کمالوندی
Jet Tempur Rezim Zionis Bombardir Gaza
Jet-jet tempur rezim Zionis melancarkan serangan udara terhadap sejumlah target utara dan selatan Jalur Gaza.
Safa News hari Senin (13/9/2021) melaporkan, rezim Zionis melancarkan serangan udara terhadap sasaran di Gaza pada Senin dini hari yang diklaim sebagai tanggapan atas serangan roket oleh pasukan perlawanan terhadap kota Sderot.
Ledakan terdengar di wilayah selatan dan utara Jalur Gaza.
Bersamaan dengan itu, tembakan anti-pesawat dilancarkan kelompok perlawanan Palestina.
Menurut sumber lokal tidak resmi, serangan udara ini menargetkan sebuah tempat di Beit Lahia dengan sebuah bom, satu peternakan di Rafah dengan tiga roket, dan daerah lain di Khan Yunis dengan dua roket. Namun sejauh ini tidak ada korban lain yang dilaporkan.
Pada hari yang sama, sirene peringatan bahaya meraung-raung keras di daerah Sderot dan pemukiman Zionis di sekitar Gaza tidak lama setelah sebuah roket ditembakkan dari arah Palestina.
Surat kabar Yedioth Ahronoth mengkonfirmasi serangan roket yang menyasar kota Sderot.
Televisi Israel kanal 12 juga melaporkan bahwa sistem Iron Dome berhasil menangkal roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza.
Irak Bantah Jalin Hubungan dengan Rezim Zionis
Presiden Irak membantah adanya hubungan antara Baghdad dan rezim Zionis, dengan mengatakan bahwa masalah normalisasi hubungan dengan Israel tidak pernah diangkat menjadi agenda di negaranya.
Presiden Irak Barham Saleh hari Senin (13/9/2021) menekankan bahwa perdamaian di kawasan tidak mungkin tercapai tanpa mewujudkan hak bangsa Palestina.
"Irak senantiasa berkomitmen untuk membela perjuangan Palestina dan hak-hak rakyatnya," ujar Barham Salih.
Statemen ini muncul di tengah beredarnya rumor dukungan Baghdad terhadap normalisasi hubungan antara negera-negara Arab dengan rezim Zionis.
Pada Maret lalu, Juru Bicara Kantor Kepresidenan Irak menanggapi berita dari Jaringan Berita Sky Arab (milik UEA) hari Selasa (9/3/2021) dengan mengatakan, "Media dan laman daring [Sky Arab] telah menerbitkan pernyataan palsu yang dikaitkan dengan presiden [Irak] yang mengatakan bahwa Irak yang berkoordinasi dengan Palestina, siap untuk menandatangani perjanjian damai dengan Israel."
"Kami menekankan bahwa apa yang dipublikasikan di media ini sepenuhnya salah dan tuduhan ini dibuat-buat," juru bicara Presiden Irak.
Beberapa media yang berafiliasi dengan rezim Arab di kawasan dan Israel mengklaim Irak siap untuk melakukan normalisasi hubungan rezim Zionis menyusul langkah yang diambil UEA, Bahrain, Sudan dan Maroko.
Pasukan Suriah Tiba di Daraa Setelah 10 Tahun
Pasukan pemerintah Suriah memasuki distrik al-Yadudah setelah mencapai kesepakatan dengan para tetua suku yang dimediasi oleh Rusia.
Setelah 10 tahun perang, pasukan Suriah tiba di distrik al-Yadudah di Provinsi Daraa pada Senin (13/9/2021) bersama dengan polisi militer Rusia.
Menurut laporan televisi al-Mayadeen, pasukan Suriah mencapai kesepakatan damai dengan para tetua suku di wilayah itu pada hari Minggu. Pemberontak bersenjata di al-Yadudah bersedia menyerahkan senjata mereka kepada pasukan Suriah.
