Tafsir Al-Quran, Surat Yusuf Ayat 53-55

Rate this item
(6 votes)

Ayat ke 53

 

┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘ÅÏ¿┘ÄÏ▒┘æ┘ÉϪ┘Å ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘É┘è ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘Ä ┘ä┘ÄÏú┘Ä┘à┘æ┘ÄϺÏ▒┘ÄÏ®┘î Ï¿┘ÉϺ┘äÏ│┘æ┘Å┘êÏí┘É ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘à┘ÄϺ Ï▒┘ÄÏ¡┘É┘à┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘è ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘è Ï║┘Ä┘ü┘Å┘êÏ▒┘î Ï▒┘ÄÏ¡┘É┘è┘à┘î (53)

 

Artinya:

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (12: 53)

 

Dalam pembahasan yang lalu, telah kami uraikan bahwa istri pembesar Mesir, yang menjabat sebagai salah satu menteri atau perdana menteri lerajaan Fir'aun, Raja Mesir, di depan sang raja ini mengakui kesalahannya dan bahwa Yusuf tidak bersalah. Yusuf pun menjadikan pembuktian ketidakbersalahannya ini sebagai syarat kebebasannya dari penjara. Dalam ayat ini, dimana sebagian mufassir meyakininya sebagai kata-kata Yusuf, sementara sebagian yang lain meyakini sebagai kata-kata Zulaikha, menyinggung satu hal, yaitu bahwa keinginan hawa nafsu manusia selalu mengajak kepada kejahatan, dan menuntut kepada perbuatan-perbuatan hewani, bahkan syaitani, yang jauh dari akal sehat, logika dan hukum-hukum sosial.

 

Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa satu-satunya jalan yang mencegah kemenangan hawa nafsu jahat terhadap akal sehat, ialah rahmat atau "lutf" Allah Swt dan pertolongan-Nya, yang akan menjaga seseorang dari kesesatan dan penyelewengan. Sudah barang tentu tidak semua orang menerima inayah dan rahmat Allah seperti ini, dan hanya orang-orang yang beriman, berusaha keras serta selalu memohon pertolongan dari-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran, nafsu manusia memiliki tiga tingkatan, dari yang rendah hingga yang tinggi. Yang paling rendah ialah yang disebut sebagai "nafs al-ammarah", yang sebagaimana dikatakan dalam Ayat di atas, selalu mengajak kepada kejahatan dan pemuasan nafsu hewani dan syaithani.

 

Yang kedua ialah "nafs al-lawwamah" yang selalu menyatakan penyesalan dan mengecam perbuatan jahat yang telah dilakukan, serta mengajak kepada taubat dan permohonan ampunan. Dua nafsu tersebut di atas dimiliki oleh manusia pada umumnya, yang masing-masingnya juga memiliki kekuatan yang berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan tingkat iman dan takwa. Sedangkan nafsu yang ketiga ialah ialah yang disebut sebagai "nafs al-muthmainnah", yaitu nafsu atau jiwa yang tenang, kuat dan mantap, yang tidak pernah tersentuh oleh keinginan melakukan kejahatan dan dosa. Nafsu muthmainnah ini dimiliki oleh para Rasul dan Nabi serta auliya Allah, karena iman, takwa serta pengetahuan mereka yang sedemikian tinggi, sehinga menghantarkan mereka kepada kekuatan jiwa yang sangat besar dan tidak ada hawa nafsu jahat apa pun yang mampu menyeret mereka kepada dosa.

 

Dalam peristiwa yang dikisahkan oleh ayat 53 Surat Yusuf ini, jika kata-kata dalam ayat tersebut adalah ucapan Yusuf as, maka yang demikian itu beliau ucapkan dalam rangka tawadhu dan menyatakan suatu kenyataan bahwa dirinya adalah sama dengan manusia lain, yang juga memiliki hawa nafsu amarah, yang mengajak kepada kejahatan. Meskipun beliau mampu menundukkan hawa nafsu tersebut. Dalam al-Quran banyak kita temukan pernyataan para nabi, termasuk Nabi kita Muhammad Saw yang menyatakan kesamaan mereka dengan manusia biasa. Memang benar, bahwa dalam banyak hal, mereka adalah sama dengan manusia biasa, akan tetapi dalam beberapa hal lain, mereka memiliki kelebihan-kelebihan yang membuat mereka tidak sama dengan manusia pada umumnya.

 

Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Jangan sekali-kali seseorang menganggap bahwa dirinya terbebas dari kesalahan dan dosa, dan jangan mengira bahwa dirinya suci dan bersih.Karena dosa, penyimpangan dan kesesatan selalu menyelimuti kita. Merasa diri bersih dan tidakpernah bersalah akan memunculkan watak angkuh dan sombong pada diri seseorang.

