کمالوندی
Masjid Syiah Afghanistan Diserang Bom, Puluhan Tewas
Sedikitnya 20 jamaah tewas dan lebih dari 50 lainnya luka-luka setelah serangan bom menghantam sebuah masjid di Provinsi Kunduz, Afghanistan Utara.
Ledakan itu terjadi menjelang Jumat siang di Masjid Jami' Sayed Abad milik masyarakat Syiah di Bandar Khan, kota Kunduz.
Menurut laporan Afghan Voice Agency (AVA), ledakan itu menewaskan sedikitnya 20 jamaah dan melukai 30 orang lainnya. Jumlah korban diperkirakan akan bertambah karena banyak orang terluka parah.
Penduduk Kunduz mengatakan kepada AFP bahwa ledakan tersebut menghantam sebuah masjid Syiah selama shalat Jumat.
Belum ada individu atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Namun, sebagian besar serangan dan pembunuhan yang terjadi baru-baru ini di Afghanistan, dilakukan oleh kelompok teroris Daesh.
Taliban telah berjanji kepada rakyat Afghanistan bahwa mereka akan menumpas teroris Daesh.
Juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid mengatakan dalam sebuah tweet bahwa pasukan khusus gerakan itu telah tiba di lokasi untuk memulai penyelidikan.
Surat Al-Ahqaf ayat 1-5
Surat Al-Ahqaf ayat 1-5
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (2) مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ (3)
Haa Miim. (46: 1)
Diturunkan Kitab ini dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (46: 2)
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka. (46: 3)
Surah ini seperti 28 surah lain di al-Quran yang dimulai dengan huruf muqatha'ah dan kemudian berbicara tentang urgensitas dan keagungan al-Quran. Sepertinya Allah Swt ingin mengatakan, "Aku dengan alfabet yang kuberikan kepada kalian, menulis sebuah kitab yang kalian tidak mampu mendatangkan padanannya dan ini merupakan argumentasi terbaik bagi mukjizat al-Quran."
Penekanan turunnya al-Quran dari Allah Swt yang disebutkan di bergai ayat al-Quran mengindikasikan posisi Kitab Samawi yang jika diamalkan ajarannya maka manusia akan hidup terhormat dan kuat. Karena seluruh ajaran al-Quran berdasarkan ilmu dan hikmah serta tidak ada ucapan atau ajaran berlebihan di dalamnya.
Bukan saja kitab syariat, tapi juga sistem alam diciptakan berdasarkan kebenaran dan dikelola sesuai dengan program pasti, serta segala sesuatu di sistem ini memiliki posisi khusus.
Tak diragukan lagi di kitab samawi ini, tidak ada kata-kata yang bertentangan dengan kebenaran, dan juga di alam penciptaannya tidak ditemukan ketidakteraturan atau hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran. Segala sesuatunya seimbang, selaras dan dibarengi kebenaran. Namun seperti penciptaan ini memiliki awal, maka juga memiliki akhir.
Siapa saja yang mengingkari keberadaan Tuhan atau pengutusan Nabi, maka mereka juga mengabaikan ayat-ayat Tuhan di al-Quran dan alam penciptaan serta peringatan akal serta wahyu. Mereka lari dari kebenaran dan berpaling darinya, akibatnya mereka tidak mendapat hidayah Tuhan.
Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Quran, firman Tuhan yang diturunkan di hati Nabi dan diucapkan oleh beliau.
2. Alam semesta dan syariat, keduanya berdasarkan kebenaran dan hikmah, karena keduanya bersumber dari Tuhan Yang Maha Bijaksana.
3. Di sistem penciptaan tidak ada penyimpangan dan kesia-siaan.
4. Langit, bumi dan seluruh alam semesta memiliki waktu tertentu dan akhir yang telah ditentukan, dan tidak ada urusan yang terjadi secara kebetulan.
5. Seluruh alam semesta bergerak ke arah yang benar. Hanya manusia yang dapat menyimpang dari jalan yang benar dan tersesat dengan memilih jalan yang salah.
قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِنْ قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِنْ عِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (4) وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ (5)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar". (46: 4)
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? (46: 5)
Di ayat ini Rasulullah Saw diperintahkan untuk mengatakan kepada kaum Musyrik Mekah bahwa apa peran berhala yang kalian sembah di penciptaan dan pengaturan langit dan bumi ? Kalian yang mengakui langit, bumi, matahari, bulan dan bintang diciptakan oleh Allah Swt, lantas mengapa kalian menyembah berhala dan merujuk pada benda-benda tak berharga serta tidak memiliki akal dan perasaan ?
Apakah sebelum al-Quran telah turun kitab kepada kalian yang memperbolehkan menyembah berhala ? Atau ada alasan ilmiah yang diberikan cendikiawan yang menjadi landasan penyembahan selain Tuhan ? Penyembahan berhala harus berdasarkan argumentasi akal atau wahyu, padahal kalian tidak memiliki salah satu dari dua alasan tersebut. Oleh karena itu, jelas bahwa perilaku kalian hanya berdasarkan teladan palsu dan batil.
Lebih lanjut ayat ini menyatakan, kalian tanpa argumentasi akal atau wahyu telah menyembah berhala atau sesembahan lainnya, padahal kalian menyadari mereka (berhala dan sesembahan tersebut) bukan saja tidak mampu menjawab kalian, bahkan tidak mampu merealisasikan keinginan kalian. Sejatinya kalian memilih jalan yang sesat dan benar-benar menyimpang. Karena kalian menyembah sesuatu yang tidak mendengar ucapan kalian dan tidak menyadari keinginan kalian serta sepenuhnya tidak mengetahuinya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Memilih jalan selain jalan Tuhan adalah penyimpangan dan kesesatan.
2. Terkadang para penentang harus diberi pertanyaan sehingga mereka dapat berpikir dan menyadari kepalsuan jalannya.
3. Bukan saja berhala kayu dan batu, bahkan manusia berilmu dan kuat tidak mampu memberi banyak tuntutannya dan orang lain, dan mereka tidak dapat dijadikan sandaran selain Tuhan.
4. Setiap pekerjaan manusia harus memiliki alasan rasional dan ilmiah, atau argumentasi wahyu Tuhan, hadis Rasulullah atau penggantinya (para imam maksum).
Surat Al Jathiya ayat 33-37
Surat Al Jathiya ayat 33-37
وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (33)
Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-olokkannya. (45: 33)
Di pembahasan sebelumnya dijelaskan mengenai orang-orang yang mengingkari Ma'ad yang dengan bahasa melecehkan mengatakan, "Kami tidak tahu apa itu Kiamat, kami juga tidak mengira hal itu akan terjadi."
Ayat ini saat menjawab perkataan mereka, mengatakan, ketika Hari Kiamat terjadi, catatan amal perbuatan diserahkan kepada mereka dan mereka menyaksikan seluruh perbuatannya di dunia dicatat di sana serta mereka tidak dapat mengingkarinya. Saat itu, perbuatan buruk menjadi nyata bagi mereka dan berubah menjadi bentuk fisik, ketika itu, mereka sadar bahwa apa yang mereka hina, saat ini melilit mereka dan mereka tidak menemukan jalan untuk lari atau selamat.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kiamat adalah hari ketika perbuatan manusia muncul dan dampak tersembunyinya akan terlihat.
2. Kita jangan melecehkan hukum dan ajaran ilahi, karena sikap seperti ini suatu hari akan menyusahkan kita.
وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (34)
Dan dikatakan (kepada mereka): "Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong". (45: 34)
Dalam budaya Al-Qur'an, jika lupa itu alami maka tidak akan dipermasalahkan, karena manusia wajar jika melupakan sebagian hal. Seperti mereka yang lupa mengerjakan shalat. Tapi jika lupa adalah mengabaikan dan tidak memperhatikan hukum Tuhan, maka ini layak mendapat siksa, karena itu bukan kelupaan, tapi sengaja lupa.
