کمالوندی

کمالوندی

Ibrahim Khalil Ahmad dulunya bernama Ibrahim Khalil Philobus, merupakan seorang pendeta Koptik Mesir yang belajar teologi dan lulus pendidikan tingkat tingginya dari Universitas Princeton. Dia belajar Islam untuk mencari kesempatan untukmenyerangnya, tapi yang terjadisebaliknya,dia memeluk Islam bersama empat orang anaknya, salah seorang darinya menjadi professor di Universitas Sorbonne, Paris, Perancis. Dalam cara yang menarik, dia menjelaskan dirinya dengan berkata,"Saya lahir di Alexandria pada tanggal 13 Januari 1919 dan dimasukkanke sekolah MisionarisAmerika sehingga saya mendapat sertifikat menengah saya disana. Pada tahun 1942 saya mendapat diploma dari Universitas Asiut dan saya mengambil bidang studi agama sebagai permulaan sebelum masuk ke Fakultas Teologi. Bukanlah satu hal yang mudah untuk masuk ke fakultas tersebut, karena tidak seorangpun kandidat bisa mengikutinya kecuali dia mendapat rekomendasi khusus dari Gereja al-Attareen di Alexandria dan sebuah  Gereja Assembly Mesir Bawah selepas melalui beberapa ujian untuk mengetahui kualifikasi saya sebagai seorang yang agamis. Kemudian saya mendapat rekomendasi ketiga dari Snodus Church Assembly termasuk pendeta dari Sudan dan Mesir.

 

Saya ke Fakultas Teologi pada tahun 1944 sebagai pelajar asrama. Disana saya diajar oleh guru-guru Amerika dan Mesir sehingga tamat pada tahun 1948.

 

Saya seharusnya dilantik di Jerusalem jika tidak dikarenakan pecah perang di Palestina pada tahun yang sama, saya telah dimasukkanke Asna Mesir Atas. Pada tahun yang sama saya mendaftar untuk tesis di Universitas Amerika di Kairo. Tesis saya tentangaktivitas misionari diantara Muslim. Pengetahuan saya tentang Islam bermula di Fakultas Teologi dimana saya mempelajari Islam dan segala metode yang dapat dipergunakan untuk menggoyang iman umat Islam dan membangkitkan kesalahpahaman pemahaman mereka tentang agama mereka sendiri.

 

Pada tahun 1952 saya mendapat MA saya dari Universitas Princeton Amerika dan dilantik menjadi guru di Fakultas Teologi di Asiut. Saya penah mengajar Islam di fakultas ini dan juga kesalahpahaman yang disebarkan musuh-musuhnya dan misionari yang menentangnya. Pada waktuitu saya memutuskan untuk memperluaskan pengetahuan saya tentang Islam, maka saya tidak membatasi diri membaca buku-buku misionari saja. Saya begitu yakin dengan keimanan saya sendiri maka saya pasti bisa membaca pandangan lain. Dengan itu saya mulaimembaca buku-buku karya penulis Muslim. Saya juga memutuskan untuk membaca al-Quran dan memahami maksudnya. Ini dikarenakan cinta saya kepada ilmu pengetahuan dan digerakkan oleh rasa ingin menambahkan bukti dalam menentang Islam. Hasilnya, bagaimanapunjuga yang terjadi adalah kebalikannya. Kedudukan saya goncang dan saya mulaimerasakan satu perjuangan dari dalam diri yang kuat dan saya mendapati bahwa apa yang saya pelajari selama ini adalah palsu belaka. Tetapi saya tidak dapat berhadapan dengan diri saya sendiri dan berusaha untuk mengatasi krisis jiwa ini dan melanjutkan kerja saya.

 

Pada tahun 1954, Khalil menambahkan, saya dimasukkanke Aswan sebagai Sekretaris JenderalGerman Swiss Mission. Ituhanyalah posisilahiriahnya karena sebenarnya misi saya adalah untuk berdakwah menentang Islam di bagian Atas Mesir khususnya dikalangan Muslim. Sebuah konferensi diadakan pada ketika itu di Hotel Cataract Aswan dan saya diberi peluang untuk berpidato. Pada hari itu saya bercakap banyak, mengulangi segala kesalahpahaman terhadap Islam; pada akhir ucapan saya, krisis jiwa itu kembali melanda saya dan saya mulaimeneliti kedudukan saya.

 

Melanjutkan kisahnya mengenai krisis tersebut, Khalil berkata, "Saya mulaimenyoal diri saya, apa yang harus saya katakan dan lakukan semua itubohong belaka, karena ini bukanlah kebenaran? Saya meninggalkan tempat tersebut sebelum konferensi berakhir dan pulang kerumah sendirian. Saya benar-benar guncang. Ketika saya berjalan melewati Taman Publik Firyal, saya mendengar sebuah ayat Quran dari radio. Ia menyebutkan,

 

Katakanlah (hai Muhammad),"Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan al-Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Quran yang menakjubkan. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami.(Quran 72:1-2)

 

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (al-Quran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.(Quran 72:13)

 

Saya merasakan nyaman pada malam itu dan ketika saya pulang kerumah saya menghabiskan sepanjang malam sendirian di perpustakaan saya sambil membaca Quran. Isteri saya bertanya apakah alasannya saya duduk sendirian sepanjang malam dan saya memintanya untuk meninggalkan saya sendirian. Saya duduk berpikir panjang dan memikirkan ayat: Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.(Quran 59:21)

 

Dan ayat: Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Mengapa kami tidak beriman kepda Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh? Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya). (Quran 5:82-84)

 

Khalil seterusnya memetik ayat Quran yang menyebutkan: (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka dari mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat Nya (kitab-kitabNya) dan ikutlah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. (Quran 7:157-158)

 

Pada malam yang sama, Khalil memutuskan,saya mengambil keputusan final. Pada paginya saya berbicara dengan istri saya. Kami mempunyai tiga anak lelaki dan seorang anak perempuan. Ketika dia mengetahui saya cenderung untuk memeluk Islam, dia menangis dan meminta bantuan dari ketua misi. Namanya Monsieur Shavits dari Switzerland. Dia adalah seorang yang licik. Ketika dia menanyakan apakah sikap sayayang sebenarnya, saya memberitahunya dengan jujur apa yang saya inginkan dan dia berkata, anggaplah diri anda telah keluar dari kerja sehingga kami mendapati apa sebenarnya yang terjadi pada anda. Kemudian saya berkata: Saya berhenti dari pekerjaan saya. Dia berusaha untuk memberi keyakinan kepada saya untuk menundanya, tetapi saya tetap bersikeras. Dia lantas membuat isu bahwa saya sudah menjadi gila. Saya terpaksa menanggung ujian yang keras dan penindasan sehingga saya meninggalkan Aswan dan kembali ke Kairo.

