کمالوندی

کمالوندی

 

Al Hashd al Shaabi berhasil menggagalkan plot teror kelompok teroris Daesh untuk menargetkan peziarah Arbain Imam Hussein di provinsi Babil.

Menurut saluran TV Al-Etejah Irak, Mohammad al-Ashour, Komandan Brigade Ashura Al-Hashd  al-Shaabi hari Rabu (22/9/2021) mengumumkan keberhasilannya menggagalkan operasi infiltrasi Daesh untuk menargetkan peziarah Arbain Husseini di Jurf al-Nasr, wilayah utara Babil.

Mohammad al-Ashour menambahkan, setelah menerima informasi akurat, kelompok penembak jitu memasuki area penyusupan teroris dan melakukan operasi intensif untuk membersihkan area tersebut.

Pasukan Al-Hashd al Shaabi bersiaga dan sepenuhnya siap untuk mencegah setiap gerakan dan infiltrasi teroris ke kota Karbala.

Tanggal 20 Safar 1443 H (27 September 2021) diperingati sebagai hari Arbain kesyahidan Imam Husein bersama para sahabat setianya yang gugur di gurun Karbala.

 

Pekan Pertahanan Suci ke-41 telah dimulai pada hari Rabu, 31 Shahrivar 1400 HS atau 22 September 2021. Organisasi Basij Republik Islam Iran dan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menggelar parade Angkatan Laut yang melibatkan ratusan perahu dan kapal peluncur rudal di Perairan Teluk Persia untuk menandai dimulainya pekan tersebut.

Pekan Pertahanan Suci dimulai pada tanggal 31 Shahrivar (22 September). Tanggal 31 Shahrivar 1359 Hs, yang bertepatan dengan 22 September 1980 merupakan momentum penting dalam sejarah Iran. Pasalnya, tanggal tersebut merupakan awal dimulainya Perang Pertahanan Suci (perang yang dipaksakan rezim Baath Irak terhadap Iran selama delapan tahun).

Perang ini merupakan yang terpanjang dalam sejarah perang klasik di abad ke-20, dan perang terlama setelah perang Vietnam. Setelah delapan tahun berlalu, perang yang menelan korban jiwa dan kerugian material yang besar ini, berakhir pada bulan Mordad 1367 Hs, yang bertepatan dengan Agustus 1988.

Parade militer laut di Perairan Teluk Persia  digelar untuk memperingati perjuangan para pahlawan perang delapan tahun melawan pasukan Baath Irak dan para pendukungnya.

Parade tersebut dimulai di pelabuhan Shahid Haghani, pusat Provinsi Hormozgan, bersamaan dengan manuver unit-unit terlatih di distrik-distrik pesisir pantai Iran seperti Parsian, Bandar Lengeh, Minab, Ghesm dan Kish.

Perang Pertahanan Suci sebenarnya adalah perang antara Iran dan Barat. Perang yang dipaksakan rezim Saddam Irak terhadap Iran ini dimulai kurang dari setahun setelah kemenangan Revolusi Islam 1979, yang menggulingkan rezim Pahlavi, rezim yang didukung penuh oleh Amerika Serikat.

Selama agresi militer ke Iran, Irak didukung penuh, baik secara militer maupun psikologis, oleh AS dan sekutunya. Para pendukung Saddam juga mencegah akses Iran ke peralatan pertahanan dari luar negeri.

Perang Irak-Iran adalah perang terpanjang  pada abad ke-20, namun pejabat senior militer Iran mengatakan bahwa peristiwa itu menandai awal kemandirian negara mereka di sektor pertahanan.

Perang panjang yang dipaksakan oleh rezim Baath Irak telah mengajarkan kepada bangsa Iran bahwa mereka tidak dapat mencapai keamanan selama mereka tetap bergantung pada senjata asing.

Dalam perang, pemenang adalah yang terkuat, namun yang mengejutkan, di perang Pertahanan Suci, sebuah bangsa yang tidak siap, berhasil memenangkan peperangan luas.

 

Sejumlah anggota Kongres Amerika Serikat menuntut penghapusan bantuan dana untuk kubah besi rezim Zionis Israel senilai 1 miliar dolar AS dari undang-undang terkait anggaran pertahanan.

Hal ini menunjukkan bahwa bantuan darurat AS untuk rezim Zionis Israel akan mengalami penundaan selama beberapa bulan.
 
Dikutip Fars News, Rabu (22/9/2021), setelah diprotes oleh sekelompok anggota Kongres, bantuan darurat senilai satu miliar dolar AS atas Israel untuk melengkapi sistem peluncur, dan pelacak sistem pertahanan rudal kubah besi, akan ditunda untuk beberapa bulan.
 
Sejumlah anggota Kongres mengancam jika anggaran pertahanan AS mencakup bantuan darurat untuk kubah besi Israel, maka mereka tidak akan memberikan suaranya.
 
Dengan adanya penolakan anggota Kongres, bagian dari undang-undang anggaran pertahanan AS ini dihapus, dan akan dibahas pada pembahasan anggaran berikutnya beberapa bulan ke depan.
 
Penghapusan poin tentang bantuan atas kubah besi Israel, berarti penundaan penyaluran bantuan tambahan yang cukup besar ke Israel, dan hal ini sangat jarang terjadi. 

 

Pejabat tinggi Departemen Luar Negeri AS mengatakan pertemuan Rabu antara para pemimpin Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan Inggris tidak akan diadakan di markas besar PBB di New York.

