کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 18 Juni 2023 21:49

Surah Ar-Rahman ayat 1-9

سورة الرحمن

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآَنَ (2) خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)

 

(Tuhan) Yang Maha Pemurah, (55: 1)

Yang telah mengajarkan al Quran. (55: 2)

Dia menciptakan manusia. (55: 3)

Mengajarnya pandai berbicara. (55: 4)

Surat ini diawali dengan kalimat Ar-Rahman «الرحمن» yang merupakan salah satu nama dan sifat Allah Swt, serta menunjukkan rahmat luas Tuhan di sistem penciptaan. Di surat ini disebutkan beragam nikmat materi dan maknawi Allah Swt di dunia dan akhirat. Setelah menjelaskan setiap nikmat, surat ini bertanya kepada hamba Tuhan, nikmat mana yang kalian ingkari ?

Nama Tuhan yang disebutkan dalam al-Quran adalah Allah Swt, dan ar-Rahman adalah salah satu sifat-Nya; Namun sifat ini yang menjelaskan rahmat luas Tuhan, karena sangat sering digunakan seperti kalimat Allah, maka Ar-Rahman menjadi salah satu nama Tuhan dan telah mengambil tempatnya di dalam surat ini.

Penurunan al-Quran dan pengajarannya kepada Rasulullah Saw serta penyampainnya kepada manusia dan jin melalui beliau, sangat berharga di mana di surat ini didahulukan dari prinsip penciptaan manusia. Benar ! Sejatinya nilai manusia terletak pada gerakannya di jalan hidayah Tuhan dan meniti jalan yang benar.

Di antara karakteristik manusia, ayat ini mengisyaratkan kemampuan berbicara yang membedakan manusia dari hewan, karena mereka juga seperti manusia memiliki mata dan telinga, tapi kemampuan berbicara adalah keunggulan manusia.

Patut disebutkan bahwa penjelasan (bayan) dalam arti luasnya juga mencakup menulis, memainkan peran signifikan dalam berbicara, kemajuan kehidupan manusia, kemunculan dan kemajuan sebuah peradaban. Jika manusia tidak memiliki nikmat bayan (kemampuan menjelaskan sesuatu), maka mereka tidak akan dapat mentransfer ilmu dan pengalamannya dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan hasilnya adalah peluang yang diperlukan bagi kemajuan ilmu dan teknologi tidak akan terbentuk.

Dari empat ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Rahmat adalah sifat Tuhan yang paling umum dan luas yang mencakup seluruh makhluk dan menjadi sumber sistem Takwini dan Tasyri'i. Allah Swt ingin selalu menyebutkan rahmat-Nya dengan mengucapkan Basmalah atau Bismillahirrohmanirrohim  بسم الله الرحمن الرحیم)) ​​di awal setiap pekerjaan.

2. Mengajar adalah salah satu dari urusan Tuhan. Sejatinya guru pertama manusia adalah Tuhan, dan tentunya keharusan dari pengajaran adalah rahmat.

3. Penciptaan manusia dengan karakteristik menerima pengajaran adalah manifestasi lain dari rahmat ilahi, seperti pengajaran al-Quran untuk memberi petunjuk manusia adalah manifestasi lain darinya.

4. Kekuatan ekspresi dan penjelasan, yang merupakan sarana transmisi pengetahuan dan pengalaman manusia, adalah manifestasi dari rahmat Tuhan.

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (5) وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ (6)

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (55: 5)

Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (55: 6)

Setelah menyebutkan nikmat penurunan al-Quran dan kemampun ekspresi (penjelasan atau bayan) yang menjadi salah satu keunggulan manusia dari makhluk lain, ayat ini pertama-tama mengisyaratkan langit dan kemudian bumi. Ayat ini menyatakan, matahari dan bulan bergerak berdasarkan sistem yang tepat dan pasti. Besaran berat dan massanya, jaraknya dari bumi dan satu sama lain, berada pada skala tertentu, sehingga misalnya jika jarak bumi ke matahari bertambah atau berkurang, semua manusia dan makhluk hidup di bumi akan menderita dingin yang ekstrim atau dimusnahkan oleh panas.

Rotasi bumi yang menyebabkan siang dan malam, serta perputarannya yang teratur mengelilingi matahari, yang menciptakan bulan dan musim yang berbeda dalam setahun, serta perputaran bulan mengelilingi bumi dalam orbit tertentu, semuanya adalah contoh yang jelas dari sistem dan perencanaan yang akurat di dunia.

Menurut ilmuwan, perputaran bulan dan matahari di orbitnya sangat detail dan teratur, sehingga mereka dari puluhan tahun sebelumnya dapat memprediksikan waktu yang tepat terjadinya gerhana bulan dan matahari.

Poin penting lain adalah keberadaan matahari, bola yang panas dan menyala, merupakan nikmat terbesar bagi manusia, karena tanpa cahaya dan panas, kehidupan makhluk di bumi menjadi tidak mungkin. Pertumbuhan tanaman dan bahan yang dibutuhkan bagi makanan manusia, turunnya hujan dan tiupan angin, seluruhnya berkat anugerah ilahi.

Bulan juga memainkan peran penting di kehidupan manusia. Bulan di malam yang gelap seperti lampu yang memberi penerangan. Gravitasinya yang menjadi sumber pasang surut laut memiliki peran besar dalam kelangsungan hidup kehidupan di laut dan interaksi bumi.

Bumi juga menjadi tempat tumbuhnya beragam tanaman dan pohon yang menjadi sumber makanan manusia dan hewan lainnya. Semua ini tunduk pada hukum alam yang ditetapkan oleh Tuhan dan tidak pernah menyimpang darinya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Langit dan bumi diatur menurut sistem yang tepat dan pasti, dan tidak ada satu pun yang menyimpang dari jalan yang telah ditentukan Tuhan untuk mereka.

2. Alam semesta tidak mengurangi apa pun dalam melayani umat manusia, tetapi umat manusia berperilaku seolah-olah bertekad untuk menghancurkan alam dan lingkungan.

3. Seluruh alam semesta tunduk pada sistem dan hukum yang ditentukan oleh Tuhan bagi mereka.

وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ (7) أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ (8) وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ (9)

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). (55: 7)

Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (55: 8)

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (55: 9)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung penciptaan galaksi yang mencakup miliaran bintang dan planet, dan Tuhan menetapkan sistem dan orbit tertentu bagi mereka. Ayat ini menyatakan, Tuhan yang telah meninggikan langit ini dengan keagungannya, juga telah menetapkan ukuran bagi sistem tasyri' agar kamu dapat mengetahui kebenaran dan keadilan berdasarkan itu dan menjauhi kebatilan.

Bandingkan kebenaran dan kebatilan dalam urusan finansial dan ekonomi serta hak-hak individu serta sosial, serta hindari berlebih-lebihan (ifrat dan tafrit) dalam menunaikan hak orang lain; Tolok ukur kalian dalam berinteraksi dengan orang lain adalah keadilan.

Dari tiga ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Alam semesta diciptakan berdasarkan pada ukuran dan sistem yang teliti, bukan ada secara kebetulan dan tanpa rencana sebelumnya.

2. Seperti halnya dunia ciptaan didasarkan pada ukuran, penurunan wahyu dan syariat juga dimaksudkan supaya manusia menjaga kebenaran dan keadilan dalam tindakan mereka dengan ukuran akal dan wahyu.

Minggu, 18 Juni 2023 21:42

Surah Al-Qamar ayat 43-55

أَكُفَّارُكُمْ خَيْرٌ مِنْ أُولَئِكُمْ أَمْ لَكُمْ بَرَاءَةٌ فِي الزُّبُرِ (43) أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌ مُنْتَصِرٌ (44) سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ (45) بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ (46)

 

Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-kitab yang dahulu (54: 43)

 

Atau apakah mereka mengatakan: "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang". (54: 44)

 

Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (54: 45)

 

Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (54: 46)

 

Dari awal hingga saat ini, Surat al-Qamar membicarakan nasib buruk kaum pembangkang. Ayat ini kepada musyrikin Mekah mengatakan, "Mengapa kalian tidak mengambil pelajaran dan tidak meninggalkan penyembahan berhala serta perbuatan buruk ? Apakah kalian mengira kalian lebih baik dari mereka, dan kekafiran kalian lebih sedikit dari mereka, oleh karena itu kalian mendapat murka Tuhan ? Ataukah kalian mendapat surat pengampunan dari Tuhan, bahwa kalian tidak akan diazab ?

 

Mungkin kalian mengira bahwa kekuatan kalian begitu kuat sehingga tidak ada lawan bagi kalian, serta kalian dapat melawan kehendak Tuhan ? Sementara jika Tuhan menghendaki, kelompok kecil muslimin ini dapat mengalahkan kalian; Kumpulan kalian akan musnah dan kalian akan lari dari medan perang. Ini akan menjadi nasib kalian di dunia, dan yakinlah bahwa azab kalian di hari kiamat akan sangat pedih dan pahit dari ini.

 

Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Kesombongan dan narsisme dapat menyebabkan kejatuhan dan kehancuran seseorang.

2. Jangan mengandalkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri, atau dukungan orang lain, tapi kita harus bersandar kepada kekuatan kekal Tuhan serta jangan sampai terjebak dalam kesombongan.

3. Kekalahan orang kafir dan zalim adalah janji pasti Tuhan, dan kekuatan orang kafir dan zalim tidak akan mencegah kehancuran mereka.

