کمالوندی

کمالوندی

Sabtu, 25 September 2021 20:46

Sheikh Mufid

 

Pada tanggal 11 Dzulqa'dah 336 H, di sebuah wilayah bernama Suwaiqah bin Bashri, sebuah daerah yang terletak di utara Baghdad, lahirlah seorang yang akan membawa ajaran Islam, khususnya keilmuan Syiah ke puncak tertinggi.

Gerakan Intelektual yang dilakukannya telah membuat ilmu pengetahuan menjadi hidup dan bersinar sepanjang rentang sejarah Islam. Demikian juga dengan pendirian sebuah lembaga Akademi Ilmu pengetahuan dan budaya Islam yang dilakukannya, telah memberikan manfaat yang luar biasa bagi masa depan intelektual Islam. Dialah Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Nu'man al-Baghdadi yang lahir dipangkuan ibunda tercinta, serta menjadi pecinta Ahlul Bait dan mendapatkan pendidikan dan bimbingan darinya.

Sheikh Mufid hidup pada abad keempat dalam sejarah Islam, era dimana gejolak politik dan ilmu pengetahuan berada pada puncaknya, era dimana tokoh-tokoh filosof terkenal seperti al-Farabi, Ibnu Maskawih dan Ibnu Sina, juga para tokoh ilmuwan Biologi dan matematika serta astronomi yang luar biasa seperti Abu Rayhan al Biruni, Zahrawi dan Ibnu Maysam hidup, beliau juga hidup sezaman dengan tokoh sejarawan terkenal seperti Abul Faraj Isfahani. Sebuah era sejak 300 tahun berlalu dari awal penerapan ajaran Islam.

Pada saat itu, buku-buku ilmu pengetahuan Yunani dan India telah diterjemahkan, dan pada saat itu pula telah lahir dan berkembang berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam seperti ilmu Hadis, Tafsir, Sejarah Islam, khilafah Islam, Sejarah Nabi, Sejarah Politik dan Penaklukan wilayah, bahkan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi pun telah mengalami perkembangan pesat.

Sheikh Mufid pada usia yang masih sangat muda bersama ayahnya dan para muridnya akhirnya pergi ke Baghdad, pusat ilmu pengetahuan terbesar pada waktu itu, dimana terdapat 59 dosen yang mengajar berbagai disiplin ilmu (sebagian ahli sejarah menyebutkan angka 71 orang) [Almaqalat wa Risalat, Juz 9, hal 10]. Diantara dosen yang terkenal pada waktu itu adalah Sheikh Shaduq dan Abul Qosim Ja'far bin Muhammad bin Qaulaweih al-Qummi, dua orang yang merupakan pakar fiqh, dan Sheikh Mufid banyak menggunakan waktunya untuk mencatat riwayat-riwayat yang berasal dari mereka.

Di samping itu, beliau juga menghadiri pusat pendidikan Abu Abdillah, seorang teolog dan faqih Mu'tazilah yang merupakan pemikir terkenal pada masa itu, demikian pula dengan pusat pendidikan Abu Yasir, yang juga seorang teolog terkenal. Pada saat belajar pada mereka, terkadang banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Sheikh Mufid kepada mereka, namun mereka tidak mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kerenanya mereka menganjurkan beliau untuk mendatangi Ali bin Isa Rumani yang merupakan teolog tersohor. Demikianlah, hingga pada akhirnya beliau dapat mencicipi semua lautan ilmu para alim dan ulama pada masa itu hingga beliau mencapai tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang tinggi, baik yang bersumber dari ulama syiah sendiri, maupun dari ulama-ulama Sunni saat itu.

Sheikh Mufid memanfaatkan alam kebebasan yang ada pada masa itu, dengan mengajar disebuah masjid yang bernama Buratsa di Baghdad, beliau mengajar, berkhutbah, berdiskusi, berdebat dan membahas berbagai macam ilmu pengetahuan di mesjid itu, dan senantiasa mendorong berbagai kelompok Islam yang terpecah untuk senantiasa saling memahami dengan dialog, dan mengenyampingkan segala perbedaan yang bersifat Juz'i (parsial), dan melihat permasalahan ushul (prinsip) sebagai suatu hal yang dapat menyatukan mereka semua.

Peran dan usaha beliau, membuat Sheikh Mufid berada dalam deretan ulama-ulama Imamiyah sebagai seorang tokoh teolog dan faqih yang terkemuka, bukan hanya sebagai pendiri tradisi intelektual, bahkan juga menjadi salah satu rujukan yang sangat membantu dalam dua kategori (teologi dan fiqih) di pusat-pusat pendidikan Islam (hauzah) hingga saat kini.

Beliau selalu dekat dengan masyarakat yang telah terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran yang sesat dan perilaku bejat, dan senantiasa berbicara dan menyeru perbaikan kepada siapa saja di sudut-sudut kota, dan mengajak mereka kepada jalan kebenaran, dalam menyampaikan seruannya. Dalam mengajak masyarakat, terkadang beliau menggunakan kata-kata hikmah India dan Yunani, dan terkadang dengan metode sufi dan para arifin, beliau juga menyeru dan menasehati Abdi Negara yang melakukan kerusakan, dan mengajarkan Islam kepada mereka, menyadarkan mereka dari kealpaan karena kebodohan dan kesesatan mereka, serta menunjukkan penyimpangan dan mengkoreksi kesalahan mereka.

Karena sebab inilah Sheikh Mufid terkenal sebagai orang yang memiliki kepedulian yang besar, ulet dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, sehingga dengan usaha-usaha yang dilakukan beliau diiringi dengan keyakinan yang kuat, akhirnya mampu membangkitkan kesadaran kaum muslimin.

Beliau mendirikan pusat pendidikan Ahlul Bait yang tidak terikat dan bebas sebagai upaya untuk memberi pemahaman yang benar tentang fiqih syiah dan membuat metode penggabungan antara aql dan naql dalam bidang kalam dan fiqih. 

Dengan menulis dan mengajar, mendidik dan membimbing para muridnya baik melalui bimbingan di kelas ataupun dalam acara-acara debat dalam berbagai kesempatan, beliau mengajarkan bagaimana menyampaikan kebenaran dan menyelamatkan manusia dari kesesatan, inilah salah satu yang menjadi kebanggaan para pengikut Ahlul Bait, keberhasilan beliau mampu memberi petunjuk kepada firqah-firqah yang pada saat itu banyak sekali jumlahnya untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan kebenaran di bawah payung wilayah dan imamah.

Ibn Katsir dalam salah satu karyanya menulis, "Banyak sekali ilmuwan dari berbagai fiqah menghadiri majelis ilmu yang diadakannya". Hal ini menunjukkan bahwa cahaya ilmu yang diberikan oleh Sheikh Mufid dapat dimanfaatkan oleh berbagai golongan dan mazhab, dan matahari Ilmu dan kesempurnaan langit ilmu yang ditawarkannya menjadi penerang kebenaran yang ditunggu af, karena itu beliau dipanggil "Mufid" yang menunjukkan pengajaran dan munadharah yang baik, sehingga menjadikannya bermanfaat bagi masyarakat, hal ini dapat kita lihat dari bagaimana 10 abad perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam waktu itu, tidak mampu menafikan keberadaan beliau.

Karya-karya Shekh Mufid di bidang Kalam antara lain: al-Irsyad, al-Ifshah, An-Nuqath al I'tiqadiyyah (Ushuluddin), Syarh al-'Aqaid as-Shaduq, Wail al-Maqalat dan al-Fashl al-Mukhtarah. Dalam ilmu kalam, kecerdasan Sheikh Mufid adalah tiada bandingnya, banyak perdebatan-perdebatan kalam yang telah dilakukannya, di antara perdebatan beliau yang terkenal adalah dengan salah seorang ulama Ahlus Sunnah yang bernama Qadhi Abu Bakar al Baqillani (salah seorang ulama Asya'irah), juga perdebatan-perdebatan lainnya seperti dengan Thabrani (seorang pemimpin Zaidiyah), Ibnu Lulu (salah seorang pemimpin Isma'iliyyah), Ibnu Qilab al Qhattan (pemimpin golongan Hasyawiyyah), Qadhi Abdul Jabbar (pemimpin golongan Mu'tazilah di Baghdad), dalam perdebatan yang terakhir ini, karena Qadhi Abdul Jabbar tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan Sheikh Mufid, akhirnya beliau menunjuknya untuk menggantikan kedudukan beliau dan berkata, "Engkau benar-benar seorang yang mufid ?

 

Pengadilan Tinggi Negara Bagian Kaduna di Nigeria pada hari Rabu (28/07/2021) membebaskan Sheikh Ibrahim Zakzaki, Sekretaris Jenderal Gerakan Islam Nigeria (IMN), dan istrinya dari semua tuduhan dan membebaskan mereka.