Media AS, Hill hari Selasa (21/9/2021) melaporkan, para pejabat AS mengumumkan pembatalan KTT AS, Prancis, Jerman dan Inggris.

"Saya pikir program tingkat menteri mencegah pertemuan ini. Tetapi banyak pejabat dari negara-negara ini akan bertemu dengan cara lain," kata seorang pejabat senior deplu AS.

Pejabat deplu AS ini tidak secara khusus menyinggung alasannya, tapi media AS mengaitkan pembatalan ini dengan perselisihan diplomatik yang tidak biasa baru-baru ini antara Amerika Serikat dan Prancis sebagai alasan pembatalan tersebut.

Seorang pejabat senior pemerintahan Joe Biden kepada wartawan pada hari Senin mengatakan bahwa presiden AS berharap bisa berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk membahas jalan ke depan serta komitmen mendalamnya terhadap aliansi AS dan Prancis.

Pemerintah Prancis sebelumnya secara terbuka menyatakan ketidakpuasan dengan pengumuman aliansi tripartit antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia, yang menyebabkan pembatalan kontrak 56 miliar euro oleh perusahaan Prancis dengan pemerintah Australia untuk membangun kapal selam.

 

Bentrokan lanjutan antara pasukan militer Myanmar dan kelompok oposisi dan militan di negara itu telah menyebabkan banyak orang mencari perlindungan di kota-kota perbatasan India.

Sebagian besar penduduk Myanmar di dekat perbatasan India hari Rabu melarikan diri meninggalkan negaranya.

Sekitar 10 ribu orang yang tinggal di Thantlang di Negara Bagian Chin, melarikan diri dan mencari perlindungan di daerah sekitar termasuk di India.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak pemerintah yang dipimpin oleh pemimpin pro-demokrasi Aung San Suu Kyi digulingkan oleh militer pada 1 Februari 2021.

Kepala kelompok hak asasi manusia di India mengatakan sebanyak 5.500 warga Myanmar telah memasuki dua daerah di negaranya sejak pekan lalu untuk menghindari aksi represif militer negaranya.

Myanmar menghadapi ketegangan dan tantangan baru setelah kudeta militer 1 Februari 2021.

Selain keprihatinan rakyat negeri ini, situasinya jauh lebih sulit bagi ras minoritas seperti Muslim Rohingya yang terpaksa mengungsi ke negara tetangga dan terus hidup dengan harapan bantuan kemanusiaan.

Selasa, 21 September 2021 19:46

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (5)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengupas kehidupan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as. Beliau dikenal penyabar, takwa, dan tidak memiliki kecenderungan terhadap kehidupan duniawi serta bertawakal kepada Allah swt. Kehidupan Siti Hajar menjadi contah dari orang paling mulia menurut al-Quran dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu”. Kali ini kita akan menelisik kisah Ratu Saba dalam kisah al-Quran. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Al-Quran memberikan perhatian besar terhadap perempuan, bahkan menamai salah satu suratnya dengan nama “Nisa” yang berarti para wanita. Islam memandang perempuan dan laki-laki diciptakan dari hakikat yang satu. Etnis, suku, bangsa, warna kulit juga gender bukan keutamaan antara satu dengan yang lain.Tapi hanya ketakwaanlah yang menjadikan seseorang, baik laki-laki maupun perempuan lebih utama dibandingkan yang lain. Berbagai cerita dalam al-Quran menjelaskan tentang wanita-wanita mulia salah satunya adalah Ratu Bilqis yang menjadi penguasa kerajaan Saba.

 

Suatu hari burung Hud-hud mengirimkan pesan kepada Nabi Sulaiman as, yang menjadi raja bagi Jin dan manusia serta memahami bahasa binatang. Dalam pesannya, Hud Hud mengabarkan adanya sebuah kerajaan bernama Saba yang dipimpin oleh seorang ratu yang adil, dan mereka menyembah matahari. Hud-hud melanjutkan, “Setan menjadikan perbuatan mereka tampak indah, sehingga mereka tidak berada di jalan Tuhan. Itulah sebabnya mereka tidak mendapat petunjuk.”

 

Nabi Sulaiman mendengarkan cerita Hud-hud hingga selesai. Lalu beliau berkata, “Berikan surat ini kepada mereka. Kemudian berhentilah untuk melihat reaksi mereka terhadap surat itu. Setelah itu kembalilah !” Burung Hud-hud membawa surat dari Nabi Sulaiman dan memberikannya kepada Ratu Bilqis. Penguasa kerajaan Saba itu heran, lalu membaca surat yang dibawa Hud-hud.

 

Ratu Bilqis dengan teliti membaca surat dari Nabi Sulaiman. Ia memanggil penasehatnya, seraya berkata, “Surat sangat bernilai datang padaku. Surat ini dari Sulaiman yang diawali dengan kalimat, “Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Bilqis dengan bijak menyikapi masalah tersebut. Kemudian melanjutkan membaca surat itu untuk para pejabat tinggi kerajaan. Nabi Sulaiman dalam suratnya menulis,“Saran saya jangan membanggakan diri, mari terimalah kebenaran.” Sebagaimana diketahui, selain seorang raja, Sulaiman juga merupakan seorang Nabi yang diutus oleh Allah swt untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada umat manusia.

