کمالوندی

کمالوندی

Seorang anggota parlemen dari Dewn Perwakilan Rakyat Iran dalam sebuah wawancara dengan Qodsna membahas tekanan ekonomi AS-Israel atas Iran.

Dr. Seyyed Hossein Naghavi Hosseini,seorang anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Asing dari Dewan Perwakilan Rakyat, dalam sebuah wawancara dengan koresponden parlemen dari Qods News Agency (Qodsna) membahas tekanan ekonomi Amerika-Israel atas rakyat Iran, juga sebagai ancaman dan retorika perang dia menyebut: "Sebagai faktanya orang Amerika di pemerintahan Trump, jauh lebih mengandalkan pada fase militer terutama setelah meninggalkan JCPOA, tetapi ini tidak berarti bahwa mereka akhirnya akan memasuki fase militer melawan Iran, meskipun itu berarti bahwa mereka sangat bekerja pada survei yang memeriksa ancaman militer. ”

Anggota Komite Keamanan Nasional dan Urusan Internal dari Dewan Perwakilan Rakyat Iran mengatakan: "Tampaknya Amerika tidak akan masuk ke tahap militer secara langsung terhadap Iran, karena menurut survei mereka biaya tindakan militer langsung sangat tinggi untuk mereka, dan juga mereka tidak berani menyerang Iran secara langsung. "

“Pasukan AS telah lama terjebak di Afghanistan selama sekitar 20 tahun. Republik Islam Iran memiliki zona pertahanan yang sangat kuat dan terlalu luas yang para pengambil keputusan Amerika sangat peduli tentang itu. ”

Husseini melanjutkan, "Jadi Amerika tidak akan terlibat dalam aksi militer langsung tetapi mereka sanggat serius melancar salah satu jalan untuk mengoperasikan perang proksi, mereka memprovokasi rezim-rezim di sekitar Teluk Persi untuk menciptakan apa yang disebut aliansi anti-Iran termasuk Bahrain, UEA, Arab Saudi, Kuwait dan Jordan, mereka berharap bahwa rezim-rezim Arab ini akan mengambil tindakan militer terhadap Iran, meskipun tindakan terbatas. Amerika pun sangat sadar bahwa rezim-rezim boneka ini, tidak berani berpikir berperang melawan Iran.

Anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Iran dari Majelis Permusyawaratan Islam melanjutkan: Netanyahu terus mengirim pesan video untuk rakyat Iran dan berbicara kepada publik untuk mempengaruhi opini publik Iran. Ini adalah salah satu taktik rezim-rezim anti-Iran di kawasan dan di luar kawasan. Dengan ini mereka mencoba mengobarkan perselisihan domestik di dalam Iran yaitu disebut campur tangan asing terhadap masalah domestik negara merdeka seperti Iran.

 

 

Senin, 13 Agustus 2018 06:30

Wisata Spritulitas Hajji

Sampai saat ini pernakah kita bertanya pada diri kita sendiri, mengapa manusia sering melakukan perjalanan? Atau apa faktor yang mendorong munculnya motivasi di tengah masyarakat untuk melakukan perjalanan khusus?

Setiap manusia memiliki motivasi untuk melakukan perjalanan yang menggerakannya untuk menapakkan kakinya di jalan. Di antara motivasi tersebut adalah agama. Agama termasuk motivasi paling kuat bagi mayoritas masyarakat dunia untuk melakukan perjalanan ke negara atau wilayah lain.

Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, agama merupakan salah satu motifasi utama sebuah perjalanan atau wisata. Hampir seperempat dari wisatawan dunia melakukan perjalanan dengan motivasi agama.

Wisata religi termasuk wisata paling populer di dunia. Tujuan terpenting wisata ini adalah meraih pengalaman spiritual. Wisata jenis ini telah ada sejak beberapa abad lalu. Berbagai bukti sejarah menunjukkan adanya wisata religi di berbagai era sejarah dunia.

Sejarah Kekristenan telah mencatat pengalaman perjalanan orang-orang dan kelompok yang mengunjungi berbagai Gereja dan tempat ibadah atas dorongan para pastor dan pendeta. Di abad ke 14 Masehi, perjalanan ziarah di dunia Kristen menjadi fenomena yang marak dan terorganisir. Di era ini, para pengikut Kristen berziarah ke Baitul Maqdis dan Roma serta melakukan berbagai aktivitas di samping menikmati kelezatan spiritual dan religius.

Sementara itu, di wilayah Timur, jutaan Muslim di seluruh dunia setiap hari berziarah ke Mekah dan Madinah untuk menggelar ritual akbar Haji. 14 abad telah berlalu sejak perintah Allah Swt kepada Nabi Muhamad Saw untuk melakukan ibarah haji. Sejak saat itu hingga kini, setiap tahun umat Muslim berbondong-bondong berziarah ke Baitulllah dan melakukan ritual khusus dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Syarat diterimanya ibadah haji adalah menyebut dan mengingat Allah Swt di setiap fase ritual haji. Fase pertama dari ibadah haji bagi para peziarah adalah secara serentak dan bersama-sama mengumandangkan  لبیک اللهم لبیک ، لبیک لاشریک لک لبیک

Zikir ini disebut Talbiyah dan merupakan jawaban atas seruan Ilahi di manasik haji. Haji sekumpulan amalan yang dikerjakan untuk menjalin hubungan spiritual antara makhluk dengan Sang Pencipta. Selama ritual haji, para peziarah diseru untuk memikirkan amalan dan perilaku para kekasih dan orang pilihan Allah Swt seperti Nabi Ibrahim as dan Siti Hajar serta menimbang amal perbuatannya sendiri.

Haji sebuah program untuk membentuk jiwa dan kemanusiaan. Imam Mohammad Baqir as bersabda, "Haji penenang hati."

Ziarah merupakan aktivitas penting terkait wisata religi dan salah satu jalan untuk memperkuat spiritual serta membangun interaksi dengan Pencipta. Wisata religi, sebuah wisata yagn telah diakui dan paling populer dari model wisata di dunia. Mayoritas wisatawan religi merasakan kedekatan dengan penciptanya ketika berada di tempat ziarah. Dengan demikian mereka melakukan wisatanya dengan penuh semangat.

Yang menggerakkan para peziarah sepanjang sejarah untuk menempuh jarak yang jauh, sulit dan berbahaya adalah faktor internal dan kecintaan. Oleh karena itu, pakar industri pariwisata meyakini wisata paling kokoh adalah wisata dengan motivasi agama untuk berziarah ke tempat-tempat suci. Tempat ziarah seperti ini memiliki daya tarik besar bagi wisatawan.

Makam Imam Ridha as di kota Mashhad, Republik Islam Iran termasuk tempat suci yang menjadi tujuan wisatawan religi. Jutaan peziarah Iran dan asing dari berbagai negara dunia berkunung ke kompleks suci makam Imam Ridha as dan meraih pengalaman terbaik mereka.

Hassan Haidar Diyab, jurnalis Muslim Kroasia menulis pengalamannya selama berziarah ke Mashhad dan kompleks makam suci Imam Ridha as.

