کمالوندی
Dubes Iran Kecam Pidato PM Israel di PBB
Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht-Ravanchi mengecam pidato perdana menteri Israel di Sidang Majelis Umum PBB sebagai kebohongan belaka.
"Pidato perdana menteri rezim Zionis tentang Iran penuh dengan kebohongan," kata Takht-Ravanchi via akun Twitternya, Senin (27/9/2021) seperti dikutip IRNA.
"Iranophobia mencapai puncaknya di PBB. Pidato perdana menteri Israel tentang Iran penuh kebohongan. Rezim ini, dengan ratusan hulu ledak nuklir, tidak dapat berbicara tentang program damai kami," tambahnya.
Perdana Menteri rezim Zionis, Naftali Bennett mengulangi retorika dan tuduhan tak berdasar terhadap program nuklir damai Iran selama berpidato di PBB pada hari Senin.
Dia mengatakan Iran telah membuat langkah besar di bidang riset dan pengembangan nuklir dalam beberapa tahun terakhir. "Sentrifugal pengayaan uranium tidak dapat dihentikan dengan kata-kata," tegas Bennett.
Bennett mengklaim bahwa program senjata nuklir Iran berada pada titik kritis dan telah melanggar semua garis merah.
Klaim itu disuarakan ketika Israel memiliki setidaknya 200 bom atom dan tidak mengizinkan inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memeriksa fasilitas nuklirnya.
Iran merupakan salah satu negara anggota Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan program nuklirnya juga berada di bawah pengawasan ketat IAEA.
Legislator Iran: Rakyat Palestina Sudah Lebih Kuat
Juru bicara Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, mengatakan rakyat Palestina sudah lebih kuat dan keseimbangan kekuatan di tanah pendudukan sedang berubah.
Mahmoud Abbaszadeh Meshkini dalam sebuah pernyataan menanggapi ultimatum Kepala Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas kepada Israel untuk meninggalkan wilayah pendudukan dalam waktu satu tahun.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat ketegangan dan konflik meningkat antara Israel dan rakyat Palestina yang tertindas," ujarnya seperti dilaporkan IRIB, Selasa (28/9/2021).
"Sejarah mencatat bahwa rakyat Palestina sudah lebih kuat dan keseimbangan kekuatan di tanah pendudukan sedang berubah, sehingga kekalahan domino rezim Zionis mulai terbentuk," kata legislator Iran ini.
Meshkini menambahkan, bagaimana rezim agresor Israel, yang membunuh anak-anak dan wanita tak berdaya setiap hari, berbicara tentang perdamaian dan kompromi? Jika mereka percaya pada demokrasi, mereka seharusnya tidak menduduki tanah ini.
"Tidak diragukan lagi, Israel akan terhapus dari peta. Oleh karena itu, negara-negara Islam dan penyeru kebebasan harus berjuang untuk mencapai cita-cita ini," imbuhnya.
Dia menekankan bahwa kebijakan Republik Islam Iran dalam masalah Palestina sepenuhnya jelas.
"Kebijakan negara kita, yang juga diterima oleh para penyeru kebebasan, adalah pelaksanaan referendum, pemulangan pengungsi Palestina, pengusiran penjajah, dan penegakan kedaulatan rakyat," tegasnya.
Saat PM Israel Bidik Program Nuklir Damai Iran di Sidang Majelis Umum PBB
Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett Senin (27/9/2021) di Majelis Umum PBB seraya mengulang tudingan fiktif terhadap program nuklir damai Iran, mengklaim bahwa tujuan Tehran adalah memproduksi senjata nuklir.
Di pidato Bennett ada tujuan multifaset yang dapat dianalisis dari dimensi yang berbeda.
Sebelumnya harus dikatakan bahwa retorika perdana menteri Israel anti-Iran di isu nuklir penuh dengan kebohongan dan klaim fiktif. Metode ini sejatinya sebuah bentuk perang syaraf yang digunakan di era Mantan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu. Netanyahu yang sempat dilecehkan di Sidang Majelis Umum PBB karena kebohongan beruntunnya terkait aktivitas nuklir Iran, tetap memilih melanjutkan pendekatannya tersebut.