 

Di Kairo saya telah diperkenalkan dengan seorang profesor yang dihormati. Dia inilah yang membantu saya berhadapan dengan ujian getir tersebut dan semuanya ini dilakukan tanpa mengetahui apa-apa mengenai kisah saya. Dia melayani saya seperti seorang Muslim karena saya mengenalkan diri saya demikian walaupun ketika itu saya belum memeluk Islam secara resmi. Beliau adalah Dr. Muhammad Abdul Moneim al-Jamal yang merupakan sekretaris pembendaharaan. Dia begitu minat sekali dalam studi Islam dan ingin membuat terjemahan Quran untuk di terbitkan di Amerika. Dia meminta saya membantunya karena saya fasih dalam bahasa Inggris. Lagi pula saya mendapat MA dari Universitas Amerika. Dia juga tahu bahwa saya sedang bersedia untuk melakukan studi perbandingan Quran, Taurat dan Injil. Kami bekerjasama dalam studi perbandingan ini dan dalam menerjemahkan Quran.

 

Sewaktu Dr.Jamal mengetahui saya telah berhenti dari pekerjaan saya di Aswan dan menjadi pengganggur ketika itu, dia membantu saya untuk mendapatkan pekerjaan di Standard Stationery Company di Kairo. Maka saya berada dalam keadaan baik selepas itu. Saya tidak memberitahu istri saya mengenai niat saya untuk memeluk Islam maka dia pikir saya telah melupakan segala peristiwa itu dan ia hanyalah sebuah krisis sementara yang tidak lagi wujud. Tetapi saya tahu benar bahwa memeluk Islam secara resmi memerlukan ukuran yang komplikasi dan malah ia merupakan sebuah perjuangan dimana saya lebih memilih untuk menundanya untuk beberapa waktu sehingga saya berada dalam keadaan baik dan selepas saya menamatkan studi perbandingan tersebut.

 

Khalil melanjutkan, pada tahun 1955 saya menamatkan studi saya dan keadaan kerja saya juga baik. Saya berhenti dari perusahaanitu dan mendirikan sebuah kantor latihan untuk mengimport alat tulis dan bahan-bahan sekolah. Ia merupakan sebuah bisnis yang suksesdan saya memperolehi uang lebih dari yang saya perlukan. Dengan itu sayapun mengumumkan keislaman saya secara resmi. Pada tanggal 25 Desember 1959, saya mengirimsebuah telegram kepada Dr. Thompson, ketua Misi Amerika di Mesir memberitahu bahwa saya telah memeluk Islam. Dr. Jamal terkejut ketika mengetahui kisah saya yang sebenarnya.

 

Setelah mengumumkan keislaman saya, dimulailah masalah baru. Tujuh dari rekan sekerja dalam misi membujuk saya untuk membatalkan pengumuman tersebut. Mereka menggugat akanmemisahkan saya dari istri saya dan saya berkata: Dia bebas untuk melakukan apa yang dia inginkan. Mereka menggugat akan membunuh saya. Tetapi mereka mendapati saya demikian keras, sehingga mereka meninggalkan saya sendirian. Mereka menghantar saya kepada seorang teman lama saya yang dulunya juga bekerja seperti saya dalam misi. Dia menangis dihadapan saya. Saya lantas membacakan ayat dari Quran:

 

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (al-Quran) yagn telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri): seraya berkata: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran al-Quran dan kenabian Muhammad saaw). Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh.(Quran 5: 83-84)

 

Saya berkata kepadanya, "Anda harus menangis malu kepada Tuhan karena setelah mendengar Quran dan percaya bahwa ia benar tetapi anda menolaknya. Dia bangun dan meninggalkan saya. Saya memeluk Islam secara resmi pada Januari 1960."

 

Khalil mengatakan bahwa istrinya meninggalkan dia dan mengambil semua perabot rumah bersamanya. Tetapi anak-anak saya semuanya bergabung dengan saya dan memeluk Islam. Yang paling antusias diantara mereka adalah anak sulung saya Isaac yang mengubah nama menjadi Osman, anak kedua saya Joseph dan Samuel yang mengambil nama Jamil serta anak perempuan saya Majida memilih nama Najwa. Osman kini adalah seorang doktor filsafatyang bekerja di Universitas Sorbonne di Paris mengajar studi-studi orientalisdan pyschology. Dia juga menulis untuk majalah Le Monde. Istri saya meninggalkan rumah selama enam tahun dan kembali semula pada tahun 1966 dengan syarat dia bisa mengekalkan agamanya. Saya menerimanya karena tidak ada paksaan dalam Islam. Saya berkata kepadanya: Saya tidak ingin anda memeluk Islam karena saya tetapi hanya jika anda benar-benar menyakininya. Dia kini merasakan kebenaran Islam hanya dia tidak berani untuk mengumumkannya. Dia takut pada keluarganya tetapi kami menganggap dia adalah seorang muslimah dan dia turut berpuasa pada bulan Ramadhan karena semua anak saya shalat dan berpuasa. Anak perempuan saya Najwa adalah seorang pelajar di Fakultas Perdagangan, Joseph adalah seorang doktor pharmeologist dan Jamal adalah seorang insinyur.