 

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ (47) يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ (48) إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ (49) وَمَا أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ (50)

 

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (54: 47)

 

(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api neraka!" (54: 48)

 

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (54: 49)

 

Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (54: 50)

 

Di ayat sebelumnya dibicarakan mengenai hukuman penjahat di dunia, dan ayat kali ini menyinggung hukuman keras mereka di hari kiamat. Ayat ini menyatakan, "Mereka yang di dunia memilih jalan berliku dan menyimpang, maka mereka telah mempersiapkan kesesatannya, akibatnya dosa dan ketidaktaatan menjadi jalan mereka sepanjang hidup."

 

Jelas bahwa orang-orang ini di hari kiamat tidak bersedia memasuki neraka dengan kakinya sendiri, oleh karena itu, mereka dilemparkan ke api neraka oleh penjaga neraka supaya mereka mencicipi panasnya api neraka serta merasakan apa yang mereka ingkari di dunia.

 

Sebagian orang menolak adanya kesesuaian antara melakukan dosa di dunia dan hukuman kerasnya di hari kiamat, oleh karena itu, mereka mulai mempertanyakannya. Kelanjutan ayat ini menjawab pertanyaan mereka dan menyatakan, seperti halnya sistem penciptaan yang didasarkan pada tolok ukur yang spesifik dan khusus, sistem hukuman dan pahala juga memiliki perhitungan yang tepat dan spesifik. Oleh karena itu, penghakiman ilahi tidak kejam dalam konteks ini, meskipun pertanyaan seperti itu mungkin muncul di benak karena keterbatasan ilmu pengetahuan manusia.

 

Dari empat ayat tadi terdapat dua pelajaran berharga yang dapat dipetik:

1. Kita harus mengkaji dan teliti dalam memilih jalan hidup supaya kita sampai pada tujuan; Jika tidak maka kita akan tersesat.

2. Sama seperti langit dan bumi adalah ciptaan Tuhan di dunia ini, dan memiliki perhitungan dan tolok ukur tertentu, di akhirat surga dan neraka juga diciptakan berdasarkan keadilan Tuhan dan sistem hukuman serta pahala juga memiliki tolok ukur tertentu.

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا أَشْيَاعَكُمْ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (51) وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ (52) وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُسْتَطَرٌ (53) إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ (54) فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ

مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ (55)

 

Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (54: 51)

 

Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (54: 52)

 

Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis. (54: 53)

 

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, (54: 54)

 

di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa. (54: 55)

 

Ayat terakhir Surat al-Qamar ini memberi peringatan dan kabar gembira kepada pendosa dan orang saleh bahwa kalian harus mengambil pelajaran dari nasib kaum terdahulu, di mana mereka juga manusia seperti kalian; Ketahuilah bahwa tidak ada perbuatan yang tersembunyi dari pengetahuan dan ilmu Tuhan, dan setiap kebaikan serta keburukan akan dicatat dicatatan amal kalian.

 

Di hari kiamat, sistem hukuman dan pahala diberlakukan secara teliti dan berdasarkan catatan. Perbuatan orang baik mendapat pahala, meskipun dilakukan karena keikhlasan dan jauh dari pandangan orang lain dan tidak seorang pun kecuali Allah yang mengetahuinya. Posisi tinggi diberikan kepada orang-orang yang murni dan jujur, posisi yang tidak dapat dipahami oleh orang-orang di dunia ini.

 

Dari lima ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Sistem hukuman dan pahala Tuhan itu adil, dan orang serta kaum seluruhnya setara dalam mendapat hukuman atau pahala.

2. Meski Tuhan Maha Mengetahui segala sesuatu, dan Ia adalah hukum di hari kiamat, tapi perbuatan kecil dan besar manusia dicatat oleh malaikat di sebuah catatan secara teratur, dan tidak ada yang dapat mengingkarinya.

3. Pahala penghuni surga bukan hanya kenikmatan materi dan fisik, hadir dihadapan Tuhan dan duduk bersama dengan para nabi, wali Allah dan orang-orang suci juga merupakan nikmat maknawi bagi penghuni surga di mana kenikmatannya tidak dapat diungkapkan.

Minggu, 18 Juni 2023 21:43

Surah Al-Qamar ayat 33-42

كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ بِالنُّذُرِ (33) إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا إِلَّا آَلَ لُوطٍ نَجَّيْنَاهُمْ بِسَحَرٍ (34) نِعْمَةً مِنْ عِنْدِنَا كَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ شَكَرَ (35)

 

Kaum Luth-pun telah mendustakan ancaman-ancaman (nabinya). (54: 33)

 

Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan sebelum fajar menyingsing, (54: 34)

 

sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur, (54: 35)

 

Kaum Luth adalah kaum keempat yang nasibnya disebutkan dalam surat ini karena mengabaikan peringatan para nabi. Fenomena homoseksualitas dan hubungan seksual di antara laki-laki kaum itu begitu umum sehingga silih berganti peringatan nabi mereka tentang keburukan perbuatan ini dan akibat buruknya tidak efektif. Alih-alih menerima kata-kata rasional Nabi Luth, mereka mencoba mengusirnya dari kota dan bebas dari nasihatnya yang penuh kasih.

 

Tuhan juga mengazab mereka dengan angin kencang dan tornado besar yang membawa sejumlah besar batu dan pasir dari padang pasir ke langit dan tiba-tiba menimpa kepala orang-orang fasid dan jahat itu. Akibatnya, mereka dan rumah mereka terkubur di bawah punggung bukit itu dan musnah. Tentu saja, sebelum turunnya azab, Tuhan memberi tahu Nabi Luth bahwa dia dan keluarganya, kecuali istrinya yang merupakan kaki tangan penentang dan orang kafir, harus meninggalkan kota itu agar selamat dari murka Tuhan.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Memberi peringatan adalah tugas setiap nabi sepanjang sejarah, tapi manusia mengabaikan peringatan ini, dan tidak menerima nasihat darinya.

2. Keadilan Tuhan mengharuskan ketika azab diturunkan, orang beriman akan selamat dan tidak terbakar bersama.

3. Menerima seruan para nabi dan mengikuti ajarannya adalah bentuk syukur praktis yang mengikuti turunnya rahmat dan pahala Ilahi di dunia ini juga.

 

وَلَقَدْ أَنْذَرَهُمْ بَطْشَتَنَا فَتَمَارَوْا بِالنُّذُرِ (36) وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَنْ ضَيْفِهِ فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ (37) وَلَقَدْ صَبَّحَهُمْ بُكْرَةً عَذَابٌ مُسْتَقِرٌّ (38) فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ (39) وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (40)

 

Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu. (54: 36)

 

Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 37)

 

Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal. (54: 38)

 

Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 39)

 

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (54: 40)

 

Nabi Luth as selalu memperingatkan orang-orang itu tentang konsekuensi mengerikan dari perbuatan buruk mereka, tetapi mereka meragukan kata-katanya dan menganggapnya tidak realistis. Sampai ketika malaikat ilahi memasuki rumah Nabi Luth dalam bentuk pemuda cantik, beberapa preman dan penjahat yang telah mencapai puncak penghinaan, memintanya menyerahkan tamunya kepada mereka.

 

Atas perintah Tuhan, mata orang-orang itu menjadi buta, tetapi baik mereka maupun kaum mereka tidak mengambil pelajaran dari hukuman ilahi yang nyata ini. Mereka bahkan tidak menyesali perbuatannya, bahkan ingin membunuh Nabi Luth as, dan Tuhan kemudian menyelamatkan Luth beserta keluarganya di tengah malam dan pagi harinya, kaum hina ini dimusnahkan.

 

Dari lima ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Allah Swt pertama-tama menyempurnakah hujjah melalui para nabi, dan kemudian mengazab orang kafir.

2. Jika rasa malu dari kegiatan yang buruk dan korup dalam masyarakat dipatahkan, rumah orang-orang yang suci dan beriman tidak akan aman dari tangan para koruptor dan penjahat.

3. Al-Quran bukan buku sejarah, tapi menyebutkan nasib kaum terdahulu supaya manusia dapat mengambil pelajaran dan semakin mudah mereka menerima kebenaran.

 

وَلَقَدْ جَاءَ آَلَ فِرْعَوْنَ النُّذُرُ (41) كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا كُلِّهَا فَأَخَذْنَاهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍ مُقْتَدِرٍ (42)

 

Dan sesungguhnya telah datang kepada kaum Fir'aun ancaman-ancaman. (54: 41)

 

Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya, lalu Kami azab mereka sebagai azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa (54: 42)

 

Kaum kelima yang nasib buruknya dijelaskan dalam surat ini adalah kaum Firaun yang menyembahnya sebagai Tuhan dan mematuhi perintahnya tanpa pertanyaan. Firaun telah memperbudak orang Israel dan menganiaya mereka dan menyiksanya dengan siksaan yang paling buruk.

 

Nabi Musa asa mendatangi Firaun guna menyeru Firaun dan pengikutnya untuk menyembah Allah Swt serta membebaskan Bani Israel dari perbudakan. Nabi Musa as atas perintah Allah Swt menunjukkan berbagai mukjizat dihadapan Firaun dan pengikutnya. Tapi mereka malah memutuskan untuk membunuh Musa dan pengikutnya ketimbang tunduk terhadap kebenaran dan mengakhiri kezaliman. Kemudian Tuhan menenggelamkan seluruh orang zalim ini di Sungai Nil.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Mengikuti pemimpin zalim dan sepemikiran dengan mereka akan membuat manusia mendapat nasib yang sama dengan mereka di dunia dan akhirat.

