کمالوندی

کمالوندی

Partai Demokrat berhasil mengamankan hak veto Presiden Barack Obama jika seandainya Kongres Amerika Serikat mengeluarkan resolusi penolakan perjanjian nuklir Iran.

Sekarang kubu pendukung Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), sedang berusaha menarik dukungan 41 senator. Jika mereka sukses mengumpulkan 41 suara dari 100 senator, maka resolusi perjanjian nuklir Iran tidak akan divoting di Senat atau kubu pendukung bisa memperpanjang proses lobi-lobi sehingga Kongres kehabisan waktu 60 hari (sampai 17 September) untuk mengkaji kesepakatan itu.

Hingga Kamis malam waktu Washington, 37 senator Demokrat mengumunkan dukungannya untuk perjanjian nuklir Iran. Dengan kata lain, jika empat senator lain juga bergabung dengan kubu pendukung, maka mungkin saja Kongres setelah berbulan-bulan membuat kegaduhan, akan kehilangan dukungan untuk mengumumkan pandangannya.

Kongres AS beberapa bulan lalu meloloskan aturan peninjauan perjanjian nuklir Iran yang disebut RUU Corker-Cardin. Para penentang perjanjian ini berharap dapat merangkul puluhan anggota Demokrat di Kongres. Mereka memperkirakan bahwa propaganda Iranphobia dan kekhawatiran Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, akan menggagalkan solusi pemerintah tentang program nuklir Iran. Lobi-lobi Zionis juga memperhitungkan dukungan Kongres AS kepada PM rezim Zionis.

Meski demikian, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa kubu penentang, khususnya pribadi Netanyau hanya mampu menarik dukungan dari tiga anggota Partai Demokrat. Padahal, Partai Republik dan kubu-kubu pro-Netanyahu di tengah lobi Zionis telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah implementasi perjanjian nuklir Iran. Netanyahu bahkan berpidato di Kongres AS dan berusaha memprovokasi anggota lembaga itu untuk menentang Obama.

Komite Hubungan Publik AS-Israel (AIPAC) telah meluncurkan sebuah kampanye dengan anggaran 25 juta dolar untuk menggagalkan perjanjian nuklir Iran di Kongres. Sejumlah anggota Republik di Kongres juga melontarkan tudingan miring dan serangan verbal terhadap Iran dengan harapan mampu mengurangi jumlah pendukung perjanjian nuklir.

Namun, perang politik dan propaganda di Washington justru memperbesar dukungan untuk Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) di Senat AS. Pada hari Kamis, dua lagi Senator AS mengumumkan akan mendukung perjanjian nuklir Iran. Kondisi yang dihadapi kubu penentang kesepakatan itu di DPR AS juga tidak lebih baik dari Senat.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa opini publik Amerika – meski adanya propaganda luas anti-Iran selama bertahun-tahun – menekankan penyelesaian masalah nuklir Tehran secara diplomatik. Mereka menentang setiap langkah yang pada akhirnya akan membuka pertempuran baru di wilayah Timur Tengah.

Komandan Armada Keenam Angkatan Laut AS, Laksamana Madya James Foggo mengatakan, Amerika Serikat akan mempertahankan kehadiran permanen di Laut Hitam, mengingat daerah itu sebagai sebuah kawasan penting.

Pasukan AS bersama 11 negara anggota NATO dan Ukraina sejak Selasa lalu, melakukan latihan militer di Laut Hitam. Latihan yang disebut Sea Breeze ini dimulai pada 1997 dan kekuatan yang dilibatkan terus meningkat setiap tahun.   

Foggo menegaskan bahwa Angkatan Laut AS ingin mempertahankan kehadiran permanen di Laut Hitam. Dia menambahkan, Laut Hitam adalah perairan internasional dan Angkatan Laut AS bermaksud untuk tinggal di sana, menggunakan hak kebebasan navigasi maritim.

“Pada tahun lalu, kami mempertahankan kehadiran di Laut Hitam bahkan ketika kami fokus di Mediterania. Kami ingin membuat kehadiran normal di kawasan dan juga melakukan latihan rutin serta membangun interaksi dengan angkatan laut di kawasan,” tegas Foggo.