 

Sejak tahun 1961 hingga sekarang saya telah menerbitkan beberapa buku tentang Islam dan metode misionari dan orientalis menentang Islam. Kini saya sedang menyediakan studi perbandingan tentang wanita dalam tiga agama langit dengan memberikan tumpuan keapda kedudukan wanita dalam Islam. Pada tahun 1973 saya menunaikan haji dan saya juga berdakwah. Saya mengadakan seminar di universitas-universitas dan masyarakat sosial. Saya turut menerima undangan dari Sudan pada tahun 1974 dimana saya mengadakan banyak seminar. Waktusaya penuh untuk berkhidmat kepada Islam.

 

Keyakinan saya terhadap Islam adalah menerusi pembacaan al-Quran dan biografi Nabi Muhammad Saw. Saya tidak lagi percaya dengan kesalahpahaman terhadap Islam dan saya benar-benar tertarik dengan konsep keesaan Tuhan karena ia merupakan ciri Islam yang terpenting. Tuhan hanya Satu. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepercayaan ini membuat saya hamba Tuhan dan tidak yang lain. Keesaan Tuhan membebaskan manusia dari menyembah yang lain dan benar-benar merupakan satu kebebasan.

 

Saya juga amat menyenangi ajaran memaafkan dalam Islam dan hubungan langsung antara Tuhan dan hamba-Nya.

 

Katakanlah: Hai hamba-hamba Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).

Jennifer Berzon sedang mengitung hari. Dalam setahun dia akan meninggalkan pekerjaannya sebagai pembantu pada sebuah keluarga Emirat dan akhirnya kembali kepada anak-anak dan suaminya di Filipina.Pada pertemuan itu nanti selain dari pelukan, ciuman dan hadiah, dia akan membawa sebuah agama baru.

 

Jennifer 31 tahun, memeluk agama Islam tahun lalu di pertengahan bulan Ramadhan. Sebelumnya dia adalah penganut Kristen.

 

Dia telah memilih nama Muslimnya, Salma, dan ketika ini belum menjadi resmi, dia berhasrat untuk mengubah dokumen resmi dan paspornya ketika dia pulang nanti.

 

Dia menyebutkan bahwa keputusan itu dibuat karena hubungan akrabnya dengan keluarga Abdouli, tempat dia bekerja, dan ibu rumah tersebut, Umm Ahmed, teman dan juga majikannya.

 

Jennifer bekerja selama tiga tahun dengan keluarga ini di al-Shamkha, Abu Dhabi. Sama-sama bekerja di dapur, mereka berbicara selama berjam-jam mengenai setiap detil kehidupan.

 

"Saya melihat seorang perempuan yang mempunyai hati jujur. Saya banyak belajar darinya," kata dia. "Penghormatan dan layanan baik keluarga tersebut telah membuat hati saya tersentuh."

 

"Ia telah membuat saya berpikir apakah sebabnya mereka demikian baik dan ikhlas kepada saya, walaupun saya hanyalah seorang pembantu."

 

Dia juga menyebutkan bahwa semua inimerupakan rahmat dari Tuhan yang dia berada ditengah keluarga tersebut. "Kehidupan telah berubah buat saya selamanya."

 

Jennifer mengatakan bahwa kata-kata dari al-Quran sangat memukau jiwanya. "Saya rasakan seolah-olah ada cahaya yang masuk ke kalbu dan jiwa saya dan tinggal disitu. Saya tidak dapat menolak, airmata mengalir setiap kali saya mendengarkannya."

 

Keputusan untuk memeluk Islam bukanlah satu hal yang mudah baginya. Keluarganya merasakan itusebuah kesulitan dan mereka berbeda pendapat dalam menghadapinya.

 

Abang sulungnya, orang yang paling dekatdengannya mengancam akan melukainyadan dia mengatakan tidak pernah ingin melihatnya mengenakan hijab.

 

Seorang lagi abang yang tinggal di Arab Saudi selama 12 tahun, berusaha untuk membujuk ibu mereka menerima pilihannya.

 

"Itumerupakan satu keputusan yang sulit untuk saya ambil," aku Jennifer."Keluarga saya tidak akan menerima saya sekarang. Saya tidak tahu bagaimana saya akan berhadapan dengan mereka ketika saya pulang nanti."

 

Baiknya, suami dia memberikannya dukungan atas keputusan yang dia ambil.

 

"Ketika memeluk Islam, saya memberitahu suami saya dan dia menghormatinya," kata Jennifer.

 

Di bawah undang-undang syariah, pernikahanseorang wanita muslim dengan seorang non Muslim tidak sah. Suaminya juga harus memeluk Islam.

 

Jennifer mengatakan bahwa majikannya membantu dia, mereka menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada suaminya lewat telepon. Suaminya mengucapkan syahadah dalam bahasa Arab, "Sesungguhnya tiada Tuhan selainAllah, dan Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah."

 

Jennifer amat bangga dengan suaminya dan mengatakan bahwa ayah dari anak-anaknya menyadari betapa pentingnya agama baru itu kepadanya.

 

Setelah memeluk Islam, dia mengatakan suaminya pergi ke komunitas Muslim di Filipina untuk belajar lebih banyak tentang Islam.

 

Jennifer mengatakan bahwa salah satu perkara yang menyebabkan dia mendekat dengan Islam adalah penerimaan dan penghormatan kepada non-Muslim.

 

"Saya menemukan bahwa terdapat penerimaan yang lebih dalam Islam dan ia benar-benar mengejutkan saya," katanya.

 

Kunci dia memeluk Islam adalah hubungan akrabnya dengan majikannya, yang melayaninya dengan kasih sayang, penghormatan dan persamaan yang telah meninggalkan kesan dalam jiwanya.

 

Ummu Ahmed mengatakan bahwa dia bangga sekali dengan pembantunya.

 

"Saya sering bercakap dengannya, terutama ketika kami berada di dapur selama berjam-jam. Kami merasa berkahkarena memilikinya, dia seorang yang begitu baik dan penyayang kepada anak-anak."

 

"Dan bagi saya, hadiah yang paling besar ialah dia memeluk Islam di dalam rumah saya. Ia menyebabkan kami semua, termasuk anak-anak saya, merasa amat gembira."