Wilayah tersebut selanjutnya akan dikendalikan oleh pemerintah Damaskus. Pasukan Suriah telah mengatur proses penyerahan senjata pemberontak yang diawasi oleh polisi militer Rusia dan para tetua suku. Pasukan Suriah juga akan melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah.
Pekan lalu, pasukan pemerintah Suriah juga secara penuh menguasai distrik Daraa al-Balad di Provinsi Daraa.
Hal ini terjadi setelah hampir 850 pemberontak bersenjata menyerahkan senjata mereka kepada pemerintah Suriah dengan imbalan menerima ampunan. Kesepakatan serupa juga akan diterapkan di distrik al-Yahudah.
Hamas: Serangan Israel ke Gaza untuk Tutupi Kekalahan
Juru bicara Gerakan Hamas mengatakan serangan rezim Zionis merupakan upaya untuk menutupi kekalahannya.
“Dengan menyerang Gaza, Israel melanjutkan upayanya untuk menutupi ketidakmampuan dan kekalahannya setelah Operasi Terowongan Pembebasan,” kata Hazem Qassem di akun Twitternya seperti dikutip IRIB, Senin (13/9/2021).
“Respon kubu perlawanan terhadap serangan serta bentrokan dengan Israel di semua daerah Tepi Barat dan Quds merupakan bukti dari berlanjutnya intifadah pembebasan untuk mendukung tahanan Palestina,” tambahnya.
Rezim Zionis pada Senin pagi menyerang Jalur Gaza dengan alasan membalas serangan roket dari wilayah tersebut. Drone Israel juga dua kali mengebom basis kelompok perlawanan di timur Rafah, Gaza.
Sumber-sumber Palestina melaporkan bahwa ledakan keras terdengar di wilayah tersebut dan Rafah sendiri mengalami pemadaman listrik selama serangan Israel.
Drone-drone Israel secara terpisah juga menyerang basis kelompok Palestina di bagian utara Gaza.
Presiden Mesir akan Bertemu PM Israel di Sharm el-Sheikh
Istana Kepresidenan Mesir mengumumkan bahwa Presiden Abdel Fattah al-Sisi akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada Senin (13/9/2021) di Sharm el-Sheikh.
Seperti dikutip laman Farsnews, Presiden al-Sisi telah bertemu dengan Benjamin Netanyahu di masa lalu dan hari ini dijadwalkan bertemu dengan Naftali Bennett di Sharm el-Sheikh.
Istana Kepresidenan Mesir menyatakan dalam sebuah rilis pada hari Senin bahwa Presiden al-Sisi akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Bennett.
Media Israel, KAN News juga melaporkan bahwa Abdel Fattah al-Sisi akan bertemu dengan Naftali Bennett di Sharm el-Sheikh.
Al-Sisi dan Bennett akan membahas cara dan upaya untuk menghidupkan kembali proses kompromi Israel-Palestina. Mereka juga akan membahas masalah bilateral di berbagai bidang serta perkembangan di tingkat regional dan internasional.
Al-Sisi bertemu dengan Perdana Menteri Israel waktu itu, Benjamin Netanyahu setelah menjabat sebagai Presiden Mesir.
Sharm el-Sheikh telah menjadi lokasi pertemuan antara pejabat Mesir dan rezim Zionis sejak dulu. Menteri Intelijen Israel Eli Cohen menganggap Sharm el-Sheikh sebagai daerah Mesir yang paling aman bagi warga Zionis.
Bahan Bakar Iran dan Pemerintahan Baru Lebanon
Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, hari Minggu (12/9/2021) mengaku gembira dengan terbentuknya kabinet baru Lebanon, dan mengumumkan pemerintahan baru negara ini mulai bekerja hari Senin.
Presiden Lebanon Michel Aoun, hari Jumat lalu menandatangani draf susunan kabinet usulan Perdana Menteri Najib Mikati, sehingga dengan demikian kabinet baru Lebanon akhirnya terbentuk setelah 13 bulan. Pemerintah baru Lebanon memulai aktivitasnya di tengah kondisi negara yang dilanda krisis ekonomi, dan krisis ini terus memburuk sejak tahun 2019 lalu.