Keputusan AS untuk menempatkan pasukan di Laut Hitam – sebagai wilayah pengaruh Rusia – sepertinya bentuk ajakan perang Washington kepada Moskow di wilayah perairan itu.

Pada dasarnya, kebijakan baru AS di Eropa Timur termasuk di zona Laut Hitam dibangun atas dasar dua masalah utama. Pertama adalah klaim para pejabat politik dan militer AS tentang bahaya serius Rusia setelah meluasnya krisis Ukraina. Konflik di Ukraina dan ketegangan militer Uni Eropa dan AS dengan Rusia, telah merusak iklim damai yang tercipta di benua Eropa pasca Perang Dingin.

Para pemimpin Eropa dan AS pada KTT NATO 2014, menyetujui pembentukan pasukan reaksi cepat untuk melawan Rusia di Eropa Timur. Para menteri pertahanan NATO atas dorongan AS, juga mengadopsi langkah-langkah terhadap apa yang mereka sebut “agresi Rusia” dalam pertemuan Juni 2015. Langkah itu mencakup penambahan jumlah anggota pasukan reaksi cepat dari 13.000 menjadi 40.000 orang dan penyebaran peralatan tempur di sekitar perbatasan Rusia.

Masalah kedua adalah pengumuman strategi baru militer AS pada Juli 2015. Dengan memperhatikan krisis Ukraina dan konfrontasi menyeluruh Rusia dan Barat di Eropa Timur, maka Washington menilai potensi pecahnya perang dengan Moskow lebih besar dari sebelumnya.

Strategi baru militer AS menyebut Rusia sudah berulangkali menunjukkan dirinya tidak menghormati kedaulatan negara tetangganya dan Rusia juga bersedia untuk menggunakan kekuatan militer demi mencapai tujuannya.

Atas dasar ini, AS dengan alasan mendukung sekutunya di Eropa Timur, ingin menciptakan kehadiran permanen di perairan Laut Hitam. Tentu saja, ini adalah sebuah rencana yang tidak akan diterima begitu saja oleh Rusia.

Armada Laut Hitam Rusia – salah satu armada terpenting negara itu – bermarkas di pelabuhan Sevastopol, Crimea. Daerah ini telah dianeksasi Moskow pada Februari 2015.

Dalam pandangan Kremlin, kehadiran kapal perang dan pasukan Barat di Laut Hitam merupakan sebuah ancaman terhadap keamanan nasional Rusia dan Moskow sudah sering memberi peringatan kepada NATO dan Washington dalam masalah tersebut.

Krisis Ukraina telah menyebabkan penguatan kehadiran NATO di perairan Laut Hitam, Laut Baltik, dan juga Mediterania. Moskow kini menghadapi peningkatan ancaman maritim oleh blok Barat terutama di perairan sekitar Rusia. Oleh karena itu, doktrin baru Angkatan Laut Rusia menekankan penguatan kehadiran di Laut Hitam. Ini adalah sebuah sinyal yang jelas tentang peningkatan kesiapan Angkatan Laut Rusia untuk melawan ancaman-ancaman NATO dan AS.

Wilayah Kurdistan, Irak meminta bantuan Iran untuk menghadapi serangan kimia kelompok teroris ISIS ke wilayah tersebut.

Press TV (5/9) melaporkan, Falah Mustafa Bakir, Kepala Departemen Luar Negeri, wilayah Kurdistan, Irak menyebut penggunaan senjata kimia oleh para teroris ISIS sangat berbahaya.

Ia mengatakan, "Iran memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi senjata kimia dan Kurdistan meminta bantuan Tehran untuk memerangi ISIS."

Falah Mustafa Bakir juga memuji hubungan bersahabat Tehran-Erbil dan menuturkan, "Iran dan Kurdistan, Irak selalu menginginkan perluasan hubungan bilateral."

Organisasi pelarangan perluasan senjata atom (UNODA), bulan lalu dalam laporannya mengumumkan, "Para teroris ISIS menyerang pejuang Kurdi di Irak dengan senjata kimia."

Kelompok teroris ISIS di Suriah juga kerap menggunakan senjata kimia dan gas beracun.