 

Ini bukanlah pertama kali seorang pembantu rumah memeluk Islam di rumah Umm Ahmed. Pertama kali ialah ketika dia baru saja berumah tangga.

 

Umm Ahmed mengatakan pada mulanya Jennifer tampak ragu-ragu untuk mengatakan bahwa dia berminat dengan Islam, tetapi 'ia menjadi sungguh bermakna sekali ketika dia melakukannya".

 

Jennifer mengatakan bahwa saya merasa takut jika dia merasa sedih jika saya ingin lebih mengetahui tentang agama Islam dan ingin memeluk Islam.Kemudian dia menceritakan hal tersebut kepada seorang teman kepada majikannya, yang kemudian memberitahu kepadanya bahwa Umm Ahmed akan merasa sangat gembira.

 

"Saya duduk bersama majikan saya dan memberitahu kepadanya perasaan saya dan apa yang saya inginkan, dan dia amat gembira." Kata Jennifer.

 

"Sehingga akhir hayat hidup saya, saya akan senantiasa mengingat waktusaya bersama keluarga ini. Saya tidak merasakan bahwa saya seorang asing. Majikan saya adalah seorang teman yang baik, seorang ibu, kepada saya dan semua yang berada disekitarnya. Saya melihatnya."

 

"Kepribadiannya amat menyentuh hati saya dan ketika saya melihat lebih dekat dan mendengarkannya, saya tahu itu dikarenakan agamanya. Sebab itulah saya ingin sekali menjadi salah seorang darinya, dan belajar apakah yang menyebabkan dia dan keluarganya berperilaku seperti itu."

 

"Setiap Ramadhan, saya memperhatikan suasana di Abu Dhabi bersama keluarga adalah amat bermakna. Ia membuat saya berpikir tentang alasan kehidupan dan tujuannya."

 

Ramadhan tahun ini menjadi satu dari tiang agama barunya. Dia akan pulang ke Filipina, katanya, dengan kenangan-kenangan indah dan sebuah agama yang telah mengubah kehidupannya.

 

Dengan air mata, Jennifer mengatakan, "Untuk pertama kali dalam kehidupan saya, saya merasakan bahwa inilah masa yang tepat, dirumah yang benar, dinegara yang benar bahwa saya dimaksudkan oleh Tuhan untuk memeluk Islam. Dan saya amat mensyukurinya."

Minggu, 01 Juni 2014 11:36

Sayidah Zainab dan Ketegaran Sejati

Sayidah Zainab al-Kubra as adalah sosok wanita suci yang selalu sabar dalam menghadapi berbagai musibah dan ujian berat. Putri Ali bin Abi Thalib as dan Sayidah Fatimah az-Zahra as itu wafat pada tanggal 15 Rajab. Beliau lahir di kota Madinah pada tahun ke-6 H. Sayidah Zainab as besar dalam keluarga orang-orang mulia, suci dan tempat turunnya wahyu, yaitu keluarga yang dijamin kesuciannya dalam al-Quran. Mereka adalah kakeknya, Nabi Muhammad Saw, ayahnya, Imam Ali as, ibunya, Sayidah fatimah as, kedua saudaranya, Imam Hasan dan Imam Husein as.

 

Sayidah Zainab as adalah sosok perempuan yang tegar dalam menghadapi semua musibah dan penderitaan. Sejak kecil, beliau telah menghiasi diri dengan kemuliaan dan kesempurnaan. Perkataan dan perilaku beliau telah menjadi hiasan bagi ayahnya. Dalam riwayat disebutkan bahwa martabat dan harga diri Sayidah Zainab as mirip dengan Sayidah Khadijah, kesucian dan kesederhanaan serta kesopanan beliau persis seperti Sayidah Fatimah as, kefasihan dan retorika beliau dalam berpidato mirip dengan Imam Ali as, kelembutan dan kesabaran beliau mirip Imam Hasan as, sedangkan keberanian dan kekuatan hati beliau mirip dengan Imam Husein as. Dapat dikatakan bahwa semua kebaikan Ahlul Bait as seakan-akan ada dalam diri beliau.

 

Sejak kecil, Sayidah Zainab as menghadapi beragam fitnah dan musibah. Meski demikian, beliau telah menyiapkan diri untuk menghadapi badai dahsyat yang dibuat oleh orang-orang zalim yang haus dengan kekuasaan. Di usia yang belum genap lima tahun, beliau telah kehilangan kakeknya, Rasulullah Saw, yang selalu memberikan kasih sayang. Wafatnya Rasulullah Saw adalah musibah pertama yang telah melukai jiwa lembut Sayidah Zainab as. Musibah ini bagi beliau, terutama bagi ibunya, Sayidah Fatimah as, adalah ujian yang sangat berat.

 

Dari masa kanak-kanak, Sayidah Zainab as telah menyaksikan penderitaan ibunya pasca wafatnya Rasulullah Saw, di mana kesedihan tersebut telah menyebabkan Sayidah Fatimah as jatuh sakit, dan beberapa bulan kemudian Putri Rasulullah Saw itu meninggal dunia. Dengan demikian, Sayidah Zainab as menikmati kecintaan ibunya tidak lebih dari lima tahun.

 

Kenangan-kenangan pahit dan manis di masa singkat tersebut telah menjadikan beliau siap untuk terus bergerak dan berjuang di jalan Allah Swt dan menyambut segala bentuk musibah dan persoalan kehidupan. Suatu hari, Sayidah Fatimah as menyampaikan pidato di masjid Rasulullah Saw untuk membela hak-hak Ahlul Bait as. Sayidah Zainab as hadir dalam pidato ibunya tersebut dan beliau mencatat semua perkataan ibundanya sehingga beliau terhitung sebagai salah satu perawi khutbah terkenal Sayidah Fatimah as.

 

Kesedihan Sayidah Fatimah as pasca wafat ayahandanya, Rasulullah Saw, sangat berat di hati mungil Sayidah Zainab as, namun semangat dan kemampuan beliau dengan cepat menempati hati Sayidah Fatimah as dan bahkan memulihkan hati ayahnya yang dipenuhi dengan kesedihan.

