Berdoalah dengan Rendah Hati

Rate this item
(0 votes)
Berdoalah dengan Rendah Hati

 

Sa’ad bin Waqqas adalah sahabat Nabi saw. Ia berusia

panjang sepeninggal Nabi. Pada hari-hari terakhir

hidupnya, ia buta dan tinggal di Makkah. Ia sering

didatangi orang yang meminta berkah. Tidak semua orang

ia berkati. Tapi orang yang diberkati selalu berhasil

memperoleh hajatnya atau menyelesaikan urusannya.

Abdullah bin Sa’ad meriwayatkan kepada kita: “Aku

mengunjungi dia. Ia selalu baik padaku dan selalu

mendoakan aku. Karena aku anak yang selalu ingin tahu,

aku bertanya kepadanya: Doa Tuan untuk orang lain

tampaknya selalu diijabah. Mengapa Tuan tidak berdoa

agar disembuhkan dari kebutaan Tuan? Orang tua itu

menjawab: Pasrah kepada kehendak Allah jauh lebih baik

dari kenikmatan karena bisa melihat.”

Kisah dari khazanah Islam di atas dikutip oleh dokter

Larry Dossey, sebelum ia mengutip perkembangan

penelitian tentang efek doa bagi kesembuhan. Ia

menyebut doa sebagai “the healing words”, kata-kata

yang menyembuhkan. Berbagai penelitian kedokteran

tentang efek doa dilaporkan Dossey dalam bukunya

Healing Words: The Power of Prayer and the Practice of

Medicine.

Tapi tidak setiap doa mujarab. Psikolog LeShan

memperkirakan hanya sekitar 20 persen saja sembuh

karena doa. George Bernard Shaw, pujangga Inggris,

melihat tumpukan kursi roda dan penyangga kaki di

Lourdes. Seperti Anda ketahui, Notre Dame de Lourdes

adalah kota kecil di Haute Pyrennees, Perancis yang

dikunjungi ribuan orang setiap tahun. Mereka datang ke

kota itu untuk memperoleh kesembuhan dari penyakitnya.

Menurut Shaw, Lourdes bukan kota yang menunjukkan kuasa

Allah, tapi kota yang menghujat Allah. Mengapa di situ

tidak ada tumpukan satu kaki kayu, kaca mata, dan wig?

Artinya, Tuhan tidak dapat menyembuhkan orang yang

pincang, penderita myopia atau hiperopia –rabun jauh

atau rabun dekat- dan orang-orang botak. Artinya, ada

penyakit yang tidak mampu disembuhkan Tuhan. Kota itu

menghujat Tuhan, kata Shaw.

Baik Shaw maupun LeShan keliru. Doa bukan panacea yang

menyembuhkan segala penyakit. Bandingkan dengan

penicillin. Penicillin sangat mujarab untuk sakit

tenggorokan, tapi tidak ada gunanya untuk mengobati

tuberkulosis. Sekiranya penicillin digunakan untuk

semua infeksi, paling tinggi ia hanya efektif sekitar

20 persen saja.

Mungkin Anda berkata, jangan bandingkan penicillin

dengan karya Tuhan. Bukankah doa berhubungan dengan

Yang Mahakuasa? Mestinya Tuhan dapat menyembuhkan semua

penyakit? Doa bukan hanya melibatkan kekuasaan Tuhan

yang menerima doa. Doa juga menyangkut sifat-sifat

makhluk yang berdoa. Bisa jadi doa tidak dijawab bukan

karena Tuhan tidak berkuasa, tapi karena pendoa tidak

benar dalam berdoa. Hasil doa adalah akibat dari

interaksi Khaliq dengan makhluk. Doa gagal bukan karena

doanya, tapi karena pendoanya, not of prayer but of the

pray-er .

Bisa jadi juga doa tidak dikabulkan karena ada

kebijakan ilahi di dalamnya. Tentara Amerika berdoa

ketika menyerbu Iraq, dan tentara Iraq berdoa ketika

menahan serangan Amerika. Jika Tuhan mengabulkan

keduanya, apa yang akan terjadi? Ada lima orang calon

Presiden. Semuanya berdoa ingin menang dalam pemilu.

Pernah milyaran orang berdoa ingin dipanjangkan umurnya

pada ranjang kematiaannya. Bayangkan kalau semua doa

itu diijabah? Dunia ini pasti kacau balau. Bumi akan

penuh sesak, karena tidak satu pun orang mati. Kalau

doa semua yang sakit dikabulkan, seluruh rumah sakit

tutup dan ilmu kedokteran bangkrut.

C.S Lewis, novelis dari Irlandia, menulis, “Jika Tuhan

mengabulkan semua doaku yang tolol sepanjang hidupku,

aku tidak tahu di mana aku sekarang?” Kenangkan doa-doa

kita dahulu. Sekarang kita tahu betapa bijaknya Tuhan,

karena Dia tidak menjawab semua doa kita. Guru saya,

dosen Unpad, pernah ditolak sebagai pegawai yang

dikirim ke Australia untuk training selama tiga bulan.

Ia meradang karena doanya pada waktu salat malam tidak

diterima Tuhan. Almarhum Guru saya itu memang tidak

jadi ke Australia, karena Tuhan kemudian mengirimkannya

ke Amerika. Sekiranya waktu itu doanya dikabulkan, ia

tidak akan menjadi guru besar di Unpad. Mungkin ia

hanya pensiunan pegawai RRI seperti kawan-kawannya yang

berhasil ke Australia.

Karena itu berdoalah dengan rendah hati, seperti yang

kita ucapkan dalam doa hajat: Tuhanku, jangan

Kautinggalkan aku di sini dengan dosa kecuali

Kauampuni, dengan aib kecuali Kaututupi, dengan rezeki

kecuali Kauluaskan, dengan penyakit kecuali

Kausembuhkan. Dan penuhi keperluanku itu jika ia

mendatangkan kebaikan kepadaku dan memperoleh ridoMu!.

Read 601 times