Ia menulis, "Aku senantiasa ingin melihat dari dekat makam Imam Ridha as. Energi dan aura positif bersinar di makam Imam Ridha as, bukan saja di kompleks makam suci ini, bahkan aura tersebut dapar dirasakan di seluruh kota Mashhad. Kompleks ini tak pernah sepi, tengah malam pun warga berduyun-duyun berziarah dan sibuk beribadah dan berdoa...."

Ia manambahkan, "....Kehadiran wisatawan dan peziarah asing di komplek makam Imam Ridha menambah daya tarik kota suci ini. Iklim spiritual di kompleks makam suci Imam Ridha belum pernah aku rasakan di tempat lain."

Seorang wisatawan Amerika memiliki pengalaman berbeda, namun ada sisi kesamaannya. Ia menulis, atmoster malakuti yang agung dan manusia secara tak sadar terpesona akan atmosfer tersebut.

Senin, 13 Agustus 2018 05:08

Iran, 40 Tahun Pasca Revolusi Islam (1)

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayyid Ali Khamenei, pada hari pertama tahun baru 1397 HS, di hadapan ribuan warga yang berada di makam suci Imam Ridho as di kota Mashhad, memberikan analisa komprehensif terkait berbagai transformasi regional dan berbagai indeks kekuatan politik-ekonomi serta kemajuan bangsa Iran pada tahun ke-40 Republik Islam.

Menyinggung kekuatan dan kedinamisan Revolusi Islam pada usianya ke-40 tahun, serta gagalnya seluruh makar Amerika Serikat di kawasan, Rahbar mengatakan, "Dari sisi sumber daya manusia ahli universitas dan sumber daya energi yang melimpah (minyak dan gas) serta kreativitas dalam produksi, Iran memiliki kekuatan besar dan dengan bersandar pada kemampuan yang dimiliki akan terus bergerak maju dengan cepat menuju berbagai keberhasilan gemilang."

Republik Islam Iran sejak awal dibentuk dengan menitikberatkan pada parameter demokratik, pelaksanaan referendum. Setelah itu, digelar pula berbagai pemilu secara rutin selama 40 tahun terakhir dan munculnya banyak pemerintahan dengan kecenderungan yang berbeda-beda. Ini menunjukkan bahwa parameter kedaulatan dalam Republik Islam Iran adalah suara rakyat.

Isu pembangunan dan perkembangan politik termasuk di antara pembahasan yang dalam beberapa dekade terakhir menjadi fokus para peneliti serta menjadi bahan riset bagi para sosiolog dan pakar politik. Isu tersebut, khususnya untuk para cendikiawan dari negara-negara dunia ketiga memiliki prioritas dan nilai penting tinggi. Karena di negara-negara tersebut, masalah proses pembangunan dan keterbelakangan menjadi tantangan utama masyarakat mereka dan mempengaruhi seluruh fakta, transformasi politik, sosial dan ekonomi yang ada.

Kemajuan politik berdasarkan definisinya, merupakan bagian terumit dari pembangunan nasional di mana dua dimensi pembangunan yang termanifestasi pada partisipasi dan persaingan politik.

Di negara-negara maju, terjadi berbagai transformasi dalam satu abad terakhir di mana manifestasinya bersumber dari satu titik yaitu "kemajuan politik." Selama itu, kemajuan politik, dari sisi konten, memiliki penafsiran dan perspektif yang berbeda-beda.

Lucian Pye menawarkan tiga aspek dalam mendefinisikan kemajuan politik, pertama adalah partisipasi yang setara dan populer dalam politik. Kedua, kapasitas sistem politik dalam mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat melalui hasilnya. Ketiga adalah perbedaan dan spesialisasi. Aspek ketiga itu adalah aspek pengembangan ini melibatkan diferensiasi dan spesialisasi struktur. Departemen dan agensi cenderung memiliki fungsi yang berbeda dan terbatas serta kesetaraan dalam pembagian kerja dalam pemerintahan.

Di ketiga pembagian tersebut, aspek "partisipasi" dapat ditemukan sebagai landasan kemajuan politik. Dalam konteks ini, kemajuan politik berarti perkembangan partisipasi politik dan persaingan, meski banyak tantangan dan rintangan, telah lama diterima sebagai parameter politik dunia.

Jika kita menerima kemajuan politik dalam praktik itu berarti terjadi perkembangan partisipasi politik dan persaingan di antara sejumlah kelompok dan kepentingan terorganisir untuk menguasai kekuatan politik dan administrasi negara sesuai dengan kebijakan dan posisi masing-masing, dalam hal ini, partai-partai, pemilihan dan parlemen, merupakan inti dari kehidupan demokratis, dan partisipasi dan persaingan politik.

Salah satu contoh utama analisa sosiologis penting tentang hubungan antara kekuatan sosial (masyarakat) dan modernisasi politik adalah analisa dari Barrington Moore Jr. Dia menekankan faktor-faktor internal masyarakat dalam proses perkembangan politik dan modernisasi. Moore dalam studinya menyatakan bahwa pembangunan bukanlah proses yang mulus, melainkan penuh dengan kontradiksi, tantangan dan revolusi.

Sejumlah pemikir dan teoritisan di bidang sosiologi politik menilai demokrasi sebagai dasar pemikiran dan cara praktis, yang sejalan dengan kebaikan umum, sebagaimana ditafsirkan dan diarahkan oleh kehendak publik. Menurut definisi ini, dasar-dasar pemerintahan demokratis dapat dikatergorikan dengan adanya konstitusi atau adat, dukungan terhadap kedaulatan hukum, perlindungan kebebasan individu, dan, pada akhirnya, keberadaan struktur hukum demokratis, seperti hak untuk memilih, supremasi mayoritas, dan pemerintahan perwakilan.

Menurut aturan sistem demokrasi, manusia berada dalam posisi untuk menentukan cara hidup kolektif dan bagaimana mencapai konsensus intelektual dan praktis dalam bermasyarakat dan berpolitik, dan jika sarana pengenalan diberikan kepada mereka secara proporsional, maka mereka akan memilih praktik terbaik.

Dengan berdirinya Republik Islam di Iran muncul upaya untuk menegakkan kedaulatan perspektif Islam di kancah sosial-politik, mengingat perspektif politik memiliki posisi sangat penting dalam Islam. Legitimasi sistem pemerintahan republik adalah dukungan dari rakyat. Proses ini telah dimanifestasikan melalui pemilihan bebas pemerintahan perwakilan dan partisipasi politik.

Di Republik Islam, pendapat masyarakat sangat penting dan pemerintah sedang bergerak menuju pemenuhan tuntutan rakyat. Apa yang mengaitkan republik dengan keislaman adalah pemilihan kepemimpinan yang bebas, presiden, anggota parlemen dan pemilihan tidak langsung Rahbar pada sistem ini.

Nasser Qandeel, seorang analis Arab dalam hal ini mengatakan, "Melalui setiap pemilihan, Iran mengirim pesan dengan tenang dan akurat serta mengatur segalanya untuk menyampaikan pesan ini dan memperkuatnya. Iran, di era pasca Republik Islam, merupakan teladan unik dari sistem yang mampu menjaga stabilitas dan nilai serta sumber-sumber kekuasaannya, dan pada saat yang sama dapat menjadi cara yang lunak untuk mentransfer kekuatan berdasarkan peran opini publik dan prioritasnya serta pembagian kekuasaan di antara berbagai kelompok."