 

Meski lebih muda dari kedua saudaranya, namun Sayidah Zainab as mewarisi sifat-sifat ibundanya. Ikatan emosional antara beliau dengan Imam Hasan dan Husein as sulit untuk digambarkan. Hubungan emosional tersebut berlanjut hingga akhir usia beliau. Sedetikpun Sayidah Zainab as tidak dapat menjauh dari kedua saudaranya, beliau selalu memberikan cinta dan kasih sayang kepada kedua saudara itu seperti seperti halnya yang dilakukan ibunya.

 

Setelah wafatnya Sayidah Fatimah as, Sayidah Zainab as menyaksikan sikap diam ayahnya selama 25 tahun. Imam Ali as di masa itu terpaksa diam ketika hak-haknya dirampas demi kepentingan dan maslahat kaum Muslimin. Sayidah Zainab as juga melewati masa kekhalifahan ayahnya selama kurang lebih lima tahun hingga pada akhirnya Imam Ali as pada malam 19 Ramadhan 40 H meneguk cawan kesyahidan di mihrab masjid Kufah.

 

Pasca wafatnya Rasulullah Saw dan Sayidah Fatimah as, hati Sayidah Zainab as bergantung pada Imam Ali as. Kasih sayang ayahnya itu telah menjadi pelipur lara dalam kesedihan, namun setelah Imam Ali as tiada, maka tidak lagi seorang ayah yang menjadi tumpuannya, sehingga perpisahan dengan ayahnya itu sangat sulit bagi beliau.

 

Meski demikian, beliau tetap tegar dan sabar dalam menghadapi segala musibah. Beliau adalah teladan kesabaran dan ketegaran yang tidak akan runtuh hanya karena berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Beliau datang untuk membuat sebuah epik dan membuktikan hakikat dan kebenaran Ahlul Bait as. Beliau datang untuk memberikan pelajaran keteguhan dan ketegaran hingga mencapai kemuliaan dalam menghadapi semua fitnah dan musibah.

 

Setelah Imam Ali as wafat, Sayidah Zainab as menyaksikan kezaliman terhadap saudaranya, Imam Hasan as. Penindasan yang dialami Imam Hasan as sama seperti kezaliman yang menimpa ayahnya. Sayidah Zainab as menyaksikan pembelotan masyarakat dan konspirasi musuh serta propaganda luas Muawiyah bin Abu Sufyan terhadap saudaranya. Dalam kondisi tersebut, beliau selalu menyertai Imam Hasan as dan pada akhirnya menyaksikan kesyahidan saudaranya itu.

 

Sayidah Zainab as tetap bersabar dalam menghadapi musibah besar tersebut. Pasca wafatnya Imam Hasan as, beliau menyertai saudaranya, Imam Husein as, pergi ke Karbala pada tahun 60 H. Peristiwa Karbala adalah puncak dari musibah yang dihadapi oleh Sayidah Zainab as. Tidak lama setelah 18 orang dari keluarganya, termasuk anak-anak dan saudaranya, gugur syahid, beliau menyaksikan kesyahidan Imam Husein as, yaitu sebuah musibah yang langit dan bumi pun tidak mampu menahannya. Dalam kondisi tersebut dan bahkan ketika beliau dan keluarganya ditawan oleh musuh, Sayidah Zainab as tetap bersabar, dan meyakini bahwa beliau harus melaksanakan kewajiban agama, politik, dan sosial terbesar.

 

Setelah kesyahidan Imam Husein as di padang Karbala, Sayidah Zainab as memikul sejumlah tugas penting: pertama, merawat dan melindungi Imam Sajjad as, putra Imam Husein as, dari serangan musuh. Kedua, melindungi para wanita dan anak-anak yang ditawan musuh. Ketiga, menyampaikan berita kesyahidan Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya, serta mengungkap skandal dan kezaliman Yazid di hadapan masyarakat.

 

Yazid dan pengikutnya menyebarkan propaganda luas supaya langkah Imam Husein as dianggap sebagai gerakan anti-agama dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam. Yazid menyebarkan fitnah bahwa Imam Husein as sedang mengejar kekuasaan dan materi dalam revolusinya sehingga ia dengan mudah menumpas para penentangnya. Namun Sayidah Zainab telah menjadi penghalang propaganda itu, dan bahkan juga mengungkap kejahatan dan kebusukan Yazid dan pengikutnya.

 

Dalam pidatonya yang berapi-api, Sayidah Zainab telah mengguncang pemikiran keliru masyarakat di masa itu. Warga Kufah yang hampir 20 tahun tidak mendengar pidato Imam Ali as, mereka terhentak dengan suara Zainab as yang nadanya seperti perkataan Ali as. Perkataan Sayidah Zainab as yang begitu fasih dan keberanian beliau telah membuat takjub Hazlum Ibnu Katsir, seorang ahli balaghah. Ia mengatakan, "Seakan-akan Zainab berbicara dengan bahasa Ali."

 

Selain kefasihan dalam berbicara, Sayidah Zainab as juga menjaga kesuciannya sebagai seorang Muslimah. Salah satu perawi yang meriwayatkan pidato beliau mengatakan, "Aku bersumpah demi Allah, aku tidak melihat seorang perempuan pun yang lebih fasih dan lebih berilmu dari perempuan yang menjaga kesuciannya ini."

 

Dalam waktu yang singkat, Sayidah Zainab as mampu menyampaikan suara kebenaran dan anti-penindasan kepada masyarakat. Beliau juga menyampaikan ketertindasan Imam Husein as yang menuntut keadilan. Selain itu, tindakan beliau juga telah melindungi agama dari penyimpangan.

 

Dalam waktu singkat, kezaliman Yazid terungkap. Meski telah membantai Imam Husein as dan keluarganya serta menawan para wanita dan anak-anak Ahlul Bait as, Yazid tidak mampu mencapai tujuannya, bahkan sebaliknya kejahatannya terungkap. Setelah kejahatannya terungkap, Yazid berusaha melemparkan kesalahannya kepada Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Kufah, dan berlepas tangan dari dosa-dosanya. Namun Ahlul Bait Rasulullah Saw telah mengungkap semua kebusukan Yazid dan antek-anteknya.

