyinggung pernyataan terbaru seorang pejabat AS terkait dengan upaya untuk mencegah para investor dunia untuk berinvestasi di Iran.

"Statemen seperti ini menunjukkan kedalaman permusuhan AS terhadap rakyat Republik Islam Iran, "tuturnya.

Ayatullah Khamenei juga mengucapkan terimakasih kepada rakyat Iran atas partisipasi luas mereka dalam pawai akbar 22 Bahkan untuk memperingati HUT Kemenangan Revolusi Islam ke-37. Beliau menyebut partisipasi besar rakyat Iran tersebut sebagai tekad kuat, resistensi dan kebangkitan rakyat.

"Dengan karunia Allah Swt, para pemuda Republik Islam Iran akan menyaksikan hari di mana AS dan bahkan lebih besar dari negara ini, tidak akan mampu berbuat apa-apa dalam menghadapi rakyat Iran, "tegasnya.

Di bagian lain pidatonya, Rahbar menegaskan bahwa Ekonomi Muqawama bukan bermakna terbatas masalah dalam negeri Iran saja. Ekonomi Muqawama, kata Ayatullah Khamenei, tumbuh dari dalam dan berkembang ke luar; artinya, jika perekonomian nasional tidak tumbuh dari dalam, maka tidak akan berhasil.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut interaksi ekonomi dengan negara-negara dunia sebagai interaksi yang baik. Namun, katanya, interaksi ini harus cerdas dan hasilnya melahirkan ekonomi dari dalam, di mana untuk mencapai tujuan ini tidak ada jalan lain kecuali resistensi rakyat dan gerakan penuh kesadaran para pejabat. (

Perancis melalui duta besarnya di Tel Aviv secara resmi mengumumkan prakarsanya untuk menggelar konferensi internasional perdamaian Timur Tengah di Paris pada bulan Juni atau Juli mendatang.

Duta Besar Perancis di Israel, Patrick Maisonnave di pertemuannya dengan staf kementerian rezim Zionis memaparkan kepada Tel Aviv prakarsa negaranya untuk menggelar Konferensi Internasional Perdamaian Timur Tengah di Paris. Prakarsa Perancis ini memiliki tiga tahap dan rencananya dalam beberapa hari mendatang Jean-Marc Ayrault, menteri luar negeri baru Perancis akan memberitahu Uni Eropa atas prakarsa Paris tersebut.

Perincian prakarsa ini telah dikirim ke Washington, London, Berlin, Moskow dan negara-negara Eropa serta Arab lainnya. Perancis sebelumnya mengancam jika Israel menolak undangan Paris untuk menggelar Konferensi Internasional Perdamaian ini, maka mereka akan mengakui secara resmi pembentukan negara independen Palestina dengan garis perbatasan 1967.

Prakarsa Perancis memiliki tiga tahap dan mencakup lobi dengan Israel dan Palestina terkait isi gagasan tersebut, penyelenggaraan sidang internasional pendukung perundingan tanpa melibatkan Israel dan Palestina serta pada akhirnya menyelenggarakan konferensi perdamaian di Paris pada bulan Juni.

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu mengkritik prakarsa Perancis untuk menggelar Konferensi Perdamaian Timur Tengah. Netanyahu mengatakan, perundingan langsung dan bilateral dengan Palestina serta tanpa prasyarat merupakan solusi paling mungkin untuk perdamaian di kawasan. Menurut Netanyahu, prakarsa Paris akan mengubah jalur yang ada. Perdana menteri Israel seraya mengabaikan jalur perundingan damai Timur Tengah sejak tahun 1991 hingga kini menuntut dimulainya perundingan dengan Palestina dari awal dan tanpa perantara dunia.

Namun demikian prakarsa Perancis juga merupakan salinan dari gagasan perdamaian Timur Tengah yang dikenal dengan Prakarsa Regan. Presiden Amerika Serikat di dekade 1980, Ronald Regan mengajukan gagasan perdamaian untuk Timur Tengah yang kemudian dikenal dengan Prakarsa Regan. Langkah pertama di gagasan ini adalah menggelar konferensi internasional dengan melibatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) guna mewujudkan perdamaian Arab dan Israel.

Regan dari Partai Republik AS menggantikan Jimmy Carter dari kubu Demokrat yang menorehkan perjanjian damai Camp David dan perdamaian Mesir-Israel bagi kubu Demokrat Amerika. Oleh karena itu, perpanjangan dari perjanjian Camp David yang sebagiannya mencakup perdamaian Palestina dan Israel, prakarsa Regan muncul. Regan pada akhirnya gagal mensukseskan gagasannya dan penggantinya, George Bush kemudian melanjutkan jejak Regan di tahun 1991 dan menjalankannya. Akhirnya ia berhasil menggelar perundingan pertama Arab-Israel di bawah pengawasan dunia internasional dan dengan Amerika Serikat sebagai mediator.