 

Ratu Bilqis terdiam. Dengan bijak merenungkan isi surat itu. Sebagai penguasa Saba tidak tampak sedikitpun perasaan rendah diri. Dengan bijak ia memanggil seluruh pejabat teras istana. Ratu Bilqis berkata, “Wahai para pejabat kerajaan bagaimana pendapat kalian menyikapi surat penting ini. Selama ini tidak ada keputusan penting yang saya ambil tanpa kehadiran kalian.”

 

Para pejabat tinggi Saba menyatakan bahwa kerajaannya memiliki kekuatan militer yang besar. “Tapi terserah Anda wahai Ratu, keputusan apa yang akan diambil, kami akan mematuhinya,” tutur seorang pejabat Saba. Ratu Bilqis mengungkapkan pandangannya yang menentang perang. Baginya perang tidak menghasilkan apapun kecuali kehancuran dan kebinasaan. Kota-kota hancur dan rakyat banyak yang mati. Untuk itu, Ratu Bilqis menolak perang sebagai solusi dan mendahulukan damai. Bilqis menuturkan, “Saya akan mengirimkan hadiah berharga kepada mereka dan kita lihat apa pesan dari utusan kita yang pergi ke sana.”

 

Cerita ini diabadikan dalam Al-Quran surat an-Naml ayat 36-37, “Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina".

 

Nabi Sulaiman ingin menunjukkan mujizat ilahi kepada Ratu Bilqis untuk membuktikan bahwa dirinya adalah Nabi Allah swt yang diutus sebagai pemberi petunjuk bagi umat manusia. Raja sekaligus Nabi itu memanggil seluruh pejabat istana dan menanyakan siapa yang sanggup membawa singgasana Ratu Bilqis ke hadapannya. Di antara yang hadir, jin Ifrit menyatakan bahwa dirinya bisa membawa singgasana Ratu Bilqis ke hadapan Nabi Sulaiman sebelum beliau berdiri dari tempat duduknya. Tapi, ada orang yang menyanggupi lebih cepat dari Ifrit, yaitu orang yang memiliki ilmu dari Al Kitab.

 

Al-Quran merekam percakapan Nabi Sulaiman dengan para pejabatnya. Dalam surat an-Naml ayat 38 dan 38, Allah swt berfirman, “Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".

 

Benar saja, dalam hitungan kedipan mata singgasana Ratu Bilqis telah berada di hadapan Nabi Sulaiman. Al-Quran menjelaskan dengan baik sikap Nabi Sulaiman mengenai peristiwa ini. Allah swt dalam surat an-Naml ayat 40 berfirman, “...Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". 

 

Sulaiman berharap dengan dipindahkan singgasana kerajaan Saba, Ratu Bilqis menyaksikan mujizat ilahi dan hakikat kenabian dirinya. Sulaiman berkata, “Ubahlah singgasananya; maka kita akan melihat apakah Ratu Bilqis mengenalnya atau tidak ?". Allamah Thabatabai, mufasir kontemporer Iran menyatakan bahwa maksud Nabi Sulaeman mengubah singgasana Ratu Bilqis adalah untuk menguji kecerdasan penguasa Saba itu, apakah ia mengenalnya atau tidak?

 

Ketika Ratu Saba memasuki kerajaan Sulaeman, Nabi Allah itu memberi isyarat ke arah singgana, seraya berkata, “Apakah ini singgasanamu ?” Ratu Bilqis menjawab, “Pertama kali saya melihatnya tidak percaya. Sebab singgasana ini berada di negeri Saba.Tapi setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, saya percaya ini singgasana saya.”  Bilqis sadar, singgasananya tiba lebih cepat dari dirinya dengan jalan yang tidak biasa. Melihat keajaiban itu, Ratu Bilqis menerima kebenaran dan mengakui Sulaiman sebagai Nabi Allah. Al-Quran surat an-Naml ayat 42 dan 43, mengabadikannya, “Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri". Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.” 

 

Berbeda dengan Firaun yang menyaksikan mukjizat Nabi Musa as, tapi justru semakin hari kekafirannya kian membesar. Ratu Bilqis menerima kebenaran dan bertaubat atas kekafirannya selama ini.(IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian kelima. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

 

 

 

Selasa, 21 September 2021 19:44

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (4)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengupas keagungan iman, serta ketinggian akhlak Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim as. Kali ini kita akan membahas salah seorang perempuan teladan lainnya yang dijelaskan dalam al-Quran dan sejarah Islam yaitu Siti Hajar. Beliau menjadi contoh orang-orang yang menang dengan kesabaran dan ketakwaannya sebagaimana dalam al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Sepanjang sejarah muncul perempuan-perempuan teladan, salah satunya adalah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as. Beliau adalah ibu dari Nabi Ismail as. Sejak kecil beliau hidup sebagai seorang budak perempuan di istana, dan beliau dalam kehidupannya tidak memiliki kecenderungan untuk hidup mewah bergelimang harta. Sebab hidupnya senantiasa didedikasikan untuk pertumbuhan dan perkembangan spiritualnya. Untuk itu, keindahan dunia tidak menarik baginya. Hajar menilai kemewahan dunia sebagai penghalang baginya untuk mencapai kesempurnaan spiritual. Kebersamaan dalam keluarga Nabi Ibrahim as bagi Hajar merupakan peluang emas untuk mengarungi lebih dalam kehidupan maknawi.