Untuk selanjutnya terbukti bahwa tujuan Israel bersikeras melanjutkan metode ini adalah untuk mempersiapkan terorisme nuklir yang memasuki fase baru dengan aksi teror terhadap sejumlah ilmuwan nuklir Iran termasuk Dr. Mohsen Fakhrizadeh. Aksi destruktif terhadap instalasi nuklir Natanz juga dilancarkan dalam koridor tujuan ini.
Dari sudut pandang ini, menjadi jelas bahwa salah satu tujuan Naftali Bennett adalah untuk menutupi pendekatan pengobaran kerusuhan dan perilaku jahat rezim Zionis di kawasan. Dengan kontroversi seperti itu, rezim zionis tentu saja berupaya untuk memajukan rencana untuk menghapus isu Palestina dari prioritas isu regional, yang menurut para zionis salah satu strateginya adalah melemahkan arus perlawanan dan mencitrakan Iran sebagai sebuah ancaman di kawasan. Seperti beberapa tahun lalu, pendekatan represi maksimum di era Mantan presiden AS Donald Trump juga diterapkan melalui koordinasi dengan Israel dan menjadi peluang yang tepat untuk mempersiapkan tujuan ini serta program normalisasi hubungan Israel dengan sejumlah rezim Arab di kawasan.
Tujuan lain dari retorita Bennett adalah terkait perundingan Wina dan mencitrakan Iran sebagai pihak yang bersalah dan merusak JCPOA serta penyebab kegagalan perundingan Wina.
Poin penting di bidang ini adalah ungkapan kekhawatiran Israel atas sikap mundur Amerika Serikat dan Erooa di JCPA yang mengindikasikan bahwa hal ini tidak selaras dengan kepentingan Israel, karena akhir dari skenario ini menandai awal musim yang sulit bagi Israel.
Sementara itu, Statemen Wakil Iran di organisasi-organisasi internasional di Wina, Kazem Gharebabadi saat merespon pidato perdana menteri Israel dan wakil AS serta troika Eropa juga mengisyaratkan masalah ini.
Gharebabadi mengatakan, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan Barat tidak bisa tinggal diam dalam menghadapi aksi teroris Israel atau menyerukan pemantauan terus fasilitas nuklir.
Ia mengingatkan, ketika peralatan pengawas IAEA disabotase Israel, jangan berharap Iran memasangnya kembali tanpa biaya bagi rezim ini dan juga tanpa langkah yang diambil oleh IAEA serta negara-negara pengklaim.
Sementara itu, Wakil tatap Iran di PBB, Majid Takht-Ravanchi saat merespon proyeksi dan retorika perdana menteri Israel di Sidang Majelis Umum PBB mengungkapkan, Israel saat memiliki ratusan hulu ledak nuklir tidak berhak berbicara mengenai program nuklir damai Iran.
Yang pasti, Israel ingin menciptakan krisis fiktif dan mengobarkan instabilitas di kawasan, serta untuk mencapai tujuannya, rezim ini tak segan-segan memanfaatkan berbagai metode mulai dari klaim palsu hingga menekan AS dan Eropa untuk merusak jalan mencapai kesepakatan dengan Iran di JCPOA. Pendekatan tersebut kini bagi Amerika dan Eropa memiliki biaya yang mahal dan membuat pusing mereka.
Khatibzadeh: Iran Tak Bisa Tolerir Kehadiran Israel di Perbatasannya
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan manuver militer di wilayah perbatasan barat laut negara ini adalah masalah kedaulatan nasional untuk mewujudkan ketenanngan, dan stabilitas di seluruh kawasan.