Banyak kalangan menilai kriris ekonomi Lebanon telah memperburuk kondisi keuangan negara, dan meningkatkan angka kemiskinan. Sampai-sampai beberapa pihak menyebut Lebanon berada di ambang keruntuhan.
Sebagaimana diketahui, sebelum ini Najib Mikati juga pernah ditugasi membentuk kabinet Lebanon, pertama pemerintahan sementara yaitu April hingga Juli 2005, dan kedua dari Juni hingga Maret 2013. Oleh karena itu dia dianggap memiliki pengalaman yang cukup dalam bernegosiasi dengan berbagai kelompok politik dalam negeri, dan dinilai memiliki kekuatan regional serta internasional.
Sepertinya Najib Mikati berbeda dengan Ketua Gerakan 14 Maret, Saad Al Hariri, karena ia lebih mengedepankan kebijakan baru untuk menghidupkan hubungan diplomatik dengan negara-negara kawasan. Kebijakan yang diterapkan PM Lebanon ini menguatkan dugaan bahwa ia berusaha memulai upaya menghidupkan kembali hubungan dengan Suriah.
Alasan Mikati menerapkan kebijakan fleksibel dan terbuka dalam hubungan dengan negara-negara kawasan kecuali rezim Zionis Israel, dipicu oleh kondisi ekonomi dalam negeri Lebanon yang mengkhawatirkan. Selain karena Najib Mikati adalah seorang pebisnis berpengalaman, ia juga seorang politisi ulung yang dianggap memiliki kemampuan membawa Lebanon melewati krisis yang sedang melanda negaranya saat ini.
Ini Isi Statemen Bersama Iran dan IAEA
Kepala Organisasi Energi Atom Iran dan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional mengeluarkan statemen bersama mengenai perkembangan program nuklir Iran
Hubungan masyarakat Organisasi Energi Atom Iran hari Minggu (12/9/2021) melaporkan pertemuan Rafael Grossi, Dirjen IAEA dengan Mohammad Eslami, Kepala AEOI yang mengeluarkan pernyataan bersama,
Kedua pihak menekankan perluasan kerja sama teknis antara Iran dan IAEA di berbagai bidang nuklir.
Pernyataan itu juga menegaskan kembali semangat kerja sama dan saling percaya dan pentingnya kelanjutannya, serta kebutuhan untuk mengatasi masalah dalam lingkungan teknis yang konstruktif.
Kedua pihak memutuskan untuk melanjutkan pertemuan timbal balik di berbagai tingkat terkait.
Pernyataan bersama juga menekankan bahwa Inspektur IAEA diizinkan untuk memberikan layanan teknis dari peralatan pemantauan yang ditentukan dan mengganti kartu memori mereka yang akan disimpan di bawah segel bersama di Iran, yang disetujui oleh kedua belah pihak.(
Konferensi "Tiga Tahun Hosseini" Peringati Syahadah Sayidah Ruqayyah
Dewan Pengikut Ahlul Bait (as) Tehran, Dewan Pejuang Islam Unit Perempuan menggelar "Konferensi Internasional Tiga Tahun Hosseini" untuk mengenang syahadah Sayidah Ruqayyah, Putri Imam Husein as pada 5 Safar.
Konferensi yang diikuti oleh ribuan ibu rumah tangga dan putri-putri mereka berusia 2-5 tahun itu digelar pada Minggu (12/9/2021) pagi di Kompleks Haram Imam Khomeini ra di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.
Suara tangisan dan rintihan Sayidah Ruqayyah yang baru berusia tiga tahun atas kehilangan ayahnya (Imam Husein as), membuat rombongan tawanan Karbala menangis tersedu-sedu di sebuah penjara kumuh di Syam.