Bagi banyak pihak, Iran mewakili semangat sipil yang memayungi berbagai suku dan agama, serta penghormatan hak-hak perempuan dalam kegiatan dan misi politik secara bebas. Langkah-langkah yang tidak mungkin dilakukan di sejumlah negara seperti Arab Saudi. Ini menunjukkan perbedaan dalam indeks demokrasi di Iran dengan beberapa negara di kawasan.

Rosanna Rammal, analis masalah internasional di koran al-Bina terbitan Lebanon dalam hal ini mengatakan, "Revolusi Islam adalah tonggak yang membawa Iran ke era baru, yang mengubah segalanya. Sebagian menilainya sebagai titik awal dimulainya isolasi Iran dan sebagian lain menilainya sebagai kelahiran Iran yang bebas dari dikte dan belenggu Amerika-Barat."

Ditambahkannya, "Implementasi sistem ini merupakan salah satu asas keadilan, di mana tidak ada perbedaan antara etnis dan agama di wilayah geografis Iran yang luas, hak asasi manusia dalam sistem ini tidak disia-siakan dan dijaga oleh hukum. Ini adalah masalah satu masalah di mana negara-negara Arab dan Islam tidak dapat bertindak seperti Iran, karena Iran - jika saya menafsirkannya dengan benar - adalah satu-satunya contoh islami dan keberperadaban di kawasan dan dunia."

Sistem Republik Islam adalah tatanan yang berorientasi pada tekad masyarakat di mana manifestasi eksistensinya terwujudkan pada dewan perwakilan, penetapan jabatan, pejabat, serta penetapan proses hukum, politik dan sosial. Dengan demikian, Republik Islam Iran telah secara konsisten menekankan pada semua aturan penting terkait sistem demokrasi dan kesehatan publik yang demokratis, seperti referendum, kepartaian dan pemilihan. Iran, dengan pelaksanaan pemilunya, sebenarnya telah menyajikan contoh baru dalam demokrasi. Itulah mengapa Rahbar berulang kali menekankan bahwa pemenang pemilu adalah pemerintah dan rakyat, bukan orang yang mendapatkan jabatan.

Senin, 13 Agustus 2018 05:00

Padamnya Pelita Termuda Ahlul Bait as

Suatu hari Makmun, khalifah Abbasiah melewati sebuah gang dan anak-anak yang tengah bermain lari ketakutan ketika melihat mahkota di kepala Makmun. Hanya ada satu anak yang tinggal dan tidak menunjukkan rasa takut. Makmun kemudian mendatangi anak tersebut dan bertanya kepadanya, mengapa kamu tidak seperti anak yang lainnya lari ketakutan? Dan tidak pula minggir dari jalanku?

Anak tersebut dengan berani menjawab, "Aku tidak melakukan sebuah kesalahan, sehingga aku harus takut akan hukuman! Jalan ini pun bagi khalifah tidak sempit untuk melewatinya sehingga aku harus minggir. Kamu bisa lewat di mana saja yang kamu inginkan! Makmun yang heran dengan ucapan rasional dan terang-terangan anak kecil tersebut bertanya, Kamu siapa sebenarnya? Anak kecil itu menjawab, "Aku Muhamad bin Ali bin Musa bin Jakfar bin Muhamad bin Ali bin Husein bin Abi Thalib as."

“Ilmu pengetahuan apa yang telah kau warisi?” tanya Makmun. Imam menjawab, “engkau dapat menanyakan berita langit dan bumi kepadaku!” Makmun pergi meninggalkan Imam Jawad as dan melanjutkan perjalanannya. Seekor elang putih berada di atas tangan khalifah digunakan untuk berburu. Lalu Makmun melepaskan elang itu untuk mencari buruan. Untuk sekian saat, elang itu hilang dari pandangan dan tak lama kemudian, elang tersebut kembali dengan membawa ular hidup. Makmun menyimpan ular itu di suatu tempat. Lalu dia berkata pada para pengawalnya, “kini kebinasaan anak itu akan jatuh di tanganku!”

Kemudian makmun kembali melalui jalan yang tadi dilewatinya. Di tempat itu ia melihat Imam Jawad as sedang berada di antara anak-anak. Imam dipanggil dan ditanya, “engkau katanya tahu berita langit dan bumi?” Imam berkata: “Aku mendengar dari ayahku dan kakek-kakekku mendengar dari Rasul, dan Rasul dari Jibril, dan dari Tuhan, bersabda, antara langit dan bumi terdapat laut berombak besar yang di dalam laut itu terdapat banyak ikan. Raja memburu ikan itu dengan elang putih mereka. Elang tersebut kemudian membawa tangkapannya kepada raja. Sang raja pun mengambilnya untuk menguji keturunan nabi dan pengganti Rasulullah Saw.” Mendengar jawaban itu, Makmun berkata, “engkau dan ayah-ayah serta kakekmu dan Tuhanmu semua benar.”

Imam Jawad as juga dikenal sebagai Imam termuda Syiah. Beliau menerima tampuk imamah saat masih anak-anak. Meski banyak pengikut Ahlul baik yang hatinya lemah mempertanyakan keimamahan Imam Jawad yang masih kecil, tapi kondisi beliau mengingatkan kondisi Nabi Isa as yang diangkat sebagai nabi saat masih bayi dan kenaiban Nabi Sulaiman as setelah Nabi Dawud as.

Imam Jawad as dilahirkan pada tahun 195 Hijriah di kota Madinah. Imam Jawad as sejak kecil hingga menginjak usia remaja telah dikenal akan keilmuan, kefasihan, kesabaran dan ketakwaan. Beliau memiliki kecerdasan dan cara penyampaian yang lugas. Meskipun usianya masih muda belia, tapi dari sisi keilmuan dan keutamaan beliau telah disejajarkan dengan tokoh-tokoh masa itu.

Dalam sejarah disebutkan, saat musim haji sekitar 80 orang ahli fiqih dari Baghdad dan kota-kota lain menuju Madinah untuk bertemu dengan Imam Jawad as. Mereka mencecar Imam dengan pelbagai pertanyaan ilmiah, namun Imam Jawad as dengan tenang dan mantap menjawab semua yang ditanyakan. Kejadian ini memupuskan segala keraguan yang selama ini menggelayut benak mereka.

Saat ini mazhab Ahul Bait tercatat sebagai mazhab paling kaya metode dan aliran keilmuan terpenting di bidang pengetahuan. Saham Imam Jawad as selama 17 tahun keimamahan beliau dalam memupuk dan menjaga warisan ini sangan besar. Imam Jawad as hidup di periode ketika dunia Islam menyaksikan maraknya mazhab Islami dan non Islam serta berbagai ilmu dan teknologi seluruh bangsa mengalami kemajuan, serta berbagai buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Di era seperti ini, Imam Jawad meski terhitung muda tidak tinggal diam dan aktif di dialog ilmiah. Sama seperti ayah dan para kakeknya, Imam Jawad aktif menerangkan ajaran Islam dan menyampaikannya kepada masyarakat. Beliau memerankan seorang guru sekaligus pembimbing umat ke arah jalan yang benar. Beliau juga kerap menyelesaikan permasalahan rumit Islam dan memberantas syubhat yang mengotori ajaran murni Islam.