Putusan tersebut menyatakan bahwa dakwaan terhadap Sheikh Zakzaky yang disampaikan pihak jaksa tidak jelas dan tidak terbukti. Sheikh Zakzaky telah didakwa dengan tuduhan palsu selama empat tahun terakhir. Pengacaranya sebelumnya telah membantah semua tuduhan terhadap Allamah Zakzaky dan istrinya.

Pengumuman putusan Mahkamah Agung Kaduna ini merupakan kemenangan besar tidak hanya bagi Sheikh Zakzaky dan istrinya Zeenat Ibrahim, tetapi juga bagi Gerakan Islam Nigeria. Sheikh Zakzaky dan istrinya telah dipenjara sejak kejahatan Zaria pada tahun 2015.

Pada 13 Desember 2015, tentara Nigeria secara brutal menyerang para pelayat Imam Husein as di di Huseiniah Sahib al-Zaman, yang menewaskan sekitar 2.000 para pelayat Imam Husein as. Sheikh Zakzaky terluka parah dan salah satu matanya menjadi buta karena parahnya luka-lukanya, sementara matanya yang lain berada di ambang kebutaan.

Setelah itu, Sheikh Zakzaky selalu berada dalam kondisi terburuk di penjara, kehilangan layanan medis dan kesehatan dasar, serta kondisi kesehatannya kritis. Meskipun banyak upaya oleh pemerintah Nigeria untuk menekan Sheikh Zakzaky untuk mengakui dan menerima tuduhan palsu, Sheikh Zakzaky selalu berdiri teguh menjadi panutan kesabaran dan keteguhan.

Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak penangkapan Sheikh, tekanan terhadap Syiah Nigeria telah meningkat, kegiatan keagamaan dan upacara keagamaan seperti Tasua dan Asyura telah dilarang oleh pemerintah dan pertemuan mereka telah ditindas dengan keras. . Faktanya, pemerintah Nigeria telah berusaha selama bertahun-tahun untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kehadiran Syiah dari berbagai bidang sosial dan politik Nigeria.

"Pemerintah Nigeria sedang dalam misi dari Arab Saudi untuk memerangi Syiah dan menghilangkan pengaruh Sheikh Zakzaky di antara orang-orang Nigeria, dan mereka bahkan takut menyebarkan berita tentang tokoh Nigeria terkemuka ini," kata Omar Zaki, akademisi Universitas Nigeria.
Akar intensifikasi kebijakan pemerintah Nigeria terhadap Syiah di negara itu dapat ditelusuri dari pengaruh asing serta propaganda Islamophobia, yang menganggap setiap aktivitas Islam sebagai bagian dari aktivitas kelompok teroris ekstremis, terutama Boko Haram. Sementara sifat aktivitas Islam Sheikh Zakzaky dan Gerakan Islam Nigeria sangat jauh dari pandangan ekstremis kelompok teroris takfiri Boko Haram, yang telah menyatakan solidaritasnya dengan Daesh (ISIS).

Sebagai negara dengan populasi terpadat di benua Afrika, Nigeria adalah salah satu negara terpenting di benua itu dengan sumber daya minyak dan gasnya yang kaya. Hal ini telah menyebabkan dua sekutu AS di kawasan Asia Barat, Arab Saudi dan Israel, untuk memberikan perhatian khusus kepada negara besar Afrika itu dan mempengaruhi pemerintah Nigeria untuk mencoba menyelaraskan pemerintah Nigeria dengan kebijakannya, terutama penindasan terhadap Syiah Nigeria.

"Pemerintah Nigeria sedang dalam misi dari Arab Saudi untuk memerangi Syiah dan menghilangkan pengaruh Sheikh Zakzaky di antara orang-orang Nigeria, dan mereka bahkan takut menyebarkan berita tentang tokoh Nigeria terkemuka ini," kata Omar Zaki, akademisi Universitas Nigeria.

Faktanya, selama persidangan panjang Sheikh Zakzaky dan istrinya, rezim Saudi dan rezim Zionis mencoba dengan segala cara yang mungkin untuk mengamankan keputusan hukuma. Sheikh Adam Ahmad, salah satu wakil Sheikh Ibrahim Zakzaky mengatakan beberapa bulan lalu, "Selain tekanan rezim Zionis terhadap pemerintah Nigeria, serta campur tangan dalam proses pengadilan, rezim Al Saud dan Amerika Serikat juga terlibat dalam semakin panjangnya masa persidangan Sheikh Zakzaky dan istrinya.

Namun, semua upaya ini kini telah gagal dengan pembebasan Sheikh Zakzaky dan istrinya. Diharapkan dengan keluarnya Sheikh Zakzaky dan dimulainya kembali aktivitas keislamannya, semangat baru akan dihembuskan ke dalam tubuh Gerakan Islam Nigeria. 

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran kembali menyampaikan pandangannya mengenai perempuan dalam perspektif Islam yang berbeda dengan pandangan umum Barat.

Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam peringatan kelahiran Sayidah Fatimah Az-Zahra yang diperingati di Iran sebagai hari perempuan, Rabu (3/2/2021) menjelaskan perspektif Islam dan Republik Islam Iran terhadap perempuan dengan pandangan pemuliaan dan penghormatan, sedangkan pandangan umum Barat menempatkannya sebagai komoditas dan instrumen.

Rahbar  mengungkapkan, "Dari perspektif Islam, laki-laki dan perempuan tidak berbeda dalam hal ketuhanan dan nilai kemanusiaannya. Tentu saja, selain kewajiban kolektifnya, setiap pria dan wanita memiliki tugas khusus masing-masing. Itulah sebabnya, Allah swt telah menciptakan kombinasi struktur fisik mereka sesuai dengan tugas khusus tersebut,".

Ayatullah Khamenei juga menegaskan peran sentral perempuan dalam lembaran sejarah kontemporer Iran. Beliau megatakan, "Dalam periode sejarah di Iran, tidak ada peran perempuan terpelajar dan aktif yang hadir dalam berbagai bidang sosial, budaya dan seni, ilmu pengetahuan, politik dan ekonomi sebagaimana saat ini, yang semua ini menunjukkan berkah dari Republik Islam,".

Perempuan di Iran menempati separuh dari populasi negara ini sebagai kekuatan aktif masyarakat yang memainkan peran penting dalam bidang ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi, sosial dan pendidikan.

Peran ini dicapai dengan memberikan peluang bagi tumbuhnya potensi dan kehadiran aktifnya di berbagai bidang, termasuk di perguruan tinggi. Data statistik terbaru menunjukkan sekitar 47 persen kursi di pusat-pusat pendidikan tinggi Iran diisi perempuan. Lebih dari 27 persen perempuan menempati posisi sebagai dosen tetap di berbagai universitas Iran. Fakta ini mempertegas pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengenai posisi dan peran sentral perempuan di Iran yang membantah berita miring media internasional, terutama media Barat.

 Data statistik menunjukkan fakta bahwa perempuan dalam masyarakat dinamis Iran telah memperoleh bagian mereka secara proporsional sesuai status dan posisinya dalam masyarakat. Selain berperan vital sebagai pilar penting keluarga, perempuan juga aktif di berbagai bidang kegiatan sosial, ekonomi, politik serta  ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perspektif kritis Rahbar mengenai pandangan Barat terhadap perempuan juga didasarkan pada fakta yang tidak dapat disangkal mengenai dampak modernisasi terhadap perempuan. Tidak sedikit data statistik yang menunjukkan bukti-bukti mengenai persoalan yang menimpa perempuan di dunia Barat. Mereka memang memiliki hak yang sama dengan laki-laki, tetapi juga kehilangan identitasnya, dan menderita depresi mental, juga masalah keluarga yang tidak kecil.

Anika Flensburg, seorang aktivis hak-hak perempuan mengungkapkan, "Banyak perempuan dalam masyarakat ini yang malu dan bungkam tentang apa yang menimpa mereka.Sangat sedikit yang mau berbicara tentang perilaku kekerasan yang dilakukan terhadap mereka.".

Statemen aktivis perempuan ini hanya bagian kecil dari fakta sosial mengenai tumpukan masalah yang dihadapi perempuan di dunia Barat. Ironisnya, mereka terus-menerus mencoba mendiktekan pandangannya mengenai perempuan terhadap belahan dunia lain. 

Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam hal ini mengungkapkan sifat dari perbedaan pandangan antara Islam dan Barat. Pandangan Islam tentang perempuan sebagai dasar untuk menyoroti peran penting keluarga dan ibu, dan menekankan bahwa fondasi terkuat dari pendidikan intelektual dan spiritual juga sosial terbentuk dalam keluarga. Ibu berperan sebagai poros dalam keluarga yang tidak bisa dihilangkan.

Negara-negara Barat meneriakkan slogan-slogan indah dan menggoda tentang perempuan sembari menghancurkan nilai-nilai moral dan kemuliaan perempuan sebagai bagian dari masyarakat dunia.

Masalah ini menjadi sorotan Rahbar dalam pidato terbarunya, terutama ditekankan dalam petikan statemennya, "Kami bangga dengan pandangan Islam, dan kami tidak sejalan dengan pandangan Barat tentang wanita dan gaya hidupnya,".