Tangisan itu terjadi di tengah malam setelah ia melihat ayahnya dalam mimpi. Ia terbagung dari tidurnya dan bangkit mencari-cari sang ayah! Sayidah Ruqayyah merindukan belaian dan dekapan ayah. Ia adalah putri Imam Husein as dan cucu Sayidah Fatimah az-Zahra as.
Namun, orang-orang yang memberikan kesaksian atas kenabian kakeknya di setiap adzan, justru menaburkan garam di atas luka putri mungil ini, memisahkannya dari sang ayah, dan menawannya di penjara kumuh. Ruqayyah terus mencari-cari sang ayah dan menanti kepulangan pahlawan hidupnya, ia masih sangat belia untuk berpisah dengan sang ayah.
Para tawanan sangat gelisah atas tangisan putri kecil Imam Husein as sehingga hal ini didengar oleh Yazid bin Mu’awiyah. Dia memerintahkan pasukannya membawakan kepala suci Imam Husein as untuk ditunjukkan kepada putrinya agar tidak lagi mencari-cari sang ayah.
Pasukan Yazid memasuki penjara dengan membawa sebuah nampan yang ditutupi kain. Sebagian tawanan berpikir bahwa pasukan Yazid sedang membawakan makanan agar putri kecil itu terdiam, tapi ini bukan kebiasaan Yazid.
Nampan itu diletakkan di depan Sayidah Ruqayyah dan dibukakan kain penutupnya. Putri kecil ini sangat terkejut dan menjerit menyaksikan itu, ia mulai paham bahwa ayah tidak akan pernah kembali. Sayidah Ruqayyah mendekap kepala sang ayah dan menciumnya sembari berkata dengan logat anak-anak, “Wahai ayah! Siapa gerangan yang menodai jenggotmu dengan darah? Wahai ayah! Siapa yang telah memotong urat-urat lehermu? Wahai ayah! Siapa yang telah membuatku yatim sejak kecil? Wahai ayah! Kemanakah harapanku kulabuhkan setelah ketiadaanmu?”
Sayidah Ruqayyah terus menumpahkan isi hatinya, sementara para tawanan menangis mendengar itu. Suara gemetar Sayidah Ruqayyah tiba-tiba senyap, jiwa dan raga yang terluka itu jatuh ke atas tanah dan menghembuskan nafas terakhirnya. Yazid telah membungkam suara putri kecil Imam Husein as agar kekejamannya tidak terkuak, tetapi penjara yang kumuh itu dan makam kecil putri Imam Husein as menjadi saksi atas kejahatan Yazid untuk selamanya.
Di Karbala, laki-laki dan wanita, budak dan hamba merdeka, hitam dan putih, tua dan muda, remaja dan anak-anak, dan bahkan bayi dalam gendongan, semua ikut menuliskan sejarah dan menciptakan epos. Seakan Tuhan ingin menyempurnakan hujjah-Nya kepada penduduk bumi sehingga tidak seorang pun dapat beralasan bahwa ia tidak mengetahui kebenaran Imam Husein as.
Nama Sayidah Ruqayyah selalu menjadi kenangan pilu bagi umat Rasulullah Saw dan dari sisi lain mengingatkan mereka akan kekejaman Yazid dan para pengikutnya. Ruqayyah adalah simbol ketertindasan dan pengabaian kebenaran pasca wafat Rasulullah Saw. Kesyahidan Sayidah Ruqayyah di penjara kumuh merupakan bukti atas penyimpangan masyarakat Islam dari cita-cita luhur kemanusiaan Islam.
Penyimpangan dari ajaran nabi pembawa rahmat, di mana kecintaan kepada Ahlul Baitnya merupakan ganjaran atas risalahnya dan ia meminta umatnya untuk mengikuti Ahlul Bait as sebagai satu-satunya cara melestarikan jerih payah Rasulullah Saw sebagai nabi akhir zaman.
