کمالوندی

کمالوندی

 

Mahkamah Internasional (ICJ) tanpa mengisyaratkan pembagian tak adil, hanya membatasi pemulangan rakyat Palestina yang diusir tahun 1967.

Catatan- Di dunia yang terkesan mengusung slogan keadilan, sistem hukum internasional masih terlibat kontradiksi yang mengingatkan kita pada masa kelam kolonialisme. Keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) baru-baru ini mengenai Palestina tidak hanya tidak mendekati keadilan, namun juga jelas menunjukkan keterlibatan sistem ini dengan mekanisme kolonialisme. Keputusan ini sekali lagi membuktikan bahwa hukum internasional, alih-alih menjadi alat kebebasan, malah sering menjadi platform untuk melegitimasi pemerintahan kolonial.

 

Melegitimasi Kolonialisme Zionis

Resolusi PBB no. 181 tahun 1947, dengan pembagian Palestina yang tidak adil, meletakkan dasar bagi dominasi Zionisme. Keputusan yang menyerahkan 56 persen wilayah Palestina kepada imigran Yahudi Eropa ini merupakan titik balik dalam sejarah kolonialisme modern. Pada tahun 1967, setelah peristiwa yang dikenal sebagai Naksa, Israel mengambil kendali atas Tepi Barat dan Jalur Gaza selain wilayah Palestina sebelumnya. Kini, Mahkamah Internasional, tanpa menyebutkan pembagian yang tidak adil ini, telah membatasi pemulangan warga Palestina hanya pada mereka yang diusir pada tahun 1967. Pekerjaan Mahkamah Internasional ini telah membagi sejarah menjadi dua bagian, yaitu “dapat diperdebatkan” dan “dapat diabaikan”.

Pendekatan ini sepertinya telah melupakan bahwa kembalinya warga Palestina adalah hak yang melekat pada mereka, bukan sebuah bantuan yang diberikan oleh sistem internasional. Kembalinya warga Palestina bukan hanya simbol berakhirnya penjajahan, tapi juga awal rekonstruksi tanah yang hilang. Namun pendekatan Mahkamah ini membatasi kembalinya proses hukum yang ditentukan dalam kerangka kolonial.

 

Apartheid atau Keadilan?

Menariknya, dalam putusan Mahkamah Internasional, kata “apartheid” pun tidak digunakan. Sementara itu, kebijakan Israel terhadap Palestina bukan hanya merupakan contoh pelanggaran HAM, namun juga merupakan cerminan nyata dari sistem apartheid. Mengabaikan fakta ini, ICJ telah mereduksi pendudukan Palestina menjadi isu “hak asasi manusia”.

 

PBB: Alat Kolonialisme atau Kekuatan Pembebasan?

Kontradiksi terbesar di sini adalah peran PBB. Institusi yang dimaksudkan sebagai simbol kesetaraan dan kebebasan justru menjadi alat untuk melegitimasi kolonialisme. Mulai dari Mandat Inggris atas Palestina, yang menyebabkan imigrasi orang-orang Yahudi di Eropa, hingga resolusi-resolusi yang tidak pernah dilaksanakan sepenuhnya, PBB secara efektif telah gagal melawan hegemoni Israel.

 

Jalan ke depan: Strategi Tekanan Sipil

Namun situasi ini jangan sampai membuat kita putus asa. Putusan Mahkamah Internasional, meski belum lengkap, dapat menjadi alat untuk memobilisasi opini publik. Gerakan-gerakan sipil dapat menggunakan keputusan ini sebagai dokumen untuk mengutuk hubungan ekonomi dan politik dengan Israel. Gerakan boikot, pencabutan investasi dan sanksi ekonomi gerakan BDS adalah salah satu solusi yang dapat menantang Israel dan memaksa sistem hukum internasional untuk mempertimbangkan kembali pendekatannya.

 

Keadilan: Mimpi atau Kenyataan?