 

Siti Hajar merupakan seorang perempuan yang bertakwa. Meskipun fisiknya seorang budak kulit hitam yang dihadiahkan seorang penguasa Mesir kepada Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim, tapi dalam dirinya melimpah keluhuran akhlak dan ketinggian spiritual. Inilah alasan mengapa Siti Sarah yang khawatir suaminya tidak memiliki keturunan dari perkawinan mereka, mengusulkan untuk menikahi Siti Hajar. Ketakwaan dan keutamaan akhlak Siti Hajar membuat Nabi Ibrahim mempertimbangkan usulan istrinya. Kemudian Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar dan kemudian perempuan Mesir itu tidak lagi menjadi budak, tapi istri seorang Nabi yang mengemban tanggung jawab menyebarkan ajaran agama ilahi kepada umat manusia.

 

Allah swt mewahyukan kepada Ibrahim untuk membawa istrinya Siti Hajar dan putranya Ismail yang masih kecil keluar dari Syam. Ibrahim berkata, “Tuhanku kemana harus pergi ?” Allah menjawab dan memerintahkan istri dan anaknya pergi menuju Mekah. Kemudian, Nabi Ibrahim as menyampaikan wahyu yang diterimanya supaya mereka berdua tinggal di tempat yang diperintahkan Allah swt. Siti Hajar menerima dengan ikhlas perintah Allah swt, meski harus meninggalkan daerah yang subur menuju daerah yang kering-kerontang. Bagi Hajar perintah Allah swt harus ditaati meski harus dijalani dengan kesulitan. Mendengar jawaban istrinya, Nabi Ibrahim senang karena Siti Hajar terbukti sebagai perempuan yang bertakwa kepada Allah swt.

 

Ketika sampai di Mekah, terdapat sebuah pohon. Hajar menatap Nabi Ibrahim, lalu berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau akan membiarkan istri dan anakmu hidup di daerah kering tanpa air, tanpa tumbuhan ?” Nabi Ibrahim menjawab, “Allah memerintahkanku untuk membawa kalian ke tempat ini. Percayalah Allah pasti akan memberikan solusi untuk masalah yang kalian alami”. Setelah mengatakan itu, Nabi Ibrahim menengadahkan tangan dan berdoa untuk istri dan anaknya yang masih bayi. Lalu mereka berpamitan dan berpisah dengan penuh kesedihan.

 

Al-Quran dalam surat Ibrahim ayat 37 mengabadikan doa Nabi Ibrahim kepada Allah swt. “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

 

Siti Hajar dan Ismail tinggal di tanah wahyu Mekah. Ketika itu daerah tersebut kering tanpa air dan tumbuhan. Meski demikian Hajar tetap yakin kepada janji Allah swt. Suatu hari, Ismail kehausan, lalu Hajar mencari air. Ia pergi berlari menuju bukit Shafa dengan harapan akan mendapatkan air, tetapi hanya batu dan pasir  yang ada di sana. Kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah, dan larilah ia ke tempat itu, namun ternyata hanya fatamorgana belaka dan kembalilah Hajar ke bukit Shafa. Hajar bolak-balik berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah untuk menemukan air.

 

Secara tiba-tiba terjadi keajaiban, tanah yang diinjak di bawah telapak kaki Ismail memancarkan air yang kemudian disebut “air zam zam”. Mata air zam-zam memberikan berkah bukan hanya bagi Hajar dan Ismail, tapi warga jazirah Arab yang mulai mendatanginya dan tinggal di sekitar sumber air itu hingga beranak-pinak. Hingga kini mata air itu setelah ribuan tahun berlalu masih memancarkan air.

 

Suatu hari Ibrahim datang menjenguk anak dan istrinya yang berada di tempat baru. Nabi Allah ini tampak senang melihat terjadinya keajaiban yang menimpa keluarganya itu. Beliau semakin yakin janji Allah pasti terjadi. Ketika Ismail remaja, Allah swt memerintahkan Ibrahim membangun Kabah bersama anaknya. Terkait hal ini, Imam Shadiq berkata, “...Ibrahim tengah sibuk membangun Kabah, dengan bantuan Ismail yang membawa batu dari bukit Dzi Tuwa... setelah Ibrahim dan Ismail selesai membangun Kabah, Hajar menutupinya dengan Abaya... mereka hidup di bawah lindungan Kabah...”

 

Siti hajar memiliki keluhuran akhlak. Beliau dikenal penyabar, takwa, dan tidak memiliki kecenderungan terhadap kehidupan duniawi serta bertawakal kepada Allah swt. Untuk itulah Hajar bisa hidup jauh dari suami dalam kondisi yang sulit bersama anaknya yang masih kecil.

 

Bersama suaminya Nabi Ibrahim yang menyusul ke Mekah, Siti Hajar membesarkan Ismail yang kelak menjadi Nabi Allah sebagai penerus ayahnya menyebarkan ajaran ilahi kepada umat manusia. Ketika Ismail berusia 13 tahun, keikhlasan Hajar dan putranya kembali diuji. Ketika Allah swt mewahyukan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Hajar dan Ismail menaati perintah ilahi itu. Kemudian, Allah mengganti Ismail yang siap disembelih dengan seekor kambing. Hari pengorbanan mereka dikenang sebagai peristiwa “Hari Raya Qurban” yang merupakan puncak ibadah haji. Mereka adalah contoh orang-orang yang menang dengan kesabarannya.