Rasulullah Saw bersabda, “Aku meninggalkan dua pusaka berharga untuk kalian yaitu al-Quran dan Ahlul Baitku. Kedua pusaka berharga ini tidak akan berpisah sampai keduanya menemuiku di tepi telaga Kautsar. Kalian tidak akan tersesat dan tergelincir selama kalian berpegang pada keduanya.”
Sepeninggal Nabi Muhammad Saw, umat Islam mengalami penyimpangan kecil dan besar sehingga pada masa kekuasaan Mu’awiyah, Islam hanya tinggal namanya saja. Umat Islam terpisah dari Ahlul Bait dan keterpisahan ini membuat jeritan Imam Husein as yang meminta pertolongan di Karbala tidak disahuti dan terjadilah peristiwa Asyura.
Namun, ketertindasan Imam Husein as dan kekejaman musuh terhadap wanita dan putri-putri Ahlul Bait membuat umat bangun dari tidurnya dan kebenaran mulai tersingkap.
Sekarang pusara putri kecil Imam Husein as di Damaskus, Suriah selalu dipadati oleh para peziarah dan pecinta Ahlul Bait. Makam kecilnya membuat kalbu setiap insan merdeka bergetar dan meneteskan air mata. Ketertindasan Sayidah Ruqayyah membuat Yazidiyan dan Umawiyan kehilangan muka dan kekejaman mereka tersingkap bagi semua.
Akan tetapi, ada saja orang yang mengingkari kebenaran peristiwa gugurnya Ruqayyah. Sebagian berusaha mengurangi ingatan orang akan peristiwa kesyahidan putri kecil Imam Husein ini. Sebagian mengklaim bahwa Imam Husein as tidak punya anak dengan nama Ruqayyah, sebagian yang lain memperkenalkan Ruqayyah sebagai salah satu putri dari sahabat Imam Husein, sebagian malah mengingkari peristiwa syahidnya Ruqayyah untuk mengesankan bahwa makam di Damaskus bukan milik putri Imam Husein.
Perlu dicatat bahwa keberadaan Sayidah Ruqayyah diterima oleh semua pakar sejarah dan jika pun ada syubhat tertentu, ia tidak terkait dengan keberadaan sosok putri Imam Husein as ini. Para sejarawan hanya berbeda pendapat mengenai nama putri kecil ini dan kadang juga usianya, tentu semua menerima bahwa umurnya belum mencapai usia baligh.
Berbagai kitab rujukan sejarah mengangkat kisah kehidupan Sayidah Ruqayyah as secara ringkat atau terperinci. Para sejarawan mengakui bahwa putri kecil Imam Husein as meninggal di penjara Yazid akibat penderitaan, penawanan, dan setelah menyaksikan kepala suci Imam Husein.
Kitab Nafsul al-Mahmum karya Syeikh Abbas Qummi mencatat peristiwa tersebut. Sejarah kehidupan Sayidah Ruqayyah juga bisa ditemukan dalam buku Majma’ al-Bahrain karya Fakhruddin Thuraihi, seorang mufassir dan ulama abad ke-11 Hijriyah, serta buku Kamil Bahai yang ditulis oleh Imaduddin Thabari, ulama abad ke-7 Hijriyah.
Para ulama dan ilmuwan besar yang telah menghabiskan umurnya untuk memperdalam berbagai disiplin ilmu Islam, mengakui kebenaran peristiwa yang menimpa Sayidah Ruqayyah. Di antara ulama itu, Ayatullah Nouri Hamedani, Ayatullah Nasir Makarim Shirazi, Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi, dan Ayatullah Alawi Gorgani, mereka mengatakan keberadaan Sayidah Ruqayyah dan kesyahidannya di penjara Syam, tidak terbantahkan.
