Tafsir Al-Quran, Surat Yusuf Ayat 1-3

Rate this item
(7 votes)

Berbeda dengan surat-surat lain dalam al-Quran yang ayat-ayatnya berbicara tentang berbagai masalah berkenaan dengan akidah, akhlak, hukum-hukum fiqih, kisah para nabi, kaum dan bangsa-bangsa terdahulu, ayat-ayat dalam surat Yusuf mengisahkan sejarah Nabi Yusuf as. Ayat-ayat dalam surat ini memiliki keharmonisan dan secara khusus menceritakan kehidupan Nabi Yusuf as. Kitab Taurat juga mengisahkan sejarah Nabi Yusuf as, tapi memiliki berbagai perbedaan dengan kisah yang ada di dalam al-Quran.

 

Dengan meneliti ayat-ayat al-Quran yang membahas sejarah Nabi Yusuf as maka akan kita temukan bukti keotentikan dan kebenaran kitab samawi ini, sekaligus kita ketahui berbagai penyimpangan di dalam kitab-kitab terdahulu.

 

Ayat ke 1-2

 

Ϻ┘äÏ▒ Ϭ┘É┘ä┘Æ┘â┘Ä Ïó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅÏ¿┘É┘è┘å┘É (1) ÏÑ┘É┘å┘æ┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å ┘é┘ÅÏ▒┘ÆÏó┘Ä┘å┘ïϺ Ï╣┘ÄÏ▒┘ÄÏ¿┘É┘è┘æ┘ïϺ ┘ä┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘æ┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ Ï¬┘ÄÏ╣┘Æ┘é┘É┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä (2)

 

Artinya:

Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah).(12: 1)

 

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.(12: 2)

 

Surat ini, sebagaimana 29 surat al-Quran yang lainnya telah dimulai dengan huruf muqattha'ah yaitu huruf-huruf yang dibaca sendiri-sendiri, terputus-putus dan tidak menyambung; yang merupakan simbol-simbol rahasia diantara Allah dan Rasul-Nya Saw. Huruf-huruf ini juga merupakan salah satu bukti kemukjizatan al-Quran. Karena di sebagian besar surat-surat yang diawali dengan hurufsepertiini, ayat-ayat berikutnya berbicara tentang kemukjizatan dan keagungan al-Quran. Artinya, bahwa Allah Swt telah menurunkan mukjizat berupa al-Quran yang terdiri dari huruf-huruf yang juga digunakan oleh semua orang. Al-Quran juga menantang dengan mengatakan bahwa jika kalian menuduhbahwa al-Quran ini ciptaan manusia, maka seharusnya kalian mampu pula menciptakan kitab yang sama seperti al-Quran dengan menggunakan huruf-huruf ini.

 

Ayat-ayat ini menyinggung dua poin penting; pertama,al-Quran merupakan sebuah kitab pencerah. Kitab yang menunjukkan jalan kebenaran dan pelita jalan kehidupan, sehingga manusia dapat berjalan di bawah naungan sinarnya untuk sampai ke tempat tujuannya. Kedua,semua orang ditekankan menekuni makna dan kandungan ayat-ayat al-Quran, serta memanfaatkannya guna mengembangkan akal dan pikirannya. Al-Quran tidak diturunkan dengan tujuan sekadar supaya manusia membacanya dan memperoleh pahala akhirat. Akan tetapi al-Quran diturunkan agar manusia menegakkan kehidupan pribadi dan sosialnya berdasarkan ajaran-ajarannya, dan menjadikan petunjuk al-Quran sebagai pelita hidupnya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Bahasa Arab adalah bahasa al-Quran. Untuk itu, diperlukan penguasaaan bahasa Arab dengan baik, agar dapat memahami dan mendalami kandungan ayat-ayat al-Quran.

2. Al-Quran bukanlah sebuah kitab yang semata-mata untuk dibaca dan bertabarruk, akan tetapi ia adalah kitab yang membimbing manusia untuk meningkatkan akal dan daya pikirnya.