Saeed Khatibzadeh, Selasa (28/9/2021) menuturkan, Republik Islam Iran tidak akan pernah bisa menolerir kehadiran rezim Zionis Israel di dekat perbatasan negara ini, dan akan mengambil setiap langkah untuk menjaga keamanannya.
Ditanya tentang statemen Presiden Azerbaijan yang mengkritik manuver militer Iran di barat laut perbatasan negara ini, Khatibzadeh menjelaskan, hubungan dua negara baik dan penuh penghormatan, selain itu jalur-jalur normal dalam hubungan bilateral dua negara juga digunakan di level tertinggi, oleh karena itu statemen Presiden Azerbaijan cukup aneh.
Ia menambahkan, Iran selalu menentang segala bentuk pendudukan wilayah sebuah negara, dan menekankan pentingya penghormatan terhadap integritas wilayah serta perbatasan negara dunia. Selain itu Iran juga menghormati prinsip bertetangga yang baik.
"Manuver ini adalah masalah kedaulatan nasional, dan dilakukan untuk menciptakan ketenangan dan stabilitas di seluruh kawasan. Akan tetapi jelas bahwa Iran tidak akan pernah menolerir kehadiran Israel di dekat perbatasannya meski hanya formalitas, dan akan melakukan langkah apa pun yang diperlukan untuk menjaga keamanan nasional," pungkasnya.
Macron Tegaskan Eropa Tak Boleh Percayai AS di Bidang Keamanan
Presiden Prancis mengumumkan, masalah kapal selam dengan Australia tidak akan mengubah strategi Paris di kawasan Indo-Pasifik, dan Eropa harus bertumpu pada diri sendiri di bidang keamanan dan pertahanan.
Dikutip AFP, Selasa (28/9/2021), Emmanuel Macron saat menandatangani kontrak pembelian tiga kapal perang Prancis, Belharra oleh Yunani, bersama Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menuturkan, sebagai bagian dari strategi penguatan hubungan dua negara, dan dalam kerangka pertahanan atas kepentingan di Laut Mediterania, Athena membeli tiga fregat dari Prancis.
Macron menambahkan, “AS hanya mengejar kepentingan pribadinya, maka dari itu kami juga mengejar kepentingan kami. Negara-negara Eropa harus belajar dari masalah ini, dan harus bertanggung jawab atas pertahanannya masing-masing.”
Sejumlah banyak pemimpin negara Eropa menginginkan pembentukan pasukan pertahanan yang terlepas dari NATO, akibat kebijakan mantan Presiden AS Donald Trump. Masalah ini semakin menguat setelah penarikan AS dari Afghanistan.
Krisis Bahan Bakar Memburuk, Militer Inggris Disiagakan
Krisis bahan bakar, dan langkanya bensin di pom bensin-pom bensin Inggris, menyebabkan pemerintah negara itu memerintahkan Angkatan Bersenjata bersiaga.
Pemerintah Inggris, Selasa (28/9/2021) menyiagakan pasukan untuk mengansitipasi kerusuhan yang mungkin muncul akibat krisis bahan bakar, dan kelangkaan bensin di negara itu.
Media Inggris melaporkan, akibat kosongnya persediaan bensin di pom bensin-pom bensin negara itu, dan antrian panjang kendaraan warga untuk mendapatkan bensin, pemerintah London meminta militer bersiap.
Antrian panjang kendaraan warga Inggris yang ingin mendapatkan bahan bakar di pom bensin-pom bensin negara itu terus berlanjut setelah beberapa pom bensin ditutup akibat kelangkaan bahan bakar.
Kabar terbaru menyebutkan terjadinya beberapa kasus penyerangan dengan senjata tajam di sejumlah pom bensin Inggris, dan aksi saling pukul di antara warga yang mengantri.
Ulasan Pidato Presiden Iran di PBB
Sidang Majelis Umum PBB ke-76 dibuka pada 21 September yang diawali dengan pidato Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Menurut kantor berita Ahl al-Bayt (AS) - ABNA , Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dalam pidatonya melalui rekaman video pada Selasa (21/9/2021) malam waktu Tehran, menjelaskan posisi Republik Islam dalam berbagai isu penting regional dan tantangan-tantangan internasional.