Perundingan Arab-Israel yang mencakup dialog bilateral dan multilateral Palestina-Israel serta PBB dan negara-negara kawasan serta dunia pada akhirnya menemui kegagalan. Sementara perundingan sesi Palestina terhenti di tahun 2009 dengan berkuasanya Benyamin Netanyahu di Israel. Di kondisi seperti ini, prakarsa Perancis merupakan langkah mundur ke era 1980 dan 1990 di mana upaya untuk menyelesaikan pendudukan Palestina dan mengakhiri pendudukan serta arogansi dan kebijakan ekspansif Israel serta pada akhirnya pembentukan negara Palestina tetap juga menemui jalan buntu.

Dan kini di tahun 2016, tragedi kemanusiaan masih saja terus berlangsung di bumi pendudukan.

Perdana Menteri Inggris, David Cameron sebelum sidang para pemimpin Uni Eropa di Brussels menyatakan dirinya tidak akan menerima kesepakatan yang tidak menguntungkan Inggris.

Ia menekankan, pekerjaan yang benar lebih penting dari kecepatannya, oleh karena itu ketika kesepakatan Uni Eropa tidak menguntungkan Inggris, maka ia akan menolak untuk menandatanganinya.

Pertemuan dua hari para pemimpin 28 negara anggota Uni Eropa digelar sejak Kamis (18/2) sore dan rencananya selama sidang, selain dibahas berbagai isu, reformasi yang diinginkan Inggris juga akan dibahas. Sementara itu, Ketua Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker hari Kamis menandaskan, dirinya yakin akan kemampuan Uni Eropa mencapai kesepakatan dengan Inggris dan mencegah keluarnya London dari organisasi ini. Namun menurutnya sejumlah isu lain juga harus diselesaikan.

Jean-Claude Juncker kembali menyuarakan penentangan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Sementara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini di Brussels mengungkapkan rasa optimisnya dan menilai Inggris dan Uni Eropa mampu meraih kesepakatan.

Sidang para pemimpin negara anggota Uni Eropa di Brussels dimulai ketika berbagai isu marak bergulir dan dalam hal ini nasib Inggris di organisasi ini tercatat sebagai isu terpenting. Mungkin atas dasar ini pula, David Cameron sejak setibanya di Brussels langsung menyinggung Uni Eropa dan menekankan tidak akan menerima kesepakatan yang tidak menguntungkan London.

Cameron mengajukan prakarsa reformasinya kepada Uni Eropa terkait empat hal. Perubahan sejumlah undang-undang Uni Eropa termasuk undang-undang migrasi serta sistem pembayaran pekerja migran Eropa, dihentikannya proses merjer politik negara-negara Eropa, pemberitan wewenang lebih kepada parlemen negara anggota Uni Eropa untuk menolak keputusan atau undang-undang yang ditetapkan lembaga Eropa serta diakuinya mata uang Poundsterling di samping Euro.

Sejatinnya Cameron tidak begitu tertarik jika Inggris keluar dari Uni Eropa. Ia menyadari sepenuhnya kerugian bagi Inggris jika hal ini terjadi, khususnya hangusnya jutaan lapangan pekerjaan. Ia menjelaskan bahwa keamanan ekonomi dan keamanan nasional Inggris akan lebih terjamin dengan tetap menjadi anggota Uni Eropa yang telah direformasi.

Namun kini Cameron berada di bawah represi opini publik Inggris dan partainya sendiri. Ia dituding memiliki tuntutan yang sedikit kepada Uni Eropa, padahal menurut pandangan seluruh negara anggota, khususnya negara Eropa Timur, tuntutan Inggris sangat rakus dan diskriminatif.

Namun demikian Cameron berulang kali mengumumkan ingin mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa selama sidang dua hari Brussels sebelum referendum di Inggris terakit masa depan keanggotaan negara ini di Uni Eropa. Sebagaimana hal ini terbukti dengan berbagai lawatan Cameron ke ibukota negara Eropa termasuk Berlin dan Paris untuk meyakinkan pemimpin kedua negara penting Eropa guna menerima syarat bagi kelangsungan keanggotaan London di Uni Eropa.

Di sisi lain, statemen dan sikap terbaru para pemimpin Eropa menunjukkan bahwa di sidang dua hari 18-19 Februari 2016 di Brussels, Cameron harus mempersiapkan dirinya menerima kritikan keras dan sebuah perundingan yang alot. Perdana menteri Inggris untuk pertama kalinya di tahun 2013 menyatakan akan mendukung keanggotaan Inggris di Uni Eropa jiak syarat keanggotaan London diubah.

Apa pun hasil perundingan Inggris di Brussels dengan seluruh pemimpin Eropa, referendum terkait penentuan dan masa depan Inggris di organisasi ini tetap digelar pada tahun 2016.

Sabtu, 20 Februari 2016 05:28

Pemimpin MILF Tekankan Gencatan Senjata

Murad Ibrahim, pemimpin MILF menekankan dijaganya gencatan senjata dan meminta kedua pihak komitmen dengan kesepakatan ini.

Kesepakatan damain yang ditandatangani pemerintah Manila dan MILF pada tahun 2014 dan harapan bagi perdamaian serta rekonsiliasi, sampai kini masih belum ditandatangani majelis Senat Filipina. Sejak tahun 2014 hingga kini, ribuan kali pejabat kedua pihak saling menuding melakukan sabotase dan menghalangi peratifikasian final kesepakatan ini.