Sebagian orang mengingkari Hari Kiamat, dan bersikeras akan pengingkarannya tersebut. Sebagian lain tidak seperti itu, tapi dalam prakteknya mereka mengabaikan Hari Kiamat, di mana amal perbuatan mereka membuktikam mereka melupakan Hari Kiamat. Kedua kelompok ini akan mendapat siksa sesuai dengan keyakinan dan amal perbuatannya, dan Tuhan akan memperlakukan mereka, seolah-olah Ia melupakannya dan mereka tidak mendapat rahmat-Nya. Tentunya fakta bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang melupakan hamba-Nya serta menghilankan semua kebaikan akan sangat menyakitkan bagi manusia. Ayat ini mengisyaratkan bahwa tempat orang seperti ini adalah di neraka dan mereka tidak memiliki penolong.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mereka yang melupakan Hari Kiamat baik di keyakinan maupun perilakunya, maka kelak ia akan dilupakan dan Tuhan akan mengabaikan mereka.
2. Iman terhadap Hari Kiamat saja tidak cukup, orang mukmin harus mengingat Ma'ad di setiap kondisi.
ذَلِكُمْ بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَغَرَّتْكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ لَا يُخْرَجُونَ مِنْهَا وَلَا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ (35)
Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat. (45: 35)
Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyebutkan dua faktor yang membuat manusia menjadi penghuni neraka danmengatakan, salah satunya tertipu dunia dan yang lain adalah melecehkan ayat ilahi. Sejatinya ketergantungan besar terhadap dunia membuat manusia mengingkari alam setelah kematian dan pengadilan di Hari Kiamat, sehingga dengan tenang mereka memenuhi hawa nafsu dan keinginannya.
Orang-orang seperti ini melecehkan orang yang mengingatkan akan azab neraka dan mengatakan, siapa yang mengetahui alam itu sehingga kalian menakut-nakuti kami ? Di mana surga ? dan mana neraka ? Ini seluruhnya janji palsu. Ingatlah hal yang pasti dan lupakan sesuatu yang belum pasti.
Jelas bahwa orang seperti ini dan dengan pemikirannya, tidak ingin bertaubat dan mereka meninggal dalam kondisi mengingkari Hari Kiamat. Mereka di Hari Kiamat hanya menyaksikan satu jalan, yakni neraka dan alasan mereka tidak akan diterima sehingga mereka akan selamat dari azab.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sumber nasib buruk manusia adalah tertipu dunia dan kekayaan, kekuasaan serta kesenangannya.
2. Allah Swt telah menyempurnakan hujjah bagi semua manusia dan menutup alasan bagi mereka, sehingga di Hari Kiamat tidak ada yang mengklaim bahwa kami tidak mengetahui.
فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (36) وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (37)
Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam. (45: 36)
Dan bagi-Nya-lah keagungan di langit dan bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (45: 37)
Ayat ini yang merupakan akhir Surat Al-Jathiya menyebutkan kedudukan Tuhan di alam semesta dan mengatakan, pengelolaan urusan alam semesta di langit yang agung dan galaksi yang tak terbatas ada di tangan Tuhan, seperti halnya pengelolaan urusan bumi dan penghuni bumi - yang dianggap sangat tidak penting di alam semesta ini - dilakukan oleh Tuhan.
Dia memerintah alam semesta dengan kekuatannya yang tak terbatas dan tak terkalahkan dan berdasarkan pengetahuan dan kebijaksanaannya yang kuat. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita sebagai manusia untuk mengenal Tuhan dengan benar dan tempat serta peran-Nya di alam semesta, dan dengan sendirinya pengetahuan ini mengarah pada syukur dan puji-pujian kepada-Nya. Karena setiap kebaikan dan berkah berasal dari fitrahnya dan segala pujian kembali kepada-Nya.
Pada ayat terakhir disebutkan bahwa pengaruh kebesaran Allah nyata di langit dan di seluruh bumi dan di seluruh dunia, dan kebesaran-Nya di langit dan bumi hanya milik-Nya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seluruh alam semesta di bawah pengaturan Tuhan dan tidak ada perbedaan antara bumi dan langit atau berbagai fenomena lainnya.
2. Kehormatan dan kekuatan akan efektif jika dibarengi dengan ilmu dan hikmah.
3. Ibadah kepada Tuhan tergantung pada pengetahuan tentang-Nya yang benar dan hanya Dia yang berhak mendapatkan keagungan dan pujian.
Surat Al Jathiya ayat 26-32
Surat Al Jathiya ayat 26-32
اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (26) وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ (27)
Katakanlah: "Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (45: 26)
Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebathilan. (45: 27)
Di pembahasan sebelumnya dibicarakan mengenai para pengingkar Ma’ad yang meminta Rasul dan orang mukmin untuk menghidupkan kembali leluhur mereka, sehingga mereka dapat mempercayai keberadaan Ma’ad. Ayat ini saat menjawab permintaan mereka mengatakan, “Kalian yang saat ini hidup, siapa yang menciptakan kalian dan memberi kalian kehidupan ? Apakah kalian mengingkari pencipta kalian sendiri ? Jika kalian percaya bahwa ada yang menciptakan kalian, lantas mengapa kalian menolak kemampuan sang pencipta untuk menghidupkan kalian kembali ? Mengapa kalian menginginkan untuk menyaksikan segala sesuatu ketimbang berpikir dan merenungkan ?”
Kelanjutan dari ayat tersebut menekankan bahwa jika kalian meragukan kekuatan Tuhan untuk menciptakan kembali, pikirkan sedikit tentang kebesaran langit dan bumi untuk mengetahui bahwa kekuatan yang dapat menciptakan dunia yang besar ini dan merupakan pemilik dan penguasa alam semesta, pastinya tidak lemah untuk untuk menciptakan kembali kalian. Maka berhati-hatilah untuk tidak mengikuti kebatilan daripada kebenaran, karena kalian akan menderita penyesalan dan kerugian pada Hari Kebangkitan. Karena karena telah kehilangan modal hidup dan kalian tidak akan mencapai apa pun kecuali penyesalan dan kesedihan.
Tak diragukan lagi umur manusia dan kecerdasan, akal dan bakatnya adalah investasinya di dunia ini, namun orang-orang yang tersesat menukarnya dengan sesuatu yang cepat hilang serta mereka akan menyadari kerugiannya di Hari Kiamat ketika hanya iman dan amal saleh yang bermanfaat.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kehidupan pertama manusia merupakan bukti bagi kemungkinan kebangkitan manusia di Hari Kiamat.
2. Mayoritas manusia berharap menyaksikan segala sesuatu dengan matanya untuk menerimanya ketimbang berpikir di tanda-tanda penciptaan.
3. Mereka yang mengingkari Hari Kiamat, nantinya akan menyadari bahwa mereka telah mengalami kerugian besar.
وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (28) هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (29)
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (45: 28)
(Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan". (45: 29)
Ayat ini menggambarkan proses peradilan di Hari Kiamat ketika manusia berlutut dalam ketakutan dan kekhawatiran dan menunggu penentuan nasib mereka.
Ayat ini saat menggambarkan situasi di Hari Kiamat mengatakan, setiap umat dipanggil ke catatan amal perbuatannya. Catatan amal setiap orang telah disiapkan sebelumnya, karena malaikat telah diperintahkan mencatat setiap amal baik dan buruk sepanjang hidup manusia, sehingga tidak ada yang luput dan hari ini di pengadilan Hari Kiamat, catatan tersebut diberikan kepada manusia sehingga ia tidak menganggap setiap azab dan pahala diberikan tanpa alasan.
Saat itu, Allah Swt mengatakan kepada mereka bahwa ini adalah catatan Kami yang menjadi saksi bagi kalian dan mengungkapkan kembali amal perbuatan kalian. Saat itu, kalian melakukan perbuatan apa pun yang kalian inginkan dan tidak percaya bahwa perbuatan kalian dicatat, tapi Kami telah memberi perintah untuk mencatat seluruh perbuatan kalian.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Alam semesta diatur berdasarkan kebenaran dan keadilan, dan memiliki perhitungan serta seluruh amal perbuatan manusia dicatat.