Bagian penting dari pidato Presiden Iran berfokus pada penyebab dan faktor-faktor yang telah memicu krisis di Asia Barat dan dunia.
Peristiwa yang terjadi di Asia Barat dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa kebijakan Amerika Serikat tidak lebih dari memaksakan perang yang telah menghancurkan negara-negara di kawasan, termasuk di Irak, Suriah, Yaman, dan Afghanistan.
Kebijakan ini menyebabkan ratusan ribu orang tewas, termasuk perempuan dan anak-anak, menelantarkan jutaan orang, menghancurkan ekonomi, meningkatkan angka kemiskinan, menyebarkan kekacauan dan terorisme, dan banyak masalah lain.
Luka lama Palestina tetap menjadi isu utama di Dunia Islam. Luka ini semakin parah setelah rezim-rezim reaksioner Arab di kawasan memilih menormalisasi hubungan dengan Israel.
Presiden Raisi mengatakan, rezim Zionis merupakan entitas terorisme negara terbesar yang agendanya adalah membantai perempuan dan anak-anak di Gaza dan Tepi Barat. Hari ini blokade penuh telah mengubah Gaza menjadi penjara terbesar di dunia.
Kebijakan destruktif Amerika Serikat tidak terbatas pada mendukung rezim penjahat dan pembunuh anak-anak. Negeri Paman Sam, khususnya selama kepresidenan Trump, melancarkan perang ekonomi besar-besaran dengan tujuan memberikan tekanan maksimum pada rakyat Iran.
Kebijakan tekanan maksimum tetap dilanjutkan oleh Presiden Joe Biden, meskipun ia dalam pidatonya di PBB menyatakan kesiapan untuk kembali ke dalam perjanjian nuklir JCPOA. Kebijakan ini masih dipandang sebagai opsi yang tepat bagi Washington.
Selama penanganan wabah virus Corona, Iran menjadi sasaran sanksi ketat AS yang memblokir akses negara ini ke obat-obatan, peralatan medis, dan vaksin. Namun, hari ini Iran telah menjadi produsen vaksin Covid-19 meskipun sanksi anti-kemanusiaan AS dan Eropa tetap berlanjut.
Di tingkat regional, AS berusaha untuk memastikan Iran tetap terisolasi yaitu, lingkup kerja sama dan hubungan luar negeri Republik Islam, khususnya dengan negara-negara tetangga. Namun, Iran justru diterima sebagai anggota penuh Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Hal ini membuktikan bahwa Iran berada pada posisi penting di kancah regional serta berperan efektif dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan.
Presiden Iran dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, menegaskan bahwa sudah menjadi kebijakan kami untuk berusaha menjaga stabilitas dan integritas teritorial semua negara di kawasan.
“Jika bukan karena kekuatan dan peran Iran bersama pemerintah dan rakyat Suriah dan Irak serta semua upaya tanpa pamrih dari Syahid Abu Mahdi al-Muhandis dan Jenderal Qasem Soleimani, hari ini Daesh telah menjadi tetangga Mediterania Eropa,” ujarnya.
Dapat dikatakan bahwa Presiden Iran mengangkat dua isu utama dan penting dalam pidato tersebut. Pertama, sumber dari banyak krisis global seperti kemiskinan, ketidakamanan, instabilitas politik, dan perang adalah keserakahan kekuatan-kekuatan hegemonik dan kebijakan unilateral.
Solusi untuk krisis ini adalah mengubah pendekatan di tengah komunitas internasional, mencapai pemahaman yang realistis tentang ancaman, dan mengadopsi pendekatan multilateralisme yang dipimpin oleh PBB.
Kedua, pentingnya menerima tanggung jawab atas masalah dan ancaman bersama. Presiden Raisi menekankan bahwa Iran siap berperan dalam menciptakan dunia yang lebih baik, dunia yang penuh dengan rasionalitas, keadilan, kebebasan, moralitas, dan spiritualitas.