Putusan Mahkamah Internasional baru-baru ini menunjukkan sekali lagi bahwa keadilan, khususnya bagi masyarakat terjajah, bukanlah sebuah proses hukum semata, melainkan sebuah perjuangan politik. Meskipun sistem internasional masih terjebak dalam kesenjangan dan kontradiksi historis, rakyat Palestina dan para pendukungnyalah yang harus membuka jalan menuju keadilan sejati dengan menciptakan tekanan dan persatuan. Seperti kata-kata Ghassan Kanafani, seorang penulis Palestina: "Mereka mencuri roti Anda dan kemudian memberi Anda sepotong. Lalu mereka meminta Anda untuk bersyukur atas kemurahan hati mereka... Sungguh sebuah keberanian!" 

 

Menurut Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, terdapat koordinasi yang matang antara rezim Zionis bahkan pemerintah AS dengan kelompok teroris Takfiri di Suriah.

Kelompok teroris, dengan dukungan beberapa negara dan ketambahan pasukan asing baru, melancarkan serangan besar-besaran terhadap posisi tentara Suriah di wilayah utara dan barat negara itu, setelah gencatan senjata antara Lebanon dan Israel.

Percakapan telepon antara Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang situasi di Suriah, pergerakan teroris di Suriah sesuai dengan rencana luar negeri, kehadiran tentara bayaran Ukraina di antara teroris di Suriah, pembebasan beberapa wilayah di provinsi Aleppo dan Hama di Suriah dan Pembunuhan 100 teroris di Suriah adalah beberapa perkembangan terkini di Suriah.

Dalam laporan ini, Pars Today telah merangkumnya untuk Anda.

Konsultasi antara Putin dan Pezeshkian tentang Suriah

Dalam percakapan telepon pada Senin (2/12) malam, Presiden Iran dan Rusia menganggap pergerakan teroris baru-baru ini di Suriah utara sebagai ancaman serius terhadap stabilitas dan keamanan negara dan kawasan. Dalam panggilan telepon tersebut, kedua pihak menekankan kerja sama bersama untuk membantu pemerintah Suriah dalam menangani kelompok teroris di negaranya.

Araghchi: Ada Koordinasi Penuh antara Israel-AS untuk Aksi Teroris di Suriah

Sayid Abbas Araghchi, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, pada Senin (2/12) malam, mengacu pada perkembangan di Suriah mengatakan, Ada koordinasi penuh antara rezim Zionis, Amerika Serikat, dan kelompok teroris, dan jalannya peristiwa menunjukkan koordinasi dan mobilisasi para teroris.

Menurutnya, Sebagaimana pemerintah Suriah berada bersama Iran di masa serangan rezim Baath Irak ke Iran, Tehran juga akan berada di pihak Damaskus.

Hossein Akbari, Duta Besar Iran di Damaskus, menekankan pada Senin (2/12) malam, Hubungan Iran-Suriah berada pada tingkat yang sangat tinggi dan menyatakan bahwa kedua negara saling melindungi dan melindungi dalam situasi sulit.

Atwan: Rencana segitiga Amerika-Zionis-Turki untuk Suriah pasti akan gagal

Sehubungan dengan hal tersebut, Abdel Bari Atwan, seorang analis terkenal dunia Arab, dalam sebuah artikel di Rai Al-Youm, mengacu pada perkembangan di Suriah dan jejak segitiga Amerika, rezim Zionis dan Turki dalam perkembangan tersebut, menulis, Apa yang terjadi di Suriah saat ini adalah pengulangan skenario yang dilakukan Amerika sejak awal tahun 1991, yaitu pengepungan dan kelaparan parah sebelum menyerang dan pendudukan militer di Irak setelah 12 tahun untuk menggulingkan rezim sebelumnya. Namun skenario ini tidak sejalan dan pasti akan gagal karena Suriah memiliki tentara yang kuat, basis massa, dan sekutu strategis Rusia dan Presiden Putin serta poros perlawanan yang dipimpin Iran, yang kuat secara militer.

