Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 31-33

Rate this item
(6 votes)

Ayat ke31

Artinya:‎

Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, ‎kemudian mengemukakannya kepda para Malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah ‎kepada-Ku nama benda-beda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.‎

Untuk membuktikan kelayakan manusia kepada para malaikat, Allah Swt menguji ‎kedua pihak. Mula-mula Allah mengajarkan kepada mereka ilmu-ilmu pengetahuan, ‎lalu Allah mengajukan pertanyaan kepada mereka. Al-Quran sama sekali ‎tidak menjelaskan ilmu pengetahuan apa yang diajarkan kepada mereka itu.

Namun mayoritas mufassirin meyakini bahwa Allah mengenalkan kepada manusia ‎alam yang ada pada awal penciptaan dan mengajarkan nama-nama semua itu. ‎Itulah potensi dan kemampuan berpikir untuk mengenali segala sesuatu ‎yang Allah ciptakan di dalam diri kita umat manusia. Oleh karena para malaikat ‎mengira bahwa berkat ibadah yang mereka lakukan dan itu artinya mereka lebih ‎unggul dari pada manusia, maka mula-mula Allah menguji mereka, dan berfirman, ‎‎"Jika dugaan kalian itu benar, maka sebutkanlah nama hakikat-hakikat itu, yang ‎telah Aku ajarkan kepada kalian". ‎

Akan tetapi para malaikat menyadari kekeliruan mereka, dan mereka baru ‎mengetahui bahwa ibadah dan tasbih saja, bukan ukuran pilihan Allah, dan khalifah ‎ilahi harus memiliki posisi dan kedudukan ilmu pengetahuan yang tinggi. Dalam ‎menjawab pertanyaan Allah, para Malaikat berkata, "Ya Allah, Engkau Maha Suci ‎dari segala perbuatan yang tanpa alasan dan tanpa kebijaksanaan. Kami yakin ‎bahwa dalam penciptaan dan khilafah keturunan manusia di bumi, terkandung ‎hikmah dan maslahat yang amat besar yang lebih tinggi dari pada kejahatan yang ‎ada pada sebagian manusia. Berdasarkan maslahat itulah maka Engkau ‎menciptakan Adam. Ya Allah, selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, ‎maka kami tidak mengetahui apa-apa; dan pertanyaan kami timbul dari ‎ketidaktahuan kami akan persoalan ini, yaitu bahwa ternyata manusia memiliki ‎kelebihan dan memiliki potensi serta kekuatan sedemikian besar. Ya Allah ‎Engkaulah yang mengetahui segala sesuatu dan selalu berbuat sesuatu ‎berdasarkan hikmah kebijaksanaan.‎

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎ ‎
‎1. Guru pertama yang mengajar manusia ialah Allah yang memberi kekuatan ‎berpikir dan memahami hakikat kepada manusia. Kekuatan yang semua ‎pengetahuan manusia berkat potensi ilahi tersebut.
‎2. Manusia memiliki potensi dan kelayakan untuk menerima seluruh ilmu ‎pengetahuan dan membuka hakikat alam kehidupan, meskipun kini ‎manusia masih berada di awal perjalanan sementara hal-hal yang tidak diketahui ‎masih banyak.
‎3. Kelebihan manusia di atas segala makhluk, termasuk Malaikat terletak di dalam ‎ilmu pengetahuan dan kemampuannya berpikir, yang hal itu sendiri merupakan ‎ibadah terbesar.
‎4. Khalifah ilahi dan pemimpin Islam, lebih dari ibadah dan tasbih, memerlukan ilmu ‎dan pengetahuan. Oleh sebab itu, untuk membuktikan keinggian manusia, ‎Allah mengajukan ilmu pengetahuan manusia.
‎5. Pengajar sesungguhnya ialah Allah Swt. Sedangkan guru dan kitab adalah alat ‎belajar mengajar.‎

 

Ayat ke32-33

Artinya:

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari ‎apa yang telah Engkau ajarkankepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang ‎Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.‎

Allah berfirman: Hai Adam. Beritahukanlah kepada mereka dengan nama-nama ‎benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, ‎Allah berfirman, "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya ‎Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui rahasia langit dan bumi ‎dan mengetahui apa yagn kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?‎

Di dalam ujian tersebut Adam as sesuai dengan ajaran ilahi, berhasil mengetahui nama-nama dan rahasia kehidupan lalu diterangkannya kepada para Malaikat. Hal itu membuat mereka menyadari hakikat bahwa Allah Swt telah ‎memberi potensi dan kemampuan belajar kepada manusia, dimana hal itulah yang ‎tidak mereka miliki.