Ayatullah Nouri Hamedani, salah satu marja’ taklid dan ulama kontemporer menuturkan, “Buku-buku seperti kitab Kamil Bahai, Nafsul al-Mahmum, dan kitab-kitab rujukan lainnya menyebutkan bahwa putri kecil yang oleh sebagian orang dikenal sebagai Ruqayyah dan gugur di Syam adalah putri Imam Husein as. Jika seseorang bernazar melalui perantara Sayidah Ruqayyah, ia harus ditunaikan dan makam yang terletak di Damaskus adalah miliknya.”
Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi, seorang marja’ taklid dan guru besar Hauzah Ilmiah Qum mengatakan, “Makam Sayidah Ruqayyah binti Husein as di Damaskus sudah terkenal sejak hari kesyahidannya, seakan Imam Husein meninggalkan sebuah jejak di Syam sehingga kelak tidak muncul orang-orang yang mengingkari penawanan para anggota Ahlul Bait dan peristiwa yang terkait dengan mereka.”
“Putri mungil ini adalah saksi besar bahwa di antara para tawanan terdapat anak-anak kecil. Pemakaman Sayidah Ruqayyah di Syam merupakan sebuah bukti besar dan petunjuk yang kuat tentang penawanan keluarga suci dan kezaliman yang dilakukan atas mereka, sebuah kezaliman yang ditangisi oleh semua nabi mulai Nabi Adam as sampai nabi akhir zaman…,” ungkapnya.
Iran Jelaskan Alasan Menyerang Wilayah Kurdistan Irak
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, serangan terhadap kelompok teroris di wilayah Kurdistan Irak merupakan tanggapan atas pelanggaran mereka.
Saeed Khatibzadeh dalam konferensi pers mingguan di Tehran, Senin (13/9/2021), menuturkan IRGC menargetkan basis kelompok teroris di Kurdistan Irak sebagai balasan atas pembunuhan beberapa personel perbatasan Iran.
Irak, lanjutnya, sudah diperingatkan dalam pembicaraan formal dan informal untuk tidak membiarkan wilayahnya disalahgunakan oleh kelompok-kelompok teroris.
“Republik Islam Iran menyambut baik kelompok teroris yang bertaubat dan menolak disalahgunakan oleh pihak lain," ujarnya seperti dikutip Iran Press.
Khatibzadeh menegaskan Iran memang mencari perdamaian dan keamanan.
Menjawab pertanyaan tentang Israel, ia menjelaskan rezim Zionis—sebagai entitas tidak sah yang telah menjadi basis teror dan terorisme negara—telah menciptakan masalah serius bagi kawasan dan dunia.
“Sayangnya ada standar ganda dan hal ini sangat memalukan bagi Barat, yang bukan hanya tidak menekan rezim Zionis untuk bergabung dengan perjanjian NPT, tetapi justru menyediakan semua fasilitasnya,” ucapnya.
Menanggapi pertanyaan tentang kunjungan Rafael Grossi, Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) ke Tehran, Khatibzadeh menuturkan hubungan Iran-IAEA berjalan normal dan bersifat teknis.
“Selama tidak berpolitik dan tidak diskriminatif, Iran akan mempertahankan hubungannya dengan IAEA. Kunjungan Grossi merupakan bagian dari penyelesaian beberapa masalah di antara kami,” pungkasnya.
Grossi Siap Capai Kesepakatan dengan Iran
Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi Ahad (12/9/2021) petang saat kembali dari Tehran mengataan bahwa organisasi yang dipimpinnya menyelesaikan masalah terpenting dengan Iran melalui pencapaian sebuah kesepakatan, dan ini telah membuka peluang untuk memperluas upaya diplomatik,
Grossi juga mengatakan bahwa kesepakatan hari Ahad sama halnya dengan melanjutkan proses menginformasikan inspektur IAEA tentang kegiatan nuklir Iran, dan bahwa akses dan proses informasi akan segera tercapai. Dia juga menekankan bahwa tidak perlu mengeluarkan resolusi terhadap Iran selama pertemuan Dewan Gubernur berikutnya.