Mohananad Al-Aqabi, Direktur Media Organisasi Al-Hashd Al-Shaabi Irak mengatakan pada Selasa (3/12) pagi, Teroris di Suriah beroperasi sesuai dengan rencana asing, dan tujuan mereka adalah mengganggu stabilitas kawasan.

Dalam pernyataannya, Partai Popular Front Tunisia menilai aksi teroris di Suriah sebagai langkah menuju implementasi rencana rezim Zionis yang dikenal sebagai Timur Tengah Baru dengan dukungan Amerika Serikat.

Dalam pernyataannya tersebut, Partai Popular Front Tunisia menegaskan, Kelompok teroris hanyalah kelompok fungsional dan alat musuh Zionis dan pemerintah Amerika.

Menurut laporan Al-Alam, Tehran, ibu kota Iran menyaksikan unjuk rasa protes di depan kedutaan Turki pada hari Senin (2/12), yang mengutuk dukungan rezim Zionis, Amerika dan Turki terhadap Takfiri dan kelompok teroris di Suriah.

Salah satu warga Suriah yang tinggal di Tehran mengatakan kepada wartawan Al-Alam dalam demonstrasi ini, Turki baru-baru ini memainkan peran yang meragukan di kawasan dan telah membuktikan punya beberapa wajah dan salah satunya mendukung kelompok bersenjata yang melakukan kejahatan di Suriah saat ini dan mendapat berbagai dukungan.

Sementara itu, televisi Al-Mayadeen melaporkan pada Selasa (3/12) pagi, mengutip sumber-sumber Suriah bahwa tentara Ukraina hadir di Suriah bekerja sama dengan kelompok teroris Front Tahrir Al-Sham.

Situs Kyiv Post mengumumkan beberapa waktu lalu, Para anggota kelompok teroris Tahrir al-Sham, yang aktif di Suriah utara, telah menerima pelatihan khusus dari kelompok Khimik, pasukan yang terkait dengan dinas intelijen Ukraina. Para teroris ini telah mengalami periode khusus penggunaan drone di Ukraina.

Menurut laporan Al-Alam pada hari Senin (2/12) malam, Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas teroris di Suriah, tim penasihat militer Iran tiba di Damaskus, ibu kota Suriah, sebagai bagian dari perjanjian kerja sama keamanan dan politik militer Iran-Suriah, untuk membantu negara ini menangani serangan teroris.

Sebuah sumber yang berafiliasi dengan kelompok perlawanan juga mengkonfirmasi dalam percakapan dengan Al-Mayadeen bahwa peralatan militer dan bantuan telah dikirim ke garis depan di utara dan timur Hama dan selatan Aleppo.

Dalam perbincangannya dengan Al-Mayadeen, sumber tersebut mengatakan bahwa bantuan itu meliputi kekuatan dan perlengkapan militer yang dikirimkan dengan tujuan untuk memperkuat tentara Suriah dalam melawan serangan kelompok teroris.

100 teroris tewas di Suriah

Sementara itu, Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah mengumumkan pada Senin (2/12) malam bahwa setidaknya 100 teroris tewas di Suriah dalam 24 jam terakhir.

Menurut laporan wartawan Al-Alam pada hari Senin (2/12), setelah beberapa hari serangan yang dilakukan oleh kelompok teroris, jumlah korban tewas kelompok tersebut telah mencapai 1.400 orang di berbagai wilayah di Suriah.

Sumber berita juga melaporkan bahwa tentara Suriah telah merebut kembali desa Al-Rahjan dan Al-San di pinggiran timur laut Hama (Suriah barat) setelah bentrokan sengit dengan kelompok teroris dan Takfiri.

Menurut sumber tersebut, tentara Suriah membebaskan daerah Umm Amud di pinggiran kota Al-Safira di timur Aleppo (Suriah utara) dari pendudukan teroris.

Televisi Al-Mayadeen juga mengumumkan kemajuan tentara Suriah menuju Al-Safira pada Selasa (3/12) pagi dan mencatat bahwa kemajuan ini berarti kembalinya pasukan Suriah dengan cepat ke desa-desa di provinsi Aleppo.