Penggunaan senjata terlarang seperti gas mustard dan bom kimia oleh ISIS, telah menimbulkan bencana kemanusiaan di Suriah dan Irak. Kondisi ini sangat menyulitkan kedua negara untuk kembali seperti sedia kala.

Pemerintah Uni Emirat Arab mengumumkan tiga hari berkabung menyusul tewasnya puluhan tentara negara itu Provinsi Marib, Yaman tengah.

Stasiun televisi Sky News (5/9) melaporkan, pemerintah UEA, Jumat (4/9) malam mengumumkan tiga hari berkabung dan mengatakan, "Dengan tewasnya 23 tentara lain yang sebelumnya terluka akibat serangan hari Jumat di Provinsi Marib, Yaman, jumlah korban tewas tentara UEA di negara itu mencapai 45 orang."

Membalas serangan koalisi Arab atas rakyat Yaman, militer dan komite rakyat negara itu, Jumat (4/9) menyerang pangkalan tentara koalisi Arab di Marib dan menewaskan 45 tentara UEA, lima tentara Bahrain dan beberapa personil militer Arab Saudi.

Saudi dengan dukungan Amerika Serikat dan beberapa negara Arab termasuk UEA serta Bahrain, sejak 26 Maret lalu memulai agresi militer ke Yaman dengan maksud untuk mengembalikan kekuasaan Abd Rabbuh Mansour Hadi, Presiden terguling negara itu.

Akibat serangan bertubi-tubi Saudi ke Yaman, ribuan warga tewas dan terluka.

Kelompok rasis Hungaria di Budapest, ibukota negara itu menyerang kamp penampungan pengungsi.

Fars News (5/9) melaporkan, sekelompok rasis Hungaria, Jumat (4/9) menyerang kamp penampungan pengungsi yang kebanyakan warga Suriah di Budapest dengan bahan peledak.

Polisi anti huru-hara Hungaria mencoba membubarkan konsentrasi para penyerang dengan menyemprotkan gas air mata ke arah mereka.

Para pengungsi yang kebanyakan warga Suriah itu masuk ke Hungaria dan Polandia lewat Yunani dan Makedonia.

Baru-baru ini Hungaria memasang pembatas kawat berduri di perbatasannya dengan Serbia untuk mencegah masuknya para pengungsi ke Eropa. Langkah ini spontan mendapat protes luas dari para pembela Hak Asasi Manusia.

Tindakan anti-kemusiaan pemerintah Hungaria dan tekanan atas para pengungsi yang bermaksud melewati negara itu untuk menuju Jerman dan Austria, memancing protes luas dari aktivis HAM Hungaria.

Wakil Komandan Angkatan Udara, Republik Islam Iran mengabarkan digelarnya manuver militer udara Fadaeeyane Harime Velayat-5.

IRNA (5/9) melaporkan, Brigjen Alireza Barkhor, Wakil Komandan AU Iran kepada media mengatakan, "Manuver militer udara Fedaeeyane Harime Velayat-5, dimulai hari ini, Sabtu (5/9) di tiga zona udara seluas 400 ribu kilometer dengan poros pangkalan kedelapan Syahid Babaei, Esfahan, Iran tengah."

Ia menambahkan, "Pangkalan udara Utara, Barat Laut, Selatan dan tiga pangkalan pusat dengan konsentrasi pangkalan kedelapan Esfahan sebagai pusat komando operasi, berpartisipasi dalam manuver militer ini."

Menurut Barkhor, manuver militer ini menggunakan dua jenis peralatan darat dan udara. "Di wilayah darat, digunakan berbagai jenis radar khusus milik AU Iran untuk menciptakan perang elektronik dan pertahanan," katanya.

Di bagian udara, digunakan berbagai jenis jet tempur seperti F-14, F-16, F-5, F-4 pelacak, pesawat-pesawat pengangkut berat dan super berat, pesawat pengisi bahan bakar Boeing 747, pesawat taktis transportasi S-130, helikopter Chinook, Bell 214, jet Falcon dan Star.

Wakil Komandan AU Iran menjelaskan, "Peralatan yang digunakan dalam manuver militer ini adalah hasil optimalisasi yang dilakukan pakar dalam negeri."

"Berbagai jenis peluru kendali dan roket untuk menembak sasaran di darat dan rudal-rudal udara ke udara untuk menyerang target bergerak udara, juga digunakan dalam manuver ini," pungkasnya.

