Tafsir Al-Quran, Surat Hud Ayat 17-19

Rate this item
(0 votes)

Ayat ke 17

 

Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï¿┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘ÄÏ®┘ì ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÄϬ┘Æ┘ä┘Å┘ê┘ç┘Å Ï┤┘ÄϺ┘ç┘ÉÏ»┘î ┘à┘É┘å┘Æ┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘ç┘É ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘Å ┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë ÏÑ┘É┘à┘ÄϺ┘à┘ïϺ ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘ÄÏ®┘ï Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘Ä┘â┘Æ┘ü┘ÅÏ▒┘Æ Ï¿┘É┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ¡┘ÆÏ▓┘ÄϺϿ┘É ┘ü┘ÄϺ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ▒┘Å ┘à┘Ä┘ê┘ÆÏ╣┘ÉÏ»┘Å┘ç┘Å ┘ü┘Ä┘ä┘ÄϺ Ϭ┘Ä┘â┘Å ┘ü┘É┘è ┘à┘ÉÏ▒┘Æ┘è┘ÄÏ®┘ì ┘à┘É┘å┘Æ┘ç┘Å ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘é┘æ┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘â┘Ä ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘â┘É┘å┘æ┘Ä Ïú┘Ä┘â┘ÆϽ┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘É ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä (17)

 

Artinya:

Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. (11: 17)

 

Di antara orang-orang yang tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad Saw adalah kaum Yahudi Madinah yang dengan berbagai alasan selalu menolak kebenaran al-Quran dan risalah Nabi Muhammad. Allah Swt dalam ayat ini berfirman kepada orang-orang Yahudi itu, "Apakah kalian tidak mengimani risalah Musa dan kebenaran Taurat? Lalu mengapa kini ketika Tuhan memberikan tanggung jawab risalah kepada orang lain, kalian merasa heran dan tidak mau mematuhinya? Apa dalil yang kamu punyai dengan menyakini bahwa setelah nabi Musa tidak ada lagi nabi yang lain? Bukankah kalian menantikan nabi selanjutnya, sebagaimana yang dijanjikan dalam Taurat? Apakah kalian tidak membaca ciri-ciri Nabi Muhammad yang tercantum dalam kitab Taurat itu? Jika kalian benar-benar beriman kepada Taurat, kalian pun seharusnya beriman kepada Muhammad dan al-Quran. Kalau tidak, kalian sebagaimana orang-orang kafir lainnya, akan ditempatkan di neraka."

 

Di dalam ayat ini, selain dari kesaksian Taurat terhadap kebenaran Nabi Muhammad, juga disebutkan tentang seorang saksi. Menurut berbagai riwayat, saksi yang dimaksud dalam ayat ini adalah Imam Ali as. Beliau adalah laki-laki pertama yang mengimani kenabian Muhammad Saw. Tentu saja, Imam Ali as dijadikan saksi bukan karena hubungan kekerabatannya dengan Nabi Muhammad, melainkan karena ketakwaan dan kejujurannya. Lanjutan ayat ini mengatakan kepada orang-orang beriman agar jangan pernah meragukan kebenaran al-Quran karena kitab ini benar-benar berisi wahyu dari Allah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Adanya pengikut yang jujur, benar, dan layak, adalah salah satu tanda-tanda kebenaran para nabi utusan Allah.

2. Keyakinan yang benar adalah yang bersumber dari akal sehat atau bersumber dari wahyu. Pendapat mayoritas bukanlah ukuran dari kebenaran sebuah pemikiran atau keyakinan.

 

Ayat ke 18-19

 

┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ Ïú┘ÄÏ©┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ┘à┘É┘à┘æ┘Ä┘å┘É Ïº┘ü┘ÆϬ┘ÄÏ▒┘Ä┘ë Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘â┘ÄÏ░┘ÉÏ¿┘ïϺ Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘è┘ÅÏ╣┘ÆÏ▒┘ÄÏÂ┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ┤┘Æ┘ç┘ÄϺϻ┘Å ┘ç┘ÄÏñ┘Å┘ä┘ÄϺÏí┘É Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘ÄÏ░┘ÄÏ¿┘Å┘êϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ Ïú┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘ä┘ÄÏ╣┘Æ┘å┘ÄÏ®┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘äÏ©┘æ┘ÄϺ┘ä┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä (18) Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘ÄÏÁ┘ÅÏ»┘æ┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘å┘Æ Ï│┘ÄÏ¿┘É┘è┘ä┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ¿┘ÆÏ║┘Å┘ê┘å┘Ä┘ç┘ÄϺ Ï╣┘É┘ê┘Äϼ┘ïϺ ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘â┘ÄϺ┘ü┘ÉÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (19)

 

Artinya:

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim. (11: 18)

 

(yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari akhirat. (11: 19)

 

Pengingkaran terhadap risalah salah satu nabi sama artinya dengan melakukan kebohongan terhadap Tuhan. Mereka mengatakan apa yang tidak pernah dikatakan oleh Tuhan, namun mereka mengaku-aku bahwa perkataan itu datang dari Tuhan. Ayat ini mengatakan, "Setiap orang yang berbohong atas nama Tuhan, kelak akan menghadapi pengadilan di Hari Kiamat dan mereka harus mempertanggungjawabkan kebohongan itu di hadapan Tuhan. Pada hari pengadilan itu, mereka tidak bisa lagi mengingkari perbuatan mereka itu karena selain Tuhan yang mengetahui segala amal perbuatan manusia, juga akan dihadirkan saksi-saksi lainnya."

 

Berdasarkan ayat-ayat ini, pada pengadilan Hari Kiamat, para nabi dan auliya Allah akan menjadi saksi bagi segala perbuatan umat mereka. Selain itu, malaikat yang selalu mendampingi manusia, anggota badan manusia, dan juga bumi yang selama ini diinjak oleh manusia, akan bersaksi atas perbuatan manusia. Tentu saja, dengan sedemikian banyak saksi, di pengadilan hari kiamat, tidak akan ada tempat untuk menghindar. Selain dari hukuman di akhirat, di dunia pun para pendusta itu juga akan mendapatkan laknat Allah dan akan dijauhkan dari rahmat-Nya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Para penulis dan pembicara haruslah berhati-hati dalam menulis dan berbicara agar tidak melakukan satu kebohongan pun atau menyesatkan pemikiran orang-orang.

2. Jalan Allah adalah jalan yang terang dan lurus, namun musuh-musuh Allah selalu berusaha membuat orang-orang tersesat dan terjauhkan dari jalan yang terang dan lurus ini.

Read 3845 times