 

Duta Besar Iran untuk Rusia mengatakan, peningkatan kerja sama dengan organisasi-organisasi regional dan internasional seperti Organisasi Kerja Sama Shanghai, SCO, dan BRICS merupakan bagian dari kebijakan umum Republik Islam Iran.

Euronews melaporkan, Presiden terpilih Amerika Serikat, mengancam negara-negara BRICS jika berusaha menghapus dolar dari transaksi perdagangan mereka, maka harus mengucapkan selamat tinggal dengan pasar AS.
 
Trump dalam pesannya di media sosial Truth Social, menyebut ide negara-negara BRCIS untuk menghapus dolar Amerika, dari perdagangan di antara mereka, adalah ide gagal.
 
Ia menulis, "Era ketika negara-negara BRICS berusaha menjauh dari dolar, dan kami hanya diam serta menonton, sudah habis."
 
Presiden AS menambahkan, "Kami menuntut komitmen negara-negara ini untuk tidak menciptakan mata uang baru BRICS, dan tidak mendukung mata uang lain untuk menggantikan dolar perkasa milik AS, jika tidak, mereka akan menghadapi tarif 100 persen, dan harus mengucapkan selamat tinggal atas penjualan produk-produk di ekonomi AS yang luar biasa."
 
 
Respons Rusia atas Ancaman Trump
 
Kantor berita Sputnik melaporkan, Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, merespons ancaman Presiden terpilih AS, Donald Trump, terhadap negara-negara BRICS. Ia mengatakan, penggunaan kekerasan dan sanksi yang dilakukan AS, untuk memaksa negara-negara dunia menggunakan dolar, akan memberikan hasil yang kontraproduktif.
 
Peskov menuturkan, "Masalahnya bukan hanya negara-negara BRICS saja. Secara umum, jumlah negara yang mulai mengganti dolar dengan mata uang nasional dalam perdagangan dan aktivitas-aktivitas ekonomi luar negerinya terus bertambah banyak."
 
Ia melanjutkan, "Di sisi lain, jika AS seperti yang dikatakan negara itu, memaksa negara-negara dunia menggunakan dolar dengan menggunakan pengaruhnya, maka kemungkinan proses penggunaan mata uang nasional akan semakin kuat dan intens."
 
Para Pelajar Rusia Mengenal Aktivitas-Aktivitas BRICS
 
Stasiun televisi BRICS mengabarkan, lebih dari 500 pelajar dari berbagai wilayah Rusia, menghadiri festival BRICS yang diselenggarakan di kota Moskow. Para peserta festival tersebut mengenal budaya, bahasa, dan tradisi negara-negara anggota BRICS, serta aktivitas-aktivitas negara-negara itu.
 
Igor Putintsev, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Wakil Dekan Fakultas Pendidikan Pra-Universitas, MGIMO School of International Relations, mengatakan, mendidik profesional yang menguasai bahasa negara-negara BRICS, dapat memainkan peran kuci dalam penguatan hubungan internasional.
 
Editor portal berita TV BRICS juga menjadi tamu istimewa dalam festival tersebut. Ia menjelaskan kekhususan pekerjaan editor berita, tim blogger BRICS, dan proyek-proyek jaringan media internasional BRCIS View, kepada para pelajar, dan menerangkan prinsip pertukaran informasi TV BRICS dengan mitra-mitra asing, kepada para peserta festival.
 
Alexander Khanarov, Ketua Asosiasi Mahasiswa Rusia, berbicara tentang platform internasional mahasiswa pertama di dunia untuk memproduksi ide-ide negara anggota BRICS, dalam format BRICS Project Lab.
 
Selain itu, dosen senior Bahasa Indo-Iran, dan Afrika, menjelaskan karakteristik mengajar Bahasa India, yang dipakai oleh sekitar 500 juta orang. Untuk diketahui, festival ini diselenggarakan oleh MGIMO University, bekerja sama dengan TV BRICS.
 