Selasa, 01 September 2015 09:49

Mafatihul Hayah

Bismillahirrahmanirrahim Wa Iyyahu Nasta'in

Pujian azali hanya layak disampaikan kepada Allah. Penghormatan tak terhingga sudah sepantasnya disampaikan kepada para nabi ilahi, khususnya pamungkas kenabian Saw. Salam abadi patut disampaikan kepada keluarga Thaha dan Yasin. Kami bertawalli kepada zat-zat suci ini dan berlepas tangan dari para musuh yang sangat membenci mereka.

Penjelasan ini merupakan pendahuluan buku Mafatihul Hayah yang merupakan hasil dari kerja keras Departemen Fiqih Pejhouhesh Ulum Wahyani Meraj. Semoga usaha keras anggota tim ini mendapat balasan dari Allah Swt dan karya bermanfaat ini akan tercatat dalam buku amal mereka.

Anasir penting kandungan buku ini telah disusun dalam beberapa poin, dimana sebagiannya akan dijelaskan dalam pendahuluan ini:

1. Peradaban masyarakat manusia muncul dari keberagamaannya dan setiap bentuk kesopanannya akan berkembang dalam koridor tahapan keempat dari perjalanan empat tahap bagi para pesalik ilahi.[1] Tahapan keempat dari hijrah dari Asfar Arba'ah (Empat Perjalanan), perjalanan dari makhluk kepada makhluk bersama al-Haq. Musafir yang melakukan perjalanannya ini senantiasa bersama al-Haq dan dari sudut pandang al-Haq, ia melihat benda mati, tumbuhan, hewan, manusia dan malaikat. Setiap kelompok makhluk ini memiliki hukum tersendiri. Masyarakat yang menjadikan kebenaran sebagai pandangan hidupnya membahas setiap makhluk hidup dengan semangat yang menguasainya, yakni hakikat yang menjadi manifestasi Haq Mutlak. Begitu juga ketika menyusun undang-undang, melaksanakannya dan penerapan kinerja pelaksananya di hadapan undang-undang. Artinya, penentuan dan penilaian terhadap bentuk segala sesuatu harus sesuai dengan intinya, yakni hakikat Hak Mutlak.

Contoh sempurna dari kebersamaan dengan kebenaran dapat ditemukan pada sirah Alawi dan sunnah Imam Ali as yang senantiasa mencari kebenaran. Beliau menjadi tanda yang diterima semua "Aliyun Ma'a al-Haq Wa al-Haq Ma'a Aliyyin Yaduru Haitsuma Dar... Ali bersama al-Haq dan al-Haq bersama Ali, ia mengikutinya dimana saja berputar,"[2] dan dalam atmosfir yang terbuka dan bebas, masyarakat seperti ini akan menjadi pembimbing semua pengikut kebenaran. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Mafatih al-Hayah, Ayatullah Javadi Amoli, 1391 HS, Qom, Markaz Nashr-e Esra, cet 7.

 

[1] . Pesalik dalam perjalanannya menuju Allah harus melewati sejumlah tahapan. Tahapan pertama dari perjalanan itu adalah mengenai dan mempercayai Allah, dimana tahapan ini disebut "Safar Min al-Khalq Ila al-Haq" (Perjalanan dari makhluk kepada Khaliq). Tahapan kedua adalah perjalanan dalam Asmaul Husna dan sifat ulya Allah Swt dan keesaan seluruh nama dan sifat ini dengan Zat Allah. Tahapan kedua ini disebut "Safar Min al-Haq Ila al-Haq Bi al-Haq" (Perjalanan dari al-Haq kepada al-Haq bersama al-Haq). Tahapan ketiga adalah "Safar Min al-Haq Ila al-Khalq" (Perjalanan dari al-Haq kepada makhluk). Bila dalam tahapan kedua seorang pesalik melakukan mikraj dari taklif (kewajiban) menjadi tasyrif (kemuliaan) dan sampai pada puncak kesempurnaan lalu mencapai jalan menuju tahapan ketiga. Pada tahapan ini percikan harapan, ampunan dan kedermawanan menjadi raihan terbaik yang didapatkan dari Allah dan menjadi modal untuk berinteraksi lebih baik dengan makhluk di bumi dan di langit. Tahapan keempat adalah "Safar Min al-Khalq Ila al-Khalq Bi al-Haq" (Perjalanan dari makhluk kepada makhluk bersama al-Haq) dan teks di atas mengacu kepada tahapan keempat ini.
[2] . al-Fushul al-Mukhtarah, hal 97 dan I'lam al-Wara, hal 159.