 

Al-Quran surat as-Saffat ayat 102 mengabadikan peristiwa besar ini, “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

 

Hajar hijrah dari Mesir ke Palestina, dan dari tempat itu ia kembali hijrah ke Mekah bersama anaknya Ismail dengan menempuh berbagai rintangan dan penderitaan. Ketawakalan dan ketakwaan mereka dalam menjalani ujian dari Allah swt diabadikan dalam  bentuk ibadah Sai, sebagai rukun ibadah haji yang dilaksanakan jutaan muslim dari segenap penjuru dunia setia tahun. Kehidupan Siti Hajar menjadi contah dari orang paling mulia menurut al-Quran dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu”.(IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian keempat. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

Selasa, 21 September 2021 19:41

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (3)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah membahas peran gemilang perempuan sejak awal kedatangan Islam. Agama ilahi ini telah memberikan ruang bagi perempuan untuk aktif di ranah sosial dan politik. Sementara itu, perempuan di Barat hanya diperbolehkan terjun di ranah politik baru dimulai sekitar abad kedua puluhan. Latar sejarah ini menunjukkan dukungan besar Islam terhadap peran aktif perempuan di tengah masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Salah satu perempuan teladan yang dijelaskan dalam al-Quran dan sejarah Islam tentang keagungan keimanan dan ketakwaan, serta ketinggian akhlaknya adalah Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim as. Beliau lahir 3361 tahun setelah Nabi Adam as, dan 2855 tahun sebelum Nabi Muhammad Saw di daerah pegunungan Babel, Irak. Ayahnya Lahej dan ibunya adalah bibi Nabi Ibrahim as. Siti Sarah menikah dengan Nabi Ibrahim di usia ke-36 dan hingga akhir hayatnya hidup bersama sang suami.

 

Sarah merupakan wanita kaya raya di zamannya. Dia memiliki ladang dan kebun yang luas serta ternah yang banyak. Namun setelah menikah, seluruh harta kekayaannya diserahkan kepada Nabi Ibrahim untuk dipergunakan di jalan Allah swt. Meskipun hidup di era jahiliyah yang menyembah berhala, namun sejak remaja ia telah memalingkan diri dari tuhan buatan itu. Bersama saudaranya, Luth, Sarah meyakini kenabian Ibrahim dan beriman kepada Allah swt.

 

Sarah memiliki keluhuran akhlak dan ketinggian spiritual. Salah satu keutamaan sifat Siti Sarah adalah kesabaran dan keridhaannya kepada Allah swt. Selain itu, Sarah juga dikenal dengan ketawakalan dan keikhlasannya. Sebelum menikah dengan Nabi Ibrahim, ia hidup sangat berkecukupan dengan harta yang melimpah. Tapi setelah menikah dengan Nabi Ibrahim, Sarah dengan kesabaran menjalani kehidupan yang penuh kesulitan. Dengan tawakal dan ikhlas, Sarah menerima kondisi yang menimpa kehidupannya. Tidak diragukan lagi, keimanannya yang kokoh kepada Allah swt menyebabkan Sarah mampu menjalani kehidupan yang sulit bersama Nabi Ibrahim.

 

Ketika Nabi Ibrahim diceburkan ke dalam kobaran api, Siti Sarah berdoa supaya Allah swt menyelamatkan utusan-Nya itu. Dan doanya terkabul, api itu dingin atas perintah Allah swt. Setelah peristiwa itu, kaum musyrik mengusir Nabi Ibrahim, Siti Sarah dan Luth. Akhirnya mereka berjalan menuju Syam. Demi menyebarkan ajaran Allah swt, Sarah bersama suami dan saudaranya mengalami penderitaan diusir oleh penduduk satu daerahnya setelah sekian tahun berada di tanah kelahirannya itu. 

 

Nama Sarah termasuk dalam jajaran perempuan besar yang pernah ada dalam sejarah Islam, bahkan dunia. Berbagai riwayat menunjukkan ketika Sayidah Fatimah, putri Rasulullah Saw lahir, empat perempuan agung hadir menemaninya. Keempat perempuan itu adalah Siti Sarah, Siti Asyiah istri Firaun, Siti Kultsum saudari Nabi Musa, dan Siti Maryam ibu Nabi Isa. Keempat perempuan itu atas perintah Allah swt hadir di hadapan Siti khadijah untuk membantu persalinan sayidah Fatimah. Dari keempat perempuan itu, Sarah menjadi wakil mereka. Ia berbicara kepada Khadijah, “Jangan berduka, kami diutus oleh Allah swt untuk membantu persalinanmu. Saya Sarah, ini Asyiah yang akan menjadi temanmu di Surga, ini Maryam putri Imran dan yang ketiga Kultsum saudari Musa.”

 

Kemuliaan para wanita agung ini tiada bandingannya. Meskipun dikarunia keanggunan dan kecantikan fisik, seperti Sarah misalnya, meskipun demikian tidak pernah menampakkannya kepada selain muhrimnya. Dengan hijab yang sempurna beliau hadir di tengah masyarakat. Selain itu, Sarah juga dikenal dengan pengabdiannya yang tulus dan pemaaf.

 

Setelah menikah bertahun-tahun dengan Nabi Ibrahim, keduanya tidak dikarunia anak. Dengan pengabdiannya, Sarah mengusulkan kepada suaminya untuk menikahi seorang budak perempuan yang beriman dan bertakwa bernama Hajar, supaya Nabi Ibrahim memperoleh keturunan yang akan melanjutkan  perjuangannya menyebarkan ajaran Allah swt. Dari pernikahan Nabi Ibrahim dengan Siti Hajar dikarunia putra bernama Ismail yang kelak menjadi Nabi. 