2. Azab atau pahala manusia di Hari Kiamat berdasarkan perbuatan baik dan buruk mereka di dunia.
3. Setiap manusia memiliki catatan tersendiri yang mencatat seluruh perbuatannya secara detail. Jelas, percaya pada pencatatan perbuatan yang akurat mencegah manusia melakukan perbuatan buruk dan kriminal.
فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ (30) وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آَيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ وَكُنْتُمْ قَوْمًا مُجْرِمِينَ (31)
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata. (45: 30)
Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan): "Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa?" (45: 31)
Di akhir pengadilan Hari Kiamat, manusia dibagi menjadi dua kelompok, dan setiap kelompok mendapat balasan amal perbuatannya. Kelompok orang mukmin dan kelompok orang kafir.
Orang beriman mendapat rahmat ilahi berupa kebahagiaan dunia dan akhirat, dan ini sebuah kemenangan sejati. Setelah protes perhitungan, hanya mereka yang beriman dan beramal saleh yang mendapat rahmat dan anugerah ini. Tapi kepada orang kafir dikatakan apakah tidak dibacakan ayat Kami kepada kalian dan kalian malah congkak serta sombong. Mereka tidak termasuk golongan yang mendapat rahmat ilahi serta akhirnya mereka hancur. Karena selain menolak kebenaran mereka juga melawannya dan melakukan berbagai macam kejahatan dan perbuatan dosa.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman dan amal saleh tidak dapat dipisahkan, dan secara terpisah tidak dpaat membuat manusia bahagia. Iman yang dibarengi dengan amal saleh yang mampu membuat manusia dan masyarakat bahagia.
2. Akar dari kekufuran adalah congkak dan melawan kebenaran.
3. Akar kejahatan dan dosa adalah mengingkari Tuhan dan perintah-Nya.
وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لَا رَيْبَ فِيهَا قُلْتُمْ مَا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ إِنْ نَظُنُّ إِلَّا ظَنًّا وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ (32)
Dan apabila dikatakan (kepadamu): "Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya", niscaya kamu menjawab: "Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya)". (45: 32)
Melanjutkan ayat sebelumnya yang berbicara mengenai sikap sombong dan keras kepala orang kafir terhadap ayat-ayat ilahi, ayat ini mengatakan, "Tanda-tanda kesombongan mereka adalah ketika orang beriman berbicara mengenai Hari Kiamat dan mengingatkan kalian, kalian tidak bersedia merenungkannya dan malah berkata, apa itu Hari Kiamat ? Siapa yang menyaksikan Hari Kiamat atau melaporkannya sehingga kami menerimanya ? Ucapan kalian orang mukmin juga sekedar prasangka bagi kami dan tidak ada nilainya, dan kami tidak mendapat pengetahuan tentang adanya Hari Kiamat.
Uniknya jika dikatakan kepada mereka, rumah kalian terancam terbakar, mereka langsung menunjukkan respon dan berusaha untuk mencegah bahaya potensial, tapi terkait Hari Kiamat, bahkan mereka mengabaikan potensi kebenarannya.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang beriman harus menyampaikan kebenaran kepada semua orang sehingga hujjah bagi mereka sempurna, meski banyak dari manusia yang menolaknya.
2. Keyakinan tidak diperlukan untuk Hari Kiamat, bahkan sekedar prasangka dan kecurigaan akan terjadinya hari itu harus membuat manusia menghindari perbuatan jahat atau dosa, karena ancaman dan kerugiannya sangat besar.
Surat Al Jathiya ayat 21-25
Surat Al Jathiya ayat 21-25
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (21) وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (22)
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (45: 21)
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. (45: 22)
Di pembahasan sebelumnya dibahas nasib orang mukmin dan kafir di Hari Kiamat. Ayat ini saat membandingkan dua kelompok ini mengatakan, “Apakah orang akan berharap Tuhan Yang Maha Adil memperlakukan sama antara baik dan buruk ?
Apakah kalian menerima bahwa setiap orang di dunia harus berperilaku seperti yang mereka inginkan dan bahwa mereka yang melayani masyarakat harus dilihat sama dengan mereka yang menindas orang ?
Jika ada yang menganggap bahwa iman dan amal saleh atau kafir dan dosa tidak berpengaruh pada kehidupan, maka kepercayaan seperti ini tidak benar. Tak diragukan lagi bahwa kehidupan dan kematian orang mukmin dan kafir berbeda.
Orang mukmin di bawah naungan iman dan amal saleh memiliki ketenangan khusus, di mana peristiwa dan badai kesulitan hidup memiliki pengaruh sedikit di jiwa mereka. Orang beriman optimis dengan janji ilahi dan memandang masa depan jelas bagi mereka. Seperti disebutkan di ayat 82 Surat Al-An’am yang artinya, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Sementara orang yang tidak beriman dan tenggelam dalam kerusakan, senantiasa khawatir. Mereka meski tenggelam dalam kenikmatan duniawi, tapi ketakutan akan kehilangan nikmat ini senantiasa menyiksa mereka dan memandang masa depan yang kelam dan kematian sebagai kemusnahan.
Cahaya hidayah menyinari hati-hati kelompok pertama dan membawa mereka ke arah tujuan yang baik dan mulia. Namun kelompok kedua tidak memiliki tujuan yang jelas bagi kehidupannya dan tersesat di antara gelombang kegelapan.
Pada saat kematian yang merupakan jendela ke alam abadi, nasib kedua kelompok ini berbeda. Orang-orang beriman dan berbudi luhur diberitakan kabar baik surga saat kematian. Tetapi bagi orang-orang yang kafir itu, disuruh masuk melalui pintu neraka dan tinggal di dalamnya selama-lamanya. Singkatnya, situasi kedua kelompok ini berbeda dalam segala hal, termasuk hidup dan mati, barzah dan kebangkitan.
Poin lain adalah penciptaan langit dan bumi berdasarkan kebenaran dan keadilan. Bukan hanya sistem kehidupan manusia, tapi sistem seluruh makhluk hidup juga berdasarkan kebenaran. Oleh karena itu, Tuhan tidak menzalimi siapa pun dan juga tidak meninggalkan manusia sendirian, sehingga siapa saja dapat bertindak sesuai dengan keinginannya. Tapi berdasarkan keadilan, Ia mengazab manusia atau memberinya pahala.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita harus menghindari persangkaan buruk terhadap Tuhan, dan kita harus menyadari bahwa tolok ukur siksa dan pahala Tuhan adalah amal perbuatan kita, bukan angan-angan dan persangkaan yang keliru kita.
2. Baik iman dan amal saleh, dan juga kekufuran dan perbuatan buruk, memiliki pengaruh pada kehidupan, kematian dan nasib manusia.
3. Sistem alam semesta berdasarkan kebenaran. Oleh karena itu, manusia juga diperlakukan sesuai dengan kebenaran.
4. Filsafat Hari Kiamat adalah keadilan dan hikmah ilahi, sehingga tujuan penciptaan terpenuhi dan hak diberikan kepada mereka yang berhak.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (23)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (45: 23)
Ayat ini mengisyaratkan akar kejahatan dan dosa serta mengatakan, para pendosa dan kriminal menjadikan keinginan dan hawa nafsunya sebagai tolok ukur segala sesuatu, seakan-akan hawa nafsunya seperti tuhan dan memberi mereka perintah melakukan perbuatan yang menyenangkan. Mereka melakukan segala sesuatu seperti yang mereka inginkan, dan bahkan mereka menggunakan akal dan pikirannya untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
Wajar jika orang-orang seperti itu, bahkan mata dan telinga mereka, tidak mengetahui kebenaran, dan hanya menganggap apa yang mereka lihat dalam hal kesenangan dan minat mereka sebagai benar, dan apa pun yang bertentangan dengannya, adalah salah.