Selasa, 01 September 2015 09:43

Sirah Perdebatan Imam Ali bin Musa al-Ridha as

Hari ini adalah hari kelahiran Imam Ali bin Musa al-Ridha as, cucu suci Rasulullah Saw. Seorang pemimpin yang lebih dari 1.000 tahun lalu telah menginjakkan kaki ke Persia dan kehadirannya membanjiri hati hari pecinta Rasulullah Saw dan Ahlul Bait Nabi as dengan suka cita dan kegembiraan.

Gelombang manusia yang berziarah ke makam Imam Ali al-ridha as, mengingatkan masa-masa ketika beliau bergerak dari Madinah menuju Marv, salah satu wilayah Persia (Iran saat ini). Warga kota Marv telah beberapa hari sebelumnya mempersiapkan diri menyambut kedatangan manusia mulia itu.

Ketika rombongan Imam Ali al-ridha as tiba di Marv, suka cita bercampur dengan air mata kerinduan masyarakat tidak dapat terbendung lagi. Masing-masing orang menyampaikan kerinduan dan kecintaan meeka dengan berbagai cara. Sambutan masyarakat sedemikian rupa sehingga membuat rombongan Imam Ali al-ridha as terpaksa berhenti. Semua orang ingin menatap wajah cucu Rasulullah Saw itu dan mendengarkan suaranya. Kesempatan itu pun tidak disia-siakan Imam untuk berpidato.

Dalam suasana yang mendadak hening, Imam Ali al-ridha menyampaikan hadis qudsi di mana Allah Swt berfirman kepada Rasulullah Saw, dan berkata: “Kalimat tauhid yaitu tiada tuhan selain Allah (Swt) adalah benteng-ku dan  barang siapa yang memasuki benteng-Ku, maka akan terjaga dari azab-Ku.”

Setelah mengutip hadis tersebut, Imam Ridho as memperkenalkan diri sebagai syarat untuk masuk dalam benteng itu dan mengatakan, “Namun dengan memperhatikan syarat-syaratnya dan aku termasuk di antara persyaratan itu.” Dengan demikian, Imam Ali al-ridha as telah menjelaskan peran poros Ahlul Bait as dalam kepemimpinan umat Islam.

Imam Ali al-ridha as lahir pada tahun 148 hijriah di kota Madinah. Di bawah binbingan ayah beliau, Imam Musa al-Kadzim as, beliau siap memikul tanggung jawab berat itu. Imam Ali al-ridha as, adalah mata air ilmu dan keutamaan. Amal dan kata-kata beliau penuh dengan keridhoan atas Allah Swt. Oleh karena itu, beliau diberi gelar al-Rhido.

Beliau memikul tanggung jawab  imamah selama 20 tahun yang sebagian besarnya dihabiskan di Madinah dan tiga setengah tahun terakhir masa hidupnya di kota Marv, Khurasan (Iran saat ini). Beliau meninggalkan Madinah atas paksaan penguasa Bani Abbasiah kala itu, Ma’mun.

Kala itu Marv merupakan pusat ilmiah di tanah Khurasan. Imam Ali al-ridha as menggunakan keunggulan tersebut untuk meningkatkan gerakan ilmiah. Di lain pihak, Ma’mun berusaha tampil dekat dengan Imam Ali al-ridha demi kepentingan politiknya. Namun pada saat yang sama, dia selalu berusaha mencoreng keutamaan ilmu Imam Ali al-ridha as dengan menggelar berbagai acara debat. Akan tetapi Imam dalam setiap sesi perdebatan, selalu menang dan bahkan mempengaruhi para ilmuwan yang hadir, dengan argumentasinya yang kokoh.