 

Sarah menjadi istri yang setia bagi suaminya. Setelah bertahun-tahun mendampingi Nabi Ibrahim dalam suka dan duka, akhirnya mereka dikarunia seorang putra bernama Ishaq yang kelak menjadi Nabi. Mereka dikarunia keturunan yang merupakan mukjizat dari Allah swt, sebab secara medis, Siti Sarah yang sudah berusia 90 tahun ketika itu tidak mungkin mengandung dan memiliki keturunan.

 

Nabi Ibrahim dan Siti Sarah merupakan sosok yang sangat ramah dan melayani tamu. Bersama suaminya, Sarah menemani tamu ketika makan bersama. Suatu hari Nabi Ibrahim kedatangan tamu yang tidak biasa, tapi malaikat yang menyerupai manusia. Nabi Ibrahim menyambut kedatangan tamunya dan menyediakan daging sapi besar untuk mereka, dan Sarah pun membantu suaminya menyiapkan hidangan untuk tamu. Malaikat yang menjadi tamu mereka menyampikan maksudnya diutus oleh Allah swt untuk menyampaikan kabar gembira bahwa Nabi Ibrahim dan istrinya akan dikarunia keturunan.

 

Terkait hal ini, Al-Quran surat Hud ayat 72 dan 73 mengabadikannya, “Isterinya (Sarah) berkata: ‘Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh’. Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".

 

Benar saja, kemudian tidak berapa lama kemudian Siti Sarah pun mengandung dan lahirlah Ishaq dari perkawinannya dengan Nabi Ibrahim ketika mereka berada di usia senja. Nabi Ishaq adalah ayah Nabi Yaqub, sedangkan Nabi Yaqub adalah kakek para nabi Bani Israel. Dari merekalah lahir keturunan generasi para Nabi seperti Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Sulaeman, Nabi Zakaria, Nabi Isa dan Nabi Yahya.

 

Agama Islam memandang keutamaan manusia bukan dari gendernya, tapi dari ketakwaannya kepada Allah swt. Dalam Islam, manusia mukmin lebih utama dari yang lainnya, karena kesempurnaan spiritualnya dan kemuliaan akhlaknya. Dengan demikian, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki peluang menjadi orang yang paling mulia di sisi Allah swt. Sarah merupakan salah satu dari contoh perempuan mulia dan agung yang mempersembahkan seluruh hidupnya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Setelah mengabdi demi perjuangan ajaran ilahi yang dibawa Nabi Ibrahim, Siti Sarah meninggal dunia di usia 120 tahun. Meski beliau telah tiada ribuan tahun lalu, tapi keagungan dan kemuliaannya senantiasa dikenang dalam sejarah hingga kini.(IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian ketiga. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

 

 

 

Selasa, 21 September 2021 19:40

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (2)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengupas penjelasan al-Quran bahwa Islam tidak membedakan laki-laki dan perempuan dari sisi kemanusiaan. Islam memandang perempuan seperti juga laki-laki, sebagai manusia yang memiliki potensi untuk mengembangkan dan menyempurnakan dirinya dengan iman, ilmu, pengetahuan dan amalnya. Agama ilahi ini menilai ketakwaan bukan diukur dari gender, sebab baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Islam memandang perempuan sebagai manusia sempurna, sebagaimana laki-laki. Dalam pandangan Islam, perempuan juga memiliki potensi berpikir dan bertindak baik. Demikian juga dalam ibadah, Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Allah swt dalam al-Quran menyatakan bahwa iman dan amal saleh bukan khusus laki-laki maupun perempuan semata, tapi keduanya tanpa membedakan gender.

 

Terkait hal ini, di surat An-Nahl ayat 97, Allah swt berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,”. Berdasarkan ayat ini, ganjaran akhirat dan ketakwaan kepada Allah swt tidak mengenal gender, tetapi ditentukan oleh keimanan dan amal saleh masing-masing.

 

Di sisi lain, Allah swt dalam al-Quran menjelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Ibadah yang ikhlas sebagai pakaian keagungan bagi manusia untuk mencapai Khalifatullah dengan menempuh maqam (tingkatan) penghambaan kepada Allah swt.

 

Perempuan yang memiliki ruh yang relatif lebih lembut daripada laki-laki lebih mudah untuk mencapai maqam penghambaan. Dan, salah satu syarat kesempurnaan manusia adalah adanya ruh yang lembut. Sejarah Islam juga menunjukkan contoh para wanita agung seperti Sayidah Fatimah, Sayidah Maryam dan lainnya. Mereka merupakan contoh dari manusia sempurna yang ikhlas, taat dan bertakwa kepada Allah swt. Mereka bukan hanya contoh bagi perempuan saja tapi menjadi model manusia sempurna bagi umat manusia, bukan hanya wanita.

  

Salah satu nilai yang melampaui gender adalah ilmu dan pengetahuan. Untuk itulah Islam menegaskan urgensi menuntut ilmu bagi siapapun, baik laki-laki maupun perempuan. Agama ilahi ini tidak pernah menghalangi perempuan untuk menuntut ilmu dan pengetahuan, bahkan sangat menganjurkannya. Allamah Thabathabai, mufasir terkemuka Iran menulis, “Perempuan sama seperti laki-laki dalam hal ibadah dan hukum sosial. ketika laki-laki independen di berbagai masalah seperti warisan, perdagangan, pendidikan dan pengajaran, pembelaan hukum dan lainnya, wanita juga demikian, kecuali sesuatu itu bertentangan dengan tuntutan naturalnya [sebagai perempuan]”.