Sikap seperti ini membawa manusia ke tempat di mana pengetahuan dan kesadarannya kehilangan keefektifannya. Oleh karena itu, orang-orang yang menyembah hawa nafsu, bahkan jika mereka adalah ilmuwan, disesatkan dan jatuh.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bukan hanya patung kayu, batu atau bulan dan matahari, atau sejumlah binatang yang menjadi sesembahan manusia sepanjang sejarah. Tapi banyak juga manusia yang menyembah hawa nafsunya dan hanya mengejar kesenangan duniawi.
2. Jika hawa nafsu menguasai manusia, maka ia akan kehilangan pengetahuan dan kesadarannya, serta menusia akan tersesat, meski ini memiliki ilmu dan kesadaran. (Seperti dokter yang sadar akan bahaya rokok tapi ia tetap menghisapnya)
3. Hawa nafsu seperti kaca mata dengan kaca berwarna yang tidak memungkinkan manusia untuk melihat fakta sebagaimana adanya dan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan fakta tersebut. Karena itu, dengan hawa nafsu, manusia kehilangan arah.
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ (24) وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آَيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ مَا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا ائْتُوا بِآَبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (25)
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (45: 24)
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain dari mengatakan: "Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar". (45: 25)
Ayat sebelumnya berbicara mengenai hawa nafsu dan perannya dalam menjauhkan manusia dari kebenaran. Ayat ini menyinggung salah satu dampak mengikuti hawa nafsu dan mengatakan, “Mereka mengejar kesenangan instingnya dan hanya mengikuti kecenderungan hawa nafsu, mereka mengingkari alam setelah kematian dan Hari Kiamat. Mereka mengatakan, kematian akan mengakhiri kita dan tidak ada yang tersisa dari kami untuk dihidupkan kembali, serta kita harus memberi pertanggung jawaban atas perbuatan kita. Suatu hari kita terlahir di dunia dan satu hari kita akan meninggal, tidak ada alam lain untuk kita pikirkan selain dunia yang kita hidup di dalamnya.”
Mereka tidak memiliki argumentasi saat mengingkari keberadaan Ma’ad, dan hanya berbicara berdasarkan praksangkanya saja. Mereka kepada orang-orang beriman mengatakan, jika kebangkitan orang mati itu kebenaran, maka hidupkan orang tua kami di dunia ini, sehingga kami percaya bahwa ada kemungkinan orang mati dibangkitkan kembali. Sementara Tuhan telah menunjukkan kekuatannya untuk menghidupkan kembali orang mati dengan berbagai cara seperti penciptaan manusia pertama.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yagn dapat dipetik:
1. Mengikuti hawa nafsu akan membuat manusia mengingkari Hari Kiamat, sehingga mereka dapat mengejar keinginan hawa nafsunya dengan tenang dan melanjutkan kejahatan serta perbuatan dosanya.
2. Para pengingkar Ma’ad tidak memiliki argumen, tapi hanya berdasarkan prasangka.
3. Sama seperti pengingkar Tuhan yang mengatakan mereka harus melihat Tuhan untuk beriman, sebagian pengingkar Ma’ad juga berkata, kami harus menyaksikan kebangkitan orang mati sehingga kami beriman. Seakan-akan kecerdasan (akal) mereka ada di mata mereka dan mereka menyangkal segala sesuatu yang tidak mereka lihat.
Surat Al Jathiya ayat 15-20
Surat Al Jathiya ayat 15-20
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ (15)
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (45: 15)
Di ayat terakhir pembahasan sebelumnya dijelaskan metode menyikapi orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat. Ayat ini menyatakan, "Jangan kalian kira keimanan dan kekafiran kalian, ketaatan atau pembangkangan kalian akan menguntungkan atau merugikan Tuhan. Siapa saja yang melakukan perbuatan maka akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri dan mereka akan mendapatkannya di Hari Kiamat.
Sama seperti seorang guru yang berkata kepada muridnya: Baik kalian belajar atau tidak, keuntungan atau kerugiannya milik kalian sendiri; Saya tidak akan rugi atau beruntung.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sistem azab dan pahala ilahi berdasarkan perbuatan baik dan buruk manusia, dan seluruh manusia sama dihadapan hukum Tuhan.
2. Allah Swt tidak membutuhkan manusia, dan ajaran Tuhan sejatinya untuk kemajuan dan kesempurnaan manusia.
وَلَقَدْ آَتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (16) وَآَتَيْنَاهُمْ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْأَمْرِ فَمَا اخْتَلَفُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (17)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). (45: 16)
Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian yang ada di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. (45: 17)
Ayat ini mengisyaratkan nikmat besar yang diberikan Tuhan kepada Bani Isreael di masa lalu untuk menjadi pelajaran bagi umat Islam. Pertama-tama ayat ini menyebutkan nikmat kitab samawi, meraih kekuasaan dan pengutusan para nabi, serta kemudian mengisyaratkan hari Paskah Yahudi dan mengatakan, mereka unggul dari kaum sezamannya karena anugerah ini. Tapi sangat disayangkan mereka terlibat friksi di antara mereka, karena sifat hasud, iri dan dengki serta persaingan. Meski kebenaran bagi mereka sangat jelas, dan mereka memiliki alasan yang cukup untuk mengenal kebenaran berdasarkan kitab samawi, tapi mereka tidak bersedia berdamai dan meninggalkan perpecahan. Mereka masih melanjutkan friksi dan perpecahan di antara mereka sehingga kehilangan kekuasaan dan keagungannya serta tumbang dari kekuasaan mereka.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Yakinilah bahwa nikmat materi dan maknawi datangnya dari TUhan dan kita harus memanfaatkannya secara benar sehingga kita mencapai keunggulan di dunia ini.
2. Tidak ada perbedaan antara Kenabian dan Kekuasaan (pemerintahan), dan politik harus berdasarkan prinsip dan nilai-nilai agama.
3. Tuhan telah menyempurnakan hujjah-Nya bagi manusia dan memberi mereka tanda-tanda jelas untuk mengenal dan memahami kebenaran, oleh karena itu, mereka akan dimintai pertanggung jawaban di Hari Kiamat.
4. Pengetahuan saja tidak cukup, dan tidak dapat menjadi juru selamat, apalagi mereka yang menolak kebenaran karena sikap keras kepala atau dengki, dan mengobarkan perpecahan di masyarakat.
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (18) إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ (19) هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (20)
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (45: 18)
Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. Dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa. (45: 19)
Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (45: 20)
Setelah menjelaskan nasib Bani Israel, ayat ini kepada Rasulullah Saw berkata, "Kami juga menetapkan syariat dan jalan yang jelas ke arah agama yang benar, sehingga kamu menyeru manusia ke tauhid berdasarkan syariat tersebut. Tetapi orang musyrik dan para penentang akan melawan kamu serta akan mengajukan usulan untuk mencegah penyebaran agama Tuhan. Tapi jangan pernah berdamai dengan mereka terkait agama Tuhan."
Wahai Nabi! Berdiri teguh di jalan kebenaran dan patuhi itu, ikuti saja perintah Tuhan dan jangan memperhatikan tuntutan lawan. Karena Tuhan hanya membimbing orang-orang bertakwa. Tetapi orang-orang kafir itu adalah penindas, teman dan sahabat orang-orang seperti mereka, dan mereka tidak dapat mencelakai siapa pun di hadapan Tuhan atau menyelamatkan siapa pun dari hukuman ilahi.
Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu cukuplah bagi setiap orang. Karena itu adalah sarana visi bagi masyarakat umum dan sarana untuk memperoleh wawasan yang benar dalam semua aspek kehidupan. Tidak diragukan lagi, siapa pun yang ingin mencapai tingkat yakin, kitab samawi ini akan membimbingnya dan mendapat manfaat dari rahmat ilahi yang istimewa.
Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Setiap agamai samawi adalah jalan untuk mencapai kebenaran, tapi jiwa mereka satu. Agama Islam juga melanjutkan ajaran dan agama para nabi sebelumnya.
2. Mereka yang tidak mengikuti jalan Tuhan, akan mengikuti hawa nafsunya atau orang lain yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan pemahaman yang benar dari kebenaran.