Dalam halini, pemerintah Manila dengan posisinya di atas, menuding anasir MILF memiliki hubungan dengan kelompok teroris Takfiri ISIS dan Abu Sayyaf. Mereka berusaha menerapkan represi kepada front ini dengan anggapan kubu tersebut bersedia melakukan fleksibilitas lebih dan kerjasama luas dengan pemerintah.

Realitanya adalah MILF berbeda dengan Front Nasional Moro, memiliki popularitas lebih besar di mata Muslim di wilayah selatan Filipina dan untuk membuktikannya dalam bentuk nyata, kelompok ini untuk menunjukkan keseriusan kerjasama dengan pemerintah Manila telah mengusir banyak anggotanya yang dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok teroris.

Langkah MILF ini sejatinya telah membuka peluang ditandatanganinya kesepakatan damai dengan pemerintah pada tahun 2014. Namun pemerintah, khususnya militer negara ini sampai kini tetap yakin masih ada anasir teroris di front tersebut dan pemimpin MILF harus menunjukkan kejujurannya dengan mengambil langkah jangka panjang.

Landasan diterimanya gencatan senjata selama satu tahun terakhir juga memiliki arti ini, sehingga terbukti bagi pemerintah Manila bahwa MILF melalui transparansi dan penciptaan kepercayaan, berniat menggalang kerjasama dengan pemerintah terkait penentuan batasan otonomi di wilayah selatan.

Namun begitu penangkapan Hassan Indal,salah satu komandan MILF oleh militer Filipina menunjukkan bahwa pemerintah Manila dan militer sampai saat ini masih memiliki keraguan atas kinerja makro front ini. Bahkan Retituto Pedill, juru bicara militer Filipina mengklaim bahwa sejumlah anggota MILF memiliki hubungan dengan anasir kelompok teroris Abu Sayyaf.

Kesepakatan pemerintah Manila dan MILF memperpanjang gencatan senjata hingga Maret 2017 pastinya dapat dicermati dalam masalah ini bahwa pemerintah Filipina ingin perdamaian dan stabilitas serta pembentukan wilayah otonomi Muslim di selatan negara ini.

Sejatinya kedua pihak yang bertikai sejak awal merilis statemen dan kemudian dengan menerima perpanjangan gencatan senjata telah menunjukkan tujuan serius mereka memerangi anasir teroris. Dengan mengedepankan rasa persaudaraan dan menerima isi kesepakatan damai 2014, mereka dapat mengakhiri bentrokan selama beberapa dekade, instabilitas, dan kekacauan serta memikirkan untuk meraih prestasi sebuah kesepakatan damai yang baik.

Sejumlah pengamat dengan mencermati berakhirnya periode kepemimpinan Benigno Aquino, yakin bahwa Aquino akan berusaha menjadikan draf Undang-undang Asas Bangsamoro (BBL) yang menjadi jaminan perdamaian, rekonsiliasi dan stabilitas di wilayah selatan negaranya berhasil diratifikasi sempai final di periode tersisa dari kepemimpinannya di Filipina.

Kementerian Luar Negeri Rusia, menyatakan bahwa pembicaraan bilateral hari Jumat (19/2/2016) antara Moskow dan Washington membahas masalah gencatan senjata di Suriah dan perang bersama dengan ISIS dan Front al-Nusra.

Seperti dlansir Reuters, juru bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova mengkonfirmasi pembicaraan kedua pihak di Jenewa, Swiss untuk mendiskusikan kerjasama Rusia dan Amerika Serikat di Suriah.

"Para pejabat Moskow dan Washington berbicara tentang cara-cara menciptakan gencatan senjata di Suriah dan perang bersama dengan kelompok teroris ISIS dan Front al-Nusra," ujarnya.

AS sejauh ini belum memberi pandangan dalam masalah tersebut, tapi ini pertama kalinya kedua negara berbicara tentang kerjasama militer di Suriah.

Zakharova juga menyinggung soal permintaan pemberontak Suriah untuk menghentikan serangan udara dan menegaskan bahwa kampanye udara terhadap teroris akan terus berlanjut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyatakan bahwa pasukan pemerintah Sudan Selatan kemungkinan mengambil bagian dalam serangan ke sebuah kamp pengungsi milik organisasi itu.

Menurut laporan Africa Time, Komisioner Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi pada Jumat (19/2/2016) mengumumkan bahwa militer Sudan Selatan kemungkinan terlibat dalam serangan Rabu lalu ke kamp pengungsi PBB di daerah Malakal.

Serangan itu sedikitnya menewaskan 18 warga sipil dan melukai lebih dari 90 lainnya.

Juru bicara UNHCR, Andreas Needham mengatakan bahwa sedikitnya 26.000 orang dari 48.000 pengungsi yang berlindung di kamp tersebut telah melarikan diri setelah serangan terjadi.

Sudan Selatan merdeka pada Juli 2011, namun terjebak dalam perang saudara sejak 15 Desember 2013. Pertikaian internal telah menciptakan kejahatan luas di negara tersebut.