Sabtu, 25 September 2021 20:40

Fatimah, Teladan Sepanjang Sejarah

 

Kehidupan Sayidah Fatimah menjadi perhatian berbagai kalangan, terutama para ulama dan pemikir dunia, bukan hanya dari kalangan Muslim saja.

Penyair dan penulis terkemuka Kristen Lebanon, Suleiman Kettani menulis, "Fatimah Zahra memiliki kedudukan yang sangat tinggi melebihi apa yang dijelaskan dalam literatur sejarah dan berbagai riwayat. Beliau lebih agung dari sejarah yang menjelaskan kehidupannya. Untuk itu, cukup kiranya; beliau adalah putri Muhammad Saw, istri Ali, ibu dari Hassan dan Husein, serta wanita agung dunia."

Sayidah Fatimah as memiliki beberapa sebutan mulia, disamping banyak nama dan sebutan lain yang disematkan pada pribadi agung ini. Di antaranya ialah; Fatimah, Zahra, Muhaddatsah, Mardhiyah, Siddiqah Kubra, Raihanah, Bathul, Rasyidah, Haura Insiyah (bidadari berbentuk manusia), dan Thahirah.

Allamah al-Majlisi dalam kitab Bihar al-Anwar menukil sebuah riwayat dari Imam Jakfar Shadiq as, yang menyatakan bahwa "Ia dinamakan Fatimah, karena tidak terdapat keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tidak ada Ali as, maka sampai hari kiamat tidak akan ada seorang pun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya)". (Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 10)

Imam Ali as berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ia dinamakan Fatimah, karena Allah Swt akan menyingkirkan api neraka darinya dan dari keturunannya. Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku." (Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 18-19)

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Kehidupan Fatimah az-Zahra as meski terbilang singkat, namun kehidupan itu merupakan samudra dari kerja keras, kesabaran, pembelajaran, perjuangan dalam membela kenabian, imamah dan sistem Islam, dan pada akhirnya menjemput kesyahidan. Kehidupan Fatimah as yang penuh dengan perjuangan sungguh sangat luar biasa dan benar-benar tak ada tandingan."

Meskipun tidak berusia panjang, tapi kehidupan mulia Sayidah Fatimah hingga kini masih terus dikaji dan digali oleh berbagai kalangan. Terkait hal ini, aktivis muslimah Indonesia, Reni Susanti mengungkapkan pandangannya:

Wawancara 1:

Sayidah Fatimah as dilahirkan di sebuah masyarakat yang jauh dari nilai-nilai mulia, yang tidak menghormati perempuan. Para sejarawan menilai Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam sebagai sebuah masyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Di tengah masyarakat seperti itu, Fatimah as telah menjadi teladan dalam mendobrak tradisi-tradisi jahiliyah yang tidak memberi hak hidup kepada kaum perempuan.

Wanita mulia ini mendapat perhatian khusus dari ayahnya. Semua sikap dan perlakuan Rasulullah Saw kepada Fatimah as mencerminkan pandangan luhur Islam terhadap perempuan. Beliau selalu memanfaatkan kesempatan untuk mengenalkan kepribadian agung Fatimah as kepada para sahabatnya dan masyarakat Arab. Rasulullah Saw bersabda: "Fatimah adalah bagian dariku, siapa saja yang membuatnya marah, maka ia telah membuatku marah dan siapa saja yang membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku." 

Terkait kebesaran Sayidah Fatimah az-Zahra as, Rasulullah Saw bersabda, "Keimanan kepada Allah Swt melekat dalam hati dan jiwa mendalam az-Zahra as yang mampu menyingkirkan segalanya saat beribadah kepada Allah Swt. Fatimah adalah bagian dari hati dan jiwaku. Barangsiapa yang menyakitinya sama halnya ia menyakitiku dan membuat Allah Swt tidak rela."

Hadis di atas itu diucapkan oleh manusia terbaik di alam semesta dan pilihan Allah Swt, Muhammad Rasulullah Saw. Tak diragukan lagi, keagungan Sayidah Fatimah az-Zahra as menghantarkan ke derajat yang luar biasa di sisi Rasulullah Saw.

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, "Putriku yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah bidadari berwajah manusia. Setiap kali Fatimah beribadah di mihrab di hadapan Tuhannya, cahaya wujudnya menyinari malaikat. Layaknya bintang-gemintang yang bersinar menerangi bumi."

Keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki Sayidah Fatimah as bukan hanya disebabkan posisinya sebagai putri Rasulullah Saw. Apa yang membuat pribadinya menjadi begitu luhur dan dihormati, lantaran akhlak dan kepribadiannya yang sangat mulia. Di samping itu, kesempurnaan dan keutamaan yang dimiliki Sayidah Zahra as mengungkapkan sebuah hakikat bahwa masalah gender bukanlah faktor yang bisa menghambat seseorang untuk mencapai puncak kesempurnaan. Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi yang sama untuk meraih kesempurnaan.

Fatimah juga sangat peduli dengan isu-isu sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Islam pada masa itu, dan senantiasa mendukung kebenaran dan ditegakkannya keadilan. Terkait masalah ini, aktivis Muslimah Indonesia, Reni Susanti menjelaskan:

 

Tanpa Teladan, Kebaikan Akan Menjadi Perkara Yang Jarang Dan Aneh

Dalam pemerintahan yang fasad [rusak], kebaikan merupakan sesuatu yang aneh, sementara keburukan dan kefasadan merupakan sebuah kaidah. Dalam pemerintahan yang baik, keburukan adalah sesuatu yang aneh dan kebaikan adalah sebuah kaidah. Di masa rezim despotik [Shah Pahlevi], menjadi seorang perawat adalah sesuatu yang baik. Di kalangan para perawat ada wanita-wanita yang mukmin. Mereka yang ingin menjalani kariernya dengan kesucian dan mengenal kewajibannya serta mahir, namun budaya Barat yang menbanjiri masyarakat kita, tidak mengizinkan seorang wanita muslim sebagai perawat. Teladan wanita muslim adalah sebuah teladan spesial.

---

Ketika tidak ada teladan wanita muslim, maka untuk menjadi baik dan menjadi bermanfaat akan menjadi sesuatu yang aneh, saat mendapatkan sebuah kesempatan. (dalam pertemuan bersama para perawat, pada hari perawat, 15/10/1365)

Tidak Adanya Teladan; Faktor Masuknya Budaya Asing

Salah satu kekurangan yang ada di tengah-tengah masyarakat kita pada masa itu adalah tidak adanya kejelasan tentang teladan wanita muslim. Sehingga karena kekurangan inilah, budaya-budaya asing berhasil melakukan serangannya di tengah-tengah masyarakat kita. (dalam pertemuan badan pemerintahan, pada hari kelahiran Sayidah Fathimah Zahra as, 10/12/1364  

Kekosongan Pikiran Para Wanita; Sarana Menyebarnya Teladan Barat

Rancangan tentang kepribadian putri Rasulullah Saw sebagai teladan wanita saat ini, adalah penting bagi masyarakat kita. Karena selama setengah abad terakhir, kekosongan pikiran masyarakat khususnya di kalangan para wanita telah memberikan kesempatan yang tepat bagi orang-orang yang punya pikiran buruk untuk memaparkan teladan yang diinginkannya dalam bentuk pikiran dan kenyataan di tengah-tengah masyarakat dan mendorong wanita Iran seperti wanita-wanita lainnya di negara-negara Islam menuju pada teladan budaya industri Barat. Meski anasir pertama secara langsung yang menjalankan konspirasi busuk ini adalah Rezakhan [raja Reza Pahlevi] dan kaki tangannya; namun, merupakan suatu keluguan, bila kita tidak menyaksikan tangan tersembunyi politik yang menguasai dunia yang secara khusus memusuhi Islam yang menjadi faktor terbesar kebangkitan bangsa-bangsa Muslim, di balik pentas yang menyedihkan dan menawan ini. Sejak saat itu, selama puluhan tahun, semua instansi budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat Iran sebisa mungkin menjadi perangkat untuk memenuhi lingkungan sosial dengan segala sesuatu yang bisa mendorong wanita pada tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya. (dalam seminar peran wanita di tengah-tengah masyarakat, 10/12/1364)

Teladan Barat; Wanita Sebagai Alat Kelezatan Pria

Teladan Barat Eropa saat ini, muncul dan dilahirkan dari teladan kuno Romawi dan Yunani. Pada masa itu, wanita adalah sebuah alat bagi kelezatan pria dan semuanya terpengaruh oleh masalah ini. Sekarang juga mereka menginginkan hal ini; inilah pembicaraan asli orang-orang Barat. (dalam seminar peran wanita di tengah-tengah masyarakat, 10/12/1364)

Pengkhianatan Modernisasi Terhadap Kemanusiaan Dengan Memaparkan Teladan Yang Fasad [Rusak]