2. Mukjizat ilahi dimaksudkan untuk menyadarkan manusia dan menyempurnakan hujjah (alasan atau bukti) kepada mereka, tapi mereka yang menyaksikan mukjizat dengan mata kepalanya sendiri dan kemudian mengingkarinya, akan diazab saat mereka di dunia.

3. Kekuatan Tuhan adalah satu-satunya kekuatan di dunia yang tidak dapat dilawan, kekuatan manusia dihadapan kekuatan Tuhan sangat kecil, meski ia diluarnya tampak sangat kuat dan berkuasa.

Minggu, 18 Juni 2023 21:42

Surah Al-Qamar ayat 23-32

كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِالنُّذُرِ (23) فَقَالُوا أَبَشَرًا مِنَّا وَاحِدًا نَتَّبِعُهُ إِنَّا إِذًا لَفِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ (24) أَؤُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ (25) سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الْأَشِرُ (26)

 

Kaum Tsamudpun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu). (54: 23)

 

Maka mereka berkata: "Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita?" Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila". (54: 24)

 

Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. (54: 25)

 

Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (54: 26)

 

Di pertemuan sebelumnya, kami telah menjelaskan nasib dua kaum, Nuh dan 'Aad. Hari ini kami akan membahas nasib kaum Tsamud kaum ini hidup di utara Jazirah Arab dan nabi mereka adalah Nabi Saleh as. Mereka dengan congkak mengabaikan peringatan utusan Tuhan ini dan melanjutkan perbuatan buruk mereka.

 

Bukan saja mereka tidak mau menerima seruannya, tetapi mereka menyebutnya sebagai orang yang sesat dan gila, di mana mengikutinya akan menyebabkan delusi dan kegilaan.

 

Tentu saja, mereka punya alasan lain untuk menentang Nabi Saleh as. Mereka berkata, bagaimana mungkin seseorang yang seperti kita, yang hidup di antara kita secara normal dan tidak memiliki kekuasaan, kekayaan, atau pengikut, membuat klaim besar bahwa dia telah ditunjuk oleh Tuhan untuk membimbing kita ?

 

Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Di antara keistimewaan para nabi adalah mereka diutus dari tengah masyarakat dan memiliki kehidupan yang normal dan biasa, sehingga mereka dapat menjadi teladan bagi masyarakat.

2. Terkadang manusia terjerumus sangat dalam sehingga menolak mengikuti orang-orang suci dan benar seperti para nabi, sementara orang seperti ini adala orang-orang yang hidup di bawah kekuasaan penguasa zalim atau menyembah benda-benda mati.

3. Tuduhan berbohong dan berbangga diri kepada para nabi termasuk taktik orang kafir dan para penentang, sementara mereka sendiri jusru memiliki dua karakteristik ini.

 

إِنَّا مُرْسِلُو النَّاقَةِ فِتْنَةً لَهُمْ فَارْتَقِبْهُمْ وَاصْطَبِرْ (27) وَنَبِّئْهُمْ أَنَّ الْمَاءَ قِسْمَةٌ بَيْنَهُمْ كُلُّ شِرْبٍ مُحْتَضَرٌ (28) فَنَادَوْا صَاحِبَهُمْ فَتَعَاطَى فَعَقَرَ (29)

 

Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah. (54: 27)

 

Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran) (54: 28)

 

Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. (54: 29)

 

Jelas bahwa siapa pun yang mengaku sebagai nabi tidak dapat diterima dan harus menunjukkan mukjizat yang membuktikan kebenaran klaimnya.

 

Atas kehendak Tuhan, seekor unta besar, berbeda dari unta lainnya, muncul dari jantung gunung. Jumlah air minum unta sangat banyak sehingga mereka harus membagi air antara manusia dan hewan.

 

Tentu saja, ini adalah ujian ilahi. Orang-orang harus menghormati penjatahan air dan pada gilirannya, mereka muncul untuk mendapatkan air.

 

Para tetua suku Tsamud, yang tidak dapat menyangkal keajaiban ini, memutuskan untuk membunuh unta tersebut dan menugaskan seseorang untuk melakukannya. Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa setelah menyaksikan mukjizat, penyangkalan dan keras kepala akan menyebabkan hukuman. Namun mereka membunuh unta tersebut tanpa memperhatikan peringatan Nabi Saleh.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Mukjizat ilahi juga bisa menjadi alat ujian bagi manusia, sehingga jelas siapa yang benar-benar ingin mengenal kebenaran dan bersedia menerimanya, dan siapa yang melawan kebenaran karena keras kepala.

2. Selama hujjah belum sempurna bagi manusia, Allah Swt tidak akan menghukumnya dan azab tidak akan turun.

3. Para penentang nabi memanfaatkan orang jahat dan haus darah untuk meraih tujuan busuknya.

 

فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (30) إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَكَانُوا كَهَشِيمِ الْمُحْتَظِرِ (31) وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (32)

 

Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 30)

 

Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang. (54: 31)

 

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (54: 32)

 

Setelah membunuh unta yang datang dari Tuhan untuk membuktikan kebenaran Nabi Saleh as, murka Tuhan turun dalam bentuk kilat surgawi, yang membuat penduduk Tsamud kering dan tidak bergerak. Akibatnya, mereka menjadi seperti pakan ternak yang dipukuli dan digiling oleh peternak untuk pakan ternak.

 

Di akhir kisah dari nasib kaum Tsamud, Allah kembali mengingatkan bahwa tujuan diturunkannya al-Qur'an adalah nasehat dan peringatan agar manusia mengetahui bahaya yang menghadangnya, menyelamatkan diri darinya dan tidak terjebak dalam murka Allah di dunia ini dan akhirat.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Meski yang membunuh unta satu orang, tapi karena mayoritas warga rela atas perbuatan pembunuh tersebut, maka al-Quran menisbatkan perbuatan ini kepada semua orang, oleh karena itu, mereka mendapat azab Tuhan.

2. Tidak ada yang dapat melawan kehendak Tuhan. Kaum perkasa Tsamud tumbang ke bumi seperti batang yang kering dan hancur.

3. Al-Quran bukan buku sejarah, tapi menjelaskan sejarah sejumlah kaum terdahulu dengan benar dan sesuai dengan fakta, sehingga menjadi pelajaran bagi semua orang.

Minggu, 18 Juni 2023 21:41

Surah Al-Qamar ayat 9-22

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ فَكَذَّبُوا عَبْدَنَا وَقَالُوا مَجْنُونٌ وَازْدُجِرَ (9) فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ (10) فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ (11) وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ (12)

 

Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman). (54: 9)

 

Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)". (54: 10)

 

Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. (54: 11)

 

Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. (54: 12)

 

Dalam pembahasan sebelumnya kami telah jelaskan mengenai kondisi sulit dan mengerikan di hari kiamat para penolak kebenaran. Sementara ayat kali ini mengisyaratkan azab yang mereka terima di dunia dan menyatakan, Nabi Nuh as seperti nabi lainnya menyeru manusia untuk menyembah Tuhan dan telah menunjukkan mukjizatnya kepada mereka, tapi mereka tetap menolak kebenaran, dan menyebut Nabi Nuh as gila yang dipengaruhi jin dan akalnya tertutupi.

 

Mereka mengancam akan melempari Nabi Nuh as dengan batu dan membunuhnya. Orang kafir dengan berbagai siksaan dan gangguan telah menghalangi dakwah Nabi Nuh as, dengan harapan ia melepaskan risalahnya dan membiarkan mereka dengan kondisinya saat itu.

 

Di kondisi seperti ini, Nabi Nuh as memohon Tuhan untuk membantunya menghadapi orang kafir. Kemudian Tuhan menyempurnakan hujjah-Nya dan ketika mereka tetap menolak kebenaran, maka Tuhan menurunkan azab kepada mereka berupa banjir bandang yang menghancurkan mereka.

 

Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:

1. Menyebut nabi gila adalah tuduhan yang marak sepanjang sejarah. Para penentang dan orang kafir senantiasa berusaha meneror kepribadian para nabi dengan taktik seperti ini.

2. Orang beriman harus menjalankan kewajibannya, dan ketika mereka kalah dari musuh, maka mereka tidak boleh putus asa karena kekuatan ilahi di atas seluruh kekuatan.

3. Hujan yang merupakan manifestasi rahmat Tuhan, terkadang menjadi sebab kemarahan dan hukuman.

 

وَحَمَلْنَاهُ عَلَى ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ (13) تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ (14) وَلَقَدْ تَرَكْنَاهَا آَيَةً فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (15) فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (16) وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)

 

‏Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, (54: 13)

 

Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). (54: 14)

 

Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (54: 15)

 

Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 16)

 

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (54: 17)

 

Sebelum azab diturunkan kepada kaum Nuh, Allah Swt memerintahkan Nuh untuk membuat kapal besar yang mampu menampung berbagai jenis hewan, dan mencegah kepunahannya. Ini menunjukkan bahwa badai besar akan datang serta meliputi sebagian besar wilayah bumi, jika tidak maka tidak perlu melakukan hal ini.

 

Seiring dengan datangnya badai besar, atas perintah Tuhan, kapal Nuh bergerak dan penumpangnya selamat, tapi orang kafir seluruhnya tenggelam. Akhirnya setelah air menyusut, penumpang kapal keluar dengan selamat. Tapi sisa-sisa kapal besar tersebut yang berupa potongan-potongan kayu dan segenggam paku, tetap abadi atas kehendak Tuhan dan menjadi tanda kekuasaan Tuhan dan bagi orang kafir dapat memahami bahwa bahwa azab Tuhan itu keras, sehingga mereka akan menganggap serius peringatan para nabi.