Minggu, 01 Juni 2014 11:33

Imam Musa Kazim, Muara Kebaikan

Para Imam Maksum dan Ahlul Bait Rasulullah Saw merupakan manusia mulia terbaik yang mengajarkan akhlak dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Mereka meletakkan prinsip pendidikan dan pengajaran yang terbaik kepada masyarakat. Seluruh pelajaran yang mereka sampaikan berasal dari satu sumber yaitu Nabi Muhammad Saw yang diutus oleh Allah swt untuk menyempurnakan akhlak manusia.

 

Peran Ahlul Bait dalam membimbing dan memberi petunjuk bagi umat manusia sepanjang sejarah diakui bukan hanya oleh kalangan Syiah, tapi juga Sunni. Berbagai literatur Sunni menunjukkan pengakuan terhadap ketinggian kedudukan Ahlul Bait Rasulullah Saw. Salah satu dari Ahlul Bait itu adalah Imam Musa Kazim. Beliau dilahirkan pada tahun 128 H di desa Abwa, antara Mekah dan Madinah. Di usia 20 tahun, setelah kesyahidan ayahnya, Imam Sadiq as, beliau memimpin umat Islam selama 35 tahun.

 

Komitmen dan kegigihan Imam Musa Kazim dalam menegakkan kebenaran dan melawan kezaliman menyebabkan beliau harus menjalani kehidupan yang sulit di era dinasti Abbasiah. Sejarah mengungkapkan bahwa Imam Musa Kazim mendekam di penjara selama 14 tahun. Penguasa lalim saat itu menghendaki Imam Musa menghentikan perlawanannya atas kezaliman. Bahkan Dinasti Abbasiah menjanjikan akan memberikan harta yang melimpah setiap bulannya kepada Imam Musa. Namun beliau menolak usulan tersebut dengan menyebutkan ayat 33 surat Yusuf, "Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku."

 

Fase kehidupan Imam Kazim di era pemerintahan dinasti Abbasiyah dipenuhi berbagai tekanan dari pemerintah zalim. Akhirnya beliau gugur syahid akibat diracun rezim lalim. Imam Kazim dimakamkan di Kazimain, dekat kota Baghdad Irak, dan kini menjadi salah satu tempat ziarah umat Islam yang termashur di negara ini.

 

Imam Kazim menjadi muara segala kebaikan. Untuk itulah seluruh mazhab Islam bahkan non-muslim sekalipun sangat menghormati dan memuliakannya. Muhyidin Ibnu Arabi, Sufi terkemuka Sunni menjelaskan mengenai keutamaan Imam Kazim. Sufi besar dunia Islam ini menjelaskan implementasi lima ayat pertama Surat At-Thur dalam karakter Imam Kazim. Ibnu Arabi mengibaratkan Imam Musa Kazim seperti Nabi Musa. Tapi bedanya, Nabi Musa memiliki kedudukan Nubuwah sedangkan Imam Musa Kazim tidak. Selain itu, Ibnu Arabi menilai Imam Musa Kazim sebagai pencerah dunia.

 

Ibnu Arab menulis, "Demi Tuhan dan malaikat, penunggu arash-Nya serta seluruh makhluk di bumi dan langit di bukit Thur. Demi  kitab yang diturunkan di bukit Thur. Salam atas rumah yang menjadi tempat ziarah para malaikat. Salam bagi langit yang megah, salam bagi rahasia yang tersembunyi, salam bagi samudera, salam bagi cermin cahaya, dia adalah Musa Kalim di lembah iman Imamah... cahaya yang berkilau, yaitu Abu Ibrahim Musa Bin Jafar yang diberkahi Allah swt."

 

Sejarah mengungkapkan lebih dari 200 perawi hadis dan ulama saat itu yang berguru kepada Imam Musa Kazim. Imam Musa menghidupkan tradisi intelektualitas masyarakat saat itu. Beliau juga menganjurkan masyarakat supaya menimba ilmu dari sumber yang terpercaya dan meningkatkan keilmuan mereka sehingga tidak terjebak dalam kebodohan dan kepicikan.

 

Ibnu Hajar Haitsami, salah satu pemuka Ahlu Sunnah berkata, Musa Kazim pewaris ilmu-ilmu dari ayahnya dan memiliki keutamaan serta kesempurnaan. Beliau mendapat gelar Kazim karena kesabaran beliau menghadapi cacian dan kelapangan beliau memaafkan orang yang bersalah kepadanya. Di zamannya, tidak ada orang yang menandinginya baik dari sisi keilmuan maupun ketakwaan.

 

Imam Kazim dengan berbagai cara menjelaskan kepada umat sistem politik dan sosial ideal berdasarkan ajaran Islam. Di sisi lain, masyarakat pun akhirnya memahami bahwa kinerja pemerintahan Bani Abbasiyah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sementara itu, Harun al-Rashid menempuh berbagai strategi untuk menjauhkan Imam dari umat. Misalnya, dengan berbagai alasan, ia menjebloskan Imam Kazim ke penjara dengan harapan masyarakat terputus komunikasinya dengan beliau.

 

Berkenaan dengan para penguasa zalim Imam Kazim berkata, "Barang siapa yang menghendaki mereka tetap hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan masuk neraka". Dengan demikian, Imam telah menentukan sikap tegas terhadap pemerintahan lalim, mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para pengikutnya untuk bergantung kepada pemerintahannya.

 

Sementara itu, Harun terus berupaya bagaimana caranya membunuh Imam Musa. Suatu hari, dia mengutus Yahya bin Khalik ke penjara. Tugas yang diemban Yahya adalah meminta Imam untuk tidak menentang Khalifah dan menawarkan pengampunan serta pembebasan kepada beliau. Namun, Imam menolak semua tawaran itu.