Parlemen Irak Kecam Konferensi Dukung Zionis di Erbil
Sejumlah anggota parlemen Irak mengecam keras diadakannya konferensi untuk mendukung normalisasi hubungan dengan rezim Zionis yang berlangsung di Erbil.
Menurut kantor berita Ahl al-Bayt (AS) - ABNA ,Ammar Ta'meh, Ketua Fraksi Pendekatan Nasional hari Sabtu (25/9/2021) mengatakan, "Penyelenggaraan konferensi untuk mendukung normalisasi dengan rezim Zionis mengabaikan kekejaman yang dilakukan oleh rezim penjajah rakyat Palestina dan bertentangan dengan posisi historis rakyat Irak dalam membantu bangsa Palestina,".
Anggota parlemen Irak ini menyerukan supaya para pelaku penyelenggara konferensi di Erbil dihukum.
Ia juga meminta pemerintah, parlemen, kelompok politik patriotik Irak, organisasi masyarakat sipil dan suku-suku Arab di negaranya untuk mengambil sikap berani dalam mengutuk dan mencegah tindakan perusakan terhadap nilai-nilai rakyat Irak.
Media Irak melaporkan digelarnya sebuah konferensi yang disebut "Kesepakatan Abraham" di Erbil untuk menormalkan hubungan publik dengan Israel yang berlangsung baru-baru ini
Setelah konferensi, rakyat Irak mengungkapkan kemarahan dan frustrasi mereka dengan langkah tersebut, serta meminta pejabat dan tokoh nasional maupun agama, seperti Muqtada al-Sadr, pemimpin faksi Sadr, Hadi al-Amiri, pemimpin Fatah. koalisi, dan Qais al-Khazali, pemimpin gerakan Asaeb Ahl al-Haq untuk mengambil sikap keras terhadap penyelenggara konferensi tersebut.
PM Kuwait: Palestina, Isu Utama Dunia Islam !
Perdana Menteri Kuwait pada sesi ke-76 sidang Majelis Umum PBB di New York menyebut Palestina sebagai isu utama dan penting dunia Islam dan Arab.
Kantor Berita Kuwait, KUNA hari Sabtu (25/9/2021) melaporkan, Perdana Menteri Kuwait, Sheikh Sabah Khalid Hamad Al-Sabah menegaskan kembali dukungannya terhadap perjuangan Palestina.
"Selama rakyat Palestina belum mencapai semua hak mereka yang sah, dan Israel terus melanggar hukum humaniter internasional dan melanjutkan penyitaan tanah dan penutupan daerah pemukiman dan pengepungan Jalur Gaza serta penodaan tempat-tempat suci, maka ketegangan dan ketidakstabilan akan berlanjut di kawasan," ujar PM Kuwait.
Khalid Hamad al-Sabah menekankan pentingnya melanjutkan upaya negosiasi dalam jadwal yang jelas untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan sumber-sumber ilmiah damai dan resolusi hukum internasional serta prakarsa perdamaian Arab demi mengakhiri pendudukan Israel dan pembentukan negara merdeka Palestina.
Selain masalah Palestina, Perdana Menteri Kuwait dalam pidatonya di Majelis Umum PBB menyinggung isu lain, termasuk masalah Yaman, dan menggambarkan krisis Yaman sebagai ancaman yang berkembang dan berbahaya bagi keamanan dan stabilitas regional.
Imam Sajjad, Teladan Ibadah dan Pengabdian
Sebutan Imam Sajjad, karena tekun beribadah dan bersujud kepada Allah Swt. Selain dekat dengan Tuhan, Imam Sajjad juga dikenal sebagai orang yang sangat dermawan, penyantun terutama kepada orang miskin, anak yatim dan orang-orang tertindas.