Islam adalah agama yang menyambut berbagai pertanyaan dan tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa para imam Ahlul Bait as tidak menjawab pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka. Imam Ali al-ridha as, berperan penting dalam perluasan budaya Islam. Dalam berbagai acara debat, Imam selalu mempertimbangkan hidayah dan bimbingan untuk lawan dan tidak berusaha untuk selalu menang. Beliau membuktikan kebenaran keyakinan Islam  dengan menggunakan argumentasi logis yang kokoh. Imam berkata, “Jika masyarakat memahami keindahan ungkapan kami maka mereka pasti akan mengikuti kami.” Dan terbukti betapa banyak musuh-musuh yang akhirnya menjadi teman di akhir acara perdebatan.

Imam Ali al-ridha as yang menguasai teknik-teknik argumentasi, selalu mempertimbangkan setiap dimensi. Pertimbangan atas tingkat budaya di masa itu dan penyesuaian istilah-istilah yang digunakan, semuanya harus sesuai dengan kemampuan logika dan pemikiran lawan debat.

Terkadang dalam berdebat dengan para ilmuwan Imam Ali al-ridha as, menekankan pada berbagai sisi dan argumentasi yang juga diterima oleh lawan debat. Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah soal debat antara Imam Ali al-ridha as dan para tokoh Kristen dengan menggunakan argumentasi kitab Injil dan juga dalam pembahasan dengan tokoh Yahudi dan menggunakan argumentasi dari kitab Taurat.

Meski memiliki tingkat keilmuwan tinggi, akan tetapi Imam tidak merendahkan lawan debat beliau. Imam selalu menjaga kehormatan pihak seberang meski sebagiannya tidak beragama. Jika perdebatan sampai pada titik di mana pihak lawan tidak lagi bisa menjawab, beliau membimbingnya atau mengutarakan sebuah pertanyaan sehingga pembahasan mereka menghasilkan. Bahkan terkadang beliau menjawab pertanyaan lawan dengan mengatakan, “Jika kau bertanya seperti ini maka pendapat kamu sendiri akan tertolak.”

Di antara lawan debat Imam Ali al-ridha as, adalah seseorang bernama Amran Sabi, yang tidak meyakini adanya Allah Swt, di mana setelah menyaksikan sikap dan argumentasi Imam, dia beriman kepada Allah Swt dan memeluk agama Islam. Sepanjang perdebatan, Imam memanggil Amran dengan nama kecilnya sehingga dengan demikian terjalin keakraban dan tercipta suasana santai. Selama tanya jawab berlangsung, Imam ketika menjawab pertanyaan Amran Sabi beliau mengatakan, “Wahai Amran, apakah kau paham?” Sikap itu sedemikian rupa sehingga Amran juga memberikan jawaban secara terhormat dan mengatakan, “Iya, tuanku.”

Tujuan dan maksud para pendebat adalah harus sampai pada hakikat yang jelas dan tak tergoyahkan. Itu hanya dapat tercapai ketika perdebatan jauh dari fanatisme dan permusuhan. Imam Ali al-ridha as  dengan akhlak yang mulia, tidak menuding lawan beliau telah berbohong dan juga tidak pernah menistakan atau merendahkan mereka. Melainkan beliau selalu mengingatkan titik kekeliruan dan penyimpangan mereka. Beilau tidak pernah mengkritisi individu melainkan mengkritisi  masalah pembahasan.

Perdebatan Imam Ali al-ridha as, membawa banyak berkah untuk dunia Islam termasuk di antaranya adalah menunjukkan citra kebebasan dalam Islam. Imam telah mematahkan klaim dan kebohongan banyak pihak bahwa Islam memaksakan kehendak dan menghunuskan pedang kepada para penentangnya. Namun tampilnya Imam Ali al-ridha as, telah jelas bagi semua orang bahwa Islam menyambut perbedaan pendapat bahkan meski dari pihak yang menafikan tauhid dan menentang Islam.

Termasuk di antara berkah dan manfaat perdebatan Imam al-ridha as, adalah membuka lahan yang kondusif bagi penyebaran risalah Islam dan perluasan khazanah ilmu Islam, serta jawaban tegas secara ilmiah kepada para penentang Islam. Metode-metode dakwah Imam Ali al-ridha as dalam berbagai acara perdebatan memiliki  pengaruh yang luar biasa untuk menyingkap penyimpangan anti-Islam dalam masyarakat, sekaligus menjelaskan posisi luhur Ahlul Bait as.