 

Penyebutan kisah ini di al-Quran dimaksudkan sebagai pengingat sehingga manusia dapat mengambil pelajaran serta tidak keras kepala menolak kebenaran.

 

Di akhir ayat ini mengisyaratkan kemudahan al-Quran. Tak diragukan lagi bahwa susunan kata al-Qur'an sedemikian rupa sehingga mudah dibaca dan sekaligus indah. Isi ayat-ayatnya juga dilengkapi cerita dan contoh yang memudahkan untuk menerima isinya. Tentu saja, meskipun al-Qur'an itu mudah, kata-katanya kuat dan tegas, dan meskipun mudah, ayat-ayatnya sedemikian rupa sehingga jika semua orang di dunia bersatu dan bekerja sama, mereka tidak akan dapat menghasilkan apapun yang mirip dengannya.

 

Dari lima ayat tadi terdapat empat pelajaran berharga yang dapat dipetik:

1. Jika Tuhan menghendaki, maka papan kayu dapat menyelamatkan manusia di banjir besar, seperti ketika Ia menyelamatkan Musa as dari ombak besar sungai Nil.

2. Siapa saja yang mengingkari nikmat dan tidak bersyukur atas keberadaan para nabi, maka mereka akan mendapat azab di dunia dan akhirat.

3. Seperti jasad Fir'aun yang diselamatkan dari air dan tetap awet, kapal Nuh as juga tetap awet sehingga menjadi bahan pelajaran bagi generasi mendatang.

4. Al-Quran kitab yang mudah, meski demikian tidak ada yang mampu membuat padanannya atau serupa dengannya, meski seluruh dunia bersatu.

 

كَذَّبَتْ عَادٌ فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (18) إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي يَوْمِ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ (19) تَنْزِعُ النَّاسَ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ مُنْقَعِرٍ (20) فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (21) وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (22)

 

Kaum 'Aad pun mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 18)

 

Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, (54: 19)

 

yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang. (54: 20)

 

Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 21)

 

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (54: 22)

 

Setelah menyebutkan kisah kaum Nuh as, ayat ini menceritakan nasib kaum 'Aad. Nabi Hud as adalah nabinya kaum 'Aad. Seberapa keras Nabi Hud as memperingatkan kaumnya, tapi mereka menolak meninggalkan perbuatan buruknya. Kaum 'Aad senantiasa mengejek Nabi Hud as dan bangga dengan tubuh mereka yang kuat dan kekar.

 

Mereka tidak menyangka bahwa suatu hari hembusan angin yang begitu kuat dan dahsyat akan bertiup di atas kota dan desa mereka, yang akan mencabut tubuh mereka yang tinggi dan kekar seperti pohon palem yang tumbang dan melemparkannya ke mana-mana. Badai dahsyat ini berlanjut selama seminggu dan tidak meninggalkan rumah dan penghuninya.

 

Tuhan mengulangi lagi bahwa mengapa kalian tidak mengambil pelajaran dari kaum terdahulu, dan tidak menerima peringatan ? Namun, dengan menceritakan kisah mereka di dalam al-Qur'an, kami telah memudahkan kalian mengetahui nasib mereka.

 

Dari lima ayat tadi terhadap tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Tuhan telah menyempurnakan hujjah terhadap manusia dengan mengutus para nabi dan peringatan mereka kepada masyarakat, dan orang-orang yang keras kepala harus mempersiapkan diri menuai hasil perbuatan buruknya.

2. Angin juga seperti air, berada di bawah perintah dan kehendak Tuhan; Terkadang menjadi tanda kemurahan dan terkadang menjadi alat untuk menghukum orang-orang yang berbuat buruk. Dengan kehendak Tuhan, angin juga dapat menjadi sebab pertumbuhan dan juga dapat menjadi alat perusak.

3. Al-Quran bukan buku sejarah, tapi untuk memberi petunjuk manusia, kitab ini menyebutkan nasib sejumlah orang dan kaum, sehingga semua orang dapat mengambil pelajaran dan tidak menolak kebenaran.

Minggu, 18 Juni 2023 21:35

Surah al-Qamar ayat 1-8

 

سورة القمر

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ (1) وَإِنْ يَرَوْا آَيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ (2) وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ (3)

 

Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. (54: 1)

 

Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus". (54: 2)

 

Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya (54: 3)

 

Surat Al-Qamar diturunkan di Mekah dan surat ini berisi peringatan kepada orang-orang musyrik. Selain itu, surat ini juga menjelaskan nasib tiga kaum terdahulu yang dimusnahkan karena menolak dan menentang seruan para nabi kerena sikap keras kepala dan pemberontakannya. Penjelasan nasib kaum terdahulu yang menentang nabi dimaksudkan sebagai pelajaran bagi kaum musyrik supaya mereka tidak mengikutinya dan bersedia tunduk serta menerima seruan Rasulullah Saw.

 

Surat Al-Qamar diawali dengan menyebutkan salah satu mukjizat besar Rasulullah Saw. Orang musyrik Mekah meminta bukti dari nabi dan memahami bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan oleh Rasulullah. Permintaan tersebut sebagai upaya mereka untuk menolak dan lari dari seruan beliau. Mereka mengatakan, jika kamu jujur dan benar perkataanmu, serta kamu benar-benar utusan Tuhan, maka belahlah bulan menjadi dua untuk kami ! Mereka meyakini bahwa sihir hanya efektif untuk hal-hal di bumi, tapi tidak akan efektif untuk hal-hal di langit. Jika bulan dapat dibelah, maka apa yang dilakukan Muhammad bukan sihir.

 

Kemudian Rasulullah Saw meminta Allah Swt untuk mengabulkan permintaan orang musyrik. Dengan ijin Allah, di suatu malam ketika malam bulan purnama, dengan isyarat Nabi Saw, bulan terbelah menjadi dua dan setelah warga Mekah menyaksikannya, kemudian bulan kembali utuh.

 

Namun meski demikian, para penentang nabi tidak mengharapkan hal ini terjadi dan mereka menyebutnya sebagai sihir dan mengatakan, sejatinya bulan tidak terbelah, tapi kamu seperti penyihir lainnya menghipnotis mata kita sehingga kita menyangka bulan terbelah menjadi dua.

 

Berbeda dengan klaim orang musyrik, peristiwa ini benar-benar terjadi. Seperti para kafilah Syam dan Yaman juga menyaksikan peristiwa menakjubkan ini dalam perjalanan mereka dan bahkan orang India pun menyaksikan peristiwa terbelahnya bulan.

 

Al-Quran mengatakan, akar dari pengingkaran ini ini adalah hawa nafsu yang tidak mengijinkan manusia menyerah kepada kebenaran dan senang jika manusia berperilaku sesuai dengan keinginannya, tapi akhirnya kebenaran akan terungkap dan kekafiran serta syirik hanya berakhir dengan kejatuhan dan kehancuran.

 

Dari tiga ayat tadi terhadap empat pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Hari Kiamat semakin dekat dan pasti terjadi. Ini adalah peringatan serius kepada orang yang lalai akan hari kiamat beserta perhitungan amal perbuatan. Pengutusan nabi terakhir juga salah satu tanda kian dekatnya akhir dunia.

2. Selain Al-Quran yang menjadi mukjizat abadi Rasulullah Saw, beliau juga memiliki mukjizat lainnya seperti terbelahnya bulan menjadi dua.

3. Orang yang keras kepala meski menyaksikan mukjizat dengan mata kepalanya, tapi menyebutnya sebagai sihir dan mendustakan Rasulullah Saw.

4. Mengikuti hawa nafsu merupakan salah satu faktor utama penyimpangan orang-orang yang ingkar dari menerima kebenaran para nabi.

وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الْأَنْبَاءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ (4) حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ (5)

 

Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran). (54: 4)

 

Itulah suatu hikmah yang sempurna maka peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka). (54: 5)

 

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, penolakan orang musyrik terhadap seruan Rasulullah Saw bukan karena kebodohan; Mereka mengetahui nasib umat-umat terdahulu yang hancur karena ketidakpatuhan dan penyimpangan. Mereka telah mendengar dari pengikut agama-agama terdahulu bahwa setelah kematian akan ada hari kiamat dan ada juga surga dan neraka, tapi mereka menolak mengakhiri perbuatan buruk mereka.

 

Tak diragukan lagi bahwa apa yang harus dilakukan Tuhan dan para nabinya adalah menyempurnakan hujjah (alasan) bahwa kebenaran telah disampaikan kepada masyarakat, meski mayoritas manusia mengabaikan peringatan ini dan tidak ada manfaatnya bagi mereka.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik.

1. Mempelajari sejarah kaum terdahulu dapat membantu manusia mengetahui faktor kehancuran kaum dan peradaban kuno, dan mencegah mereka dari kekafiran.

2. Pesan al-Quran berdasarkan hikmah dan logika, dan dapat dipahami dengan akal dan pemahaman masyarakat awam.

3. Para nabi telah menunaikan misinya dan dengan menyampaikan kebenaran telah menyempurnakan hujjah kepada manusia, tapi mereka tidak ingin memaksa dan manusia harus memiliki pilihan dalam menerima kebenaran.