 

Sejak kedatangannya 14 abad lalu, Islam mendukung perempuan menuntut ilmu, jauh sebelum Barat menggembar-gemborkan kebebasan bagi perempuan di bidang pendidikan. Misalnya di Inggris, perempuan hingga tahun 1947 tidak diberi ijazah meskipun telah lulus menyelesaikan pendidikan tinggi. Para pengelola pendidikan di Inggris ketika itu menilai perempuan tidak boleh diberikan ijazah. Berbeda dengan di Barat, Islam memandang perempuan memiliki kemampuan untuk menuntut ilmu dan pengetahuan. Sebab masyarakat membutuhkan kemampuan perempuannya demi mencapai kemajuan dan kesempurnaan.

 

Allah swt senantiasa memuji orang-orang yang berilmu baik laki-laki maupun perempuan. Di berbagai ayat, al-Quran menyebut orang yang berilmu dan tidak berilmu baik laki-laki maupun perempuan tidaklah sama. Untuk itu Islam sangat menganjurkan menuntut ilmu. Dalam surat al-Mujadilah ayat 11, Allah swt berfirman, “...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

 

Dengan demikian, perempuan seperti juga laki-laki bisa mencapai derajat tinggi di bidang ilmu dan pengetahuan, dan mengabdikan potensinya demi kemajuan masyarakat. Terkait hal ini pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei berkata, “Jika perempuan dalam masyarakat bisa menuntut ilmu dan pengetahuan, meraih kesempurnaan spiritual dan moral yang dianugerahi Allah swt kepada semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan secara sama, maka pendidikan anak-anak akan lebih baik, keluarga lebih hangat dan damai, masyarakatpun mencapai kemajuan, dan berbagai masalah yang melilit kehidupan pun lebih mudah diatasi.. tujuan dari semua itu.. perempuan menjadikan manusia-manusia besar. Semua itu mungkin dan Islam telah membuktikannya.”

 

Jelas kiranya menghalangi kemajuan perempuan di bidang ilmu pengetahuan dalam sebuah masyarakat merupakan kezaliman besar terhadap wanita. Ayatullah Khamenei berkata, “Jika perempuan memiliki potensi, misalnya di bidang keilmuan; potensi di bidang penemuan, potensi politik, potensi kerja sosial, tapi tidak diberikan jalan untuk mewujudkan potensi tersebut sehingga potensinya berkembang, maka hal itu termasuk kezaliman.”

 

Perempuan merupakan modal sosial terbesar yang memainkan peran penting dan sensitif dalam masyarakat Islam. Islam meninggikan kedudukan perempuan sehingga perannya dalam masyarakat tidak dilihat dari gender, tapi dari aspek kemanusiaannya. Untuk itulah perempuan juga memegang tanggungjawab sosial  yang besar di tengah masyarakat. Di zaman Rasulullah Saw pun para wanita bersama laki-laki juga berbaiat kepada beliau, dan para wanita terjun di ranah politik.

 

Sejarah menorehkan peran gemilang perempuan sejak awal kedatangan Islam. Agama ilahi ini telah memberikan ruang bagi perempuan untuk aktif di ranah sosial dan politik. Sementara itu, perempuan di Barat hanya diperbolehkan terjun di ranah politik baru dimulai sekitar abad kedua puluhan. Latar sejarah ini menunjukkan dukungan besar Islam terhadap peran aktif perempuan di tengah masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun politik.

 

Para zaman Rasulullah Saw, ufuk cerah bagi perempuan terbentang lebar dan hasilnya muncul perempuan-perempuan yang mumpuni di berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan aktif di berbagai bidang. Para perempuan ini menjadi contoh peran aktif mereka di bidang keilmuan, sosial, budaya, politik bahkan berjihad melawan musuh-musuh Islam. Sejarah peradaban Islam menunjukkan bahwa perempuan dalam pandangan Islam bisa mencapai kesempurnaan dan derajat tinggi baik material maupun spiritual sebagaimana laki-laki. (IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian kedua. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

 

Selasa, 21 September 2021 19:37

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (1)

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Sepanjang sejarah muncul manusia-manusia teladan, dan salah satu yang dijelaskan dalam al-Quran adalah perempuan-perempuan teladan.Dalam sejarah Islam juga dijelaskan mengenai keutamaan perempuan-perempuan mulia yang menjadi teladan sepanjang zaman. Dalam acara baru ini kita akan mengupas keagungan perempuan teladan dalam Islam. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Salah satu masalah penting yang menjadi perhatian dunia, terutama di bidang sosial dan politik dalam beberapa dekade terakhir adalah masalah perempuan, dengan identitas dan posisinya di tengah keluarga dan masyarakat. Sejumlah aliran pemikiran menempatkan perempuan sebagai “Gender Kelas Dua” dan tidak meletakkan posisi perempuan sebagai sosok manusia yang mulia. Misalnya, Aristoteles memandang perempuan diciptakan tidak sempurna, dan perempuan tidak memiliki kedudukan kemanusiaan sebagaimana laki-laki.

 

Perempuan dalam pemikiran Aristoteles memiliki sejumlah kekurangan, bahkan dipandang rendah dan cacat. Sedangkan laki-laki dianggap mampu memainkan peran penting dan menempati kedudukan yang tinggi dan berpengaruh dalam berbagai posisi. Dengan pemikiran seperti ini, laki-laki memiliki hak melebihi perempuan, bahkan perempuan dijadikan sebagai bagian dari kepemilikan laki-laki-laki. Berdasarkan pemikiran ini, perempuan tidak bisa mencapai kedudukan yang tinggi dari sisi kesempurnaan dan spiritualitasnya.

