Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 143-146

Rate this item
(0 votes)

Ayat ke 143

 

Artinya:

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (7: 143)

 

Sebelumnya telah disebutkan bahwa Allah Swt telah memerintahkan kepada Nabi Musa as agar pergi ke sebuah miqat (tempat pertemuan) yang terletak di bukit Thur untuk bermunajat kepada-Nya selama 40 hari, guna memperoleh kitab suci Taurat. Ayat ini menceritakan saat-saat ketika Musa as telah tiba di miqat dan berbicara dengan Tuhannya. Salah satu permintaan Bani Israil kepada Nabi Musa adalah melihat Tuhan dengan mata mereka. Karena itu Nabi Musa as menyampaikan permintaan kaumnya ini kepada Tuhan dengan mengatakan, "Ya Allah, tunjukkanlah diri-Mu kepadaku, sehingga aku dapat melihat-Mu dengan kedua mataku, dan akupun akan dapat mengatakan kepada kaumku bahwa aku telah melihat Tuhanku."

 

Kemudian terdengar jawaban, "Wahai Musa! Engkau tidak akan bisa melihat-Ku, karena Aku bukanlah Zat yang bisa dilihat dengan mata kasar, namun Aku tetap bisa kalian saksikan melalui sifat kekuasaan dan keagungan-Ku. Karena itu lihatlah gunung ini bagaimana ia hancur bertantakan dengan kehendak-Ku." Kejadian itu sedemikian dahsyatnya, sehingga Nabi Musa as pun terjatuh dan tak sadarkan diri. Sewaktu beliau sadar kembali, Nabi Musa as berkata, "Ya Allah, Ya Tuhanku! Aku adalah orang pertama yang menyaksikan kekuasaan, kedahsyatan dan kebesaran-Mu, karena itu aku mohon ampun atas permintaanku yang tidak pada tempatnya itu. Engkau Sungguh Maha Suci dari segala pandangan mata."

 

Imam Ali bin Abi Thalib suatu hari ditanya oleh seseorang, "Apakah engkau melihat Tuhan sehingga kau beribadah sedemikian tekun dan khusyuk kepada-Nya?"

Imam Ali as menjawab, "Aku tidak akan menjadi hamba dari Tuhan yang tidak bisa aku lihat, namun bukan Tuhan bisa dilihat dengan mata kepala, akan tetapi Tuhan yang dapat dirasakan dengan mata hati." Dilain kesempatan Imam Ali as juga mengatakan, "Aku tidak pernah melihat sesuatupun kecuali sebelum dan sesudahnya, senantiasa bersama Tuhan."

 

Dalam al-Quran al-Karim surat al-An'am ayat 103 dengan tegas disebutkan artinya, "Semua mata tidak akan bisa menyaksikan Dia, akan tetapi Dia bisa melihat semua mata makhluk-Nya."

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Guna mengenal Allah Swt, kita harus memperhatikan berbagai segala ciptaan dan makhluk yang di alam semesta ini. Karena segala sesuatu di alam merupakan manifestasi dari perwujudan dan keagungan Allah Swt.

2. Segala bentuk pemikiran atau permohonan yang tidak pada tempatnya harus ditebus dengan taubat. Karena itu, ketika manusia memiliki segala bentuk keraguan yang batil dan tidak pada proporsinya terhadap Tuhan Pencipta alam semesta, maka dia harus bertaubat.

 

Ayat ke 144-145

 

Artinya:

Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (7: 144)

 

Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik. (7: 145)

 

Ketika Nabi Musa as telah melewati waktu 40 hari bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt di bukit Thur, Allah menurunkan kitab suci Taurat dalam bentuk lempengan-lempengan batu kepada Nabi Musa as. Lalu Tuhan meminta kepada Musa agar hukum-hukum yang terdapat pada kitab itu dilaksanakan dengan tegas, kemudian menyeru kaum Bani Israil agar melaksanakan ajaran kitab suci ini.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Setelah hancurnya system pemerintahan Fir'aun yang tiran dan terbentuknya pemerintahan Ilahiah yang adil, maka undang-undang dan hukum-hukum Allah harus dilaksanakan secara penuh.

2. Diturunkannya kitab suci dari Allah kepada manusia merupakan sebuah nikmat besar yang harus disyukuri oleh umat manusia. Syukur terhadap berbagai nikmat Allah merupakan perintah Ilahi, bukan hanya sekedar nasihat dan pesan moral.

 

Ayat ke 146

 

Artinya:

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (7: 146)

 

Setelah dalam ayat sebelumnya menekankan mengenai pentingnya berpegang teguh pada hukum-hukum Allah dan melaksanakan segala perintah Tuhan dengan penuh inisiatif dan sungguh-sungguh, ayat 146 tadi mengatakan, orang-orang yang tidak mau tunduk di hadapan hukum Allah, sombong, berbesar diri, tidak mau menerima kebenaran, meskipun mereka telah memahami berbagai ayat dan jalan lurus yang diajarkan oleh nabi utusan Allah, sesungguhnya mereka sedang berjalan semakin jauh dari kebenaran dan tengah menuju jalan kesesatan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sombong dan arogan adalah akar utama keingkaran terhadap ayat-ayat Allah serta kekufuran kepada Allah Swt.

2. Berbesar diri dan arogan di hadapan Allah adalah penyebab utama terjauhnya seseorang dari petunjuk Allah, sedang Allah Swt tidak akan menarik anugerah-Nya dari seseorang tanpa ada alasan.

Read 4103 times