Imam Jawad memang berumur belia saat meninggalkan dunia yang fana. Namun usia 25 tahun yang beliau lewati telah meninggalkan warisan ilmu dan khazanah hikmah yang tak terbatas. Sejarah menyebutkan nama 150 orang yang pernah berguru kepada Imam Jawad as dan mendapat bimbingan beliau. Diantara mereka, nampak nama-nama para tokoh yang dikenal figur besar di bidang keilmuan dan fiqh.

Imam Jawad as punya kepedulian yang besar kepada masalah ilmu dan pendidikan. Beliau pernah berkata, "Tuntutlah ilmu sebab mencari ilmu adalah kewajiban bagi semua orang. Ilmu mempererat jalinan antara saudara seagama dan simbol kemuliaan. Ilmu adalah buah yang paling sesuai untuk hidangan sebuah pertemuan. Ilmu adalah kawan dalam perjalanan dan penghibur dalam keterasingan dan kesendirian."

Orang yang haus kebenaran dan cinta ilmu berbondong-bondong berguru kepada Imam Jawad. Sesuai dengan kapasitasnya, mereka menimba ilmu dari manusia suci ini. Banyak ulama terkenal lahir dari bimbingan Imam Jawad as.

Manusia adalah makhluk sosial dan tanpa interaksi dengan anggota masyarakat, manusia tidak akan pernah mampu mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan. Dalam hal ini, kesuksesan manusia tergantung pada persahabatannya dengan orang lain. Kunci kesuksesan para pemuka agama kita, khususnya Rasulullah Saw juga terletak pada hubungan sosial beliau yang kuat dengan masyarakat. Imam Jawad as bersabda, "Bertemu dengan sahabat dan saudara akan mencerahkan hati dan membuatnya bersinar serta mengembangkan akal dan kebijaksanaan manusia, meski pertemuan ini dilakukan sekejap."

Dalam perspektif Imam Jawad as melayani masyarakat adalah karena turunnya rahmat Ilahi kepada manusia, dan jika seseorang lalai dalam hal ini, bisa jadi ia akan kehilangan nikmat Ilahi. Terkait hal ini beliau bersabda, "Nikmat Allah tidak akan banyak diturunkan kepada seseorang kecuali kebutuhan masyarakat kepada orang tersebut sangat banyak. Siapa saja yang tidak berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan ini dan enggan menanggung kesulitannya, maka ia telah kehilangan banyak nikmat Allah Swt."

Imam Jawad as hidup sezaman dengan dua khalifah Bani Abbasiah, Makmun dan Mu`tashim al-Abbasi. Sementara itu, pemerintahan Bani Abbasiah terkenal menyimpang dari ajaran Islam. Mereka hanya menampilkan keislaman secara zahir. Di saat yang sama pemerintahan Bani Abbasiah juga memiliki program terencana untuk mengubah ajaran suci Islam. Sementara itu, sikap anti dan penentangan yang ditunjukkan Imam Jawad terhadap pemerintah berkuasa mendapat reaksi luas. Sikap Imam ini juga menjadi sebab kehidupan beliau senantiasa menghadapi rongrongan dari penguasa.

Imam Jawad seperti para Imam Ahlul Bait lainnya tidak tinggal diam menyaksikan kezaliman dan penyimpangan yang dilakukan penguasa Abbasyiah. Kebenaran terus disampaikan Imam meski kepada masyarakat dalam kondisi yang sesulit apapun. Keberanian, ketegasan dan perlawanan beliau terhadap kezaliman penguasa membuat Bani Abbasyiah tak mampu membiarkan beliau untuk bebas bergerak dan membiarkannya terus hidup. Oleh karena itu, penguasa Bani Abbasiah meneror Imam Jawad di usia yang relatif muda, 25 tahun.

Khalifah Makmun seperti khalifah Bani Abbasiah lainnya takut akan pengaruh spiritual para imam maksum di tengah masyarakat  berusaha untuk mengontrol secara ketat Imam Jawad. Salah satu makar yang diterapkan Makmun adalah menikahkan putrinya "Ummul Fadl" dengan Imam Jawad sehingga khalifah bisa memantau seluruh aktivitas Imam baik itu di laur maupun di dalam rumah.

Alasan lain Makmun adalah menarik Imam Jawad ke kubunya, karena ia beranggapan dengan hubungan ini Imam akan silau dengan kekuasaan sehingga kesuciannya akan rusak dan kemudian pengikutnya akan berantakan serta Makmun pada akhirnya akan semakin kuat. Melalui pernikahan ini, Makmun ingin mengakhiri protes warga terhadap dirinya dan menunjukkan dirinya sangat mencintai rakyatnya.

Imam Jawad dengan baik memahami konspirasi Makmun dan rela menikahi putri penguasa Bani Abbasiah ini. Sejatinya salah satu alasan beliau menerima pernikahan ini adlah untuk menjaga pengikut Syiah dari brutalitas Makmun. Bukti sejarah menunjukkan fakta ini bahwa Makmun gagal mensukseskan konspirasinya tersebut. Imam berada di Madinah hingga akhir pemerintahan Makmun dan setelah kematian Makmun atas instruksi Muktasim Abbasi, bersama istrinya, Imam Jawab pada tahun 220 H pindah ke Baghdad. Imam Jawad diracun pada bulan Dzulqadah tahun 220 H serta dikebumikan di samping kakeknya, Imam Musa Kadhim as.

Senin, 13 Agustus 2018 04:58

Keutamaan Awal Bulan Dzulhijjah

Setiap bulan di kalender Islam (Qamariah) memiliki karakteristik khusus. Bulan Dzulhijjah, bulan ke 12 dan terakhir di kalender Islam serta penutup tahun hijriah qamariyah. Bulan ini termasuk salah satu bulan yang perang diharamkan serta bulan yang ditetapkan Tuhan untuk ibadah, ziarah, mengakhiri peperangan dan pembunuhan.

Al-Quran juga mengisyaratkan hal ini dan menekankan kepada seluruh manusia terutama Muslim akan pentingnya menjaga kehormatan manusia. Ayat ke 36 surat At-Taubah menyebutkan, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu...."

Bulan Dzulhijjah termasuk bulan mulia sepanjang tahun dan mengingat bulan ini terdapat ritual agung, ibadah, sosial dan bersejarah, maka dengan sendirinya bulan Dzulhijjah memiliki posisi unggul di agama dan di antara mazhab Islam. Hal ini karena sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke Baitullah.

Surat Hajj ayat 28 mengisyaratkan hal ini dan menyatakan, "...dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak..." Salah satu penafsiran untuk Fii Ayyamim Maklumat  yang disebutkan olah berbagai riwayat dan hadis adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Oleh karena itu sepuluh hari tersebut, baik itu malam hari atau siangnya sangat mulia. Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada yang melebihi ibadah dan kebaikan yang dikerjakan pada hari-hari ini (sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).

Di sebagian riwayat dijelaskan bahwa malam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah yang Allah Swt bersumpah dengan firmannya والفجر و لیال عشر “Demi Fajar dan demi malam yang sepuluh” adalah malam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan sumpah ini menunjukkan keutamaan bulan ini.