Kunjungan sehari Dirjen IAEA ke Iran dan perundingannya dengan Ketua Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) yang baru, Mohammad Eslami dan kesepakatan yang dicapai sejatinya indikasi dari niat baik Tehran di bidang kerja sama dan interaksi dengan IAEA. Selain itu, hal ini sebuah simbol lain dari keseriusan Iran mejelang babak baru perundingan Wina untuk mencapai kesepakatan menghidupkan kembali JCPOA melalui pencabutan sanksi sepihak Amerika terhadap Iran dan dengan imbalan implementasi kembali komitmen JCPOA oleh Tehran.
Sekaitan dengan ini di statemen bersama IAEA dan Iran yang dirilis usai pertemuan ini disebutkan bahwa kedua pihak mengingatkan dan menekankan kembali spirit kerja sama dan kepercayaan timbal balik serta urgensitas berlanjutnya hal tersebut dan pentingnya membahas isu-isu di antara kedua pihak di atmosfer konstruktif dan teknis. Menurut pernyataan itu, inspektur IAEA akan diizinkan untuk memperbaiki peralatan pengawasan yang ditentukan dan mengganti kartu memori mereka, yang akan disimpan di bawah segel bersama di Iran. Bagaimana dan kapan melakukan ini disepakati oleh kedua belah pihak.
Selama dua pekan terakhir Barat gencar melancarkan agitasi baru terhadap Iran dengan menggulirkan tudingan palsu bahwa Tehran dan IAEA tidak lagi bekerja sama serta menurutnnya pengawasan lembaga nuklir ini terhadap aktivitas nuklir Iran. Dengan alasan ini mereka menebar isu perilisan resolusi baru anti-Iran di sidang mendatang Dewan Gubernur IAEA.
Tapi permintaan Barat ini mendapat penentangan keras dari Rusia. Mikhail Ulyanov, wakil Rusia di Organisasi-organisasi internasional di Wina menjelaskan bahwa Moskow akan memberi suara menentang di resolusi potensial anti-Iran di Dewan Gubernur. Menurutnya tidak dibutuhkan resolusi, karena ini bukan saja tidak berarti, bahkan sangat merugikan.
Bagaimana pun juga kunjungan Grossi dilakukan ketika ia sebelumnya mengaku khawatir karena Iran tidak memberi jawaban atas tudingan mengenai keberadaan partikel radioaktif di sejumlah instalasinya dan juga tidak adanya akses ke peralatan militer.
Klaim ini mendorong Iran kembali memperingatkan IAEA terkait pentingnya menjaga prinsip netral. Sekaitan dengan ini, Wakil Iran di IAEA, Kazem Gharibabadi beberapa hari sebelumnya memperingatkan dampak setial langkah tidak konstruktif badan ini terkait Iran. Sidang mendatang Dewan Gubernur diprediksikan akan membahas laporan safeguard Grossi dan dua laporan IAEA.
Kini dengan kunjungan Grossi ke Tehran dan dicapainya kesepakatan dengan Iran, maka tidak ada lagi peluang AS dan Eropa mencari alasan untuk menggulirkan resolusi anti-Iran dan upaya untuk meratifikasinya di sidang mendatang IAEA tertutup. Selain itu, langka positif dan menunjukkan niat baik Iran di bidang kesepakatan dengan IAEA terkait pengawasan aktivitas nuklir Iran, poin ini harus dipahamkan kepada Barat khususnya AS bahwa Tehran di bidang solusi friksi dengan Barat soal menghidupkan kembali JCPOA telah bersikap jujur dan kini giliran Eropa menekan Washington untuk mencabut sanksi terhadap Iran mengingat sambutannya atas kesepakatan terbaru IAEA dan Iran.
Selain itu, Amerika Serikat jika benar-benar ingin Iran melaksanakan kembali komitmen JCPAO-nya maka Washington harus menjalankan syarat Tehran di bidang ini, yakni pencabutan sanksi sepihak secepat mungkin.



