Mereka yang memaksakan teladan yang fasad dan busuk dengan topeng kemajuan dan peradaban kepada para wanita dunia atas nama mewujudkan perubahan sosial dan ekonomi, bukan saja berkhianat terhadap para wanita, tapi terhadap manusia dan kemanusiaan. Orang-orang busuk yang dengan bohong meneriakkan slogan kebebasan wanita, sebenarnya ingin menyeretnya ke dalam tawanan budaya konsumerisme dan mengkonsumsi budaya yang hina; sehingga dengan mudah bisa menjajah anak-anak dan orang-orang yang terdidik secara lemah oleh ibu-ibu semacam ini sebagai alat yang tak berkehendak. Masyarakat kita, yang suatu hari telah mengalami konspirasi ini karena berkuasanya antek-antek penjajah, alhamdulillah karena berkat revolusi dan darah para syuhada kini telah bankit dan berhasil menggagalkan tipu muslihat setan besar dan kecil satu persatu. (dalam pesan untuk seminar Kautsar Shiraz, 20/11/1366)

2. Fathimah Zahra as: Teladan Global Wanita dan Kehidupan Manusia

Kepribadian Fathimah as; Gambaran Terindah Dan Paling Menarik Tentang Wanita

Kini, telah muncul sebuah bendungan yang tinggi yang bisa menahan banjir budaya pengkhianatan dengan bangkitnya wanita muslim karena berkat Revolusi Islam dan dengan partisipasi aktif wanita Iran di semua kancah revolusi besar ini serta berkembangnya pikiran di kalangan wanita. Namun, untuk mengokohkan bendungan ini perlu memaparkan teladan wanita muslim. Kepribadian Fathimah Zahra as yang merupakan himpunan nilai seorang wanita muslim, bisa dijadikan sebagai gambaran yang terindah dan paling menarik tentang wanita di hadapan semua wanita, khususnya wanita muslim. (dalam seminar peran wanita di tengah-tengah masyarakat, 10/12/1364)

Teladan Gambaran Yang Paling Bagus Tentang Wajah Wanita Muslim Bagi Penduduk Dunia

Banyak ucapan tentang Fathimah Zahra as dan sebuah buku pun tidak mampu untuk menjelaskan semuanya. Namun sekarang kita perlu membahas tentang Fathimah Zahra as yang merupakan wanita teladan dan wanita besar Islam, lebih jauh. Karena sekarang adalah masanya berhadapan-hadapan antara budaya Islam dan budaya hina Barat di semua masalah termasuk masalah penting wanita di tengah-tengah masyarakat dan kehidupan.

Namun, bila kita melewati saja tangan-tangan yang punya tujuan kotor, masih banyak yang belum tahu bahwa bagaimana Islam telah memberikan posisi yang tinggi bagi seorang wanita. Untuk mengenalkan masalah ini kepada dunia dan menyemangati pada budaya Islam yang tinggi dan maju di bidang ini, contoh yang paling bagus adalah menggambarkan wajah para wanita Islam yang terdepan. Karena kepribadian dan kehidupan mereka dengan sendirinya menunjukkan pemikiran Islam tentang wanita dan di atas semua wanita di dunia yang terdepan sepanjang sejarah ini adalah Fathimah Zahra as putri Rasulullah Saw. Untuk itu, bila kita ingin bekerja dan membahas masalah ini, banyak pekerjaan yang diperlukan. (dalam khutbah salat Jumat, 4/11/1364)

Sayidah Fathimah Zahra as Teladan Wanita Yang Paling Tinggi dan Paling Sempurna

Di kalangan para wanita, dalam al-Quran telah dikenalkan kepada kita tentang contoh wanita dalam al-Quran, “...Dharaballahu matsalan Lilladzina Amanu Imra’ata Fir’auna...” Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman... (QS. Tahrim: 11) yakni seorang wanita dijadikan sebagai perumpamaan. Seorang wanita yang bergerak bertentangan dengan semua keinginan dan ketergantungannya, tepat bertentangan dengan keinginan hawa nafsunya. Lihatlah arah gerakan ini bagi wanita, bagi para wanita, bagi para wanita dan para pria, sekarang ditentukan bagi para wanita. Dalam mengambil contoh dan model, manusia terkadang sampai pada teladan yang paling bagus, paling tinggi. Ada teladan wanita yang harus dipelajari oleh semua wanita dan semua sosok wanita. Mengapa? Karena dia adalah contoh yang benar-benar sempurna dan dia adalah Fathimah Zahra as. (dalam pertemuan bersama para wanita negara, 21/12/1363) (Emi Nur Hayati)

Sumber: Naghs wa Resalat-e Zan II, Olgou-ye Zan Bargerefteh az bayanat-e Ayatullah al-Udzma Khamenei, Rahbare Moazzam-e Enghelab-e Eslami 

Sabtu, 25 September 2021 20:38

Ali Akbar, Teladan Para Pemuda Islam

 

Tanggal 11 Sya'ban tahun 33 Hijriah, Ali Akbar, putra tertua Imam Husein as, cucu Nabi Muhammad Saw, terlahir ke dunia di kota Madinah. Ali bin Husein adalah sosok yang paling mirip dengan Rasulullah dari kalangan Bani Hasyim, termasuk sifat, akhlak, adab, ucapan dan kebiasaannya.

Ia dibesarkan dan dididik oleh kakeknya, Imam Ali as dan ayahnya, Imam Husein as. Oleh karena itu, beliau mencapai derajat keilmuan dan makrifat yang tinggi. Hari kelahiran Ali Akbar di Iran dirayakan sebagai Hari Pemuda dan disambut dengan suka cita.

Dalam budaya Islam, pemuda merupakan aset yang bernilai dan memiliki kedudukan yang tinggi. Pemuda pantas mendapat penghormatan dan perhatian karena kesucian jiwa, ketulusan, dan keberanian. Berbagai riwayat Ahlul Bait as menyebut pemuda lebih dekat dengan alam malakut dari orang lain dan menurut sabda Rasulullah Saw, "Keutamaan pemuda yang tumbuh dalam ibadah atas orang tua yang beribadah di masa tuanya, sama seperti keutamaan para nabi atas masyarakat lain." 


Para sosiolog menilai pertumbuhan dan kemajuan sebuah masyarakat dari berbagai aspek budaya, sosial, dan ekonomi bergantung pada pemahaman mereka tentang generasi muda dan perhatian mereka terhadap kaum muda. Para sosiolog percaya bahwa jiwa yang lembut dan hati yang masih muda merupakan manifestasi dari semangat dan keceriaan. Jika semangat ini dibarengi dengan akhlak yang mulia dan ketaatan, maka kebahagiaan generasi muda akan hadir dan keselamatan masyarakat juga akan terjamin.

Generasi muda tentu saja ingin mencari sebuah teladan yang baik untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Jika masih ada kontradiksi antara ucapan dan perbuatan pada diri seseorang, maka kaum muda tidak akan percaya padanya dan tidak akan mengikuti pemikiran dan ide orang tersebut.

Dalam sejarah kebangkitan Islam, kita mengenal banyak tokoh dan suri tauladan yang layak dijadikan panutan. Sosok yang lebih bertakwa, lebih bersih, dan lebih sempurna tentu saja memiliki lentera hidayah yang lebih terang untuk generasi muda. Ali Akbar bin Husein as adalah salah satu panutan yang abadi untuk hari ini dan masa depan. Ia adalah pribadi pemberani dan pembela kebenaran, ia adalah pemuda yang mulia, cerdas dan pemaaf dan masih banyak sifat-sifat terpuji lain yang melekat padanya. Sifat-sifat mulianya sudah sangat populer di kalangan teman dan musuh dan bahkan jauh sebelum peristiwa Karbala terjadi.

Ali Akbar bin Husein as dengan kemuliaan akhlak dan perilakunya telah menjadi publik figur bagi kaum muda. Ia – sebagai keturunan Rasulullah Saw – selalu memperhatikan adab dan perilakunya dan menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut. Ia dikenal periang dan ramah ketika berkumpul bersama masyarakat dan teman-temannya, tapi menjadi pemikir dan larut dalam kesedihan saat seorang diri. Jika ia dipanggil oleh seseorang, ia akan membalikkan seluruh tubuhnya menghadap kepada yang memanggilnya. Ali Akbar punya ketertarikan besar untuk berkhalwat dengan Allah Swt dan menyibukkan dirinya dengan doa dan bercengkrama dengan Sang Pencipta.

Ali Akbar dikenal ringan tangan, lembut, dan ramah dalam kehidupan sehari-harinya. Ia berkumpul bersama kaum fakir-miskin ketika mereka dipandang sebelah mata oleh orang-orang kaya dan para pecinta dunia. Beliau makan bersama-sama orang miskin dan berbagi kenikmatan dengan mereka. Kematangan pikiran dan kekuatan jiwa membuatnya tidak pernah merasa takut terhadap penguasa.

