Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (16)

Rate this item
(0 votes)
Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (16)

 

Kita membutuhkan hubungan sosial yang baik untuk membuat hidup lebih baik. Allah Swt menciptakan manusia sedemikian rupa di mana banyak dari kebutuhan ruhani dan jasmaninya terpenuhi dengan menjalin interaksi antar-sesama.

Seseorang tidak bisa hidup dalam isolasi dan kemudian menikmati kehidupan ini. Manusia secara fitrah membutuhkan interaksi antar-sesama dan disinilah persahabatan bermula.

Rasa empati dan simpati kemudian berkembang seperti bunga musim semi. Interaksi yang sehat dengan keluarga, teman, kolega, tetangga, dan lain-lain, semuanya merupakan indikasi dari kematangan kepribadian seseorang. Kunci utama berinteraksi dengan orang lain adalah menjaga lisan dan bertutur dengan baik.

Jalan pertama hubungan individu dengan orang lain adalah melalui kata-kata dan ucapan. Sejak dulu dikatakan bahwa salam adalah pembuka pembicaraan dan pembicaraan adalah jalan perkenalan. Alangkah baiknya jika seseorang menggunakan kalimat yang santun dalam komunikasi verbal serta memilih kata-kata yang indah dan positif dalam ucapannya.

Tentu saja, bertutur dengan baik tidak berarti hanya menyenangkan orang lain dan membuat mereka terkesima dengan kata-kata kita, tetapi ucapan yang baik adalah kalimat yang baik isinya dan bijaksana serta menggunakan kata-kata terbaik dalam penyampaian.

Berkomunikasi sangat penting di semua komunitas manusia dan seluruh agama langit sehingga memiliki etiket khusus yang dapat meninggikan derajat seseorang jika ia menjaganya. Etiket khusus ini dapat mencegah banyak kesalahan dalam berkomunikasi.

Sebuah pribahasa Iran menyebutkan, "Setiap perkataan ada waktu dan tempatnya." "Selama seseorang belum membuka lisannya, maka aib dan bobotnya akan tersembunyi."

Setiap perkataan yang diucapkan oleh seseorang akan menyingkap kematangan kepribadian, pengetahuan, dan pemahamannya. Kepribadian seseorang tidak diketahui selama ia belum membuka lisannya dan ketika ia mulai berbicara, maka bobotnya akan tersingkap.

Al-Quran dan hadis Nabi Saw menaruh perhatian besar pada masalah etiket berbicara. Al-Quran dalam sebuah pesan kepada kaum Muslim berkata, "Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia."


Rasulullah Saw dan para imam maksum as memberikan banyak nasihat tentang etiket berbicara. Rasulullah bersabda, "Orang yang kuat imannya akan mencegahnya mengucapkan kata yang sia-sia, karena ucapan yang bermanfaat adalah tanda-tanda dari iman yang kuat."

Imam Muhammad al-Baqir as berkata, "Berbicaralah dengan bentuk terbaik dengan orang lain sebagaimana engkau ingin mereka berbicara seperti itu denganmu."

Di antara etika komunikasi adalah berbicara dengan bijak, tidak berbohong, tidak banyak bicara, tidak memfitnah, tidak mencela, tidak mengucapkan kata yang sia-sia, tidak membual, menghindari pujian, dan hal-hal lain yang seperti itu. Untuk dapat berkomunikasi dengan ideal serta mengekspresikan keinginan dan kebutuhan kita, dan secara umum untuk sebuah kehidupan yang lebih baik, kita harus belajar etiket berbicara dan mengenali penyakit-penyakit lisan.

Di antara penyakit lisan adalah berbicara kotor, berbicara kasar, menghina dan merendahkan orang lain. Terkadang perkataan yang tidak bijak, menghina, melecehkan, atau menusuk hati, dapat merusak persahabatan yang sudah terjalin lama dan akrab atau memicu permusuhan.

Kemampuan menjaga rahasia juga merupakan tanda dari kematangan seseorang dan dianggap sebagai bagian dari etiket berbicara. Manusia yang tidak bisa memegang dan menjaga rahasia orang lain, maka ia tidak pernah bisa dipercaya dan tidak punya harga diri. Kadang kita bahkan menyebarkan desas-desus dan ikut memperkeruh situasi dengan kata-kata bohong. Sikap seperti ini dicela oleh semua agama dan dianggap dosa. Imam Ali as berkata, "Jangan ceritakan semua yang engkau dengar kepada masyarakat."