Dalam acara-acara perdebatan itu dan di antara para penentang Islam, Imam Ali al-ridha as menggalang sahabat yang setia, seperti Amran Sabi, yang juga pada akhirnya menjadi pembela agama Allah Swt. Sirah perdebatan Imam Ali al-Ridha as merupakan teladan dalam dialog konstruktif yang merefleksikan nilai-nilai akhlak, rasionalitas dan argumentasi untuk mencapai hasil yang lebih baik dan lebih efektif.(

Selasa, 01 September 2015 09:28

Larangan dalam Al-Quran: Melupakan Musuh

Melupakan Musuh

Allah Swt berfirman, "... Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus..." (QS. an-Nisa: 102)

Satu masalah penting yang senantiasa mengancam sebuah sistem atau pemerintahan adalah bahaya yang sengaja diciptakan oleh musuh-musuhnya. Masalah ini juga terjadi pada pemerintahan Islam sepanjang sejarah. Nabi Muhammad Saw selama memerintah 10 tahun di Madinah, lebih dari 70 perang besar maupun kecil yang dipaksakan oleh penentang Islam dan Musyrikin terhadap pemerintahan Islam. Begitu juga ketika Imam Ali as berusaha menciptakan sebuah pemerintahan adil berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Beliau menghadapi banyak penentangan, bahkan tiga perang besar dipaksakan kepadanya. Sekalipun demikian, apa yang nampak dari sejarah kehidupan beliau adalah tidak pernah lalai dari musuh dan konspirasi yang mereka lakukan. Imam Ali as mampu mendapatkan informasi tentang pergerakan musuh dari pelbagai sumber dan tidak membiarkan pemerintahan Islam terancam bahaya.[1]

Allah Swt dalam al-Quran telah mengingatkan umat Islam untuk senantiasa waspada terhadap musuh dan memperingatkan mereka untuk tidak lalai akan musuhnya. Dalam ayat-ayat surat al-Anfal yang menyebutkan tentang perang, jihad dan bagaimana melaksanakan salat di medan perang, di ayat yang lain tidak lupa juga memperingatkan umat Islam untuk tidak lupa dengan mempersenjatai diri dan tidak lupa akan serangan tiba-tiba dari pihak musuh.

Allah berfirman, "... Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus..."[2]

Sesuai dengan ayat ini dan peringatan yang bersifat universal dan tidak terbatas hanya di medan perang dapat dipahami bahwa umat Islam dalam segala kondisi harus mengetahui akan pergerakan musuh dan mempersenjatai dirinya dengan baik. Jangan sampai mereka lalai akan musuhnya yang berujung kejatuhan dalam bahaya besar.

Allah Swt dalam ayat lain dengan ungkapan yang berbeda secara tidak langsung memperingatkan umat Islam untuk tidak boleh menghadapi musuh tanpa pasukan dan persenjataan, apalagi lalai terhadap musuh. Mereka harus mempersiapkan dirinya dari sisi sumber daya manusia dan kemampuan militer, sehingga musuh takut menyerang.

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu..." (QS. al-Anfal: 60)

Sumber: Hoshdar-ha va Tahzir-haye Qorani, Hamid Reza Habibollahi, 1387 Hs, Markaz-e Pajuhesh-haye Seda va Sima.

 

 

[1] . Sebagai contoh, Nabi Saw sebelum terjadi Perang Khandaq telah mendapat informasi dari para informan beliau bahwa musuh telah menyiapkan perang ini dan dengan bermusyawarah dengan para sahabatnya, akhirnya pasukan Islam menggali parit demi melindungi Madinah dari bahaya musuh-musuh Islam. (Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah, Qom, Entesharat Iran, 1363 Hs, jilid 3, hal 235)
[2] . QS. an-Nisa: 102.

Selasa, 01 September 2015 09:27

Persahabatan dan Mencari Sahabat dalam Islam

Kasih sayang yang ada dalam diri masyarakat memiliki pengaruh luar biasa dalam kehidupan mereka dan menjadi obat bagi pelbagai masalah kejiwaan manusia. Berpikiran positif terkait orang lain dan mengasihi mereka membuat pekerjaan sehari-hari lebih ringan dan interaksi lebih mudah serta solusi bagi banyak problem sosial.