 
Kebijakan Iran Meningkatkan Kerja Sama dengan Rusia, BRICS dan SCO
 
Duta Besar Iran untuk Rusia, mengatakan, peningkatan kerja sama dengan organisasi-organisasi regional dan internasional seperti Organisasi Kerja Sama Shanghai, SCO, dan BRICS, merupakan kebijakan umum Iran.
 
Kedubes Iran, di Moskow, mengabarkan penyelenggaraan dialog, dan pengambilan kesimpulan dari pertemuan-pertemuan perwakilan negara BRICS, dengan kepala-kepala jawatan kereta api negara-negara anggota SCO, di Kedubes Iran.
 
Pertemuan yang dihadiri oleh Dubes Iran untuk Rusia, Kazem Jalali, Jabbar Ali Zakeri, Deputi Menteri Jalan dan Pembangunan Kota Iran, dan Majid Samadzadeh Saber, Pejabat urusan BRICS, di Kementerian Luar Negeri Iran, itu, menekankan berlanjutnya kerja sama Iran dan Rusia, di tingkat bilateral, regional, dan internasional. 

 

Operasi Wa'd Sadiq 1 bagi Republik Islam Iran, merupakan sebuah evaluasi militer makro. Dalam operasi ini, Iran, secara bersamaan mengoperasikan drone, rudal jejalah, dan rudal balistik.

Pada operasi Wa'd Sadiq 1, Iran, berusaha menguji sistem-sistem canggih pertahanan Israel, termasuk sistem pertahanan udara buatan Amerika Serikat dan Eropa, di medan tempur yang sebenarnya.
 
Hasilnya pada operasi Wa'd Sadiq 2, berdasarkan evaluasi sebelumnya, sekitar 90 persen dari rudal-rudal yang ditembakkan Iran, tepat mengenai sasaran. Tapi Operasi Wa'd Sadiq 3 nampaknya memiliki skenario lain.
 
Beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri Iran Sayid Abbas Araghchi, kepada stasiun televisi Al Mayadeen, mengatakan, "Kami mengamati perkembangan kawasan secara seksama dalam beberapa bulan terakhir, dan dalam rentang waktu ini Rezim Zionis berusaha menyeret Iran, ke dalam perang di kawasan, lalu menyeret pihak-pihak lain ke dalam perang untuk menciptakan perang luas, tapi kami bertindak cerdas sehingga tidak masuk ke dalam perangkap Rezim Zionis, tapi kami kembali ke serangan dan kejahatan-kejahatan Rezim Zionis, dan terakhir rezim ini menyerang Iran. Maka dari itu Republik Islam Iran, berhak membalas, dan pembalasan ini adalah langkah legal serta sesuai dengan hukum internasional, dan serangan ini pasti dilakukan."
 
Ia menambahkan, "Pembalasan atas agresi Rezim Zionis, pasti, tapi pada kondisi apa, kapan, dan seperti apa bentuknya, semua ini tergantung pada kondisi yang tepat dan terbuka untuk melaksanakannya. Tapi kami akan bertindak cerdas, karena dalam melaksanakan operasi ini kami tidak akan menunda dan juga tidak akan tergesa-gesa, dan operasi Wa'd Sadiq 3 akan dilakukan sesuai janji Republik Islam Iran."
 
Pengamat masalah militer dan pertahanan Iran, Mahdi Bakhtiari, dalam artikelnya yang dimuat surat kabar Hamshahri, menganalisa operasi Wa'd Sadiq 1 dan 2, serta menjelaskan perbedaannya dengan operasi Wa'd Sadiq 3.
 
Ia menulis, "Operasi militer Wa'd Sadiq 1 dan 2, sekalipun keduanya dirancang dan dilakukan untuk menyerang posisi Rezim Zionis, dari sisi peralatan dan metode-metode taktis, memiliki perbedaan yang signifikan, sehingga layak dikaji secara lebih mendalam. Dalam hal ini sejumlah selentingan terkait operasi Wa'd Sadiq 3 menyebutkan area serangan dan skenario-skenario yang akan terjadi.
 