Di budaya Islam, ibadah adalah filsafat penciptaan manusia dan jika ibadah dilakukan dengan syarat serta tata caranya, maka hubungan keimanan dan penghambaan manusia dengan Tuhan akan semakin kokoh. Hasil penting dari ibadah adalah takwa yang merupakan esensi ibadah. Ibadah tanpa takwa sama seperti badan tanpa jiwa. Seluruh ibadah termasuk haji juga tidak terkecuali dari kaidah ini. Dengan menjamin spirit penghambaan dan penyerahan diri, perjalanan manusia akan terkoordinir dengan alam semesta dalam meraih tujuan penciptaan dan kesempuraan.

Sejatinya ibadah untuk menyampaikanmanusia kepada nilai-nilai unggul spiritual dan melepas diri dari belenggu materi. Ruh atau jiwa memiliki potensi untuk terus naik dan berkembang, sementara ibadah menjadi peluang dan pendahuluan bagi perkembangan ruh. Kemudahan dan kecepatan ruh berkembang dan meraih derajat yang lebih tinggi tergantung pada ibadah seseorang.

Shalat lima waktu tak ubahnya pembersihan lima kali seperti membersihkan badan dengan air, maka ruh juga akan menjadi bersih dengan shalat. Haji meski diwajibkan sekali seumur hidup, juga memainkan peran yang sama serta memiliki karakteristik dan kualitas ibadah. Kesulitan selama bepergian untuk menunaikan ibadah haji serta amalan ritual haji yang harus dikerjakan, menggiling dan membersihkan jiwa serta membangungkan pikiran hamba. Haji sama halnya dengan menghadiri medan pertempuran, sangat konstruktif dan memiliki pengaruh yang besar.

Al-Quran dalam surat al-Baqarah ayat ke 125 menyampaikan seruan umum kepada manusia untuk menunaikan ibadah haji, " Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".

Surat Hajj ayat ke 27 dan 28 menyebutkan, " Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. upaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka..."

Di ayat ini Allah Swt menyebut Ka'bah sebagai Rumah Tauhid dan Baitullahpertama di muka bumi. Ka'bah sebuah tempat aman untuk berintraksi secara ikhlas dengan Tuhan serta akan membuat manusia tercerahkan dan terbebas dari tipuan dunia yang fana. Perjalanan spiritual ini memiliki banyak pengaruh dan berkah.

Pada dasarnya manusia yang tenggelam dalam lumpur kehidupan sehari-hari dengan kebutuhan ilusi dan sejati, disibukkan dengan pekerjaan dan informasi sekitarnya serta di daerah, telah mencegah manusia sampai pada cita-cita tingginya serta melalaikannya untuk bergerak ke arah kesempurnaan. Haji sebuah perjalanan hijrah yang suci dan melepaskan diri dari ketergantungan dan kebiasaan sehari-hari  serta pada akhirnya mendorong manusia ke arah Tuhan dan fitrahnya yang suci.

Haji sebuah kongres umum dan luar biasa umat Muslim yang digelar setiap tahun. Haji, ritual massal untuk bertemu dengan Tuhan yang dibarengi dengan satu cita-cita serta mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia hadir di satu tempat untuk menunaikan kewajiban agama. Melalui berbagai ritual ibadah di manasik haji yang memiliki pengaruh mendalam bagi jiwa dan fisik manusia, menjadi jalan serta metode manusia. Ritual haji jika dikerjakan dengan benar akan membuat manusi meraih kesuksesan besar di seluruh bidang baik materi maupun spiritual.

Jamaah haji dengan berpartisipasi di kamp Ibrahimi dari satu sisi bergabung dengan sejarah para nabi dan membuka identitas bersejarah dirinya, dari sisi lain melalui konvergensi dan kongres besar Islam dengan seluruh saudara Muslim lainnya, mereka menuntut kehormatan dan kebanggaan. Setiap ritual di manasik haji merupakan simbol transformasi manusia dan kedekatan kepada Tuhan.

Ketika jamaah haji mengenakan kain ihram, ia sejatinya telah melepaskan diri dari egoisme, membanggakan diri sendiri dan kebiasaan serta perilaku buruk. Sebagai gantinya ia melantunkan puja pujian dan menyaksikan nikmat serta kekuatan Allah Swt. Di kongres agung haji, persatuan, ibadah, politik, iman dan persatuan, perang melawan kekufuran dan kesyirikan serta manifestasi setan muncul dalam satu tempat.

Hari pertama bulan suci Dzulhijjah adalah hari kelahiran Nabi Ibrahim as serta hari ketika Allah Swt memilih Ibrahim sebagai Khalil (Orang yang paling Allah Sayangi). Hari pertama bulan Dzulhijjah juga hari ketika Rasulullah Saw memerintahkan Abu Bakar membacakan ayat Bara'ah (berlepas diri) dari kaum Musyrik.

Saat itu, Rasulullah Saw menerima wahyu yang menyebutkan bahwa hanya pribadi Rasul atau orang yang memiliki kemuliaan tak jauh dari dirinya yang berhak untuk membacakan Surat Bara'ah (At-Taubah) tersebut kepada kaum Musyrik. Setelah itu, Rasul memerintahkan Ali bin Abi Thalib as menyusul Abu Bakar dan mengambil ayat tersebut darinya serta membacakannya kepada kaum Musyrik. Ali pun mengerjakan perintah Rasul tersebut.

Keberadaan dua hari raya di bulan Dzulhijjah, Idul Kurban dan Idul Ghadir serta hari Arafah dan doa Imam Husein as di Arafah memberikan kemuliaan tersendiri bagi bulan ini.


Sangat dianjurkan (disunahkan) di setiap malam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, khususnya antara Maghrib dan Isya menunaikan shalat dua rakaat. Di setiap rakaatnya setelah surah Hamdalah dan al-Ikhlas, membaca ayat 142 surah al-A'raf.

Mereka yang menunaikan shalat sunnah ini pahalanya sama dengan jamaah haji, meski ia tidak menunaikan ibadah haji. Sejatinya perhatian khusus terhadap bulan Dzulhijjah adalah satu suara dengan para peziarah Baitullah (jamaah haji) di bulan ini serta mengingatkan ritual agung haji yang penuh spiritualitas dan berkah dan memberikan atmosfer unik bagi manusia, khususnya bagi mereka yang mendapat taufiq menunaikan ibadah haji.

Dengan demikian sudah sepantasnya kaum Muslim memanfaatkan kondisi istimewa bulan Dzulhijjah dan berusaha membersihkan diri sehingga mampu menghapus segala rintangan dalam perjalanannya meraih kebahagiaan sejati.

 
 
 
 
 
 
Aug 13, 2018 02:33 Asia/Jakarta
   

Al Quran dari segi akidah (kepercayaan-kepercayaan) sangatlah cukup dan layak. Tidak memiliki bahasa filsafat dan irfan namun lebih tinggi dari bahasa filsafat dan irfan, mempunyai akidah fitriawi.

Teks berikut ini merupakan transkrip “Pelajaran Akhlak” Ayatullah Mazahiri Hf., seorang marja taklid, dengan tema “Pengenalan Jiwa (Ma’rifat al Nafs); relasi manusia dengan Alam eksistensi” yang berlangsung pada 14 Februari 2017.