2. Meski seseorang selalu berada dalam kondisi terancam bahaya, namun hendaknya ia tidak merasa berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah Swt. Karena Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

 

Ayat ke 54

 

┘ê┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘Ä┘ä┘É┘â┘ŠϺϪ┘ÆϬ┘Å┘ê┘å┘É┘è Ï¿┘É┘ç┘É Ïú┘ÄÏ│┘ÆϬ┘ÄÏ«┘Æ┘ä┘ÉÏÁ┘Æ┘ç┘Å ┘ä┘É┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘É┘è ┘ü┘Ä┘ä┘Ä┘à┘æ┘ÄϺ ┘â┘Ä┘ä┘æ┘Ä┘à┘Ä┘ç┘Å ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘â┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä ┘ä┘ÄÏ»┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘Ä┘â┘É┘è┘å┘î Ïú┘Ä┘à┘É┘è┘å┘î (54)

 

Artinya:

Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". (12: 54)

 

Setelah raja Mesir mendengarkan kata-kata Zulaikha dan Yusuf, dan telah terbukti bahwa Yusuf tidak bersalah, bahkan raja menyaksikan ketinggian budi pekerti dan kejujuran Yusuf, maka raja memanggilnya untuk pertemuan khusus, dan mengajak Yusuf berbicara tentang berbagai masalah pemerintahan. Dari situ raja mengetahui bahwa Yusuf memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang luas. Untuk itulah ia mengangkat Yusuf sebagai penasehat pribadinya, sehingga seluruh pejabat dan para pegawai kerajaan tunduk serta patuh kepadanya.

 

Perbincangan raja Mesir dan Yusuf membuktikan sifat-sifat utama Yusuf. Pertama,akhlak dan budi pekertinya yang tinggi. Kedua, pengetahuannya yang luas. Ketiga,kejujurannya sehingga membuatnya sebagai orang yang dapat dipercaya. Semua sifat tersebut memiliki peran yang sangat positif bagi seorang pejabat dan pengelola pemerintahan. Karena jika kejujuran dan kekuasaan bertemu dalam satu orang, maka ia akan menjadi sumber kemajuan dan kesejahteraan. Sedangkan jika kekuasaan tidak disertai dengan kejujuran, maka ia akan mendatangkan bencana dan kehancuran.

 

Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Untuk memegang jabatan penting, diperlukan pengalaman dan pengetahuan yang luas, juga kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kebersihan, kejujuran dan budi pekerti saja masih belum cukup. Semua itu masih harus ditambah pula dengan kemampuan dan ketegasan dalam memegang jabatan.

2. Orang yang jujur dan terpercaya akan dihormati oleh siapa pun; baik raja ataupun orang miskin, baik orang kafir maupun mukmin.

 

Ayat ke 55

 

┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ÏºÏ¼┘ÆÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘É┘è Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï«┘ÄÏ▓┘ÄϺϪ┘É┘å┘É Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘É┘è Ï¡┘Ä┘ü┘É┘èÏ©┘î Ï╣┘Ä┘ä┘É┘è┘à┘î (55)

 

Artinya:

Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". (12: 55)

 

Setelah raja Mesir mengundangnya untuk bercakap-cakap dan menunjuknya sebagai penasehat khusus, serta menyebutnya sebagai seorang yang dapat dipercaya, Nabi Yusuf as mengusulkan agar menunjuknya sebagai pengawas harta kekayaan negara, seraya menegaskan bahwa dirinya memiliki kepandaian dalam masalah ini. Sebagaimana diketahui, berdasarkan mimpi yang dilihat oleh Raja, dan ta'bir mimpi yang diberikan oleh Yusuf as, dalam tujuh tahun pertama, sebagian besar hasil panen gandum harus disimpan, lalu dalam tujuh tahun kedua, gandum yang disimpan ini akan dibagikan kepada rakyat dengan program yang jelas dan rapih. Yusuf as yang memiliki keprihatinan khusus berkenaan dengan masalah ini, menyatakan siap untuk mengendalikan semua program pemerintah untuk menghadapi musim paceklik ini.

 

Sesungguhnya, Yusuf as telah menyatakan kesediaannya untuk melaksanakan tugas berat dan berbahaya, bukan pekerjaan yang mudah dan bukan pula basa-basi. Yusuf bukannya mengejar jabatan dan kesenangan pribadi, tapi melalui jabatan tersebut beliau bermaksud menyelamatkan umat manusia dari ancaman paceklik yang sangat berat. untuk itu berdasarkan berbagai riwayat dan catatan sejarah, di akhir tujuh tahun kedua, dan setelah paceklik berat berakhir, Yusuf as berkata kepada raja, "Semua yang aku miliki, berupa istana, singgasana, stempel kerajaan, dan lain-lain, kini aku kembalikan. Karena semua itu bagiku hanyalah sarana untuk menyelamatkan rakyat. Aku harap engkau pun akan menggunakan semua itu dalam rangka menegakkan keadilan."

 

Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Jika diperlukan, seseorang harus menyatakan kemampuan-kemampuannya dan dengan suka rela menduduki jabatan dan mengemban tugas-tugas penting.

2. Dalam memberikan jabatan dan tugas penting, seseorang tidak boleh menjadikan keturunan, etnis, warna kulit, bahasa dan sebagainya sebagai tolok ukur. Yang penting ialah kelayakan dan kemampuan yang dimiliki untuk memangku suatu jabatan dan melaksanakan tugas.

Read 7182 times