Agama Islam sangat memandang penting soal menyebarkan kasih sayang dengan masyarakat dan itu dilakukan dengan pentakbiran yang beragam dan indah saat menjelaskan posisi penting sifat mulia ini. Rasulullah Saw bersabda, "Puncak akal setelah iman kepada Allah Swt adalah mengasihi manusia."[1]

Dalam riwayat lain dari Maksumin as disebutkan bahwa mengasihi masyarakat terkadang disampaikan dengan ungkapan akal[2] atau setengah dari akal[3]. Secara umum, dengan melihat perilaku para Nabi dan Maksumin as rahasia bagaimana mereka dicintai dan begitu diterimanya mereka oleh masyarakat kembali pada unsur pengasih yang ada dalam dirinya terhadap masyarakat. Sementara menurut pandangan al-Quran, orang-orang mukmin dan pelbagai kalangan masyarakat Islam merupakan saudara satu sama lainnya. Itulah mengapa perilaku mereka terhadap yang lain harus berdasarkan prinsip persaudaraan dan seperti dua saudara.

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS. al-Hujurat: 10)

Abd al-Mu'min al-Anshari menukil, "Saya pergi menemui Imam Musa bin Ja'far as dan Muhammad bin Abdullah Ja'fari berada bersama beliau. Saya tersenyum kepadanya. Imam Kazhim as berkata, ?Apakah engkau mengasihinya?' Saya menjawab, ?Iya. Saya mengasihinya karena Anda.' Imam Kazhim as berkata, ?Ia adalah saudaramu. Seorang mukmin merupakan saudara kandung mukmin yang lain."[4]

Dengan demikian, penting untuk menjelaskan ajaran Islam agar dapat mengubah pandangan kita dan masyarakat Islam tentang saudara seagama. Cara pandang ini harus disosialisasikan di tengah-tengah masyarakat, sehingga menjadi sarana bagi persatuan masyarakat Islam dan kekompakan mereka.

Mencari sahabat merupakan unsur lain yang telah dipesankan dalam agama Islam dan banyak riwayat yang membicarakan masalah ini. Mengamalkan perintah Islam ini akan menciptakan hubungan yang lebih erat antara umat Islam dan mempersatukan masyarakat Islam. Penerapan ajaran Islam di bidang ini akan merealisasikan ayat al-Quran yang berbunyi "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai" di setiap masyarakat Islam.

Islam saat mencela orang-orang yang memilih untuk menyendiri menyebut mereka orang yang paling lemah dan menyayangkan kepribadian mereka yang lemah. Imam Ali as berkata, "Orang yang paling lemah adalah yang tidak mampu mencari sahabat, sementara yang lebih lemah darinya adalah orang yang kehilangan sahabatnya."[5]

Hanya dalam satu kondisi Islam memilih untuk menyendiri dan tidak berinteraksi dengan masyarakat ketika sahabatnya adalah orang-orang yang sangat rusak, sehingga bila bergaul dengannya, maka ia sendiri akan terjauhkan dari Allah atau melakukan maksiat. Kondisi yang seperti ini membuat seseorang harus memilih untuk sendiri. Sikap Ashab Kahfi termasuk kasus yang semacam ini dan banyak riwayat yang memuji sikap orang yang memilih untuk sendiri ketika kondisi masyarakat sedemikian rusak.

Sumber: Dousti va Doust Dashtan dar Quran va Rivayat, Mohammad Hemmati, Markaz Pezhouhesh-ha Eslami Seda Va Sima, Qom, 1392 Hs.

 

[1] . Syeikh Shaduq, al-Khishal, jilid 1, hal 15 hadis 55.
[2] . Abd al-Wahid Ibnu Muhammad at-Tamimi al-Amidi, Ghurar al-Hikam, hal 189, hadis 95.
[3] . Syeikh Shaduq, Man Laa Yahdhuruhu al-Faqih, jilid 4, hal 416.
[4] . Bihar al-Anwar, jilid 74, hal 236, hadis 38.
[5] . Ibid, hal 278, hadis 12.