3. Mengikuti keinginan orang bodoh sama halnya dengan menerima wilayah mereka dan menjahui wilayah ilahi.
4. Beragama harus berdasarkan wawasan dan kesadaran sehingga akan berujung pada keyakinan.
5. Al-Qur'an merupakan sarana mendapat wawasan dan kejelasan di seluruh bidang pemikiran, moral, sosial, politik dan keluarga.
Surat Al Jathiya ayat 9-14
Surat Al Jathiya ayat 9-14
وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آَيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (9) مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ وَلَا يُغْنِي عَنْهُمْ مَا كَسَبُوا شَيْئًا وَلَا مَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (10) هَذَا هُدًى وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ رَبِّهِمْ لَهُمْ عَذَابٌ مِنْ رِجْزٍ أَلِيمٌ (11)
Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan. (45: 9)
Di hadapan mereka neraka Jahannam dan tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar. (45: 10)
Ini (Al Quran) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab yaitu siksaan yang sangat pedih. (45: 11)
Di acara sebelumnya pembahasan seputar orang-orang yang mendegarkan ayat-ayat Tuhan tapi menolak menerimanya karena sombong dan keras kepada, serta tetap melanjutkan penolakannya.
Sementara ayat ini mengatakan, “Mereka bukan saja menolak ayat-ayat Tuhan yang mereka dengarkan dan pahami, bahkan melecehkannya dan tak segan-segan menghina Nabi dan orang mukmin. Maka Tuhan juga akan menghinakan mereka di dunia dan akhirat.”
Di Hari Kiamat, harta benda mereka tidak akan mendatanginya. Di sanalah mereka menyadari kerendahan dan kehinaan mereka dan mendapati diri mereka sendiri dan tak berdaya menghadapi hukuman ilahi.
Lebih lanjut ayat ini menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah sumber hidayah, memisahkan kebenaran dan dari kebatilan, memperjelas adegan kehidupan manusia dan memandu orang-orang di jalan kebenaran ke tujuan mereka. Tapi bagi mereka yang mengingkari ayat-ayat Tuhan, maka azab pedih menanti mereka.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Azab dan hukuman sesuai dengan dosa yang dilakukan hamba. Oleh karena itu, azab menghina dan melecehkan adalah kehinaan.
2. Orang kafir di dunia bersadar pada kekayaan, kekuatan dan sahabatnya, tapi di Hari Kiamat hal-hal tersebut tidak berguna.
3. Mereka yang mengabaikan hidayah dan petunjuk Tuhan, maka akan tercemar dan akan menyebabkan penderitaannya di Hari Kiamat.
اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (12) وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (13)
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (45: 12)
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (45: 13)
Ayat ini juga mengisyaratkan sisi lain dari tanda-tanda tauhid di alam semesta dan mengatakan, kalian menaiki kapal untuk berdagang dan berkeliling dunia melalui laut. Namun, apa yang telah membuat kalian dapat melakukan hal ini adalah karena fitur yang Tuhan tempatkan di dalam air, sehingga kapal dengan segala muatan dan penumpangnya tidak tenggelam di dalam air dan mencapai tujuannya dengan selamat.
Siapa yang membuat air menjadi dasar yang halus agar kapal dapat mengapung dengan mudah? Atau siapa yang menciptakan angin di permukaan laut dan samudera untuk menyediakan sarana bagi beberapa kapal untuk bergerak?
Menariknya, terlepas dari semua kemajuan manusia dalam produksi kendaraan seperti mobil, kereta api, dan pesawat terbang, sebagian besar barang dunia masih diangkut dengan kapal dan jalur laut. Rute yang tidak memerlukan konstruksi dan pemeliharaan dan selalu mudah diakses oleh manusia.
Bukan saja laut, tapi seluruh fenomena alam di muka bumi dan langit, seperti matahari, bulan, angin dan hujan, tambang serta sumber daya di perut bumi, hutan, padang sahara dan gunung, seluruhnya disediakan Tuhan bagi kalian dan demi kepentingan manusia. Seluruh nikmat dan anugerah ini datangnya dari Tuhan dan disediakan untuk kalian nikmati. Tak diragukan lagi, menurut para cendikiwan penaklukan alam semesta bagi manusia adalah contoh dari ayat ilahi.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yagn dapat dipetik:
1. Tuhan telah menyediakan alam semesta bagi manusia sehingga mereka dapat memanfaatkannya. Namun manusia tidak bersedia berterima kasih kepada-Nya.
2. Usaha mencari nafkah diperintahkan oleh Islam, dan kesejahteraan duniawi tidak bertentangan dengan religiusitas.
3. Memikirkan beragam fenomena alam akan membawa kita kepada Tuhan dan menciptakan iman yang bertumpu pada pengetahuan dan kesadaran di diri kita.
قُلْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (14)
Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (45: 14)
Menyikapi kesombongan orang kafir dihadapan ayat-ayat ilahi dan sikap keras kepala mereka untuk berpengang pada keyakinan batil dan keliru, ayat ini kepada orang mukmin mengatakan, "Jangan kalian berdebat dengan orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat dan serahkan mereka kepada Tuhan sehingga Tuhan yang akan menangani mereka dan mengazabnya."
Sementara terhadap orang kafir yang tidak bersedia beriman karena kebodohannya, maka mereka harus diperlakukan dengan baik dan lapang dada, sehingga jarak mereka dengan kebenaran jangan sampai menjadi lebar. Mungkin saja perlakuan baik ini akan membangunkan mereka dari kelalaian dan pada akhirnya mereka akan condong pada agama yang benar. Namun terkait orang kafir yang menolak kebenaran karena sengaja dan keras kepala, maka tidak berdepat dan memusuhinya adalah bentuk ketidakpedulian dan membiarkan mereka dalam kondisi kekufuran.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Metode menyikapi para penentang berbeda sesuai dengan kondisi mereka dan kondisi orang mukmin. Terkadang harus melawan mereka dan terkadang harus membiarkan mereka serta menyerahkannya kepada Tuhan.
2. Azab ilahi sesuai dengan amal perbuatan kita. Ini adalah tindakan yang telah menjadi cara hidup kami dan kami selalu bersikeras untuk melakukannya.
Surat Al-Jathiya ayat 1-8
Surat Al-Jathiya ayat 1-8
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (2) إِنَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآَيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ (3)
Haa Miim (45: 1)
Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (45: 2)
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. (45: 3)
Surat Al-Jathiya termasuk ayat Makiyah, yakni diturunkan di kota Mekah dan seperti ayat-ayat Makiyah lainnya, surat ini mengisyaratkan tentang tauhid, peringatakan kepada orang-orang yang tersesat dan nasib manusia di Hari Kiamat.
Surat ini diawali dengan Huruf Muqatha'ah. Mengingat ayat setelahnya tentang diturunkannya Al-Qur'an oleh Allah, ini menunjukkan keajaiban Al-Qur'an, yang ditulis dari abjad yang sama. Meskipun surat-surat ini tersedia untuk semua orang, tidak ada yang bisa membawa surat yang mirip dengan Al-Qur'an.
Penurunan Al-Qur’an juga dinisbatkan kepada dua sifat Allah Swt, Agung dan Hikmah. Mengingat sifat ini, Tuhan juga meminta orang-orang mukmin senantiasa menjaga kehormatannya dan menolak kehinaan dalam setiap kondisi. Selain itu, mereka harus mengelola setiap urusannya berdasarkan akal dan hikmah serta menghindari perbuatan yang tidak berdasar.
Ayat selanjutnya menjelaskan keagungan Tuhan di alam semesta serta menekankan poin penting ini bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh pencipta alam langit dan bumi serta hukum dan perintah-Nya di Al-Quran selaras dengan sistem penciptaan dunia dan manusia. Oleh karena itu, orang beriman, bukan saja memperhatikan ayat-ayat Kitab Samawi, tapi juga memperhatikan dengan benar langit dan bumi untuk menyaksikan tanda-tanda Tuhan di alam wujud dan memperkuat imannya.