Manusia mulia ini juga dikenal dengan doa-doanya yang memiliki ketinggian bahasa yang menjulang dan kedalaman makna yang menghunjam. Beliau menjalani malam dengan doa dan ibadah kepada sang maha Pencipta. Tentang ini, Imam Baqir as, putra Imam Sajjad berkata, "Ketika semua orang di rumah tertidur di awal malam, ayahku, Imam Sajjad bangun mengambil wudhu dan shalat dua rakaat. Kemudian beliau mengambil bahan makanan dalam karung dan memanggulnya sendirian menuju daerah orang-orang miskin dan membagikan makanan kepada mereka. Tidak ada seorangpun yang mengenalnya. Setiap malam orang-orang miskin menunggu beliau di depan rumah mereka untuk menerima jatah makanannya. Tapak hitam dipunggung ayahku merupakan bukti bahwa beliau memanggul sendiri makanan yang dibagikan kepada orang miskin."
Imam Sajjad dengan tanpa pamrih dan hanya mengharap keridhaan Allah dalam berbuat baik terhadap orang lain. Ketika bersama rombongan bergerak menuju Mekah untuk menjalankan ibadah haji, beliau meminta supaya pengurus rombongan tidak memperkenalkan identitas dirinya kepada yang lain. Dengan cara ini rombongan lain tidak mengenalinya, dan beliau bisa leluasa melayani keperluan mereka yang hendak berangkat untuk menunaikan ibadah haji.
Dalam sebuah perjalanan seseorang mengenalinya dan berkata, "Apakah kalian tahu siapa pemuda ini " Ia tidak lain adalah Ali bin Husein. Rombongan itu berlari mendekati Imam Sajjad dan memberi hormat serta memohon maaf karena tidak mengenalinya. Imam berkata, "Suatu hari saya berangkat bersama rombongan haji dan anggota rombongan mengenalnya dan menghormatiku, sebagaimana mereka menghormati Rasulullah. Akhirnya merekalah yang melayani keperluanku bukan sebaliknya. Padahal saya ingin melayani keperluan mereka. Inilah alasan saya tidak ingin dikenali oleh mereka."
Kehidupan Imam Ali Zainal Abidin menjadi mata air pengetahuan dan akhlak bagi yang mendulangnya. Salah satu pelajaran besar dari kehidupan beliau adalah cara memberikan nasehat yang bijaksana. Suatu hari seoranglelaki mengeluh dan putusa asa atas rahmat Allah swt. Ia berkata, "Saya berdoa, munajat dan memohon kepada Allah, tapi suara ini tidak melampaui langit-langit rumah apalagi menembus angkasa." Mendengar keluhan itu, salah seorang temannya berkata, "Jangan keliru saudaraku, Allah dekat dengan kita. Tapi kitalah yang tidak memiliki kemampuan untuk merasakannya. Bukankah, Allah swt dalam al-Quran berfirman, "Aku lebih dekat dari urat nadimu.
Tapi nasehat itu tidak berpengaruh, dan lelaki itu kian hari semakin putusasa atas kehidupannya. Akhirnya suatu hari ia diajak bertemu dengan Imam Sajjad. Di hadapan Imam Sajjad lelaki itu berkata, "Saya menemui Anda untuk menanyakan mengapa doaku tidak terkabul. Padahal Allah swt berfirman, ‘Berdoalah, maka Aku akan mengabulkan doamu ‘. Saya khawatir akidah saya lemah dan meninggal dalam keadaan tidak beragama."
Imam Sajjad memandang dengan penuh kasih sayang kepada lelaki. Beliau kemudian bertanya, "Apakah shalatmu awal waktu atau tidak? Apakah engkau telah berbuat baik seperti bersedekah kepada orang miskin demi mendekatkan diri kepada Allah? Apakah sikapmu baik terhadap teman-temanmu? Apakah kamu tidak mengucapkan kalimat yang menyulut permusuhan? Apakah engkau tidak memberikan persaksian palsu? Apakah kamu telah menunaikan zakat dan membayar utang? Apakah engkau tidak kikir terhadap kaum fakir dan membantu yatim?"