Putra Imam Husein as ini adalah simbol akhlak mulia, rendah hati, keceriaan, dan penuh semangat, dan ia tidak pernah meninggalkan adab terutama di hadapan orang tuanya. Ia telah mengajarkan kaum muda rahasia keabadiaan yaitu berpihak pada kebenaran, berakhlak mulia, dan rendah hati.

Kesantunannya di hadapan sang ayah bukan semata-mata karena ikatan emosional, tapi ia memandang ayahnya sebagai imam dan panutannya. Imam Husein as juga mencintai anaknya bukan hanya selaku ayah, tapi ia adalah seorang pemuda yang mulia, suci, dan bertakwa dan oleh sebab itu, Imam Husein as memuliakannya.

Pada tanggal 1 Muharram 61 H, sekelompok penduduk Kufah telah memasang kemah di Qashr Bani Muqatil, tempat persinggahan Imam Husein as dalam perjalanan dari Mekah ke Karbala. Di sana, beliau tertidur sesaat dan ketika terbangun, ia lantas berujar, “Innalillahi wa inna ilahi raji’un, Wal hamdulillah Rabbil ‘alamin.” dan ia mengucapkan itu berulang-ulang. Pamandangan ini membuat Ali Akbar bergegas menuju ayahnya dan bertanya tentang penyebab ucapan tadi.

Imam Husein as menjawab, “Putraku! Sewaktu aku tertidur seketika aku bermimpi dan mendengarkan langkah kuda. Aku mendengar suara berkata, kaum ini sedang berlari, sementara kematian mengejarnya. Dari ucapan tersebut, aku menyadari bahwa kita sedang bergerak ke arah kematian." Ali Akbar berkata, “Ayahku! Bukankah kita berada di atas kebenaran?" Imam Husein As menjawab, “Iya anakku, aku bersumpah dengan Dzat di mana semua makhluk akan kembali ke sisi-Nya.”

Ali Akbar menimpali, “Wahai ayah! Jika kita tegar berada di atas kebenaran, maka aku tidak takut pada kematian.” Mendengar ketegasan putranya, Imam Husein as mendoakannya dengan berkata, “Semoga Allah Swt mengaruniakan atasmu kebaikan, betapa engkau anak yang baik untuk ayah."

Keberanian Ali Akbar dan kearifannya dalam beragama serta kematangan dalam berpolitik, termanifestasi selama perjalanan ke Karbala khususnya pada hari Asyura. Ia adalah pemuda pertama dari Bani Hasyim yang meminta izin dari Imam Husein as untuk maju ke medan perang. Imam pun memberi izin kepadanya dan ia langsung meluncur ke medan perang dan Imam Husein as pun mendoakan untuknya.

Di hadapan pasukan musuh, Ali Akbar memperkenalkan dirinya dengan ucapan, "Aku adalah Ali putra al-Husein, putera Ali. Demi Allah, aku bersumpah bahwa kami lebih dekat dengan Rasulullah Saw dari siapa pun. Aku akan membunuh kalian dengan pedang dan aku akan membela ayahku dengan pedang yang berasal dari generasi Hasyim.”

Ali Akbar melancarkan serangan pertamanya terhadap musuh secara bergantian dari sisi kanan, kiri bahkan maju ke tengah-tengah pasukan musuh. Tidak ada dari pihak musuh yang mampu melumpuhkan dan menahan serangannya. Disebutkan dari serangannya tersebut, Ali Akbar berhasil menjatuhkan 120 penunggang kuda dan tewas di tangannya. Dahaga yang luar biasa telah menguras tenaganya, dan membuatnya tidak lagi berdaya sehingga ia pun menjemput syahadah.

Ali Akbar adalah sebuah cabang dari pohon yang baik dan akar yang suci serta pewaris semua kebaikan keluarga Nabi Saw. Sifat dan perilakunya merupakan sebuah kebanggaan dan teladan untuk pemuda zaman sekarang, setiap orang yang merdeka akan terpanggil untuk meneladani Ali Akbar as. Para pembenci sekali pun mengakui kemuliaan pemuda ini.

Muawiyah bahkan mengakui keagungan Ali Akbar, pemuda ksatria yang paling mirip dengan Rasulullah Saw. Dalam sebuah perjamuan di istana bersama orang-orang dekatnya, Muawiyah bertanya, "Siapa orang yang paling layak sebagai pemimpin masyarakat?" "Anda wahai tuan," jawab mereka. Tapi Muawiyah berkata, "Bukan, orang yang paling layak untuk memimpin pemerintah adalah Ali bin Husein bin Ali, kakeknya adalah Rasulullah. Terhimpun dalam dirinya keberanian Bani Hasyim, kedermawanan Bani Umayyah, dan ketampanan Kabilah Tsaqifa."

 

Putri Rasulullah Saw dalam usianya yang singkat, telah memberikan pengaruh yang sangat besar dan dia adalah wanita terbesar dalam sejarah.

Seluruh wanita dalam sejarah tidak ada yang mencapai pada kedudukan putri Rasulullah. Seorang putri yang hanya berusia delapan belas tahun. Dengan demikian para remaja putri juga bisa menciptakan kebesaran. Para remaja putri harus menjadikan Sayidah Fathimah as sebagai teladan dan belajar darinya. (dalam pertemuan bersama murid sekolah-sekolah Syahid, 13/11/1365)

Puncak Nilai Kemanusiaan Wanita

Hari wanita harus menjadi hari dimana para wanita kita mengambil teladan dari kepribadian yang tinggi Fathimah as. Ketika kami mengumumkan hari kelahiran Fathimah Zahra as sebagai hari wanita, maknanya adalah nilai-nilai wanita dan tujuan tinggi kehidupan wanita adalah sebuah puncak yang di sana ada Fathimah Zahra as. Kami menilai wanita memiliki nilai, potensi, kecemerlangan dan keindahan yang jika potensi itu terwujud, maka sama seperti Fathimah Zahra as. Betapa bagusnya bola kehidupan beliau dari berbagai sisi menjadi perhatian di tengah-tengah para wanita muslim khususnya wanita Iran dan dipelajari serta dikaji. (dalam khutbah salat Jumat, 7/11/1367)

Fathimah Zahra as Dan Ahlul Bait Rasulullah Saw Para Teladan Dalam Jangkauan Dalam Jalan kehidupan

Beliau [Sayidah Fathimah Zahra as] ini adalah sebuah teladan; Inilah poinnya. Para imam maksum as tidak diragukan bahwa kedudukannya lebih tinggi dari para malaikat, tapi mereka tidak hidup, tidak berbicara, tidak berjalan di luar jangkuan kita; tidak. Dalam ucapan almarhum Thabathabai, seperti orang yang berdiri di puncak sebuah gunung, memanggil masyarakat dan berkata; ke sinilah, datanglah kepadaku, ke puncak, ke arah ketinggian. Mereka tidak seperti orang-orang hebat tipuan  dunia materi dan memiliki spiritual palsu yang berada di menara gading dan duduk di ruangan kaca, yang tidak bisa dijangkau; lantas mengatakan ke sinilah, kesinilah, tidak. Jalannya adalah; kita harus mencari para imam. Kehidupan mereka adalah teladan kita. Iya, “’Ala Wa Innakum La Taqdiruna ‘Ala Dzalika” (Nahjul Balaghah, surat 45). Kita tidak bisa bergerak seperti mereka; kita tidak punya kelayakan itu, kita tidak kekuatan itu, tapi kita bisa menetapkan jalan yang dilaluinya sebagai jalan hidup kita. Kita tetapkan sebagai arah. Kita bergerak di arah itu. (dalam pertemuan bersama para pembaca kidung Ahlul Bait Rasulullah Saw dalam rangka peringatan kelahiran Sayidah Fathimah Zahra as, 23/2/1391)

Menuju Ke Puncak Sayidah Fathimah Zahra as Untuk Bisa Melihat Sifat Ilahi Lebih Baik

Ibu-ibu Iran! Kalian bayangkan bahwa Sayidah Zainab dan Sayidah Fathimah Zahra sedang berada di atas puncak. Kalian sedang mendaki gunung ini menuju ke atas, dari lereng ini untuk sampai ke puncak itu. Ini adalah wanita Iran, semuanya harus mudah bagi kalian. Dengan segala kerepotan, kalian harus bersabar menghadapi lereng ini. Laluilah sehingga kalian sampai ke sana. Ketahuilah semangat kalian. Maka pada saat itu wajah bercahaya yang kita tetapkan sebagai teladan dan contoh yang ada di atas puncak itu, dia setiap saat akan lebih dekat kepada kita. Semakin kalian mendekat, kalian akan menyaksikan ciri khas yang lebih banyak dari wajah itu. (dalam pertemuan bersama para perawat divisi Basij, 30/11/1361)