 

Ayat ke 3

 

┘å┘ÄÏ¡┘Æ┘å┘Å ┘å┘Ä┘é┘ÅÏÁ┘æ┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä Ïú┘ÄÏ¡┘ÆÏ│┘Ä┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘é┘ÄÏÁ┘ÄÏÁ┘É Ï¿┘É┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘ê┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘ç┘ÄÏ░┘ÄϺ Ϻ┘ä┘Æ┘é┘ÅÏ▒┘ÆÏó┘Ä┘å┘Ä ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘å┘ÆϬ┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘ç┘É ┘ä┘Ä┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ║┘ÄϺ┘ü┘É┘ä┘É┘è┘å┘Ä (3)

 

Artinya:

Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.(12: 3)

 

Dalam ayat ini Allah Swt berkata kepada Nabi-Nya, "Kami yang mewahyukan al-Quran kepadamu, kemudian menceritakan kepadamu kisah kaum dan bangsa-bangsa terdahulu dengan bentuk sebaik-baik bahasa, dan itu semua merupakan bagian dari wahyu samawi dan merupakan kitab al-Quran. Pada dasarnya,cerita dan kisah memiliki peran penting dalam pendidikan manusia.Khususnya apabila kisah dan cerita itu berbicara tentang realitas kehidupan kaum dan bangsa-bangsa terdahulu, dan orang yang mendengarkannya meyakini bahwa kisah tersebut bukan karangan dan hasil daya khayal manusia."

 

Sesungguhnya, keistimewaan terpenting kisah-kisah al-Quran terletak pada kebenarannya. Hal ini telah dibahas dari segala seginya, sebagai sebuah sejarah, dan menjadi perhatian besar di pusat-pusat pendidikan tinggi dan lembaga-lembaga ilmiyah. Imam Ali bin Abi Thalib as dalam sebuah surat kepada putranya Imam Hasan al-Mujtaba as menulis sebagai berikut, "Putraku! Aku sedemikian larut dalam menelaah kisah orang-orang terdahulu, seakan aku ikut hidup bersama mereka dan menempuh usia sepanjang hidup mereka itu."

 

Kedudukan sejarah dalam al-Quran sedemikian tingginya, sehingga dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa salah satu nama kitab suci samawi ini ialahkisah terbaik (Ahsan al-Qashash)sebagaimana terdapat dalam ayat ini. Yang lebih penting lagi ialah bahwa dalam ayat ini, Allah Swt sendiri menyebut Zat-Nya sebagai penyampai kisah dan penukil cerita, yang mengisahkan sejarah hidup Nabi Yusuf as kepada Rasul-Nya, dan menjadikannya sebagai bagian dari kitab suci al-Quran ini. Jika dalam ayat ini kisah Nabi Yusuf disebut sebagai sebaik-baik kisah, adalah karena pemeran utama kisah ini adalah seorang pemuda yang seluruh wujudnya dipenuhi dengan kebersihan, kesucian, keteguhan memegang amanat, penyabar dan beriman sempurna.

 

Topik utama kisah tersebut adalah, bahwa di puncak masa mudanya, Nabi Yusuf as berjuang dan pada akhirnya, berhasil menundukkan hawa nafsunya. Dalam kisah ini telah terkumpul sejumlah hal yang saling berlawanan dan kontradiktif. Diantaranya,perpisahan dan pertemuan,kesedihan dan kegembiraan,masa paceklik dan masa subur,pengkhianatan dan kesetiaan,perbudakan dan kebangsawanandankebersihan dan ketertuduhan. Di dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasul Allah Saw termasuk diantara orang-orang yang lalai. Akan tetapi yang dimaksud dengan kelalaian tersebut ialah ketidaktahuan. Sedangkan ketidaktahuan yang negatif ialah ketidaktahuan yang muncul, sementara peluang-peluang untuk mengetahui, sudah terpenuhi baginya. Sedangkan Rasul Allah tidak mengetahui sejarah Nabi Yusuf as, karena beliau tidak memiliki sarana untuk mengetahuinya.

 

Dengan demikian, sebagaimana dikenal dalam pembahasan Islam, terdapat dua macam ketidaktahuan atau kejahilan. Pertama, jahil qashir dan yang kedua jahil muqasshir. Jahil qashir ialah ketidaktahuan akan sesuatu, karena tidak adanya sarana atau peluang untuk mengetahui sesuatu tersebut. Ketidaktahun seperti ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Sedangkan jahil muqasshir ialah ketidaktahuan akan sesuatu, sedangkan semua peluang untuk mengetahui sesuatu tersebut telah tersedia; atau seseorang sudah mengetahui sesuatu, kemudian ia lupa. Ketidaktahuan seperti ini bersifat negatif dan jelek. Jadi, ketidaktahuan Rasul Allah Saw akan sejarah hidup Nabi Yusuf as, adalah bukan sesuatu yang jelek bagi beliau, karena beliau tidak memiliki sarana apa pun untuk mengetahui sejarah tersebut, maka sudah wajar jika beliau tidak mengetahuinya.

 

Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Tokoh-tokoh sejarah yang nyata perlu dipekernalkan menjadi teladan positif bagi manusia.

2. Kisah yang dikutip al-Quran benar-benar pernah terjadi. Karena disampaikan oleh Allah yang Maha Tahu.

Read 6744 times