"Ketika Anda tidak punya sesuatu untuk disampaikan, maka dengarkan sehingga orang lain dapat berbicara," kata Jean-Baptiste Lamarck, seorang ahli biologi dari Prancis.

Berbicara tidak selalu membawa manfaat, tetapi terkadang menjadi pendengar dan sedikit berbicara akan menambah nilai seseorang. Sedikit berbicara dan diam membuat seseorang fokus pada internal dirinya dan mendorong perkembangan pikirannya.

Dengan sedikit berbicara dan diam pada tempatnya, kelemahan seseorang juga akan tertutup rapat dan martabatnya akan terjaga. Imam Ali as dalam mencela orang yang banyak bicara mengatakan, "Barang siapa yang banyak berbicara, kesalahannya akan lebih banyak, dan barang siapa yang kesalahannya bertambah, hatinya akan mati (suara batin yang mengajak pada kebaikan), dan barang siapa hatinya mati, ia akan terperangkap dalam api neraka."

Alangkah eloknya berpikir dan merenungkan akibatnya terlebih dahulu sebelum berbicara. Orang-orang dahulu memiliki sebuah petuah yang bijak yaitu, "Perkataan ibarat makanan, dimasak dulu dan ditunggu matang, jika sudah matang baru disampaikan (dihidangkan)."

Berpikir, merenung, dan bijaks akan melahirkan perkataan yang baik. Ketika sebuah ucapan yang tidak bijak keluar dari mulut kita, maka kita tidak bisa lagi menghindari konsekuensinya. Kata yang keluar dari lisan kadang akan menimbulkan kebencian atau kesalahpahaman, atau menciptakan masalah. Dia kemudian menyesal dan berharap bisa berpikir sejenak sebelum berbicara.

Tetapi, "penyesalan kemudian ini" tidak akan menggantikan "berpikir sebelum berbicara." Padahal dengan sedikit merenung, ada banyak penyesalan yang bisa dicegah. Jadi nilai dari setiap perkataan adalah berpikir sebelum berbicara.


Banyak ditemukan bahwa emosi dan temperamen dapat diredam dengan kata-kata yang lembut dan baik dari orang lain. Orang yang punya etika dan berbicara dengan baik bahkan dapat mengajarkan pelajaran sopan santun kepada orang lain dan saling menghargai. Ketika kita memilih diam dalam menyikapi amarah orang lain atau penghinaan dan celaan mereka, atau menyikapinya dengan kelembutan dan tutur kata yang baik, ini akan berdampak positif pada pihak lain dan secara tidak langsung kita telah memperbaiki akhlak dia.

Sikap lemah-lembut dan perkataan yang baik akan menjadi seperti angin sepoi-sepoi yang membelai jiwa dan menghadirkan kedamaian. Imam Ali as berkata, "Biasakanlah lisanmu dengan bertutur lembut dan mengucapkan salam sehingga temanmu bertambah dan musuhmu berkurang."

Salah satu sirah Rasulullah Saw adalah bahwa jika seseorang meminta bantuannya, ia akan memenuhinya atau menyikapinya dengan kata yang lembut dan tepat.

Perkataan seseorang mengekspresikan kepribadiannya. Manusia yang sopan dan berkarakter, tidak akan pernah bersedia berbicara tentang sesuatu di luar kapasitasnya bahkan dalam kondisi terburuk sekali pun. Mereka tidak hanya menggunakan kata-kata yang baik dalam ucapannya, tetapi juga memperhatikan nada suaranya dalam menyampaikan pesan.

Nada dan suara tinggi sangat penting ketika menyampaikan pesan, sehingga jika itu dilakukan dengan lembut, akan menghadirkan keakraban antara pembicara dan pendengar serta memberikan energi positif kepadanya. Tetapi jika nada bicara bercampur celaan, maka pendengar akan keliru dalam menangkap pesan yang disampaikan.

Perkataan yang baik dan santun memiliki banyak kriteria antara lain, pertama, tidak ada dusta di dalamnya. Kedua, berbicara dengan lembut dan ramah. Ketiga, ucapan tidak bertolak-belakang dengan kelakuan yaitu kata-kata dan tindakan seseorang harus sejalan. Keempat, penuh pertimbangan dan berisi. Kelima, ucapannya harus rasional dan bijak. Keenam, harus disampaikan dengan nada yang lembut dan kata-kata yang pantas. 

Read 823 times