 

Perempuan Barat hingga permulaan abad 20 diabaikan hak-haknya, bahkan yang paling dasar sekalipun. Baru sekitar permulaan abad ke-21, mereka bisa menikmati hak-haknya, sebagaimana yang terjadi pada perempuan di dunia Timur. Menghadapi gelombang pemikiran yang memarjinalkan perempuan, muncul gerakan Feminisme yang memperjuangkan hak-hak perempuan.Tapi seperti pemikiran yang mereka kritik dan tolak, Feminisme juga terjebak pada ekstremitas. Mereka mengabaikan karakteristik natural perempuan, dan menolak perbedaan psikis serta psikologis antara laki-laki dan perempuan.

 

Kaum Feminis menggulirkan pemikiran seperti kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, penolakan perempuan di ranah domestik, dan perempuan harus berperan di ranah sosial di luar rumah, mendukung Lesbian, dan berbagai slogan lainnya yang menyebabkan perempuan kehilangan posisi dan kedudukan sebenarnya di dalam keluarga dan masyarakat.

 

Para teoritikus Feminis mengira gerakan yang melakukan lancarkan akan mengangkat harkat dan martabat perempuan. Padahal, mereka lupa bahwa upayanya hanya cenderung mengangkat aspek kebebasan semata dan mengabaikan sisi kemanusiaan perempuan. Akibatnya muncul berbagai masalah yang menimpa perempuan. Steven Rhodes peneliti dari Universitas Virginia dalam risetnya membuktikan terjadinya penyimpangan dalam masyarakat akibat munculnya gerakan Feminisme selama empat puluh tahun.

 

Rhodes dalam bukunya,“Taking Sex Differences Seriously” menulis, “Komitmen laki-laki dalam keluarga sebagai suami dan ayah demi kesehatan dan pembinaan kehidupan anak-anak. Kekuatan perempuan merupakan masalah lain dengan potensinya yang berbeda pula. Kemampuan yang luar biasa dalam mengikat hubungan keluarga (dengan melahirkan dan mendidik anak-anak) yang dipersembahkan bagi masyarakat,”.

 

Syahid Muthahari dalam bukunya, “Hak-hak Perempuan dalam Islam” berkeyakinan bahwa sumber pengabaian terhadap hak-hak sejati perempuan mungkin dipicu sebagai lahirnya gerakan Feminis yang muncul secara prematur di Eropa, sebab gerakan yang berupaya menjauhkan rangkaian ketertindasan perempuan itu justru menimbulkan berbagai masalah lain bagi umat manusia. Selanjutnya Muthahari menulis, “Di masa lalu, kemanusiaam perempuan dilupakan, dan kini keperempuananlah yang dihilangkan”.

 

Di masa jahiliyah di jazirah Arab sebelum datangnya Islam, perempuan tidak diperlakukan sebagai manusia. Mereka dipandang sebagai bagian dari kepemilikan laki-laki. Bahkan mereka diperjualbelikan seperti barang dagangan. Tidak hanya itu, sebagian dari mereka membunuh bayi perempuan yang baru lahir.

Untuk itulah al-Quran mengecam perbuatan mereka. Di Surat al-Isra ayat 31, Allah swt berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”   

 

Islam datang memberikan cahaya dan melakukan perubahan besar terhadap nasib perempuan. Rasulullah Saw mengangkat posisi dan kedudukan perempuan yang diabaikan dalam budaya Arab jahiliyah ketika itu. Nabi Muhammad Saw memandang perempuan sebagai manusia yang layak untuk mencapai seluruh kesempurnaan dan keutamaannya. Penjelasan mengenai penciptaan laki-laki dan perempuan dalam berbagai ayat al-Quran menunjukkan bahwa Islam tidak membedakan keduanya dari sisi kemanusiaan. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan memiliki potensi yang sama untuk mencapai kesempurnaan. Al-Quran memandang kedudukan “khalifatullah” tidak dikhususkan untuk laki-laki saja, tapi juga berlaku bagi perempuan.

 

Islam memandang perempuan seperti juga laki-laki, sebagai manusia yang memiliki potensi untuk mengembangkan dan menyempurnakan dirinya dengan iman, ilmu, pengetahuan dan amalnya. Agama ilahi ini menilai ketakwaan bukan diukur dari gender, sebab baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan. Dan ketakwaan pun dinilai dari tingkat keimanan, ilmu dan akhlaknya, bukan gendernya. Oleh karena itu, Islam memandang keutamaan siapapun tanpa mengenal gender dari sisi ketakwaan kepada Allah swt.

 

Dalam al-Quran, surat al-Hujurat ayat 13, Allah swt berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei berkata, “Semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan diciptakan substansi yang sama.Tidak ada kelebihan satu dari yang lain, kecuali ketakwaannya. Dalam Islam tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam Islam, gender baik laki-laki maupun perempuan tidak mengemuka, yang mengemuka adalah kesempurnaan kemanusiaannya...  Sebab tidak ada perbedaan dari kedua jenis manusia ini dari sisi kemanusiaan dan aspek transendennya.”(IRIBIndonesia/PH)

 

Reakan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian pertama. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.