 

فَتَوَلَّ عَنْهُمْ يَوْمَ يَدْعُ الدَّاعِ إِلَى شَيْءٍ نُكُرٍ (6) خُشَّعًا أَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ (7) مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ (8)

 

Maka berpalinglah kamu dari mereka. (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), (54: 6)

 

sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan (54: 7)

 

mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata: "Ini adalah hari yang berat". (54: 8)

 

Setelah menjelaskan puncak sikap keras kepala orang kafir, ayat ini kepada Rasulullah Saw menyatakan, biarkan mereka dan datangilah mereka yang siap menerima kebenaran. Orang seperti ini akan sadar ketika mereka menyaksikan hari kiamat dengan mata kepala mereka sendiri, saat itu dengan perintah Tuhan, orang yang mati satu persatu dibangkitkan dari kubur dan mereka lari ke sana kemari karena ketakutan.

 

Kondisi hari kiamat tidak diketahui oleh orang-orang seperti ini, dan mereka lari ke arah suara dan panggilan yang mereka dengar untuk mendapatkan berita dan mencapai ketenangan. Tapi semakin jauh mereka berlari, semakin ketakutan mereka dan memahami bahwa ini adalah hari yang telah dikatakan kepada mereka saat di dunia, tapi mereka mengingkarinya.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Setelah hujjah sempurna bagi orang kafir, maka mereka harus dilepaskan sehingga mereka tidak akan menganggap bahwa kami membutuhkan keimanan mereka dan kita mengemis kepada mereka supaya beriman.

2. Kondisi hari kiamat bagi orang kafir sangat sulit, mendadak dan menakutkan, sehingga mereka tidak mengharapkan akan menghadapi kondisi seperti ini,

3. Maad (hari kiamat/kebangkitan) adalah kebangkitan jasmani, dan manusia akan dibangkitkan dari kubur mereka, dan bukan hanya ruh mereka yang dikumpulkan di hari kiamat.

 

Minggu, 18 Juni 2023 21:34

Surah An-Najm ayat 19-30

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى (19) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى (20) أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَى (21) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (22) إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآَبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى (23)

 

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, (53: 19)

dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (53: 20)

Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? (53: 21)

Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. (53: 22)

Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (53: 23)

Ayat-ayat ini menentang salah satu kepercayaan terpenting kaum musyrik Mekah dan berkata: Di satu sisi, kalian menganggap berhala-berhala ini serupa dengan malaikat dan menyembahnya, dan di sisi lain, kalian menganggap para malaikat sebagai putri Tuhan dan kalian berharap menjadikannya sarana syafaat dengan Tuhan. Padahal, pertama, Tuhan tidak memiliki anak dan malaikat bukanlah anak Tuhan; Kedua, malaikat bukanlah laki-laki dan perempuan seperti manusia.

Selain itu, kalian menganggap anak perempuan kalian sendiri sebagai aib, dan bahkan kalian bahkan tega mengubur mereka hidup-hidup. Lantas bagaimana kalian menjadikan malaikat sebagai putri-putri Tuhan, dan menisbatkannya kepada Tuhan ? Apakah kalian memiliki argumen untuk klaim ini ? Ataukah kalian tenggelam ke dalam takhayul yang dikatakan oleh ayah dan leluhur kalian, dan kalian menerimannya tanpa alasan ?

Jika kalian ingin mengenal Tuhan dengan benar, Ia telah menunjukkan kalian jalan petunjuk dengan mengirim nabi terakhir dan Kitab Suci al-Qur'an, sehingga kalian tidak terjebak ke dalam kesesatan.

Dari lima ayat tadi terhadap lima pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang musyrik mengakui adanya Tuhan, tapi mereka terjebak ke dalam kesesatan di penyembahan, dan mereka menyembah berhala batu sebagai patung putri Tuhan.

2. Menanggapi pemikiran sesat, seseorang dapat menggunakan metode argumentasi dan mengutuknya dengan menggunakan logika pihak lain. Bagaimana orang musyrik, yang menganggap gadis itu sebagai aib bagi mereka, berpikir bahwa malaikat adalah putri Tuhan?

3. Diskriminasi antara anak laki-laki dan perempuan, serta menganggap salah satu unggul dari yang lain adalah bukti nyata dari kezaliman dan ketidakadilan.

4. Mengingat keyakinan dan tradisi nenek moyang memiliki pengaruh signifikan terhadap budaya generasi berikutnya, fanatisme buta terhadap keyakinan dan tradisi mereka menjadi peluang bagi berkembangnya takhayul di masyarakat manusia.

5. Pemikiran yang lemah dan tanpa dasar, serta mengikuti hawa nafsu membuat banyak manusia tersesat dan menjauhkan mereka dari hidayah ilahi.

أَمْ لِلْإِنْسَانِ مَا تَمَنَّى (24) فَلِلَّهِ الْآَخِرَةُ وَالْأُولَى (25) وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى (26)

Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya? (53: 24)

(Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia. (53: 25)

Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa'at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya). (53: 26)

Berdasarkan ayat ini, orang musyrik menyembah malaikat karena berharap syafaatnya, sementara harapan ini seperti banyak angan-angan yang tak berdasar serta tidak akan terwujud. Hal ini karena dunia dan akhirat diatur dengan kehendak Tuhan, dan tidak mengikuti keinginan manusia.

Tidak diragukan lagi, harapan akan masa depan adalah mesin penggerak aktivitas manusia dan faktor pertumbuhannya. Jika tidak ada harapan, tidak ada yang akan mencoba dan mengambil langkah untuk memajukan urusan hidup mereka. Tentu saja, harapan dan impian seseorang harus berada dalam kerangka bakat dan kemampuannya, jika tidak, dia akan mengalami delusi. Apa yang ditiadakan oleh ayat ini adalah keinginan ilusi dan tak berdasar yang tidak disetujui oleh akal dan logika atau wahyu ilahi. Karena meninggalkan keinginan yang tidak realistis dan tidak masuk akal seperti itu menjadi dasar pertumbuhan dan keunggulan manusia dan masyarakat manusia.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1.Mengabaikan akal dan wahyu, yang menunjukkan kepada umat manusia jalan petunjuk dan kebahagiaan, dan berpegang teguh pada hasrat delusi dan imajiner, mencegah seseorang untuk tumbuh dan unggul serta menerima rahmat ilahi di dunia dan akhirat.

2.Kita harus selaraskan keinginan dan harapan dengan kehendak ilahi, sehingga kita dapat meraih hasil yang kita inginkan, bukannya berharap kehendak Tuhan mengikuti keinginan dan harapan kita.

3.Ketika malaikat yang dekat dengan Tuhan tidak dapat memberi syafaat tanpa ijin-Nya, maka apa yang bisa diharapkan dari sesuatu yang tidak bernyawa dan tidak berharga seperti berhala ?

إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلَائِكَةَ تَسْمِيَةَ الْأُنْثَى (27) وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا (28) فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (29) ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى (30)

Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan. (53: 27)

Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. (53: 28)

Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. (53: 29)

Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (53: 30)

Seperti yang disebutkan sebelumnya, orang musyrik mengakui Tuhan sebagai pencipta alam semesta, tapi mereka menolak beriman kepada Hari Kiamat, azab dan pahala di akhirat. Oleh karena itu, ayat ini mengatakan, mereka yang menisbatkan takhayul dan khurafat ini kepada Tuhan, dan menyembah berhala maka mereka sejatinya menolak Hari Kiamat dan tidak takut akibat perbuatannya.

Kelanjutan ayat ini mengisyaratkan salah satu bahaya yang mengancam masyarakat manusia dan mengatakan, banyak keyakinan seseorang terkait Mabda dan Ma'ad didasari pada prasangka dan kecurigaan, sementara hal-hal seperti ini mengharuskan manusia mencapainya melalui ilmu dan keyakinan sehingga ia mencapai kebenaran yang diyakininya dengan jaminan.

Secara alami sesorang yang ingin memahami dengan benar awal dunia atau penciptaan (mabda), maka mereka akan merujuk kepada para nabi dan memanfaatkan petunjuknya, sementara pengatahuan orang lain mengenai kebenaran sebatas pengatahuan duniawi dan kelezatan serta kepentingan mereka.

Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Mengikuti prasangka dan dugaan di hal-hal biasa dan kurang penting, mungkin tidak akan membawa kerugian yang besar, atau dapat dikompensasi kerugiannya; Tapi jika terkait keyakinan, maka manusia akan sangat merugi dan tidak dapat dikompensasi, karena umur manusia tidak pernah dapat diulang.

2. Dalam cara mendidik dan membimbing manusia serta menyeru kepada Allah, marilah kita menuju kepada orang-orang yang mencari kebenaran, bukan kepada orang-orang yang melalaikan mengingat Allah dan menutup mata dan telinganya terhadap kebenaran.

3. Cinta dunia salah satu unsur yang membuat seseorang melupakan Tuhan dan hari kiamat. Jika kita menikmati kelezatan alami kehidupan dengan benar dan logis, ini hal yang terpuji. Tapi keterikatan yang berlebihan dan tidak konvensional pada dunia adalah hal yang tercela dan berbahaya.

Minggu, 18 Juni 2023 21:30

Surah An-Najm ayat 1-18

 

Surah An-Najm ayat 1-18

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)

Demi bintang ketika terbenam. (53: 1)

kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. (53: 2)

dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. (53: 3)

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (53: 4)

Surat An-Najm diturunkan di Mekah, dan dimulai dengan penjelasan metode penurunan wahyu kepada Rasulullah Saw dan peristiwa Isra dan Mi'raj beliau. Surat juga menafikan khurafat dan tayahul orang musyrik dan menekankan azab ilahi di dunia dan akhirat.