Keagungan langit dan sistemnya yang menakjubkan serta bumi beserta keajaibannya, seluruhnya merupakan tanda-tanda kebesaran Tuhan. Bumi bergerak secara teratur dan sistematis. Bumi berputar dan bergerak di orbitnya. Bumi beserta tata surya di galaksi Bima Sakti melanjutkan perjalanannya. Meski demikian, manusia dan makhluk yang hidup di bumi tidak merasakan pergerakan ini.
Di bumi tersedia berbagai sumber tambang dan sarana kehidupan bagi miliaran manusia. Gunung dan laut juga termasuk tanda-tanda ilahi. Faktanya langit dan bumi sangat indah yang membuat manusia tersihir. Sementara orang mukmin tidak akan mudah tersihir fenomena ini dan menilainya sebagai tanda keagungan sang pencipta.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Qur’an kitab hukum Tuhan bagi kehidupan bahagia manusia, dan diturunkan berdasarkan ilmu dan hikmah ilahi.
2. Sistem Tasyri’ dan Takwin muncul dari satu sumber dan selaras satu sama lainnya.
3. Baik ayat di kitab ilahi dan alam semesta, keduanya merupakan tanda bagi orang beriman.
وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَابَّةٍ آَيَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (4) وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ آَيَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (5) تِلْكَ آَيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ وَآَيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ (6)
Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini, (45: 4)
dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. (45: 5)
Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya. (45: 6)
Setelah menyebutkan tanda-tanda Tuhan di dunia, ayat ini pertama-tama mengingatkan manusia mengapa tidak merenungkan di penciptaan dirinya serta memahami keagungan pekerjaan Tuhan dalam menciptakan manusia ? Mengapa kalian tidak merenungkan penciptaan berbagai hewan yang hidup di sekitar kalian di muka bumi ini ? Sementara perhatian terhadap hal-hal seperti ini merupakan sumber keyakinan akan keberadaan Tuhan dan keesaan-Nya.
Seperti kalian jika merenungkan fenomena alam seperti angin, hujan, terbit dan tenggelamnya matahari, maka kalian juga akan menemukan bahwa pencipta dunia mengatur setiap urusan sehingga kebuuthan alami makhluk hidup di muka bumi dan fasilitas untuk keberlangsungan hidup mereka tersedia dengan baik.
Jika manusia tidak merenungkan di seluruh tanda-tanda ini, dan juga tidak memperhatikan apa yang diturunkan kepada rasul serta tidak mengimaninya, maka kesalahan ada di tangan mereka sendiri. Jika tidak, tanda dan ayat Tuhan di alam semesta dan Al-Qur’an sangat jelas dan transparan, serta dengan sedikit perenungan akan membuat manusia beriman dan meraih keyakinan.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Wahyu ilahi mengajak manusia untuk berpikir dan merenungkan alam semesta, sehingga iman kita berdasarkan pengetahuan dan kita mencapai keyakinan melalui jalan ini.
2. Fenomena alam seperti awan, angin, salju dan hujan bukan terjadi secara kebetulan, jika fenomena alam ini tidak terjadi secara terencana dan sistematis, maka manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi akan musnah karena kelaparan.
3. Tuhan telah menyempurnakan hujjah-Nya dengan menurunkan kitab samawi kepada manusia dan mereka yang menolak beriman, tidak lagi memiliki alasan.
وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (7) يَسْمَعُ آَيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (8)
Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, (45: 7)
dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (45: 8)
Di ayat sebelumnya disebukan sebagian tanda-tanda keberadaan Tuhan di alam semesta dan juga penurunan Al-Qur’an dari Tuhan. Ayat ini mengatakan, “Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kitab-kitab surgawi-Nya, yang telah berbuat dosa dan kerusakan karena hawa nafsu, dan yang hatinya belum siap menerima kebenaran. Oleh karena itu, tidak peduli berapa banyak ayat ilahi yang dibacakan kepada mereka, mereka tidak mau mendengarkan dan memikirkannya. Sama seperti seseorang yang tertidur dan apapun kita memanggilnya, seolah-olah kita tidak memanggilnya.”
Wajar jika orang seperti ini layak mendapat hukuman karena kesombongannya melawan kebenaran dan melakukan berbagai perbuatan dosa, serta di dunia dan akhirat mereka akan menyaksikan akibat perbuatan kelirunya.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Firman Tuhan harus disampaikan kepada seluruh umat manusia, bahkan kepada mereka yang bergelimang dosa, sehingga hujjah bagi mereka sempurna.
2. Kesombongan sebuah sifat buruk, tapi ini semakin buruk saat menentang Tuhan dan sikap keras kepala untuk melanjutkan kesombongan ini sangat buruk dan tidak pantas.
Allamah Hassan Hassanzadeh Amoli,
Allamah Hassan Hassanzadeh Amoli, fakih Syiah kontemporer, arif, filsuf, matematikawan Hauzah Ilmiah Qom baru saja wafat, dengan meninggalkan karya yang melimpah.
Allameh Hassan Hassanzadeh Amoli, yang dikenal sebagai Allamah Zolfanoun, lahir pada akhir pada tahun 1929 di desa Ira daerah Larijan di kota Amol. Pada usia enam tahun, ia belajar pendidikan dasar, dan di tahun 1943 menempuh pendidikan di Hauzah ilmiah hingga mencapai gelar mujtahid.
Allamah meninggalkan Amol ke Tehran pada September 1950 dan menghadiri kelas tokoh-tokoh terkemuka dan ilmuwan terkenal seperti Abolhassan Sha'rani di Hauzah Marvi.
Selain menempuh pendidikan agama, filsafat dan tasawuf di Hauzah, Allamah Hassanzadeh juga mempelajari matematika, astronomi dan kedokteran. Setelah empat belas tahun belajar di Tehran, ia melanjutkan pendidikan di Qom pada tahun 1342 Hs dan menghadiri kelas Allamah Mohammad Hossein Tabatabai di kota suci ini selama 17 tahun.
Allamah Hassanzadeh menjelaskan tentang gurunya ini, "Aku bersumpah demi hidupku! Hal terpenting yang merangsang esensi orang bijak di hadapannya yang terhormat adalah prinsip-prinsip teologis dan intelektual yang beliau tanamkan, dan masing-masing adalah pintu yang membuka pintu-pintu lain, dibuka."
Guru berpengaruh lainnya adalah Sayid Mohammad Hassan Tabatabai, saudara laki-laki Allamah Sayid Mohammad Hossein Tabatabai. Cendekiawan terkemuka ini melakukan penyucian diri terus-menerus untuk menumbuhkan jiwa murid-muridnya, termasuk Allamah Hassanzadeh hingga mencapai tingkat kesempurnaan yang tinggi berkat bimbingannya.
Ayatullah Hassanzadeh Amoli menyebut kedua gurunya dalam buku "Marifat Nafs", dan menyampaikan salah satu pesan beliau kepadanya, "Tuan, manusia laksana tambang, yang harus digali. Niat Anda seperti gunung yang memiliki tambang emas, perak, berlian, pirus, dan lain-lain. Manusia memiliki berbagai tambang kebenaran dan pengetahuan. Semua orang harus menggali gunung keberadaan mereka dan menggali tambang itu."
Allamah Hassanzadeh adalah seorang mujtahid yang mengajar di hauzah dan universitas. Menurut Alamah, semua ilmu baik asalkan digunakan dengan benar dan saling melengkapi, serta digunakan untuk kemajuan dan perkembangan manusia. Selain bahasa Persia dan bahasa daerah Tabari, Allamah Zolfanoun juga fasih berbahasa Prancis dan Arab.
Menurut pandangan beliau, “Bahasa asing harus dikuasai untuk memperoleh akses terhadap pandangan dan pendapat orang lain, dan untuk mengkritisi dan mengkajinya serta menjawab keraguan yang diajukan oleh mereka. Bagaimanapun, untuk mengkritik pendapat orang lain, seseorang harus terlebih dahulu mempelajari sumbernya dan kemudian berdebat mengenai pendapat pemikir mereka. Jika seseorang tidak fasih berbahasa mereka, tujuan ini tidak akan tercapai."