Ketinggian Posisi Wanita Dengan Bergerak Di Jalan Fathimah as

Imam dalam sebuah penjelasannya berkata kepada para wanita: Bila kalian menerima bahwa hari kelahiran Fathimah Zahra as sebagai hari wanita, maka ini akan mewujudkan tanggung jawab dan kewajiban bagi kalian. Hari kalian, hari wanita, hari ibu, hari Fathimah Zahra as; apa maknanya? Ini adalah gerakan simbolik; hal ini adalah sebuah simbolik. Maknanya adalah seorang wanita harus bergerak di jalan ini. Keagungan dan kebesaran, ketinggian posisi dan derajat bagian para wanita ada di jalan ini; jalan yang di sana ada ketakwaan, ada keilmuan, ada pembicaraan, ada yang namanya resistensi di berbagai lapangan, ada yang namanya pendidikan anak, ada kehidupan rumah tangga, di sana ada semua hiasan dan keutamaan spiritual; para wanita harus bergerak di jalan ini. Untungnya, para wanita kita benar-benar demikian, tidak hanya dalam revolusi kita, bahkan sejak dulu memang demikian. (dalam pertemuan bersama para pembaca kidung Ahlul Bait Rasulullah Saw dalam rangka peringatan kelahiran Sayidah Fathimah Zahra as, 23/2/1391)

Teladan Yang Paling Indah, Paling Tinggi Dan Paling Suci

Memilih hari semacam ini sebagai hari wanita adalah bermakna memilih teladan yang paling indah, paling tinggi dan dan paling suci bagi para wanita muslim, bahkan bagi semua wanita di dunia. (dalam pesan untuk seminar Kautsar, di Shiraz, 20/11/1366)

Perlunya Menjelaskan Sisi Keberadaan Fathimah Zahra as Dan Zainab Kubra as Sebagai Teladan Yang Paling Bagus

Fathimah Zahra as adalah teladan nyata yang paling bagus bagi para wanita muslim. Para pemikir, pembicara keagamaan dan ilmuwan harus menggambarkan dan menjelaskan sisi keberadaan dan kepribadian wanita besar dalam penciptaan ini dengan penjelasan dan penanya secara lebih baik dan lebih banyak. Putri Sayidah Fathimah yakni Sayidah Zainab, juga sebuah teladan lainnya yang memerankan sisi baru seorang wanita hebat dalam keluarga Rasulullah Saw dengan cara yang paling bagus. Kepribadian beliau sebelum peristiwa Karbala dan di Madinah sangat menonjol dan terkenal serta hebat, dan dari sisi keilmuan, spiritual, akhlak, ketakwaan, kesucian, bisa dianut dan diikuti bagi para wanita muslim. (dalam pertemuan bersama para perawat, 12/7/1374)

Sayidah fathimah Zahra as Seorang Manusia Hebat Yang Memiliki Semua Kelebihan

Wanita besar ini yakni Sayidah Fathimah Zahra as merupakan teladan makrifat, pengetahuan, ibadah, zuhud, ibu rumah tangga, jihad, syahadah dan semuan kelebihan dan ciri khas seorang yang manusia yang hebar dan maksum [suci dari dosa]. Kita bangga sebagai pengikut beliau. Kita bangga telah menjadikan fathimah Zahra as sebagai teladan diri kita. Para wanita, para remaja putri dan generasi revolusioner sebisa mungkin harus berusaha untuk lebih mendekatkan dirinya kepada gambaran yang diberikan oleh Fathimah Zahra untuk kita tentang wanita muslim. (dalam khutbah salat Jumat, 12/11/1363)

Manusia Yang Sempurna Dan Kapasitas Malaikat Berwujud Manusia

Saya gembira karena melihat; alhamdulillah, arah pemikiran para wanita pilihan negara kita dalam dalam posisi yang insyaallah masa depannya memberikan harapan dan menggembirakan. Saya juga menyampaikan selamat atas kelahiran Fathimah Zahra as kepada kalian saudari yang mulia, kepada semua wanita negara kita, kepada semua wanita muslim dan semua muslim yang ada di dunia; dimana beliau adalah seorang teladan bagi para wanita sepanjang sejarah dan bagi semua generasi dan sebagai contoh wanita sempurna dan tampak kapasitas malaikat berwujud manusia dalam diri beliau. (dalam pertemuan bersama para anggota syura kebudayaan-sosial para wanita, 4/10/1370) (Emi Nur Hayati)

Sumber: Naghs wa Resalat-e Zan II, Olgou-ye Zan Bargerefteh az bayanat-e Ayatullah al-Udzma Khamenei, Rahbare Moazzam-e Enghelab-e Eslami

Sabtu, 25 September 2021 20:35

Zainab, Teladan Heroisme Perempuan

 

Lembaran sejarah mencatat manusia-manusia agung, termasuk perempuan yang memainkan peran penting di berbagai bidang dari sosial, politik hingga budaya yang mengubah sejarah dunia. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai para wanita penentu sejarah. Dari sekian nama, Sayidah Zainab Kubra salah satu yang mengemuka.

Hari ini tepat tanggal 15 Rajab, kita memperingati wafatnya Sayidah Zainab al-Kubra binti Ali bin Abi Thalib as. Jejak sejarah Islam menorehkan catatan yang ditulis dengan tinta emas mengenai peran besar wanita agung ini dalam membela keadilan, kebenaran dan ajaran Allah dengan penuh cinta dan kesabaran. Ketabahannya menghadapi berbagai musibah dan bencana sangat mengagumkan.

Putri  Ali bin Abi Thalib ini dilahirkan pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun kelima Hijriah di Madinah. Beliau diasuh dan dibesarkan oleh manusia agung sepanjang sejarah yaitu, Nabi Muhammad Saw, Imam Ali dan Sayidah Fatimah. Selain itu, beliau adalah saudari dari dua pemuda penghulu surga, Imam Hasan dan Imam Husein.

Sayidah Zainab merupakan salah satu wanita yang menjadi contoh bagi seluruh perempuan di berbagai bidang. Zainab tidak hanya berkaitan dengan masa lalu, tapi juga hari ini dan esok. Sebab, kemuliaan manusia, pengabdian, penghambaan, perjuangan untuk menegakkan keadilan, kemerdekaan dan kebenaran adalah nilai-nilai yang tidak terkait hanya untuk periode khusus atau masyarakat tertentu saja.

Manusia besar melampaui sejarah hidupnya. Zainab Kubra, termasuk wanita yang berada dalam naungan pancaran cahaya imamah. Sejak kecil, Zainab berada di pangkuan risalah dan imamah. Sayidah Zainab telah menghiasi diri dengan ketinggian akhlak, kesempurnaan spiritualitas dan keagungan perilaku.

Sayidah Zainab mewarisi ilmu dan marifat Rasulullah Saw. Martabat dan harga diri Sayidah Zainab as mirip dengan Sayidah Khadijah, dan kesucian serta kesederhanaan serta kesopanannya bak Sayidah Fatimah as. Kezuhudan, kefasihan dan retorika Zainab dalam berpidato mirip dengan Imam Ali as. Beliau juga memiliki kelembutan dan kesabaran seperti Imam Hasan, serta keberanian dan keteguhan hati sebagaimana Imam Husein.

Ketika Sayidah Zainab  mencapai usia perkawinan, beliau kemudian menikah dengan Abdullah bin Jakfar, saudara sepupunya. Abdullah dikenal sebagai orang kaya Arab. Namun Sayidah Zainab menjadi istri Abdullah bukan karena hartanya.

Sayidah Zainab dalam pernikahannya dengan Abdullah yang kaya raya, mensyaratkan untuk tetap bisa mendampingi Imam Husein di seluruh perjalanannya, termasuk saat terjadi peristiwa Asyura. Beliau menjadi pembela dan penyambung misi Imam Husein di Karbala. Tanpa peran Sayidah Zainab, misi Karbala sulit tersampaikan kepada umat saat itu. Bahkan kunci kemenangan gerakan Imam Husein as terletak pada Sayidah Zainab.

Sayidah Zainab mampu menyampaikan pesan-pesan gerakan Imam Husein dengan bahasa lugas dan jelas. Dengan berbagai statemennya, Sayidah Zainab mampu menciptakan revolusi di Kufah dan Syam. Kecerdasan dan kepiawaian Sayidah Zainab as merupakan faktor keberhasilan misi dan visinya dalam melanjutkan perjuangan Imam Husein.

Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa Sayidah Zainab mendapat makrifat dan ilmu langsung dari Allah Swt. Imam Ali Zainal Abidin dalam salah satu perkataannya kepada Sayidah Zainab, mengungkapkan, "Wahai saudari ayahku, engkau adalah seorang alim tanpa pernah belajar dari seorang guru. Engkau telah memiliki pemahaman hakikat."

Beliau adalah wanita besar dunia Islam, orator dan guru besar yang menjelaskan peristiwa penting Asyura kepada masyarakat. Zainab juga hadir dalam peristiwa Asyura, baik ketika tragedi itu terjadi dan setelahnya, serta pembelaan beliau terhadap kebenaran yang dibawa Imam Husein merupakan teladan sepanjang sejarah.