Bismillahirrahmanirrahim

الحمدلله ربّ العالمین والصلاة والسّلام علی خیر خلقه أشرف بریته ابوالقاسم محمّد صلی الله علیه و علی آله الطیّبین الطاهرین و عَلی جمیع الانبیاء وَالمُرسَلین سیّما بقیة الله فی الأرضین و لَعنة الله عَلی اعدائهم أجمعین.

Pembahasan kita berikut ini adalah tentang “pembiasaan diri dan keakraban bersama Al Quran” dan terkait dengan tema ini, pertama; kita telah membicarakan tentang membaca Al Quran serta tingkatan-tingkatannya. Kedua; secara ringkas kita telah membicarakan pula tentang ketelitian, tafsiran serta pemahaman terhadap Al Quran.

Pembahasan malam ini lebih penting dari dua pembahasan sebelumnya, yaitu pembahasan tentang pengamalan Al Quran. Al Quran merupakan kitab amalan. Al Quran telah datang membentuk manusia dengan perantaraan amal perbuatan. Al Quran melantunkan ayat ini di dalam surah Jumuah, “هُوَ الَّذي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آياتِهِ وَ يُزَكِّيهِمْ وَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتابَ وَ الْحِكْمَةَ وَ إِنْ كانُوا مِنْ قَبْلُ لَفي‏ ضَلالٍ مُبينٍ ”[1] Allah Swt telah mengutus Rasul-Nya dan telah menurunkan Al Quran kepadanya guna mengembangkan manusia dari segi ilmu dan amal. Yakni Al Quran merupakan sebuah kitab pelajaran dan pendidikan. Nabi Saw adalah seorang guru pengajar dan pendidik. Di mana saja, Al Quran ketika hendak memperkenalkan manusia yang bahagia dan selamat mengatakan, “الَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ”[2] seorang yang beriman dan beramal sholeh. Di dalam Al Quran kita tidak menemukan satu tempat pun di mana Al Quran hanya mengatakan, “Muslim adalah seorang yang memiliki akidah dan iman”. Namun setiap kali mengatakan, “الَّذينَ آمَنُوا” orang yang beriman[3], pada saat itu pula mengatakan, “وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ ” dan beramal sholeh[4].

Kalimat ini telah berulang pada lebih dari dua ratus tempat dan maknanya ialah “Kitab Al Quran merupakan kitab amalan”. Al Quran telah datang guna membentuk (membangun) manusia, Al Quran datang untuk menyampaikan manusia dari titik nol hingga ke tempat di mana Ia tidak mengenal sesuatu apapun selain Tuhan, Al Quran datang agar manusia menemukan keselamatan (kebahagiaan) dunia dan akhiratnya melalui amal-amal baik. Amal ini pun, misalnya, “membaca Al Quran serta menyimak secara teliti kandungannya”, mempunyai tingkat-tingkatan. Tingkatan pertama, berkaitan dengan hukum-hukum (ahkam). Manusia hendaknya patuh (terikat) pada aspek lahiriah syariat serta perkataan-perkataan para pembesar suluk (sair wa suluk). Guru-guru akhlak mengatakan, “Kami tidak mengenal sesuatu yang lebih baik dari aspek lahiriah syariat”. Al Quran datang untuk membentuk manusia bertakwa. Dengan mengedepankan dan mementingkan perkara-perkara wajib (wajibat) dan mengerjakan perkara-perkara mustahab (mustahabat) serta menjauhi dosa manusia menjadi takwa. Ketika manusia telah bertakwa, Al Quran lantas berkata, “طُوبى‏ لَهُمْ”[5] Sungguh keadaanmu sangat baik; Dalam ketika Ia bertakwa Ia dalam keadaan selamat (sa’adah). Amal ini bergantung pada hal ini bahwa di dalam benaknya(akalnya) terdapat sebuah risalah amaliyah. Risalah amaliah marja taklid adalah penjelasan (bayan) atas pengamalan Al Quran sebab apapun yang dikatakan marja taklid adalah dikatakan dari riwayat-riwayat dan riwayat-riwayat dikatakan dari Al Quran.

Guru besar kami Ayatullah Burujerdi Ra telah berulang kali membacakan riwayat ini kepada kami dan riwayat-riwayat yang mirip dengan riwayat Guru Burujerdi Ra ini ada banyak. Beliau mengatakan, “Imam Baqir As berkata, “Apapun yang kukatakan adalah dari ayahku dan apapun yang dikatakan ayahku adalah dari ayahnya dan apapun yang dikatakan ayahnya adalah dari Nabi Saw dan  apapun yang dikatakan Nabi Saw adalah dari Jibril As dan apapun yang dikatakan Jibril As adalah dari Al Quran dan apapun yang dikatakan Al Quran adalah dari Allah Swt”.

Klaim Syiah ialah bahwa risalah amaliyah marja taklid mereka adalah tafsiran Al Quran itu sendiri namun dengan bersandar pada riwayat-riwayat Ahlul Bait As. Jika kita ingin Al Quran menolong kita, maka dari sisi keterikatan pada lahiriah syariat, kita mesti mempunyai pengenalan secara sempurna terhadap risalah amaliyah marja taklid. Jika seseorang tidak bertaklid, Ia seperti seorang yang sakit namun tidak mendatangi dokter dan pada akhirnya meninggal. Jika seseorang tidak tahu (jahil) dan melakukan suatu pekerjaan, Ia akan merusak pekerjaan itu. Sangat perlu untuk bermusyawarah kepada orang yang ahli (spesialis). Kita pun harus bertaklid dan taklid kepada para pembesar adalah perkara fitrawi serta suatu perkara yang dipahami sendiri oleh manusia. Bagaimana seseorang ketika sakit tanpa  sadar (dengan sendirinya) mencari dokter dan ketika Ia berhadapan dengan pekerjaan khusus (memerlukan ahli) mencari seorang yang ahli dan spesialis di bidangnya dan orang seperti ini, jika baginya muncul perkara hukum maka Ia akan mencari risalah marja taklid, ini adalah pengamalan Al Quran. Bedanya ialah yang menafsirkan Al Quran di dalam riwayat-riwayat kita adalah Ahlul Bait As sementara Ahlussunnah tidak memiliki itu. Patut disyukuri (alhamdulillah) kita sangat kaya dari segi riwayat-riwayat dan riwayat-riwayat kita berkaitan dengan Ahlul Bait As. Nabi Saw hingga akhir hayatnya lebih dari seribu kali mengatakan, “انّى‏ تارِكٌ‏ فيكُمُ الثِّقْلَيْنِ ما انْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِما لَنْ تَضَلُّوا كِتابَ اللَّهِ وَ عِتْرَتى‏ وَ اهْلَ بَيْتى‏ فَانَّهُما لَنْ يَفْتَرِقا حَتّى‏ يَرِدا عَلَىَّ الْحَوضَ”[6]