Dia berulang kali mengatakan kepada anak-anaknya, "Saya bukan Muslim iku-ikutan. Saya telah mempelajari sebagian besar materi pendidikan sekolah Barat dan menyadari bahwa mereka tidak memiliki jawaban yang komprehensif untuk pertanyaan fisika dan metafisika, jadi saya menyadari kekosongan mereka. Saya juga mempelajari agama yang berbeda, dan setelah penelitian menyeluruh, saya menerima agama Islam, dan berterima kasih kepada Allah swt, saya seorang penganut Syiah Dua Belas Imam."
Seluruh kehidupan yang tercerahkan dari para arif dihabiskan untuk pengembangan diri, dan penyucian diri serta melatih para muridnya yang sesuai Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
Ketika dimintai petunjuk, dia berkata, “Petunjuk, hanya dan satu-satunya dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad serta Ahlul Baitnya dan selain itu hawa nafsu. Jadi langkah pertama dalam perilaku adalah pertobatan dan penyucian diri dari dosa, dan menghindari perbuatan tidak berguna maupun tercela."
Di bagian lain, Allamah Hassanzadeh mengungkapkan, "Manusia memiliki dua mulut dan satu telinga yang merupakan mulut jiwanya. Sedangkan mulut lain sebagai mulut tubuhnya. Kedua mulut ini sangat terhormat. Manusia harus sangat berhati-hati terhadap keduanya. Artinya, apa yang keluar dan masuk dari mulut ini harus dicerna secara hati-hati,".
Imam Ali berkata, "Ini seperti tanaman dan tidak ada tanaman yang membutuhkan air dan airnya berbeda. Setiap air yang suci, tanaman itu murni dan buahnya akan manis, dan setiap air yang kotor, tanaman itu juga kotor dan buahnya pahit. Jadi tindakan itu sendiri menunjukkan dari mana air itu berasal."
Allamah Hassanzadeh Amoli menganggap Al-Qur'an sebagai sumber pengetahuan ilahi. Menurutnya, Nahjul Balaghah, Sahifah Sajadiyah, Usul Kafi, Biharul Anwar dan sumber hadis lainnya. Mengenai hubungan antara agama, filsafat dan irfan, Allamah Hassanzadeh percaya bahwa Quran, filsafat dan irfan tidak terpisah satu sama lain.
Arif besar abad ini menganggap irfan sebagai ilmu yang memanusiakan dan percaya bahwa sumber tasawuf sejati dari wahyu dan Sunnah Rasulullah Saw dan Ahlul Bait. Menurutnya, irfan yang asli terkait dengan Al-Qur'an, dan para imam yang sempurna.
Allamah Hassanzadeh memandang filsafat yang menentang agama ilahi tidak dapat diterima. Sebab, apa yang disangkal oleh agama ilahi tidak dianggap sebagai filsafat. Beliau juga menolak klaim bahwa "filsafat Islam adalah filsafat Yunani" dan percaya bahwa ide-ide para filsuf pra-Islam adalah dangkal dan bahwa para filsuf Islam mempertimbangkan ide-ide ini, serta memberikan kedalamannya.
Dalam waktu kurang dari 100 tahun, Allamah Hassanzadeh telah meninggalkan lebih dari 100 karya yang telah ditulis di berbagai bidang seperti filsafat, tasawuf, matematika, astronomi, sastra Persia dan Arab. Salah satu karya filsuf dan arif Iran ini adalah buku "Seratus Kata". Karya yang luar biasa ini berisi seratus nasihat mengenai penyucian diri.
Seratus frasa atau kalimat pendek ini ditulis mengenai pengenalan diri. Risalah ini berisi seratus frase lengkap dan berbeda. Kadang-kadang sangat pendek, seperti "kata tujuh puluh sembilan," yang mengatakan, "Dia yang mempersekutukan Allah bukanlah manusia." Dan terkadang panjangnya hanya beberapa paragraf.
Allamah Hassanzadeh Amoli, setelah bertahun-tahun berjuang di bidang agama dan pendidikan, meninggal pada 3 Mehr 1400 Hs, pada usia 93 tahun, karena gagal jantung yang parah.
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, menulis dalam pesan belasungkawa atas wafatnya ulama terkemuka ini dengan mengatakan,"Ulama pemikir yang cerdas, termasuk tokoh yang langka dan mulia. Beliau contoh terkemuka di masa ini, yang menjadi perhatian dengan karyanya dan memberi manfaat baik pengetahuan dan kebijaksanaan. Tulisan dan karya manusia mulia ini telah dan akan menjadi sumber rahmat yang kaya bagi para pecinta ilmu. Insya Allah,".
Sangat menarik, sebelum beliau wafat menyampaikan sebuah pesan,"Tuan-tuan! Kami mengucapkan selamat tinggal. Mungkin berita telah sampai kepada Anda. Hassanzadeh pergi. Tidak perlu mengeluh. Semesta tetap ada dan kita tidak tahu di balik layar. Mengapa kita di sini? Semua terus bergerak. Kini masih di sini selama kita belum mencapai kesempurnaan!"
Keagungan Akhlak Imam Hasan
Imam Hasan al-Mujtaba adalah cucu pertama Rasulullah Saw dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fatimah az-Zahra. Beliau lahir pada pertengahan bulan Ramadhan tahun ke-3 Hijriah di kota Madinah. Rasulullah Saw bergegas menuju rumah Sayidah Fatimah untuk melihat langsung cucunya itu. Sayidah Fatimah as langsung menyerahkan Imam Hasan as yang masih bayi kepada Rasulullah Saw.
Setelah menggendongnya, Rasulullah Saw kemudian mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri Imam Hasan. Ketika itu, malaikat Jibril as turun dan menyampaikan perintah Allah Swt kepada beliau agar menamakan cucu pertamanya dengan Hasan, yang berarti baik dan terpuji.
Semasa hidupnya, Nabi Muhammad Saw menunjukkan kecintaannya yang sangat besar kepada anak-anak Fatimah. Suatu kali, Fatimah datang ke rumah Nabi dengan membawa dua putranya Hasan dan Husein. Kepada ayahnya, Fatimah berkata, "Ayah, ini adalah dua putramu. Berilah mereka sesuatu yang akan selalu menjadi pengingatmu." Kemudian Rasullah Saw bersabda, "Husein akan mewarisi kewibawaan dan keberanianku, sedangkan Hasan akan memperoleh kedermawanan dan kesabaranku."
Salah satu keistimewaan terbesar yang dimiliki Imam Hasan adalah kepribadian beliau yang begitu mirip dengan Rasulullah Saw. Meskipun Imam Hasan adalah cucu Nabi Saw, namun beliau selalu menyebut Imam Hasan sebagai putranya. Seluruh ulama dan sejarawan Muslim juga meyakini hal itu. Tapi, Imam Hasan hanya beberapa tahun saja hidup sezaman dengan Rasulullah Saw.
Ketika ia beranjak memasuki usia tujuh tahun, kakek tercintanya, Nabi Muhammad Saw pergi memenuhi panggilan Ilahi. Setelah kepergian Rasulullah Saw, beliau mendampingi ayahnya, Imam Ali as selama 30 tahun. Setelah syahidnya sang ayah, Imam Hasan memegang tampuk kepemimpinan umat selama 10 tahun.
Selama masa hidupnya, Imam Hasan selalu dikenal sebagai pribadi yang dermawan, penenang setiap kalbu yang didera kesusahan, dan pengayom kaum fakir-miskin.Tak ada seorang miskin pun yang datang mengadu kepadanya lantas kembali dengan tangan hampa. Terkadang, jauh sebelum si miskin mengadukan kesulitan hidupnya, Imam Hassan telah terlebih dahulu membantu mengatasinya dan tak membiarkannya harus merasa hina lantaran meminta bantuan.
Imam Hasan al-Mujtaba adalah cucu pertama Rasulullah Saw
Imam Hasan berkata, "Memberi sebelum diminta adalah kebesaran jiwa yang teragung." Imam Hasan adalah pribadi yang sangat agung, penyabar, sangat berwibawa dan teguh pendirian. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang sangat pemberani. Ketinggian ilmu dan hikmah beliau membuat kagum siapapun serta sangat bijak dalam memutuskan suatu perkara.