Operasi Wa'd Sadiq 1, merupakan sebuah evaluasi militer makro bagi Republik Islam Iran. Dalam operasi ini, Iran, secara bersamaan mengoperasikan drone, rudal jejalah, dan rudal balistik.
 
Pada operasi Wa'd Sadiq 1, Iran, berusaha menguji sistem-sistem canggih pertahanan Israel, termasuk sistem pertahanan udara buatan Amerika Serikat dan Eropa, di medan tempur yang sebenarnya.
 
Tujuannya, mengukur ketahanan sistem-sistem pertahanan udara yang telah dimodernisasi oleh Rezim Zionis, setelah Perang 33 Hari Lebanon, tahun 2006, dengan biaya raksasa. Dalam operasi Wa'd Sadiq 1, kita menyaksikan sebuah skenario militer berlapis yang di dalamnya bantuan-bantuan AS, Inggris, dan bahkan Prancis, tidak berhasil menghalangi pertunjukan kemampuan Iran, menembus garis merah pertahanan Rezim Zionis.
 
Pada operasi kedua, Iran, mengubah strategi dan hanya menggunakan rudal-rudal balistik canggih. Kali ini, rudal-rudal hipersonik Fattah, digunakan, dan membuahkan hasil yang mengejutkan. Data menunjukkan dari 200 rudal yang ditembakkan ke Wilayah pendudukan, 180 rudal mengenai target yang ditetapkan.
 
Tingkat akurasi dan keberhasilan dalam operasi ini telah membuat sistem-sisterm pertahanan udara Israel, seperti Arrow 1 sangat kesulitan, dan ketidakefesienan sistem ini terungkap jelas. Akibat kekalahan ini, Israel, terpaksa menggunakan sistem pertahanan THAAD buatan AS untuk menutupi kekurangannya, dan langkah ini menunjukkan rezim itu sangat khawatir dan cemas dengan kekuatan militer Iran.
 
Sekarang, menjelang operasi Wa'd Sadiq 3, analisa-analisa yang ada memusatkan perhatian pada dua perubahan asasi. Pada operasi-operasi sebelumnya, konsentrasi Iran, dipusatkan lebih banyak pada markas-markas militer Rezim Zionis, dan menghindari serangan ke infrastruktur kota serta ekonomi Israel.
 
Akan tetapi, dalam operasi berikutnya, kemungkinan target serangan adalah fasilitas-fasilitas sensitif seperti ladang gas, sumber minyak dan infrastruktur-infrastruktur air Israel. Langkah semacam ini dapat memberikan kerugian besar dan tidak bisa diperbaiki oleh Rezim Zionis.
 
Meskipun Iran, sampai sekarang telah menggunakan rudal-rudal balistik Ghadr, Emad dan Fattah, namun masih belum menggunakan rudal-rudal strategis Khorramshahr dan Sejjil. Rudal-rudal ini memiliki jangkauan dan daya rusak yang tinggi, serta merupakan kunci kemenangan Iran, di hadapan segala bentuk petualangan perang Israel. Bahkan jika diulang, peralatan operasi Wa'd Sadiq 2, kembali digunakan dan hanya target-targetnya yang berbeda, maka akan memberikan dampak berkali-kali lipat.
 
Pada akhirnya operasi-operasi Wa'd Sadiq, adalah simbol kekuatan Republik Islam Iran, di hadapan sebuah rezim yang selalu mengancam dan menyerang, serta membahayakan keamanan kawasan. Meski detail akurat Wa'd Sadiq 3 masih tersembunyi, namun ada satu hal yang pasti, dan itu adalah operasi ini akan dilakukan dengan strategi dan instrumen baru, dan akan menjadi pembalasan tegas atas ambisi kosong Rezim Zionis.

 

Deputi Hukum dan Urusan Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran mengumumkan bahwa para korban senjata kimia di Iran masih menderita akibat sanksi ilegal yang jatuhkan Barat terhadap pasokan obat-obatan dan peralatan medis.

