Tafsir Al-Quran, Surat At-Taubah Ayat 4-6

Rate this item
(1 Vote)

Ayat ke 4

 

Artinya:

Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (: 4)

 

Ayat pertama hingga ketiga surat at-Taubah berbicara mengenai pernyataan bara'ah atau putus hubungan dan berlepas tangan dari segala perbuatan orang-orang Kafir yang menyimpang. Namun Allah Swt telah memberikan kesempatan kepada mereka selama empat bulan agar meninjau dan mengevaluasi akidah dan sikap mereka yang tidak logis itu. Jika mereka tetap pada pendiriannya dan tidak mau meninggalkan akidah sesat mereka itu, mereka harus meninggalkan kota Mekah.

 

Selanjutnya dalam surat at-Taubah ayat ke-4 ini Allah menyatakan, "Orang-orang Musyrik yang telah menjalin perjanjian dengan kalian, meski mereka tidak konsekuen dengan perjanjian tersebut, namun selama mereka tidak membantu musuh-musuh kalian, mereka ini mendapat perkecualian. Mereka diberi kesempatan untuk tetap tinggal di Mekah sampai berakhirnya waktu perjanjian yang telah mereka jalin dengan kaum Muslimin. Setelah itu, barulah hukum pengusiran dari kota Mekah, itu akan diperlakukan kepada mereka."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Komitmen dan setia terhadap janji sangat ditekankan Islam, termasuk janji terhadap orang-orang Musyrik dan musuh-musuh sekalipun, selama pihak lain juga komitmen dan setia terhadap janji tersebut.

2. Setia dan komitmen pada janji menunjukkan ciri-ciri ketakwaan, sehingga ukuran orang bertakwa bukan saja rajin melaksanakan shalat dan puasa, namun juga sikap menjunjung tinggi berbagai perjanjian yang dijalinnya dengan orang lain.

 

Ayat ke 5

 

Artinya:

Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. (9: 5)

 

Ayat ini secara tegas memisahkan antara orang musyrik yang setia pada perjanjian dan kaum Musyrik yang mengingkari perjanjian yang telah mereka jalin dengan kaum Muslimin. Islam memerintahkan kaum Muslimin agar menghormati dan melindungi orang-orang Musyrik yang tidak melanggar janji. Islam memerintahkan kita untuk bersikap tegas. Ayat ke-5 surat at-Taubah ini menyatakan, "Tidak toleransi bagi mereka yang telah melanggar perjanjian dan telah membantu musuh-musuh kalian. Setelah berakhirnya batas waktu empat bulan itu, mereka tidak lagi berhak untuk tinggal di Mekah dan bila mereka tetap berkeras tinggal di tanah suci ini, kaum Muslim berhak untuk membunuh mereka."

 

Sikap yang sedemikian keras terhadap orang kafir Mekah itu adalah sikap yang pantas, mengingat perilaku mereka yang sangat keji selamat ini. Sejak awal diangkatnya Muhammad Saw sebagai Rasul, sampai setelah Rasulullah dan kaum Muslimin hijrah ke Madinah, kaum Musyrik Mekah tidak henti-hentinya memerangi dan melancarkan kekejaman terhadap kaum Muslimin. Ketika kaum Muslimin datang kembali ke Mekah untuk menaklukkan kota itu, Rasulullah telah menawarkan ampunan bagi mereka. Namun, mereka tetap saja ingkar dan terus memusuhi kaum Muslimin.

 

Kepada kaum Kafir yang membangkang itu, Islam memberikan dua pilihan, pertama, memeluk Islam dan tetap tinggal di Mekah, dan kedua, tetap kafir, namun harus keluar dari kota Mekah. Allah berfirman, jika mereka ini mau beriman dan meninggalkan segala bentuk perilaku syirik dan keji, mereka akan mendapat ampunan Allah. Sebaliknya, bila mereka tetap membangkang, yaitu tetap tinggal di mekah sambil terus melakukan kezaliman, Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk bersikap keras dengan cara menangkap dan membunuh mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam bergaul dengan musuh-musuh yang sudah biasa melanggar janji, kita harus bisa bersikap keras dan tegas. Karena sikap kasih sayang dan rahmat hanya berlaku untuk orang-orang Mukminin dan bukan kepada musuh.

2. Islam tidak mengenal jalan buntu. Jalan untuk bertaubat dalam segala kondisi dan keadaan selalu terbuka, bahkan di tengah-tengah medan tempur sekalipun.

 

Ayat ke 6

 

Artinya:

Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (9: 6)

 

Pada ayat sebelumnya, Allah Swt telah memerintahkan kaum Mukminin agar bersikap tegas dan keras terhadap musuh yang keras kepala dan suka melanggar perjanjian. Namun ayat ini menegaskan pula bahwa perang dan jihad Islam bukan dimaksudkan untuk membalas dendam ataupu memperluas ekspansi teritorial, akan tetapi untuk menghilangkan segala bentuk penyimpangan pemikiran dan arogansi sosial. Atas dasar ini, bila ada orang musyrik di medan perang yang meminta perlindungan, maka sudah menjadi kewajiban umat Islam untuk menolong dan melindunginya. Hal itu dilakukan agar orang musyrik tersebut mendapat kesempatan untuk mengenal agama Allah. Setelah itu, orang musyrik yang meminta perlindungan tadi harus dikembalikan ke tempat asalnya, sekalipun jika orang itu tetap menolak Islam.

 

Hal ini membuktikan bahwa Islam sama sekali bukan agama yang mengedepankan kekerasan. Kekerasan hanya boleh ditujukan kepada kaum Kafir yang kejam dan membangkang. Sebaliknya, bila ada musuh yang lemah dan meminta perlindungan, Islam memerintahkan kita untuk melindunginya. Para musuh yang meminta perlindungan itu bahkan harus diberi kesempatan hidup di tengah-tengah kaum Muslimin agar mereka mengenal hakikat Islam yang sesungguhnya. Namun, bila mereka tetap tidak mau beriman, sama sekali tidak ada paksaan dan tekanan, bahkan mereka dipersilahkan kembali ke tempat asal mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita harus memberikan kesempatan kepada musuh agar bisa berfikir dan memilih. Dalam kondisi apapun, tidak dibenarkan menutup jalan dakwah dan seruan kepada agama Allah, yaitu agama Islam.

2. Berbagai penyimpangan dan penyelewengan dari masyarakat dapat menyebabkan kesesatan dan ketidaktahuan. Karena itu, tugas kaum Muslimin dan pemerintahan Islam adalah menyampaikan pesan dan seruan Islam secara benar kepada seluruh umat manusia dan membuka jalan bagi setiap orang untuk mengetahui kebenaran Islam.

3. Agama Islam menghormati hak memilih yang dimiliki manusia. Karena itu, tidak ada paksaan bagi manusia untuk memeluk Islam. Islam hanya menyeru ummat manusia agar berfikir dengan jernih lalu menentukan sendiri jalan mana yang akan ditempuhnya. Tentu saja, setiap jalan yang dipilih ada resikonya dan jalan Islam adalah satu-satunya jalan yang benar.

Read 6942 times