Surat ini seperti sebagian surat al-Qur'an lainnya diawali dengan sejumlah sumpah. Sumpah dengan nama bintang yang termasuk fenomena alam dan sepanjang sejarah selalu menjadi perhatian umat manusia. Bahkan di suatu masa di sejarah, bintang sempat disembah oleh sejumlah kaum.

Setelah bersumpah, Tuhan kepada warga Mekah berkata, Muhammad bin Abdullah yang lahir di antara kalian telah bergaul dengan kalian lebih dari 40 tahun. selama waktu tersebut, kalian tidak pernah mendapati Muhammad berkata bohong atau perilakunya menyimpang dan tak pantas, dan semuaorang bersaksi bahwa Muhammad adalah orang yang jujur.

Jika ia hari ini menekankan bahwa ia diutus oleh Tuhan untuk memberi kalian petunjuk, ini bukan karena didorong hawa nafsu dan haus kekuasaan, bahwa dia ingin membuat dirinya hebat di mata kalian atau mencapai kekayaan, status dan kedudukan. Apa yang dia katakan dalam menyeru kalian kepada Tuhan adalah wahyu Tuhan yang diungkapkan kepadanya, jadi terimalah firman Tuhan dan percayalah padanya.

Dari empat ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Para nabi biasanya tumbuh besar di antara kaum dan kabilah yang sesat, tapi mereka tidak terpengaruh oleh pemikiran, keyakinan dan tradisi keliru kaum tersebut.

2. Mereka yang menolak kebenaran berusaha menemukan alasan untuk lari dari kebenaran dengan menuduh orang-orang suci ini mencari kekuasaan.

3. Ucapan nabi bukan dari keinginan pribadi dan juga bukan dipengaruhi lingkungan sosial.

4. Ucapan nabi hujjah (bukti). Apakah dia berbicara langsung atas nama Tuhan atau memerintahkan sesuatu atas namanya sendiri.

عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى (6) وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى (7) ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى (8) فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى (9) فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى (10) مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى (11) أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى (12)

yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. (53: 5)

yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. (53: 6)

sedang dia berada di ufuk yang tinggi. (53: 7)

Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. (53: 8)

maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (53: 9)

Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (53: 10)

Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (53: 11)

Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? (53: 12)

Ayat-ayat sebelumnya adalah tentang prinsip wahyu, ayat-ayat ini merujuk pada hubungan Nabi dengan Tuhan dan mengatakan: Guru Nabi adalah Tuhan, Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana, yang memiliki semua kekuatan dunia, dan perbuatannya teguh dan tegas. Dia berada dalam posisi yang lebih tinggi daripada pikiran dan pemikiran manusia, dan tidak ada yang bisa menghubungi-Nya, tetapi nabi dengan hati yang penuh iman, mampu menghubungi-Nya melalui hati sanubari (syuhud qalbi); Syuhud qalbi yang tidak pernah keliru dan menjadi sumber pendekatan Nabi kepada Allah.

Kedekatan (taqarrub) menjadi peluang bagi turunnya wahyu dan selanjutnya Jibril sebagai perantara antara Tuhan dan nabi-Nya, menurunkan wahyu ke hati nabi dan beliau membacakan ayat-ayat al-Quran kepada manusia.

Para pengingkar kenabian sepanjang sejarah menilai hubungan antara Tuhan dan manusia adalah hal yang tidak mungkin dan menolaknya. Sementara hubungan ini bukan hubungan materi, tapi hubungan hati dan syuhudi. Dan ayat ini juga menjelaskan bahwa nabi melihat Tuhan dengan hati sanubari (syuhud qalbi), bukan dengan kedua matanya.

Dari delapan ayat tadi terhadap empat pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Bukan hanya ilmu eksperimental dan manusia yang membutuhkan pelatih dan guru; Untuk mencapai pertumbuhan dan kesempurnaan spiritual, manusia membutuhkan seorang guru ilahi untuk mengajar orang-orang apa yang telah Tuhan ajarkan kepadanya dan untuk menyelamatkan mereka dari jebakan takhayul dan pikiran serta pendapat yang salah dan menyimpang.

2. Untuk menghadapi orang-orang yang menganggap nabi seorang yang belajar seperti mereka, ayat ini dengan jelas menekankan bahwa Tuhan adalah gurunya nabi, dan nabi mengabil wahyu dari sumber utamanya.

3. Di mana Tuhan menghendaki dan mengizinkan, Nabi-Nya dapat menemukan kedekatan sedemikian rupa sehingga dia dapat berbicara langsung dengan-Nya dan menerima firman ilahi.

4. Penghambaan kepada Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya memberikan landasan bagi Nabi untuk menerima wahyu dan mencapai derahat kenabian. Oleh karena itu, dalam ayat-ayat ini menyatakan, Allah menurunkan wahyu kepada hamba-Nya dan tidak mengatakan, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya.

وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (18)

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (53: 13)

(yaitu) di Sidratil Muntaha. (53: 14)

Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (53: 15)

(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (53: 16)

Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (53: 17)

Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (53: 18)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung peristiwa isra dan mi'raj Rasulullah Saw yang juga disebutkan di awal Surat al-Isra. Ayat sebelumnya menjelaskan syuhud qalbi nabi dan ayat ini merujuk pada kehadiran nabi di langit dan mengamati tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam semesta. Juga, melihat surga ilahi di langit, yang merupakan tempat di mana jiwa-jiwa orang beriman dan murni hadir sampai kebangkitan, itu juga dalam bayang-bayang cabang pohon yang subur yang disebut Sidratil Muntaha.

Rasulullah Saw di perjalanan Mi'raj, menyaksikan banyak kebenaran dengan matanya, seperti Tuhan menunjukkan malaikat langit dan bumi kepada Nabi Ibrahim as, dan ia menyaksikan keagungan ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Tuhan dengan menunjukkan keagungan alam kepada para nabi yang mengemban misi untuk memberi petunjuk manusia, membuatnya mencapai derajat keyakinan penuh sehingga ia menerima wahyu dengan tenang dan menyampaikannya kepada masyarakat.

Dari enam ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Para nabi menyaksikan Tuhan dengan mata hati (syuhud qalbi), dan menyaksikan keagungan penciptaan dengan matanya.

2. Selain surga ukhrawi yang muncul di Hari Kiamat, di alam Barzah, juga ada surga di mana orang yang baik mendapatkan nikmat Tuhan.

 

Di awal tahun, seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan pidato membahas berbagai isu negara di kompleks makam Imam Ridha as di kota Mashhad.

Mengawali pidatonya Rahbar menyinggung doa rakyat Iran saat pergantian tahun yang memohon kepada Tuhan untuk memberi perubahan terbaik, dan mengatakan doa serta memohon kepada Tuhan dikabulkan ketika manusia berjalan di jalan Tuhan saat memohon permintaannya. Untuk menciptakan perubahan di masyarakat, pemerintah dan negara, masyarakat, pemikir dan opini publik harus mengenal kebutuhan dasar dan dengan menyambut mereka, pikiran akan diaktifkan sehingga tuntutan besar dapat diwujudkan.

Ayatullah Khamenei menganggap maksud dirinya dari transformasi adalah untuk mengubah bagian-bagian dan titik-titik lemah dalam pemerintah Islam dan masyarakat Iran, sehingga dengan mengidentifikasinya, kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan kemauan yang tegas dan menjadi titik-titik yang kuat. Tugas yang sulit dan berat yang membutuhkan kepercayaan diri nasional.

Dalam hal ini beliau mengatakan, "Bangsa yang percaya diri dapat melakukan langkah-langkah transformasional dengan baik; Para petinggi bangsa ini berani memulai perubahan dan mengambil tindakan... Bangsa kita adalah bangsa yang memiliki harga diri, percaya diri, mandiri, berani... Bangsa kita telah menunjukkan dalam berbagai bidang bahwa ia memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri."

Selain kepercayaan diri nasional, Rahbar menganggap kewaspadaan sebagai kebutuhan lain untuk transformasi yang diinginkan, sehingga meskipun simpati dan kecintaan terhadap pemerintah dan sistem, poin-poin kuat tidak tidak boleh ditargetkan karena kelalaian. Rahbar menilai salah satu poin kuat terpenting bangsa Iran dan masyarakat Islam adalah fondasi internal yang kuat dan kokoh, dan memperkenalkan sikap tegas terhadap konspirasi dan tipu muslihat musuh sebagai salah satu tanda kekuatan batin bangsa Iran.

Selama bertahun-tahun, bangsa Iran telah berdiri dan melawan konspirasi dan serangan dari negara-negara paling kuat di dunia, seperti kudeta, sanksi, tekanan politik, serangan media yang menciptakan Iranphobia dan revolusi-fobia di dunia, konspirasi keamanan, dll.

