Surat Al-Fath ayat 10-13

Rate this item
(0 votes)
Surat Al-Fath ayat 10-13

 

Surat Al-Fath ayat 10-13

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (10)

 

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (48: 10)

Di pembahasan sebelumnya disinggung tentang Perjanjian Hudaibiyah dan orang musyrik Mekah. Sebelum Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah Saw mengutus salah satu sahabatnya kepada orang musyrik untuk memberitahu mereka bahwa muslimin akan menuju Mekah untuk berziarah dan tidak berniat untuk perang.

Di sisi lain, orang musyrik menahan utusan Nabi untuk sementara. Hal ini menimbulkan desas desus di antara orang Muslim bahwa utusan nabi terbunuh. Rasulullah kemudian mengumpulkan sahabatnya dan mengambil janji (baiat) dari mereka bahwa jika berita ini benar, mereka akan berperang melawan orang musyrik ketimbang kembali ke Mekah.

Ketika berita baiat ini sampai ke orang musyrik Mekah, mereka membebaskan utusan Nabi dan memilih untuk berdamai dengan muslimin ketimbang perang. Dengan demikian baiat muslimin dengan Rasulullah tersebut sangat penting di sejarah Islam dan di ayat lain, Allah Swt menyatakan keridhaan-Nya kepada muslimin karena baiat tersebut.

Di ayat ini juga disebutkan, baiat dengan Nabi sama halnya dengan baiat dengan Tuhan, sama seperti peristiwa baiat, kedua pihak saling berjabat tangan, seakan-akan orang yang berbaiat dengan nabi, meletakkan tangannya di tangan Tuhan yang berada di atas seluruh tangan.

Jelas bahwa mereka yang berbaiat dengan Tuhan dan menolong agama-Nya, diharapkan tidak melanggar janjinya. Jika demikian, maka mereka akan melukai imannya sendiri.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Keharusan dari iman kepada Tuhan adalah menolong agama-Nya dan komitmen terhadap pemimpin agama dalam melawan konspirasi dan skema musuh.

2. Rahmat Tuhan turun kepada mereka yang menolong agama Tuhan dan komitmen di jalan ini.

3. Menjaga janji dan baiat merupakan indikasi beragama dan merusak baiat, sejatinya merusak diri sendiri.

 

سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ الْأَعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (11)

 

Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (48: 11)

Ketika rombongan muslimin bergerak dari Madinah menuju Mekah, Rasulullah Saw memerintahkan muslim yang hidup di sekitar Madinah untuk bergabung dengan rombongan, tapi sebagian dari mereka menolak karena takut terlibat bentrokan dengan orang musyrik Mekah.

Ketika muslimin kembali ke Madinah, mereka yang tidak bergabung dengan rombongan ini mendatangi Nabi dan memberi alasan absennya mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka disibukkan dengan urusan kehidupan. Namun ayat Al-Qur’an kemudian turun dan menguak kebohongan mereka dan menyebutkan apa yang diucapkan mereka berbeda dengan apa yang disembunyikan di hati.

Kelanjutan ayat ini menekankan poin penting bahwa lari dari jihad bukan jaminan bagi keberlangsungan hidup. Betapa banyak orang yang pergi ke medan perang, tapi kembali dengan selamat dan betapa banyak mereka yang tinggal di rumah, tapi kehilangan nyawa.

Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Salah satu faktor bagi pelanggaran kewajiban sosial adalah lemahnya iman masyarakat dan rendahnya tingkat budaya mereka. Oleh karena itu, pemimpin yang cakap dan berpikiran luas harus perhatian terhadap keputusan pentingnya di poin ini.

2. Ketergantungan besar terhadap dunia telah mencegah sebagian orang untuk berjuang di medan tempur dan jihad di jalan Tuhan.

3. Doa dan syafaat Nabi terhadap orang-orang yang bersalah diterima oleh Tuhan.

4. Wajib untuk membela agama Tuhan dan pemimpin agama, meski kita akan merugi.

 

بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا (12) وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا (13)

 

Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa. (48: 12)

Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala. (48: 13)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung sebab penolakan sejumlah orang untuk menyertai Nabi dan muslimin serta mengatakan, alasan sejati mereka yang menolak bukan karena sibuk dengan pekerjaan atau urusan kehidupan keluarga, tapi anggapan keliru akibat prasangka buruk atas janji-janji ilahi yang muncul di diri mereka. Mereka berpikir bahwa muslimin tidak akan kembali dengan selamat di perjalanan kali ini, oleh karena itu, mereka menolak untuk bergabung.

Orang-orang ini menganggap Tuhan telah meninggalkan nabi-Nya di perjalanan ini dan menyerahkannya ke tangan musuh. Dengan demikian mereka berpikir tidak ada alasan untuk membahayakan nyawanya. Pemikiran keliru ini telah mencegah mereka  untuk menyertai Nabi dan memperbaruhi baiatnya dengan Rasulullah serta faktor bagi kemalangan mereka, karena hal ini indikasi lemahnya iman dan bisa berakibat pada kekufuran terhadap Allah dan rasul-Nya, di mana para pelanggar baiat akan mendapat azab yang pedih.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Janganlah kita memutuskan melawan perintah Tuhan dan para pemimpin ilahi hanya berdasarkan perhitungan duniawi, tetapi marilah kita bertindak dengan bertawakkal kepada Tuhan dan tidak takut pada apa pun.

2. Termasuk dosa besar berprasangka buruk kepada hamba Tuhan, apalagi berburuk sangka kepada Tuhan dan janji-janji-Nya.

3. Terkadang buruk sangka dan pemikiran menyimpang memiliki dampak besar bagi manusia dan mendorongnya untuk melanggar perintah Tuhan.

4. Ketergantungan berlebihan terhadap keluarga tidak boleh menghalangi manusia untuk melakukan kewajiban agama, karena jika demikian maka akan membuat manusia celaka dan mengalami nasib buruk.

Read 556 times