 

Imam Musa menulis sepucuk surat kepada Harun yang berbunyi, "Setiap hari kulalui dengan kesusahan, sementara kau lalui hari-harimu dengan kesenangan. Lalu, kita akan sama-sama mati. Hingga di suatu hari yang tiada akhirnya, kelak kita diberdirikan di hadapan Mahkamah Ilahi, ketika orang-orang licik hanya akan menjadi pecundang dan terhinakan."

 

Alasan Harun memindahkan Imam Musa as dari satu penjara ke penjara lain tidak ada lain adalah karena permintaannya kepada setiap kepala penjara untuk membunuh Imam, namun mereka tidak bersedia untuk memenuhi permintaan tersebut. Hingga akhirnya Sindi yang berhati keras itu bersedia untuk meracun Imam as. Maka, di dalam penjaralah beliau meninggal akibat racun yang dibubuhkan ke dalam makanannya pada 25 Rajab tahun 183 H.

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran mengatakan, tidak ada jalan keluar bagi krisis Suriah selain solusi politik yang berlandaskan pada kehendak rakyat yang disampaikan melalui kotak-kotak suara.

 

Fars News (1/6) melaporkan, Mohammad Javad Zarif, Menlu Iran dalam konferensi Sahabat Suriah kedua di Tehran, Ahad (1/6) menuturkan, kekuatan-kekuatan asing harus menyingkirkan khayalan-khayalan pribadinya yang ingin mencapai tujuan di Suriah dengan langkah militer. Mereka harus menerima bahwa tidak ada jalan keluar lain bagi krisis Suriah kecuali solusi politik.

 

Menlu Iran menjelaskan, Tehran sejak awal percaya bahwa satu-satunya jalan keluar krisis Suriah adalah solusi politik lewat dialog Suriah-Suriah dan dengan memperhatikan pada kehendak rakyat. Iran mengerahkan seluruh upayanya untuk mencapai tujuan ini.

 

Menurut Zarif, Iran siap bekerjasama dalam upaya jujur untuk menyelesaikan krisis Suriah dan membantu menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada seluruh warga Suriah.

 

Dalam beberapa bulan terakhir, kata Zarif, sejumlah kemajuan penting dicapai di arena internal Suriah dalam rangka penyelesaian politik krisis negara itu. Kesepakatan-kesepakatan rekonsiliasi nasional yang dicapai di banyak wilayah Suriah menunjukkan bahwa peluang penyelesaian krisis internal Suriah tetap terbuka lebar.

Petinggi pemerintah rezim Zionis Israel menentang masuknya tiga Menteri kabinet baru Palestina dari Jalur Gaza ke Tepi Barat.

 

Radio Israel (1/6) melaporkan, Yoav Mordechai, Koordinator urusan militer di Palestina pendudukan kepada petinggi Otorita Ramallah mengatakan, tiga Menteri Palestina dari Gaza dilarang masuk ke Tepi Barat untuk ikut dalam acara pengambilan sumpah jabatan di Kabinet pemerintahan nasional bersatu Palestina.

 

Kabinet pemerintahan nasional bersatu Palestina rencananya akan diumumkan besok, Senin (2/6).

 

Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Ramallah Palestina baru-baru ini mengatakan, begitu pemerintahan baru Palestina terbentuk, Israel akan langsung memboikotnya.

Empat unit jet tempur Angkatan Udara Perancis dari tipe Rafale, Ahad (1/6) tiba di sebuah pangkalan udara di Barat India untuk berpartisipasi dalam manuver militer gabungan.

 

IRNA (1/6) melaporkan, sumber-sumber resmi India mengatakan, jet-jet tempur Perancis beserta 70 personel AU negara itu akan mengikuti latihan militer bersama udara dengan pasukan India.

 

Jet-jet tempur Perancis itu mendarat di pangkalan udara Jodhpur yang terletak di Rajasthan, India.

 

Manuver militer gabungan udara India dan Perancis yang dimulai pekan ini selama 10 hari berturut-turut diberi sandi "Garuda-5".

 

Dalam manuver militer yang digelar di dekat perbatasan Pakistan ini juga akan digunakan jet-jet tempur MiG-21.

 

Tujuan digelarnya manuver militer udara ini adalah pengenalan para pilot pesawat dua negara terhadap taktik-taktik tempur, pengisian bahan bakar di udara, reparasi dan pemeliharaan.

Wakil Koalisi Pemerintahan Hukum Irak di Parlemen negara itu memperingatkan Turki terkait dampak buruk pemutusan aliran air sungai Furat.

 

Situs berita Irak, Al Sumariya (1/6) melaporkan, Abdul Salam Maliki, Wakil Koalisi Pemerintahan Hukum Irak di Parlemen, Ahad (1/6) mengatakan, jika Turki terus melanjutkan pemutusan aliran sungai Furat, Irak akan menutup perusahaan-perusahaan Turki di negara itu atau Baghdad akan melayangkan surat pengaduan kepada pengadilan internasional.

 

Abdul Salam Maliki menambahkan, pemutusan aliran sungai Furat di Irak dan Suriah adalah kejahatan anti-kemanusiaan, dan berdasarkan aturan internasional dapat dikenai sanksi hukum. Langkah Turki ini akan berujung dengan memburuknya hubungan Baghdad-Ankara.

 

Ia menjelaskan, "Untuk membela hak-haknya, Irak melakukan langkah-langkah yang diperlukan seperti sanksi ekonomi terhadap Turki atau pengusiran perusahaan-perusahaan negara itu dari Irak dan atau pengaduan ke pengadilan internasional."

 

Maliki meminta pemerintah Turki untuk menghormati nota kesepahaman yang sudah ditandatangani kedua negara dan mematuhi aturan bertetangga. "Negara ini (Turki) telah melanggar seluruh kesepakatan internasional terkait negara-negara bertetangga dengan memutus aliran sungai Furat," katanya.

 

Kementerian Perairan Irak, Sabtu (31/5) mengumumkan, pemutusan aliran sungai Furat oleh Turki akan menciptakan bencana kemanusiaan di Irak dan Suriah.

 

Sejumlah media, Sabtu mengabarkan langkah Turki memutus aliran sungai Furat yang mengarah ke Irak dan Suriah.