Suara perlawanan Sayidah Zainab melawan kezaliman dan menegakkan keadilan senantiasa tertancap di jantung sejarah. Ketika beliau menjadi perempuan yang ditawan oleh pasukan Yazid, bersama tawanan lainnya pasca terjadinya tragedi Karbala memasuki Istana Yazid, semua orang menanti putri Sayidina Ali ini meminta maaf kepada putra Muawiyah yang membantai Imam Husein. Tapi, Sayidah Zainab dengan keberanian dan keahlian retorikanya menunjukkan kesalahan Yazid di istananya sendiri.

Makam suci Sayidah Zainab
Sayidah Zainab tegar berdiri di hadapan orang-orang zalim Dinasti Umayah  dan menyampaikan kebenaran yang dibawa Imam Husein, hingga beliau dan pengikutnya syahid di padang Karbala. Pidato Sayidah Zainab bukan hanya mengguncang pilar-pilar kezaliman Dinasti Umayah, tapi lebih dari itu menghantam sistem rusak di sepanjang sejarah.

Dalam kondisi sulit dan kalah secara militer, ketika kepala para syuhada diarak di ujung tombak musuh, dan kondisi paling mengenaskan, Sayidah Zainab menyampaikan pidato yang ditujukan langsung kepada Yazid bin Muawiyah, yang saat itu mengklaim sebagai khalifah kaum Muslimin. Zainab berkata, "Tuhanku! Ambillah hak kami dari orang-orang lalim, dan kirimkanlah kemarahan-Mu kepada orang yang menumpahkan darah kami di bumi, dan membunuh para pendukung kami, ".

Yazid dan pengikutnya menyebarkan propaganda luas supaya langkah Imam Husein dianggap sebagai gerakan bughot dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam. Yazid menyebarkan fitnah bahwa Imam Husein as sedang mengejar kekuasaan dan materi dalam revolusinya sehingga ia dengan mudah menumpas para penentangnya. Namun Sayidah Zainab telah menjadi penghalang propaganda itu, dan bahkan juga mengungkap kejahatan dan kebusukan Yazid dan pengikutnya.

Dalam pidatonya yang berapi-api, Sayidah Zainab telah mengguncang pemikiran keliru masyarakat di masa itu. Warga Kufah yang hampir 20 tahun tidak mendengar pidato Imam Ali as, mereka terhentak dengan suara Zainab as yang nadanya seperti perkataan Ali as.

Perkataan seorang perempuan yang menjadi tawanan Yazid menguncang legitimasi pemerintah Bani Umayah. Zainab dengan kecerdasan, kefasihan dan keindahan bahasanya, mengingatkan kepada ayahnya, Ali bin Abi Thalib.

Putri Ali bin Abi Thalib berkata, "Musibah besar menyebabkanku terpaksa harus berbicara dengan orang sepertimu [Yazid] ! Aku melihatmu lebih kecil dari kedudukan lahirmu saat ini. Engkau hina ! Mengapa aku tidak memakimu, ketika aku terluka karena kehilangan orang-orang tercinta. Oh ! Aneh sekali manusia besar yang berada di jalan Tuhan tewas di tangan setan ! Tangan berdarahmu, telah berlumuran darah kami Ahlul Bait Rasulullah Saw, dan mulut kalian dipenuhi sesak oleh daging kami. Ya ! Sesungguhnya bukan tempatnya untuk malu ketika hidup di atas bumi ini dengan bersih dan suci. Srigala gurun liar menerjang mereka dan engkau [Yazid] dengan sombong menduduki singgasana ?"

Zainab menegaskan sebuah poin penting bahwa Ahlul Bait Rasulullah Saw tidak akan bisa dihapus dari sejarah. Putri Ali bin Abi Thalib ini berkata, "Yazid, jika ingin menipu dan makar, maka lakukanlah. Tapi ketahuilah engkau tidak akan bisa  menghapus [dalam sejarah] orang-orang mengingat kami. Engkau tidak memiliki kemampuan untuk memusnahkan kami, dan memadamkan orang-orang yang mengingat kami. Suatu hari kebenaran akan datang dengan meneriakkan "Laknat Tuhan bagi orang-orang zalim".

Kemudian, Sayidah Zainab mengakhiri pidatonya dengan bersyukur kepada Allah swt. Beliau berkata, "Kini, aku menyampaikan rasa syukur kepada Allah swt yang memulai kehidupan Ahlul Bait dengan syahadat dan ampunan, serta mengakhiri dengan syahadat dan ampunan serta rahmat ilahi. Tuhanku, tambahkanlah pahala bagi syuhada kami dan nasib kami berada di tangan-Mu." Dengan pidato ini, Sayidah Zainab menunjukkan bukan hanya kesyahidan saudaranya, Imam Husein bin Ali sebagai sebuah keindahan.Tapi lebih dari itu, putri Ali bin Abi Thalib ini menggambarkan ditawannya Ahlul Bait sebagai puncak keindahan.

Sayidah Zainab melampaui sejarah. Beliau menunjukkan nilai harga diri keberanian dan ketinggian jiwa kesatria sebagai pakaian kemuliaan. Dalam keadaan sebagai tawanan, putri Ali bin Abi Thalib ini meniupkan optimisme menghadapi kezaliman. Wanita agung ini memberikan pelajaran bagaimana menghadapi kelaliman kapada umat manusia sepanjang sejarah.

Seorang perempuan dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun mampu menampakkan cahayanya menerangi masyarakat di bidang politik dan sosial yang berada dalam kegelapan. Oleh karena itu, sejarah mencatat Sayidah Zainab sebagai manufestasi cinta terhadap kebenaran yang dibelanya hingga akhir hayat, sekaligas heroisme seorang perempuan yang ditampilkan dengan gemilang.

Sabtu, 25 September 2021 20:31

Khadijah, Teladan Perempuan Sepanjang Zaman

 

Sejarah mencatat nama-nama orang yang berperan besar dalam perubahan dunia, termasuk perempuan. Lembaran sejarah Islam dipenuhi dengan peran besar para perempuan teladan dan mulia dengan perjuangan dan pengorbanannya yang masih menjadi inspirasi hingga kini. Salah satu di antara para wanita teladan tersebut adalah Sayidah Khadijah al-Kubra, istri Rasulullah Saw.

Beliaulah perempuan pertama yang menerima Islam sebagai agama yang dibawa Rasulullah Saw. Perjuangan dan pengorbanan Sayidah Khadijah untuk membantu Nabi Muhammad Saw sangat besar, sehingga kepergiannya menghadap ilahi di tahun yang sama dengan wafatnya paman Rasulullah Saw, Abu Thalib.

Kehilangan dua orang yang sangat dicintai itu, membuat Rasulullah Saw tenggelam dalam duka yang sangat berat. Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan nama Aam-ul-Huzn atau tahun kesedihan.

Sayidah Khadijah yang dikenal di Indonesia dengan sebutan Siti Khadijah dilahirkan di kota Mekkah, 15 tahun sebelum tahun Gajah, dan wafat 10 Ramadhan tahun ke-10 dari kenabian.

Di Indonesia, nama beliau menjadi salah satu nama yang paling banyak digunakan untuk muslimah, yang menunjukkan penghormatan sekaligus kecintaan masyarakat Muslim negara ini terhadap istri Rasulullah Saw itu.

Image Caption
 

Kita simak bagaimana pandangan salah seorang Muslimah Indonesia mengenai Sayidah Khadijah. Seorang ibu sekaligus profesional muda Indonesia, Ibu Inong Hunain mengungkapkan pandangannya:

Wawancara 1

 

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sosok Siti Khadijah yang bisa dilihat dari berbagai sisi peran beliau, dengan berbagai keutamaannya masing-masing.

Ada pertanyaan mendasar yang mengemuka apakah kemuliaan dan keutamaan yang dimiliki Sayidah Khadijah karena status beliau sebagai Istri Nabi? Pertanyaan ini penting untuk dijawab karena berkaitan dengan kapasitas beliau sebagai tokoh wanita yang layak diteladani. Mengenai hal ini, simak tanggapan salah seorang penulis Indonesia, ibu Ahmad sebagai berikut:

Wawancara 2

Kedudukan tinggi yang diperoleh Sayidah Khadijah di sisi Allah swt, tentu saja berkat upaya keras melalui berbagai amal kebajikannya, terutama perjuangan dan pengorbanannya demi membela agama Islam. Dari kehidupan Sayidah Khadijah, apa yang bisa dipetik keteladanannya untuk kita. Ibu Ahmad menjelaskan masalah ini.

Wawancara 3

 

Hari kesepuluh Ramadhan bertepatan dengan peringatan wafatnya seorang wanita terbaik yang berperan penting mendampingi Rasulullah Saw dalam perjuangannya menyampaikan risalah ilahi.

Kepergian beliau tepat di tahun yang sama dengan meninggalnya paman Rasulullah Saw, Abu Thalib yang terjadi tiga tahun sebelum Hijrah dari Mekah ke Madinah. Kehilangan dua orang yang sangat dicintai itu, membuat Rasulullah Saw tenggelam dalam duka yang sangat berat. Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan nama Aamul Huzn atau Tahun Kesedihan.