Dalam hal ini Ayatullah Khamenei mengatakan, "Bangsa mana selain bangsa Iran yang dapat atau telah mampu melawan mereka? Ini adalah kekuatan batin; Ini menunjukkan bahwa fondasi bangsa Iran adalah fondasi yang kuat. Contoh nyata di depan mata semua orang adalah dalam kerusuhan baru-baru ini, ketika beberapa bulan yang lalu mereka memulai kerusuhan dan semua orang masuk. Lihat! Ini adalah poin-poin penting. Presiden negara seperti Amerika secara terbuka mendukung kerusuhan tersebut. Para presiden dan kepala pemerintahan beberapa negara Eropa juga secara terbuka mendukung kerusuhan ini...yang merupakan persentase yang sangat kecil dari bangsa Iran. Mereka tidak hanya memberikan dukungan lisan, dukungan senjata, dukungan finansial, dukungan keamanan. Mereka memberikan segala macam bantuan untuk kerusuhan ini...(untuk) melemahkan Republik Islam setidaknya...tapi apa yang terjadi di tempat kejadian justru kebalikan dari apa yang mereka inginkan. Republik Islam menunjukkan bahwa ia kuat, bukan lemah. Dia mengatasi konspirasi global dan menunjukkan kepada dunia bahwa dia kuat. Tanggal 22 Bahman tahun 1401Hs lebih semarak dan ramai dibanding tanggal 22 Bahman beberapa tahun lalu; Ini menunjukkan kekuatan internal bangsa Iran."

Ayatullah Khamenei menganggap kemajuan besar rakyat Iran di berbagai bidang terlepas dari sanksi dan tekanan ekonomi yang berat sebagai tanda lain dari kekuatan internal bangsa dan pemerintah Republik Islam Iran: di bidang sains dan teknologi, teknologi nano, bioteknologi , bidang kesehatan, nuklir, kedirgantaraan, pertahanan, infrastruktur seperti jalan raya dan kereta api, pembangunan bendungan dan penyediaan air bersih, pembangunan kilang dan rumah sakit.

Rahbar lebih lanjut saat menjelaskan kemajuan bangsa Iran, menyinggung partisipasi aktif diplomasi negara ini dan mengatakan, "Di bidang hubungan luar negeri, Barat bersikeras untuk mengisolasi Iran; Amerika dan Eropa menekan Iran untuk diisolasi. "Isolasi" dalam istilah politik luar negeri berarti memutuskan hubungan dengan negara lain... yang terjadi justru sebaliknya. Ya, hubungan kami dengan Barat melemah...kami tidak memiliki hubungan dengan Amerika, hubungan kami dengan Eropa juga melemah...tetapi kami membuat hubungan kami dengan Asia 100 persen lebih kuat; Setelah ini, kami akan melanjutkan hal yang sama; Kami akan melanjutkan hubungan politik, ekonomi, teknis, dan ilmiah kami dengan bagian penting dari negara-negara Asia... Upaya dan kemampuan bangsa Iran membuat kami dapat menjadi anggota dari beberapa perjanjian regional yang penting dan efektif... Hubungan kami dengan pemerintah kawasan dan negara-negara di kawasan diperkuat. Hubungan yang kuat dengan Afrika dan Amerika Latin adalah salah satu rencana pasti kami dan, insya Allah, kami akan mengikuti rencana ini. Tentu saja, kami juga tidak marah dengan Eropa; Kami siap bekerja sama dengan negara-negara Eropa dan pemerintah Eropa mana pun yang tidak mengikuti kebijakan Amerika secara membabi buta."

Pemimpin Revolusi Islam melanjutkan pidatonya dan mengatakan bahwa selain kekuatan, ada juga kelemahan, dan masalah ekonomi menjadi yang teratas. Beliau menganggap masalah terpenting perekonomian negara adalah kepemilikan pemerintah yang berlebihan dan ketergantungan pada minyak mentah dan dolar. Menurut pemimpin revolusi itu, perekonomian memerlukan pertumbuhan yang cepat dan berkesinambungan, yang dapat dicapai dengan bantuan dan bimbingan rakyat serta peningkatan produksi. Sesuai dengan semboyan tahun ini “pengendalian inflasi dan pertumbuhan produksi”, pemimpin Revolusi Islam menyatakan bahwa menghentikan inflasi adalah mungkin dengan meningkatkan produksi, dan peningkatan produksi ada di tangan rakyat, yang praktis dengan usaha dan tindakan rakyat.

Bagian lain dari pidato Rahbar dikhususkan untuk kebutuhan guna menginformasikan kepada orang-orang tentang perang hibrida musuh, sehingga orang-orang mengetahui cara dan kebijakan apa yang musuh targetkan kekuatan negara dan melihat peristiwa dengan jelas. Beliau mengatakan bahwa perang hibrida bukanlah serangan militer, tetapi serangan musuh terhadap keyakinan agama dan politik. Dalam Surah An-Nas kita berlindung kepada Allah dari godaan para tiran, tiran adalah propaganda orang asing dan pengikutnya di dalam untuk mengubah fakta guna melemahkan kehendak bangsa. Tujuan mereka adalah memadamkan harapan dan menciptakan keputusasaan di hati kaum muda kita. Orang yang putus asa tidak dapat diharapkan untuk bekerja dengan baik.

Lebih lanjut Rahbar mengatakan,"Mereka ingin mengambil perangkat lunak sebenarnya dari kekuatan nasional negara dari tangan bangsa, membuatnya tidak efektif; Perangkat lunak ini terdiri dari kepercayaan masyarakat, nilai-nilai agama dan kebangsaan serta kepercayaan masyarakat. Ketika mereka melakukan hal-hal ini, mereka berusaha menciptakan ketidakstabilan di dalam negeri, menciptakan ketidakamanan, jika mereka mampu, mereka akan mengobarkan perang saudara; Tentu saja, kepala mereka telah membentur batu dan akan membenturnya...Alhamdulillah, masyarakat bangun dan sadar, rakyat melawan...Saya dengan tegas menyatakan bahwa bangsa Iran kuat...itu sedang maju...itu mampu menciptakan transformasi, dapat memperbaiki cacat."

Dalam bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei sekali lagi menekankan dukungan bangsa Iran terhadap front muqawama, dan mengenai perang di Ukraina Rahbar menegaskan,"Kami menyatakan dengan jelas; Kami pasti menolak partisipasi dalam perang di Ukraina. Mereka dengan salah mengklaim bahwa Iran berpartisipasi dalam perang di Ukraina; Tidak ada hal seperti itu sama sekali; Kami tidak memiliki kemitraan. Perang di Ukraina sebenarnya dimulai oleh Amerika; Nyatanya, Amerika menciptakan pendahuluan perang ini dengan memperluas NATO ke Eropa Timur. Bahkan sekarang, Amerika paling diuntungkan dari perang di Ukraina. Orang-orang miskin Ukraina berada dalam kesulitan, pabrik-pabrik senjata Amerika paling banyak mendapat manfaat; Oleh karena itu, mereka tidak mendukung berakhirnya perang di Ukraina. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengakhiri perang ini dihalangi oleh Amerika dan tidak akan diizinkan."

Image Caption
Ayatullah Khamenei di akhir pidatonya di Haram Imam Ridha as di kota Mashhad mengatakan, "Hari ini kita harus mempertimbangkan ayat ini: «وَ لا تَهِنوا», jangan lemah, «وَ لا تَحزَنوا»،  jangan sedih , «وَ اَنتُمُ الاَعلَون»،  kamu yang terbaik, اِن کُنتُم مُؤمِنین»؛ Keyakinan (iman) kalian adalah penyebab keunggulan Anda. Kebalikan dari situasi kita di kawasan saat ini adalah musuh bebuyutan kita, pemerintah AS. Kami tahu apa yang kami lakukan di wilayah ini; Kebijakan kami, jalan kami jelas. Amerika bertanya-tanya apakah akan tinggal di wilayah tersebut atau meninggalkan wilayah tersebut; Jika mereka tetap tinggal, kebencian bangsa-bangsa akan meningkat dari hari ke hari. Amerika... tinggal di Afghanistan selama dua puluh tahun; Mereka membuat bangsa Afghanistan membenci mereka, mereka harus pergi. Jika mereka tinggal, mereka akan menimbulkan kebencian, jika mereka pergi, mereka akan kehilangan kepentingan mereka... Amerika memiliki kepentingan di Suriah, Irak, mereka memiliki kepentingan di seluruh wilayah ini; Jika mereka melepaskannya, kepentingan ini akan hilang; Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan; Mereka tinggal, mereka pergi; mereka bingung. Kami bersyukur kepada Tuhan bahwa jalan kami jelas, wawasan kami jelas, langkah kami kokoh dan kuat, Alhamdulillah, dan musuh kami lemah."

Kamis, 06 April 2023 21:27

Mengenal Kepribadian Imam Hasan as

 

Nuansa religi dan berkah bulan Ramadhan terasa kental sekali saat ia sudah menginjak hari pertengahan bulan suci ini. Kegiatan buka bersama tampak lebih meriah dan semangat infak terlihat sangat kentara di tengah masyarakat. Di setiap sudut jagad ini, kaum Muslim kerap menerima undangan untuk buka bersama dan semua berbicara tentang kedermawanan Ahlul Bait as.

Pada pertengahan Ramadhan, kaum Muslim dengan meneladani Imam Hasan al-Mujtaba as, menyempurnakan puasa mereka dengan membantu kaum fakir dan anak yatim.Mereka menyambut penuh suka cita dan rasa syukur atas kelahiran cucu baginda Rasulullah Saw itu.

Berbuat kebajikan dan bermurah hati termasuk dari karakteristik utama Imam Hasan as. Pribadi mulia ini selalu menjadi tumpuan kaum fakir dan miskin, kadang sebelum mereka mengeluhkan keperluannya, Imam Hasan langsung memenuhi kebutuhan mereka dan tidak membiarkan mereka merasa malu dengan mengiba.