Wakil Komandan Sepah Pasdaran (Pasukan Garda Revolusi Iran, IRGC) mengatakan, kekuatan lembaga kerakyatan ini adalah tulang punggung kebijakan luar negeri Republik Islam.

 

Brigjen Hossein Salami, wakil komandan IRGC dalam wawancaranya dengan Koran Jame Jam edisi Ahad (1/6) dan bertepatan dengan kelahiran Imam Husein as mengatakan, kemampuan Sepah Pasdaran menciptakan peluang bagi lembaga kebijakan luar negeri Iran untuk memainkan peran dalam transformasi regional dan internasional.

 

Hossein Salami menambahkan, musuh memahami setiap krisis yang mereka ciptakan di kawasan pasti gagalnya dan tidak ada krisis yang mampu mereka selesaikan tanpa bantuan Iran.

 

Brigjen Salami juga mengingatkan peran Iran dalam menjaga keamanan energi di kawasan. Ia menandaskan, musuh berbicara mengenai opsi tetap mereka miliki di atas meja, namun mereka tidak pernah mampu merealisasikan opsi tersebut, karena ngarai vital energi berada di tangan Iran.

 

Wakil komandan IRGC menegaskan, di puncak blokade sains dan teknologi ketika dunia mentuup akses dan jalan interaksi teknologi serta transfer senjata ke Iran, Sepah Pasdaran mampu memproduksi pesawat tanpa awak (drone).

Perdana Menteri Irak menggagas sebuah program baru untuk membersihkan wilayah Barat negara itu dari anasir teroris, yang mendapat sambutan kelompok-kelompok suku di wilayah tersebut. Sebagian sumber di Irak bahkan mengabarkan dicapainya kesepakatan awal antara pemerintah Baghdad dan kelompok etnik di wilayah Barat untuk menyelesaikan krisis di Provinsi Al Anbar.

 

Di antara isi kesepakatan itu adalah peletakan senjata oleh anak-anak kelompok etnik yang tertipu, penyerahan para teroris dan orang-orang yang terlibat dalam aksi pembunuhan warga tidak berdosa, membayar ganti rugi kepada keluarga korban di Provinsi Al Anbar bersamaan dengan dimulainya proses rekonstruksi wilayah itu dan merekrut anak-anak kelompok etnik yang sebelumnya ikut bertempur melawan teroris.

 

Kesepakatan ini rencananya akan dijalankan dalam sebuah pertemuan yang akan digelar di salah satu pangkalan militer Al Anbar dengan dihadiri petinggi pemerintah Irak, gubernur, para anggota Dewan Provinsi, tetua adat dan pembesar Al Anbar.

 

Sampai saat ini 23 kelompok suku kota Fallujah telah menyatakan dukungannya atas program prakarsa Nouri Al Maliki, PM Irak dan kesepakatan yang dicapai. Mereka mengumumkan berlepas tangan dari anak-anak mereka yang bergabung dengan kelompok teroris. Enam kelompok etnik lain di Al Anbar dikabarkan telah membentuk koalisi untuk berperang melawan para teroris Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam (DIIS) di kota Fallujah. Sampai sekarang 600 pemuda sudah bergabung dengan kelompok ini.

 

Poin pentingnya adalah, perhimpunan ulama kota Fallujah menyambut baik prakarsa Nouri Al Maliki untuk membuka hubungan dengan kelompok-kelompok etnik di wilayah Barat Irak dan programnya untuk membersihkan Provinsi Al Anbar. Mereka akan menghadiri pertemuan yang akan digelar dalam waktu dekat di provinsi itu dengan dihadiri oleh para petinggi pemerintah lokal dan pusat.

 

Sepertinya Maliki mampu menjalin hubungan yang baik dengan sebagian kelompok etnik di wilayah Barat Irak yang merupakan pusat konsentrasi Al Qaeda dan DIIS. PM Irak berharap kanal kerjasama kelompok-kelompok etnik dengan militer dapat mempercepat  penyelesaian krisis keamanan di Barat negara itu.

 

Masalah keamanan dalam beberapa bulan terakhir menjadi salah satu tantangan utama bagi Baghdad dan pribadi Al Maliki serta sebagian kalangan politik. Bahkan sebagian partai Syiah memprotes kinerja Al Maliki dalam menangani masalah-masalah keamanan dan memanfaatkannya untuk menjustifikasi alasan mereka menjauh dari koalisi Pemerintahan Hukum.

 

Saat ini ketika Irak tengah disibukkan dengan tawar-menawar politik untuk membentuk pemerintahan dan pengajuan kandidat Perdana Menteri, Maliki memanfaatkan kesempatan dengan baik guna meningkatkan daya tawar politik diri dan kubunya yang meraih mayoritas kursi di Parlemen dengan berkonsentrasi pada penyelesaian masalah-masalah keamanan.

 

Masalah-masalah yang selama dua tahun terakhir telah menguras waktu dan energi Irak. Maliki mengetahui dengan baik bahwa jika ia dapat mengendalikan instabilitas di Barat Irak dengan cara tertentu, yang pada kenyataannya adalah membatasi aktivitas DIIS dan Al Qaeda di Al Anbar, maka ia dapat mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri dan kubunya di fase yang serba sensitif seperti sekarang ini.

 

Kebijakan yang selama ini diterapkan Maliki adalah memukul posisi-posisi DIIS dan Al Qaeda di Provinsi Al Anbar serta menarik dukungan kelompok-kelompok etnik negara itu.

 

PM Irak selain ingin memenuhi tuntutan rakyat untuk menciptakan keamanan di negara itu, juga ingin menunjukkan kepada partai-partai penentangnya bahwa ia mampu mengontrol kondisi. Jika Maliki mampu mewujudkan ketenangan walau relatif di wilayah-wilayah Barat Irak, terutama Al Anbar, maka ini akan menjadi sebuah keunggulan baginya dan bagi koalisi Pemerintahan Hukum, kelompok yang menegaskan bahwa Maliki adalah satu-satunya kandidat untuk menduduki pos Perdana Menteri Irak mendatang.