Setelah ujian ini, Allah berbicara kepada para malaikat dan mengatakan, "Kalian ‎mengira bahwa kalian lebih pantas dari siapa pun untuk memangku jabatan ‎sebagai khalifatullah. Akan tetapi kalian menyembunyikan hal tersebut dan tidak ‎menjelaskannya dengan tegas.‎

Akan tetapi ketahuilah bahwa sebagaimana Allah mengetahui segala yang kalian ‎lahirkan, Dia juga mengetahui hal-hal yang kalian sembunyikan di dalam hati ‎kalian. Demikian pula Allah mengetahui batin dan rahasia seluruh alam. Tak ‎ada suatu apa pun yang terlepas dari pengetahuan-Nya.‎

Penekanan ayat ini akan pengetahuan Allah berkenaan dengan lahir dan batin ‎manusia juga segala sesuatu, karena sesungguhnya ayat ini ingin ‎mengatakan bahwa kalian, para malaikat (dan siapa saja selain Allah) yang tidak ‎mengetahui rahasia-rahasia alam, dan hanya melihat lahir segala sesuatu, jangan ‎sekali-kali mencampuri perbuatan Allah yang mengetahui segala sesuatu dan ‎menciptakan semua ini berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan. Jika dalam ‎ciptaan Allah ini kalian melihat seakan terdapat kekurangan dan ketimpangan, ‎maka hal itu tak lain adalah karena ketidaktahuan kalian. Bukannya terdapat ‎kekurangan di dalam perbuatan Allah.‎

Dari dua ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Permintaan maaf yang dilakukan dengan segera, karena mengatakan sesuatu ‎tidak pada tempatnya, merupakan sopan santun malakuti. Saat para Malaikat ‎menyadari kekeliruan mereka, dengan segera meminta maaf ‎kepada Allah dengan mengucapkan,Subhaanak: Maha Suci Engkau ya Allah".‎
‎2. Janganlah kita merasa malu mengatakan tidak tahu, kalau memang kita tidak ‎tahu. Para Malaikat dengan tegas mengakui ketidaktahuan mereka dan ‎mengatakan,Laa ilma lanaa.‎
‎3. Permintaan maaf dan taubat, sumber keselamatan. Para Malaikat yang mengira ‎bahwa ibadah dan tasbih yang ia lakukan terus menerus itu, sebagai alasan ‎kelebihan mereka terhadap manusia, ketika kenyataan sebenarnya sudah jelas ‎bagi mereka, mereka langsung meminta maafdan diterima oleh Allah. Akan ‎tetapi, setan yang diciptakan dari api, dan menganggap hal itu sebagai ‎kelebihannya terhadap manusia yang diciptakan dari tanah, lalu ia bersikeras ‎dengan anggapan kelirunya itu, maka Allah mengusirnya dari surga dan ‎menjauhkannya dari rahmat-Nya yang Maha Luas.‎
‎4. Manusia memiliki keunggulan dari Malaikat dari sisi ilmu pengetahuan dan potensi mengembangkan pengetahuan.
‎5. Untuk membuktikan kelayakan dan kelebihan, perlu diadakan tes dan ujian. ‎Meskipun Allah mengetahui kelebihan Adam terhadap para Malaikat, namun untuk ‎membuktikan kepada selain-Nya, Allah mengadakan tes dan ujian.
‎6. Para Malaikat tidak memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang gaib dari dirinya ‎sendiri. Akan tetapi mereka mengetahui hal-hal yang gaib sekedar yang diizinkan ‎dan diberitahukan oleh Allah swt. Di dalam beberapa ayat sebelumnya Allah Swt ‎berfirman, "Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. Dan ayat ini ‎mengatakan, "Aku mengetahui kegaiban di langit dan di bumi."
‎7. Kesempatanharus diberikan demi perkembangan dan pengaktifan potensi. Dengan mengadakan sebuah ujian, Allah Swt telah memunculkan potensi yang dimiliki oleh Adam, sehingga manusia menyadari akan ‎kelayakan dirinya.Demikian pula selain manusia agar mengetahui adanya ‎kelebihan tersebut. ‎(IRIB Indonesia)

Read 15823 times