Wahai kaum Muslimin, Al Quran dan Ahlul Bait As, Ahlul Bait As dan Al Quran. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Satu merupakan asli (prinsip) dan satunya lagi penafsirnya. Satunya asli dan satunya lagi adalah penjelasnya dan keduanya ini harus senantiasa saling bahu membahu hingga hari kiamat. Riwayat Tsaqalain mengatakan kepada kita bahwa secara amal perbuatan kita mesti mengikuti Al Quran dan jika kita ingin mengikuti Al Quran, kita harus mengikuti Ahlul Bait As dan jika kita hendak mengikuti Ahlul Bait As, kita mesti memiliki pengenalan sempurna terhadap risalah amaliyah marja taklid. Olehnya itu adalah wajib dan perlu kepada semua, khususnya para pemuda di mana dalam sehari semalan selama satu jam membaca risalah amaliyah serta mengamalkan risalah tersebut. Sungguh, jika mereka membaca risalah amaliyah sejam sehari semalam, mereka akan memiliki pengenalan sempurna terhadap risalah amaliyah dan risalah amaliyah memiliki segalanya. Meskipun umur marja taklid hanya berkisar 70-80 tahun tetapi tidak abai dari segi amal dan apapun yang anda inginkan dari segi amalan, risalah “Taudhihul Masail”(risalah amaliyah marja) memilikinya. Jika tidak terperinci maka, mesti segera ditanyakan dan diberikan jawaban dan pada akhirnya harus mengetahui hukum secara sempurna. Ini adalah suatu bentuk pengamalan Al Quran.

Kedua, mengamalkan Al Quran. Al Quran dari segi akidah (kepercayaan-kepercayaan) sangatlah cukup dan layak. Tidak memiliki bahasa filsafat dan irfan namun lebih tinggi dari bahasa filsafat dan irfan, mempunyai akidah fitriawi. Dari segi akidah Al Quran tidak kekurangan. Al Quran dengan sangat baik membahas tentang tauhid dalam prinsip (ashl) wujud Tuhan. Al Quran berbicara dengan sangat baik tentang tingkatan-tingkatan tauhid dzat, tauhid sifat-sifat, tauhid ibadah serta tauhid perbuatan. Jika seseorang membuka Al Quran dan ingin mengambil dan meneguhkan akidah-akidahnya dari Al Quran, maka tingkatan tauhid tertinggi itu ada di dalam Al Quran, dengan kata lain apa yang diungkapkan para pembesar terdapat dalam Al Quran.

Mulla Sadra Ra di awal kitab al Asfar mengatakan, “Beberapa lama aku mengkaji maktab peripatetik dan menjadi ahli dalam filsafat peripatetik (hikmah al Masysyai), namun aku merasakannya gelap. Beberapa lama aku mempelajari maktab iluminasi dan menjadi ahli dalam filsafat iluminasi (hikmah al isyraq) tetapi aku melihatnya berbahaya. Aku menghampiri dan menyentuh Al Quran dan Ahlul Bait As dan aku melihat diriku tenang. Olehnya itu, di banyak tempat ketika Mulla Sadra mengurai pembahasan-pembahasan filosofis sangat tinggi seperti gerak substansi, setelah pembahasan rumit-filosofis, terdapat satu kalimat di mana beliau berkata, “و هذا المطلب الشریف الغامض اللطیف مما وجدوه و حصلوه بالکشف و الشهود عقیب ریاضاتهم و خلواتهم، و هو مما اقمنا علیه البرهان مطابقاً لکشف والوجدان”; pembahasan rumit, mulia dan halus ini adalah termasuk sesuatu yang ditemukan dan dijangkau mereka melalui penyingkapan dan syuhud setelah melewati khalwat dan riyadah, dan termasuk di antara sesuatu yang kita bangunkan argumen (burhan) atasnya sesuai dengan kasyaf dan pengetahuan huduri; mengamalkan Al Quran telah menyampaikanku di sini, berdasarkan akidah yang kupegang aku membangun argumentasi, yakni argumen-argumen yang telah aku buat adalah untuk anda dan bukan untuk diriku, aku telah sampai pada tingkatan yakin (percaya). Secara keilmuan, aku telah sampai pada maqam (kedudukan) ilmul yaqin, ‘ainul yaqin serta haqqul yaqin melalui pengamalan terhadap Al Quran dan mengikuti Ahlul Bait As, namun aku ahli pula dalam filsafat peripatetik dan iluminasi. Olehnya itu, aku pun dapat berargumentasi untuk anda. Dengan demikian, Al Quran dari aspek tauhid sangatlah tinggi dan layak dan setiap yang tidak berilmu dapat memahaminya. Misalnya, Mulla Sadra mengajukan 40 dalil guna membuktikan wujud Tuhan namun Mulla Sadra sendiri mengakui jika dalil-dalil yang terdapat dalam Al Quran lebih cukup dan layak dari 40 dalil pembuktian filosofosnya. Al Quran mempunyai dalil tentang kenabian yang sangat bagus dan layak dan telah banyak buku-buku yang ditulis dengan tema kenabian, namun jika buku-buku tersebut bersandar pada Al Quran dan Ahlul Bait As maka di saat itu akan menjadi sangat layak dan bagus, tetapi jika dibuat sendiri tetap baik dan akan membuktikan kenabian (nubuwwah), namun bukan apa yang dibuktikan Al Quran.

Al Quran sangat luar biasa berbicara tentang kenabian baik itu berkenaan dengan kenabian umum (nubuwwah ‘am) maupun kenabian khusus (nubuwwah khas). Al Quran sangat teliti dan akurat dalam berbicara tentang hakekat dan kemu’jizatan Al Quran dan metode inferensi (istidlal) Al Quran berbeda dengan inferensi-inferensi ilmu kalam. Al Quran sangat bagus menjelaskan tentang imamah, olehnya itu Syiah begitu mumpuni membahas tentang wilayah dan cukup banyak upaya dan usaha yang telah dilakukan dalam ranah ini; Penulis kitab ‘Abaqat sangat baik membahas tentang wilayah Ali bin Abi Thalib As beserta keturunannya As dalam kurang lebih 40 jilid buku yang menjadi salah satu kebanggaan Syiah; Ihqaq al Haq dalam 30-40 jilid yang berkaitan tentang wilayah; namun beliau kemudian dibunuh. Cukup banyak kitab-kitab ringkas tentang wilayah yang telah ditulis oleh para ulama dan pembesar, baik untuk kalangan awam maupun yang menengah dan penuh ketelitian, yakni minimalnya lebih dari 1000 jilid kitab tentang imamah. Namun semua mengakui bahwa imamah yang dibuktikan Al Quran adalah bukan imamah yang kita buktikan. Kita berbicara dengan inferensi (istidlal).