Lelaki itu menjawab, "Wahai Ali bin Husein, sayang sekali saya tidak termasuk kriteria yang Anda sebutkan. Imam sambil tersenyum ramah menjawab, "Lalu apa yang diharapkan dari Allah ? Semua kriteria yang saya sebutkan itu selain berguna bagi akhiratmu juga bermanfaat bagi duniamu. Salah satunya adalah dikabulkannya doa. Dengarlah perintah Allah, maka Allah akan mendengar perkataan kita."
Dalam pandangan Imam Sajjad, hubungan vertikal dengan Allah swt tidak bisa dipisahkan dari hubungan horizontal antarsesama manusia. Imam Zainal Abidin dalam Risalah Huquq menyinggung hak sesama manusia. Sebab setiap anggota masyarakat memiliki tanggung jawab bersama dalam menjalani kehidupan ini. Dengan cemerlang, Imam Sajjad menjelaskan bagaimana hak pemimpin terhadap bawahannya dan sebaliknya. Tidak hanya itu, Imam Sajjad juga menjelaskan bagaimana hubungan keluarga menyangkut hak orang tua terhadap anaknya dan sebaliknya, hak bertetangga, berteman dan hak terhadap harta.
Menurut Imam Sajjad, manusia adalah pelayan bagi yang lain, sehingga dalam masyarakat tumbuh budaya gotong-royong dan saling membantu. Di bagian lain Imam Sajjad mengungkapkan perkataan tentang saudara. Beliau berkata, "Saudara yang buruk adalah orang yang memperhatikanmu ketika keadaan lapang, namun menjauhi ketika sulit." Untuk itu seorang mukmin berkewajiban berbuat baik kepada orang lain.
Dalam pandangan Imam Sajjad, melayani orang lain memiliki berbagai dampak yang sangat besar baik di dunia maupun di akhirat. Salah satunya adalah membantu orang yang terkena musibah dan membutuhkan pertolongan. Imam Sajjad berkata, "Di dunia ini tidak ada yang lebih mulia selain berbuat baik kepada saudara."
Imam Sajjad dalam berbagai riwayat lain menjelaskan bahwa orang yang membantu orang lain akan mendapat ganjaran pahala akhirat, ampunan dosa, kedudukan yang tinggi di surga serta pahala lainnya. Beliau berkata, "Tuhanku, semoga shalawat tercurah atas Muhammad dan keluarganya.., anugerahilah tanganku ini agar bisa berbuat baik kepada orang lain, dan jangan rusakkan kebaikan itu dengan riya dalam diriku."
Imam Sajjad bahkan dalam doanyapun memberikan contoh bagaimana mengabdi dan melayani kebutuhan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Imam Zainal Abidin kepada putranya berkata, "Barang siapa yang meminta tolong padamu untuk melakukan suatu pekerjaan baik, maka lakukanlah. Jika kamu ahlinya maka lakukan dengan sebaik-baiknya, Jika bukan engkau telah berbuat baik."
Imam Ali Zainal Abidin sangat menekankan pentingnya pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian terhadap masyarakat bukan diukur dari seberapa besar pekerjaan itu, tapi kualitas layanan dan ketulusan niatlah yang menjadi ukuran dari bernilai atau tidaknya pekerjaan itu. Selain itu, pengabdian juga menumbuhkan sebuah ketenangan spiritual bagi seseorang yang bisa berbuat kebaikan bagi orang lain. Terkait hal ini Imam Sajjad berkata, "Sikap bersahabat dan bersaudara seorang mukmin kepada saudara mukmin lainnya adalah ibadah." Di bagian lain, Imam Sajjad mengingatkan nilai spiritual berbuat baik kepada orang lain dengan mengatakan, "Allah akan menggembirakan orang yang telah menggembirakan saudaramu."



