Selain kedermawanannya, Imam Hasan dikenal sebagai orang yang sangat penyabar. Sifat sabar dalam terma agama Islam disebut sebagai Hilm. Al-Quran menyebutkan terma Hilm sebanyak 15 kali. Kebanyakan ayat tersebut menjelaskan sifat sabar para Nabi Allah Swt seperti Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as dan Nabi Syuaib as. Ajaran Islam menjadikan hilm sebagai salah satu sifat utama dalam akhlak, bahkan disebut sebagai salah satu manifestasi dari sifat ilahi. Allah swt dalam Al-Quran surat Hud ayat 75 berfirman:
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُّنِيبٌ
"Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar sangat penyabar lagi penyantun, dan termasuk orang-orang yang kembali kepada Allah,".
Selain sifat para Nabi, Imam Hasan juga termasuk yang dikenal memiliki sifat mulia tersebut. Lembaran sejarah menunjukkan deretan buktinya. Salah satunya adalah kesabaran Imam Hasan melayani orang tua dari Syam yang menghina dan memusuhi Ahlul Bait.
Dikisahkan, suatu hari Imam Hasan sedang berjalan di tengah keramaian masyarakat. Tiba-tiba di tengah jalan beliau bertemu dengan orang tak dikenal yang berasal dari Syam. Pendatang itu ternyata seorang yang sangat membenci Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw. Mulailah ia mencaci maki Imam Hasan. Beliau tertunduk diam tidak menjawab sepatah kata pun terhadap cacian itu, hingga orang tersebut menuntaskan hinaannya.
Setelah itu, Imam Hasan membalasnya dengan senyuman, lantas mengucapkan salam kepadanya sembari berkata, "Wahai kakek, aku kira engkau seorang yang asing. Bila engkau meminta bantuan pada kami, kami akan memberimu. Bila engkau meminta petunjuk, aku akan tunjukkan. Bila engkau lapar, aku akan mengenyangkanmu. Bila engkau tidak memiliki pakaian, aku akan berikan pakaian. Bila engkau butuh kekayaan, aku akan berikan harta. Bila engkau orang yang terusir, aku akan mengembalikanmu. Dan bila engkau memiliki kebutuhan yang lain, aku akan penuhi."
Mendengar jawaban seperti itu, kakek tersebut terperanjat dan terkejut, betapa selama ini ia keliru menilai keluarga Nabi Muhammad Saw. Sejak saat itu, dia sadar bahwa Muawiyah telah menipu dirinya dan masyarakat lain. Bahkan Muawiyah telah menyebarkan isu dan fitnah tentang ihwal Ali bin Abi Thalib dan keluarganya.
Terkesima oleh jawaban Imam Hasan, kakek itu pun menangis dan berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah khalifah Allah Swt di muka bumi ini, dan sesungguhnya Allah Maha Tahu kepada siapa risalah-Nya ini hendak diberikan. Sungguh sebelum ini engkau dan ayahmu adalah orang-orang yang paling aku benci dari sekalian makhluk Tuhan. Tapi, sekarang engkau adalah orang yang paling aku cintai dari segenap makhluk-Nya." Lelaki tua itu akhirnya diajak oleh Imam Hasan ke rumahnya, dan beliau menjamunya sebagai tamu kehormatan hingga ia pamit untuk pulang.
Kesabaran Imam Hasan ini juga diakui oleh salah seorang musuh beliau, Marwan yang mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan Imam Hasan, terutama kesabarannya seperti gunung.
Sumber-sumber sejarah menyebutkan, ketika Imam Ali gugur syahid, Imam Hasan berpidato di Masjid Kufah dan mengingatkan kedudukan mulia Ahlul Bait Nabi Muhamamd Saw serta pengorbanan mereka demi kejayaan Islam. Setelah menyampaikan khutbahnya, akhirnya beliau dibaiat oleh umat Islam pada 21 Ramadhan 40 Hijriah sebagai Imam dan Khalifah umat Islam. Selanjutnya baiat kepada Imam Hasan mulai menyebar dari Kufah ke kota-kota lainnya seperti, Basrah dan seluruh wilayah Irak, Hijaz dan Yaman.
Akhirnya Imam Hasan resmi menggantikan kedudukan Imam Ali sebagai khalifah umat Islam, namun akibat krisis yang dikobarkan oleh Dinasti Umawiyah, pemerintahan Imam Hasan tidak bertahan lama. Setelah baiat terhadap Imam Hasan diambil dari seluruh wilayah Islam, Muawiyah bin Abi Sufyan bangkit menentang beliau.
Imam Hasan setelah memberikan nasehat kepada Muawiyah dan sikap keras kepala anak Abu Sufyan ini maka beliau terpaksa memerangi penguasa Syam ini. Setelah kembali ke kota Madinah, Imam Hasan sekitar delapan tahun mengabdikan dirinya di bidang budaya dan sosial. Karena umat Islam sangat memerlukan revolusi budaya.
Cinta dunia dan mengejar kepentingan pribadi, mendorong para komandan pasukan Imam Hasan rela mengkhianati pemimpinnya. Dalam situasi demikian, itu, Imam secara teliti mempertimbangkan kemaslahatannya. Oleh karena itu, Imam yang sangat mengkhawatirkan masa depan Islam dan nasib umat Islam berpendapat bahwa maslahat yang ada adalah menghindari perang. Dengan demikian Imam Hasan bersedia menerima perjanjian damai dengan Muawiyah.Di sisi lain, di kondisi sensitif tersebut, perbatasan wilayah Islam mendapat ancaman dari Romawi Timur dan setiap saat imperium ini siap untuk menyerang umat Islam.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menjelaskan masa sulit kehidupan Imam Hasan al-Mujtaba.
Rahbar berkata, "Amirul Mukminin syahid karena kondisi masyarakat Islam ketika itu. Kemudian Imamah berganti ke tangan Imam Hasan dalam kondisi demikian, dan beliau tidak mampu bertahan lebih dari enam bulan. Beliau sendirian. Imam Hasan Mujtaba tahu, jika beliau yang hanya memiliki segelintir pengikut berperang dengan Muawiyah dan syahid, maka akan terjadi kerusakan akhlak yang marak di tengah masyarakat Islam dan pertumpahan darah pun tidak bisa dihindari!"
Ayatullah Khamenei melanjutkan, "Propaganda, uang dan tipu daya dikuasai oleh Muawiyah. Setelah berlalu satu atau dua tahun, orang-orang akan mengatakan Imam Hasan percuma saja melawan Muawiyah. Oleh karena itu, dengan seluruh kesulitan yang dihadapinya, beliau tidak masuk arena perlawanan. Sebab, darahnya akan sia-sia belaka!
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menjelaskan, "Terkadang, syahid lebih mudah dari hidup! Kenyataannya demikian. Titik ini dipahami dengan sangat baik dan teliti oleh ahli makna dan hikmah.Terkadang hidup dan perjuangan di sebuah masyarakat lebih sulit dari pada kematian dan syahid serta bertemu dengan Tuhan. Imam Hasan as harus mengambil pilihan tersebut."
Dalam sebuah riwayat, Imam Hasan kepada Abu Said berkata, “Jika aku tidak melakukan hal ini, maka tidak ada satu pun pengikut Ahlul Bait yang akan tersisa di muka bumi dan semuanya akan terbunuh. Dalam kasus sengketa antara aku dan Muawiyah, aku berada di pihak yang benar, namun aku menyerahkan kepada Muawiyah. Aku melakukan hal ini untuk melindungi nyawa, darah dan harta kalian.”
Pada tahun 50 Hijriah atas skenario busuk Muawiyah, Imam Hasan as diracun oleh istri beliau, Ja'dah hingga akhirnya syahid pada usia 48 tahun. Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.



