Beliau kadang juga memberi bantuan dalam jumlah besar sekaligus kepada kaum fakir dan pemberian ini demi mewujudkan sebuah kehidupan yang bermartabat bagi mereka. Oleh sebab itu, Imam Hasan dikenal sebagai Karim Ahlul Bait, yang berarti pemilik sifat dermawan, mulia, dan utama. Kata Karim dalam berbagai ayat dan riwayat adalah sekumpulan keutamaan dan sifat terpuji dan menjadi pembeda seseorang dengan yang lain.

Jalaluddin al-Suyuthi, seorang ulama dan cendekiawan Muslim menulis, “Hasan bin Ali memiliki banyak keluhuran akhlak dan keutamaan insani. Ia adalah seorang pribadi besar, penyabar, penuh ketenangan, dermawan, murah hati, dan sosok yang dipuji oleh masyarakat.”

Imam Hasan as, putra dari Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fatimah as, lahir pada pertengahan bulan Ramadhan tahun ke-3 Hijriah di Kota Madinah.Pada waktu itu, Sayidah Fatimah meminta Imam Ali untuk memberi nama atas putranya yang baru saja lahir. Akan tetapi Ali berkata, “Aku dalam hal pemberian nama kepada anak-anaku tidak akan mendahului Rasulullah.” Kemudian mereka membawa putranya ke rumah Nabi Saw untuk diberi nama. Setelah menggendongnya, Rasul kemudian membacakan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri cucu pertamanya itu.

Setelah itu, Rasul Saw bersabda, “Malaikat Jibril turun kepadaku dari sisi Allah dan setelah menyampaikan salam dan ucapan selamat atas kelahiran putraku, ia berkata, ‘Allah berfirman bahwa kedudukan Ali di sisiku sama seperti kedudukan Harun di sisi Musa. Jadi,namailah putra Ali ini seperti nama putra Harun.’” Aku kemudian bertanya, “Lalu siapa nama putra Harun ketika itu?” Jibril menjawab, “Shabbar.” “Aku bertutur dengan bahasa Arab,” ujar Rasul. “Shabbar berarti Hasan dalam bahasa Arab,” jawab Jibril.

Imam Hasan merupakan kelahiran pertama dari Ahlul Bait Nabi. Ia memiliki kemuliaan dan kedudukan yang tinggi. Ia adalah putra dari Ali dan Fatimah dan cucu dari Rasulullah Saw. Imam Hasan tumbuh dewasa dalam bimbingan Nabi Saw dan Imam Ali serta dibesarkan dalam pangkuan wanita penghulu surga, Fatimah az-Zahra. Imam Hasan senantiasa mendampingi Rasulullah Saw, terkadang ia duduk di pangkuan Nabi dan kadang Nabi memikul cucu kesayangannya itu di pundaknya dan bersabda, “Ya Allah! Aku mencintai Hasan dan cintailah pula dia oleh-Mu.”

Imam Hasan hanya beberapa tahun saja hidup sezaman dengan Nabi Saw. Ketika ia beranjak usia tujuh tahun, datuk tercintanya pergi memenuhi panggilan Ilahi.Semasa hidupnya, Nabi Saw menunjukkan kecintaan yang sangat besar kepada anak-anak Fatimah.

Suatu hari, Sayidah Fatimah datang ke rumah Nabi Saw dengan membawa dua putranya Hasan dan Husein. Fatimah lalu berkata kepada ayahnya, "Ayah, ini adalah dua putramu. Berilah mereka sesuatu yang akan selalu menjadi pengingatmu." Kemudian Nabi Saw bersabda, "Hasan akan mewarisi kewibawaan dan keberanianku, sedangkan Husein akan memperoleh kedermawanan dan keberanianku."

Kemuliaan sifat dan kesucian jiwa membuat Imam Hasan memiliki kedudukan yang sangat istimewa, di mana Nabi Saw dalam beberapa surat perjanjian mencantumkan nama Hasan sebagai saksi meski ia masih anak-anak. Pada saat Nabi Saw pergi bermubahalah dengan kaum Nasrani Najran, Imam Hasan dan Husein beserta Imam Ali dan Fatimah, diikutsertakan bersamanya atas perintah Allah Swt. Ayat Tathir(ayat 33 surat al-Ahzab) turun untuk memberi kesaksian atas kesucian mereka.

Imam Hasan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melakukan perbuatan baik dan pekerjaan mulia. Beliau telah menginfakkan banyak hartanya di jalan Allah Swt. Sejarah mencatat bahwa Imam Hasan pernah dua kali menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah dengan membantu orang-orang yang membutuhkan. Beliau juga tiga kali mendermakan setengah dari hartanya, separuh untuk dirinya dan setengah lainnya diinfakkan di jalan agama.

Alkisah, suatu hari seorang miskin datang menemui Imam Hasan. Namun karena merasa malu, lisannya tidak sanggup mengutarakan kebutuhannya. Menyaksikan itu,Imam Hasan kemudian berkata, “Jika demikian, sampaikanlah kebutuhanmu secara tertulis.” Orang miskin itu pun langsung melaksanakan perintah Imam Hasan. Beliau lalu membaca surat tersebut dan memberinya bantuan dua kali lipat dari permintaannya. Salah seorang yang hadir di sana berkata, “Wahai putra Nabi, betapa berkahnya surat tersebut baginya.” Imam Hasan menjawab, “Keberkahannya lebih besar untuk kami, karena Allah menjadikan kami sebagai orang-orang yang berbuat baik.”

Imam Hasan as adalah pribadi yang sangat agung, penyabar, sangat berwibawa dan teguh pendirian. Ketinggian ilmu dan hikmah beliau membuat kagum siapapun serta sangat bijak dalam memutuskan suatu perkara. Sepanjang hidupnya, Imam Hasan senantiasa berkiprah untuk membimbing dan mencerahkan masyarakat.

Beliau mengajak masyarakat untuk beribadah secara ikhlas dan dalam keadaan bersih, dan beliau sendiri memakai pakaian yang paling bagus untuk menunaikan shalat. Saat ditanya tentang penampilannya itu, Imam Hasan menjawab, “Allah adalah indah dan mencintai keindahan. Untuk itu aku memperindah penampilan di sisi Allah, Dia telah memerintahkan untuk memakai pakailah yang indah setiap memasuki masjid.”

Imam Hasan juga dikenal sebagai sosok yang penyabar, terutama pada masa memimpin dan membimbing umat. Dengan kesabaran ini pula, Imam Hasan berhasil menggagalkan konpsirasi-konspirasi rezim penguasa waktu itu. Pada dasarnya, penandatanganan perjanjian damai dengan Muawiyah merupakan cara lain dari perang melawan kezaliman yang diadopsi oleh pemuda surga itu.

Para sejarawan menulis, “Suatu hari Imam Hasan berjalan di tengah keramaian, tiba-tiba beliau berpapasan dengan orang asing yang berasal dari Syam. Pendatang itu ternyata seorang yang sangat membenci Ahlul Bait Nabi. Mulailah ia mencaci maki Imam Hasan. Beliau tertunduk diam tidak menjawab sepatah kata pun terhadap cacian itu, hingga orang tersebut menuntaskan hinaannya.”

Setelah itu Imam Hasan membalasnya dengan senyuman, lantas mengucapkan salam kepadanya sembari berkata, "Wahai kakek, aku kira engkau seorang yang asing. Bila engkau meminta pada kami, kami akan memberimu. Bila engkau meminta petunjuk, aku akan tunjukkan. Bila engkau lapar, aku akan mengenyangkanmu. Bila engkau tidak memiliki pakaian, aku akan berikan pakaian. Bila engkau butuh kekayaan, aku akan berikan harta. Bila engkau orang yang terusir, aku akan mengembalikanmu. Dan bila engkau memiliki hajat yang lain, aku akan penuhi kebutuhanmu."

Mendengar jawaban itu, kakek tersebut terperanjat dan terkejut, betapa selama ini ia keliru menilai keluarga Nabi Saw. Sejak saat itu, ia sadar kalau Muawiyah telah menipu dirinya dan masyarakat. Bahkan Muawiyah menyebarkan fitnah tentang ihwal Ali bin Abi Thalib as dan keluarganya. Terkesima oleh jawaban Imam Hasan, kakek itu pun menangis dan berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah khalifah Allah di muka bumi ini, dan sesungguhnya Allah Maha Tahu kepada siapa risalah-Nya ini hendak diberikan. Sungguh sebelum ini engkau dan ayahmu adalah sosok yang paling aku benci dari sekalian makhluk Tuhan. Namun kini engkau adalah pribadi yang paling aku cintai dari segenap makhluk-Nya." Lelaki tua itu akhirnya diajak oleh Imam Hasan ke rumahnya dan beliau menjamunya sebagai tamu kehormatan hingga ia pamit untuk pulang.

Berikut ini kami kutip dua perkataan hikmah dari Imam Hasan as;

"Memberi sebelum diminta adalah kebesaran jiwa yang teragung."

Kedudukan utama di sisi Allah adalah milik orang yang paling mengerti dengan hak-hak masyarakat dari semua orang lain dan dalam menunaikan hak-hak tersebut, ia berbuat lebih banyak dari yang lain. Dan barang siapa yang bersikap rendah hati di hadapan saudaranya seiman, Allah akan menempatkannya sebagai Shiddiqin dan Syiah Ali as.