Kita spesialis dalam ilmu teologi dan kita berbicara tentang imamah dan ilmu kalam. Namun Al Quran adalah cahaya, menciptakan wilayah dikedalaman jiwa kita dengan berperantarakan cahaya dan bermanifestasi dan wilayah Al Quran sangat banyak, seukuran dimana sebagian orang bahkan dari kalangan Ahlussunnah mengakui bahwa sepertiga Al Quran berkaitan tentang wilayah. Ahlul Bait As mempunyai wilayah. Riwayat-riwayat Ahlul Bait As adalah berkaitan tentang wilayah. Pada akhirnya Al Quran sangat memperhatikan tentang ma’ad (eskatologi) dan tak ada sesuatu dalam Al Quran yang mempunyai ayat sejumlah ini. 1400 ayat dalam Al Quran berkaitan dengan eskatologi dan kebanyakan dari ayat-ayat ini adalah tentang ma’ad jasmani yaitu kiamat yang diajarkan pula oleh ayah ibu kita. Imam Khomeini Ra mengatakan, “Kiamat yang diucapkan nenek tua itu pula yang dikatakan Mulla Sadra dan kiamat yang dijelaskan Mulla Sadra dalam gerak substansi, telah dijelaskan Al Quran dan Ahlul Bait As kepada kita dengan begitu baik dan lugas. Banyak pula yang berkaitan dengan ushuluddin dan furuuddin. Di katakan bahwa penulis ‘Aqabat bertahun-tahun di India dan penulis Ihqaq al Haq, menghabiskan umur mereka untuk wilayah. Apa tidak sepantasnya kita menggunakan sejam dalam sehari semalam untuk mengkaji ushuluddin dan Al Quran? Bahwa Al Quran merupakan kitab amalan bukan hanya dalam bentuk pertama, melainkan di samping bentuk pertama yang membuat kita bertakwa dan mengikat diri pada lahiriah syariat, sangatlah penting memperhatikan ushuluddin dan Al Quran serta pengamalan atas akidah-akidah Al Quran serta pengamalan atas metode inferensi-inferensi Al Quran dan sangat perlu bagi semua khususnya para pemuda, minimalnya satu jam dalam sehari semalam, untuk mengkaji tentang ushuluddin dalam perspektif Al Quran.

 

Referensi:

 

1] Qs. Al-Jum'ah: 2

2] Qs. Al-Baqarah: 25

3] Qs. Al-Baqarah: 25

4] Qs. Al-Baqarah: 25

5] Qs. Al-Ra'ad: 29

6] Wasail al-Syiah, jld. 27, hlm. 34

7] Qs. Al-Syams: 9 dan 10

8] Qs. Al-Syams: 9 dan 10

Musim Haji sudah dimulai dan para pejabat Arab Saudi saat ini sedang disibukkan dengan pengelolaan ibadah manasik Haji dan melakukan pelayanan terhadap para jemaah Haji dan umroh yang datang dari berbagai belahan dunia.

Namun situasi politik yang sedang melanda dunia saat ini tampaknya telah memberikan efek secara langsung dalam pengelolaan Ibadah Haji di beberapa tahun terakhir. Banyak kebijakan-kebijakan “Khadimul Haramain” yang dianggap jauh dari kata layak dan bahkan diskriminasi terhadap para jemaah Haji yang datang dari negara-negara tertentu yang notabene sebagai negara yang sedang berselisih secara politik dengan kerajaan Arab Saudi.

Untuk memberikan tekanan kepada negara-negara yang saat ini sedang berseberangan seperti Yaman, Suriah, Libya, Palestina dan Qatar. Arab Saudi melarang warga negara-negara tersebut untuk melakukan ziarah ke Baitullah.

Lebih parahnya, negara-negara yang dimasukkan dalam list negara-negara yang warganya tak diperbolehkan untuk pergi Haji terus bertambah setiap tahunnya. Di samping itu, pihak Arab Saudi terus memberikan pembelaannya terhadap tindakannya tersebut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) mendapatkan laporan sementara jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan 7,0 Skala Richter (SR), pada Ahad (58) pukul 19.46 Wita, sebanyak 82 orang. Demikian dilaporkan Antaranews (068).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sebagian besar korban meninggal dari gempa bumi Lombok akibat tertimpa bangunan yang roboh. "Daerah yang terparah adalah Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur dan Kota Mataram," kata Sutopo melalui pesannya di Jakarta, Senin dini hari.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD NTB, Agung Pramuja, melalui keterangan tertulis yang diterima Senin dini hari, menyatakan, korban meninggal dunia di Kabupaten Lombok Utara 65 orang.

Sementara di Kabupaten Lombok Barat sembilan orang, Lombok Tengah dua orang, Lombok Timur dua orang, dan Kota Mataram empat orang.

Gempa bumi berkekuatan 7,0 pada Skala Richter, mengguncang Pulau Lombok, dan Sumbawa, Minggu pukul 19.46 Wita, bahkan dapat dirasakan di bagian barat Bali.

Pusat gempa terletak pada 8.3 lintang selatan, 116.48 bujur timur Kabupaten Lombok Utara dengan kedalaman 15 kilometer.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan dini tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi telah berakhir pada Minggu (5/8) pukul 21.25 Wita.

Indonesia dengan populasi lebih dari 260 juta orang berada di lingkaran Cincin Api Pasifik, dimana banyak terjadi gempa bumi di sana.

Dua pemain Bulu Tangkis Arab Saudi menolak bertanding melawan tim Bulu Tangkis rezim Zionis Israel di turnamen internasional di Ukraina pada hari Jumat, 3 Agustus 2018. Mereka juga menolak berjabat tangan dengan atlet Israel.

Keputusan untuk menolak bertanding melawan atlet-atlet Israel juga sering dilakukan oleh para atlet Republik Islam Iran di berbagai event olahraga internasional. Tindakan ini sebagai bentuk sikap yang tidak mengakui eksistensi Israel yang didirikan secara ilegal di atas bumi Palestina. Diharapkan negara-negara Muslim lainnya akan mengikuti kebijakan Arab Saudi dan Iran.

 

 

Noam Chomsky, profesor dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT) yang juga merupakan sosok kritikus terkenal di Amerika Serikat mengatakan bahwa Isreal telah melakukan tindakan yang ia sebut dengan “tak tahu malu”. Rezim tersebut telah melakukan campur tangan di Pemilu 2016 AS. Ia mengklaim apa yang dilakukan Israel jauh lebih besar dari apa yang diupayakan Rusia dalam mempengaruhi hasil pemilu di AS tersebut.
 

Chomsky menilai saat ini media-media masa lebih mengedepankan kabar-kabar sampingan ketimbang masalah-masalah utama yang sangat penting. Seperti “ancaman keberadaan” atau perombakan nasib negara. Ia menyebut, apa yang selama ini dibesar-besarkan media-media AS mengenai campur tangan Rusia di Pemilu AS adalah sebuah bentuk joke.

Menurut Independent, profesor MIT menyinggung tentang Israel yang memiliki peran jauh lebih banyak dibanding Rusia dalam “mengganggu” jalannya pemilu di AS. “Apabila kita peduli dengan intervensi pihak luar terhadap pemilu kita, sangat kecil dan sangat sulit (dapat dibandingkan) dengan apa yang telah dilakukan negara lainnya dan dengan terang-terangan dan tak tahu malu,” katanya seperti dilansir Independent.

Ia menambakan, “Campur tangan Israel dalam pemilu AS jauh lebih masif dan jauh lebih berpengaruh dibanding apa yang dapat dilakukan oleh Rusia. Bahkan Netanyahu secara langsung mendatangi Kongres Amerika Serikat tanpa perlu mengatakan kepada Presiden. Ia berpidato di hadapan Kongres dan memberikan profokasi untuk melemahkan kebijakan-kebijakan Presiden di masa itu, dimana saat itu Obama menjabat sebagai Presiden pada 2015.”