Sayidah Khadijah dipanggil dengan nama Thahirah yang berarti suci. Kepribadian sucinya dan kedermawanannya membuat beliau dihormati masyarakat umum dan para tokoh di zamannya, sehingga dipanggil Sayidah an-Niswan yang berarti junjungan para wanita.

Ahli hadis al-Qommi menulis, "Sayidah Khadijah as memiliki posisi yang tinggi di sisi Allah, sehingga sebelum kelahirannya ada pesan kepada Isa al-Masih dari sisi Allah bahwa beliau disebut "Mubarakah" dan bersama Sayidah Maryam di surga. Karena dalam Injil ketika menggambarkan ciri khas disebutkan, keturunannya berasal dari seorang wanita agung "Mubarakah".

Pada hari pertama setelah Muhammad diutus sebagai Rasulullah dan sedang turun dari goa Hira, Sayidah Khadijah langsung menyambutnya dan menjadi wanita pertama yang memenuhi seruan risalah Nabi Muhammad Saw dan memeluk agama Islam. Ketika Rasulullah Saw menyampaikan Islam kepada istri tercinta beliau, Sayyidah Khadijah berkata: “Aku beriman, aku meyakini kenabianmu, aku menerima agama Islam dan aku berserah diri.” (Bihar al-Anwar jilid 18). Sejak awal, Sayyidah Khadijah mampu mengenali kebenaran, menerimanya dengan sepenuh hati serta menyuarakannya dengan lantang.

Ketika Rasulullah dituduh pendusta oleh kaum musyrik dan munafik serta menerima penghinaan dari mereka, Allah Swt meringankan kesedihan dan kekhawatiran utusan-Nya itu melalui Khadijah. Keimanan dan dukungan sang istri membuat Rasulullah Saw optimis dengan masa depan dakwahnya.

Doktor Bint al-Shati' berkata, "Apakah ada istri lain selain Khadijah dengan kapasitas seperti ini; menerima seruan suaminya ketika keluar dari Gua Hira' dengan iman yang kuat, lapang dada, kelembutan, dan kasih sayang, tanpa sedikit pun meragukan kejujurannya dan yakin Tuhan tidak akan meninggalkannya sendirian. Apakah ada wanita lain selain Khadijah yang mampu dengan penuh keikhlasan menutup mata dari kehidupan mewah, harta yang berlimpah, dan kemapaman, untuk mendampingi suaminya dalam kondisi kehidupan yang paling sulit dan membantunya dalam berbagai tantangan demi merealisasikan tujuan yang ia yakini kebenarannya. Tentu saja tidak! Hanya Sayidah Khadijah yang demikian."

Sayidah Khadijah as, adalah wanita bijaksana yang lahir di kota Mekkah, 68 tahun sebelum Hijrah. Dari sisi nasab, kehormatan, status sosial dan keluarga, beliau memiliki posisi yang istimewa di antara kaum perempuan Jazirah Arab dan Quraish. Dari sisi kesempurnaan, kepribadian dan kebijaksanaan, Sayyidah Khadijah as adalah yang paling utama di antara semua wanita di masa itu. Sejak usia belia, beliau adalah salah satu wanita tersohor di Hijaz dan Arab. Karena beliau adalah wanita pedagang pertama dan merupakan salah satu saudagar terkemuka di Hijaz.

Di samping berdagang, beliau juga sangat meningkatkan kepribadian dan nilai-nilai kemanusiaan dalam dirinya. Sayyidah Khadijah as, tidak mengejar keuntungan membabi-buta. Oleh karena itu, dalam berdagang beliau berusaha menjauhkan diri dari keuntungan tidak benar yang marak di masa itu seperti riba dan lain sebagainya.

Hal ini menjadi faktor pemikat kepercayaan dari banyak kelompok dan lapisan masyarakat serta meningkatkan keberhasilan dan keuntungan yang diperoleh Sayyidah Khadijah as, melalui perdagangan yang halal. Dalam sejarah disebutkan, “Ribuan onta berada di tangan pembantu dan pekerja Khadijah yang melintasi berbagai negeri seperti Mesir, Sham dan Habasyah untuk berdagang dan mengangkut barang dagangan.”

Selain dikenal sebagai seorang pengusaha besar dan sukses, Sayidah Khadijah  juga dikenal sebagai sosok spiritual, lembut, suci, dermawan, serta memiliki pemikiran tinggi dan pandangan jauh ke depan. Bahkan di era Jahiliyah, di mana kesucian tidak berarti sama sekali, Sayidah Khadijah juga dikenal dengan nama Thahirah, karena kesuciannya.

Berbagai keutamaan tersebut disandingkan dengan status keluarga dan kekayaannya yang melimpah, membuat banyak pembesar Mekkah yang melamar beliau. Namun, Sayidah Khadijah as adalah wanita dengan pandangan dan kesadaran yang tinggi, hanya mencari keutamaan akhlak dan spiritual. Oleh karena itu, beliau menolak semua lamaran tersebut.

Akan tetapi ketika beliau mengenal seorang sosok terkenal menjaga amanat dan berhati bersih seperti Muhammad, Sayidah Khadijah sendiri yang melangkah maju dan mengajukan permintaan pernikahan. Dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad Saw, Sayidah Khadijah berkata, “Wahai Muhammad! Aku mendapati dirimu sebagai sosok mulia, penjaga amanat dan seorang manusia di puncak kemurnian, kejujuran, kesucian dan kebenaran, di mana kau menjaga dirimu tetap suci dan tidak ada sedikit pun noda di pangkuanmu. Kau berakhlak baik, terpercaya dan jujur, kau tidak takut untuk berkata jujur dan kau tidak melepaskan nilai-nilai kemanusiaanmu di hadapan apapun. Karakter dan  kepribadian muliamu ini telah sedemikian mempesonaku sehingga sekarang aku ingin mengemukakan permintaan pernikahan dan juga perkenalan denganmu. Jika kau menyetujui permintaanku, aku siap untuk melaksanakan acara pernikahan kapan pun waktu yang tepat.” 

Selama hidup bersama Nabi Muhammad Saw, Sayidah Khadijah telah memberikan pengorbanan besar kepada beliau dan Islam. Dukungan finansial, mental dan emosional kepada Rasulullah Saw, keyakinan dan pembenaran atas kenabian beliau di saat orang-orang mendustakannya, serta pertolongan beliau kepada Nabi Saw dalam menghadapi orang-orang musrik adalah bagian dari pengorbanan besar beliau kepada Rasulullah Saw dan Islam.

Ketika Nabi Muhammad Saw menjalankan tugas beliau sebagai utusan Allah Saw untuk memberikan hidayah kepada umat manusia, orang-orang musyrik mengganggu dan memusuhi beliau. Di saat-saat seperti itu, istri yang mengerti dan penuh kasih sayang seperti Khadijah adalah penenang hati terbaik yang meredakan kesusahan tersebut.

Ibnu Ishaq, seorang sejarawan terkenal menulis, "Nabi tidak mendengar perkataan kaum yang menolak dan mendustakan, di mana menyebabkan kesedihan dan mengganggu pemikirannya, kecuali Allah Swt telah menghilangkan kesedihan itu melalui Khadijah. Khadijah telah meringankan dampak berat dari ucapan-ucapan kasar yang dilontarkan kepada Rasulullah Saw dan membenarkan beliau. Beliau juga menganggap tidak bernilai terhadap perilaku dan kelancangan orang-orang kepada Rasulullah Saw.

Hari kesepuluh dari bulan Ramadhan adalah hari terakhir bagi seorang perempuan yang selama bertahun-tahun senantiasa mengiringi langkah utusan terakhir Allah Swtitu. Nabi Muhammad Saw di hari semacam ini harus merelakan istri tercintanya untuk kembali kepada Yang Maha Kuasa. Sebuah peristiwa yang menyayat jiwa beliau setelah beberapa waktu sebelumnya harus kehilangan pamannya Abu Thalib.

Wafatnya Sayidah Khadijah begitu mempengaruhi beliau, sehingga tahun itu disebut sebagai "tahun kesedihan" (Am al-Huzn). Ketika Sayidah Khadijah as wafat, Nabi Muhammad Saw menangis. Nabi mengusap air matanya yang bercucuran dengan kedua tangannya ketika memakamkan isteri tercintanya itu. Pada waktu itu beliau berkata, "Tidak ada yang dapat menyamai Khadijah. Ketika semua mendustakanku, ia membenarkanku. Ia menjadi penolongku dalam mendakwahkan agama Allah Swt dan dengan hartanya, ia membantuku."

Salam untukmu Sayidah Khadijah, ibu seluruh kebaikan !

Salam atasmu wahai perempuan dermawan yang mengajarkan derma dan kebaikan tanpa pamrih !

Salam untumu wahai wanita agung yang mengorbankan seluruh dijawa dan raganya untuk tegaknya agama Islam !