Kazem Gharibabadi, Deputi Bidang Hukum dan Internasional Kementerian Luar Negeri Iran pada pertemuan tahunan ke-29 konferensi negara-negara anggota Konvensi Pelarangan Senjata Kimia di Den Haag, Belanda hari Rabu (27/11/2024) menyatakan bahwa para korban senjata kimia di Iran masih menderita akibat sanksi ilegal negara-negara Barat di bidang penyediaan obat-obatan dan peralatan medis.

Gharibabadi menyerukan supaya Organisasi Pelarangan Senjata Kimia melakukan upaya serius dan efektif untuk mendukung para korban tersebut.

"Beberapa negara Barat, terutama Jerman dan Amerika Serikat, sebagai pemasok utama bahan kimia ke rezim Baath Irak, terlibat dalam kejahatan senjata kimia terhadap rakyat Iran, dan mereka harus bertanggung jawab atas tindakan ilegalnya di tingkat internasional, dan harus jatuhi hukuman setimpal," ujar Gharibabadi.

Menurut pengumuman Deputi Hukum dan Urusan Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran, Amerika Serikat memiliki sejarah tidak mematuhi konvensi internasional, dan berulang kali melanggar konvensi tersebut selama invasi Amerika ke Irak, dan Washington belum memberikan jawaban yang meyakinkan kepada komunitas internasional.

Gharibabadi lebih lanjut menunjuk pada penggunaan senjata kimia dan zat berbahaya lainnya oleh rezim Israel, termasuk fosfor putih dan uranium yang dilemahkan, terhadap rakyat Palestina dan Lebanon yang tidak berdaya.

“Gudang senjata pemusnah massal milik rezim Israel, termasuk senjata kimia, adalah ancaman serius terhadap perdamaian, dan keamanan regional dan internasional. Oleh karena itu, perlu disadari universalitas konvensi tersebut dan adanya tekanan masyarakat internasional terhadap rezim Zionis untuk mengikuti konvensi ini dan menempatkan seluruh fasilitas kimianya di bawah pengawasan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia" papar Gharibabadi.

Wakil Menteri Hukum dan Urusan Internasional Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa rezim Zionis, dengan dukungan tanpa syarat dari beberapa negara Barat, terutama Amerika Serikat terus melanjutkan kejahatannya di Palestina dan Lebanon, dan sayangnya mendapatkan kekebalan. 

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa harus mengambil tindakan yang efektif. Sanksi yang efektif terhadap rezim Zionis sesuai dengan bab ketujuh Piagam PBB, dan semua pemerintah harus menghentikan kerja sama ekonomi, militer dan senjata dengan Israel.

 

Komando Pusat Angkatan Bersenjata Suriah, mengumumkan pasukan negara ini berhasil memberikan pukulan telak terhadap kelompok-kelompok teroris di sekitar Aleppo dan Idlib.

Komando Pusat Angkatan Bersenjata Suriah, Kamis (28/11/2024) mengumumkan, kelompok-kelompok teroris bersenjata Haiat Tahrir Al Sham, HTS (Jabhat Al Nusra) yang berada di sekitar Aleppo dan Idlib, sejak Rabu dinihari melancarkan serangan luas terhadap pasukan Suriah.
 
Sejumlah banyak teroris, katanya, dengan menggunakan senjata berat, dan semi berat, melancarkan serangan luas ke desa dan kota-kota Suriah, serta konsentrasi pasukan pemerintah negara ini.
 
"Angkatan Bersenjata Suriah, membalas serangan-serangan yang masih terus berlangsung itu, dan organisasi-organisasi teroris agresor menerima pukulan telak dari pasukan Suriah, sehingga menderita kerugian jiwa dan materi yang besar," imbuhnya.
 
Komando Pusat Angkatan Bersenjata Suriah menegaskan, "Pasukan pemerintah Suriah, dengan menggunakan berbagai jenis senjata, serta dengan kerja sama pasukan sahabat, sedang menghadapi serangan organisasi-organisasi teroris."
 
Surat kabar Al Watan, melaporkan, beberapa jam setelah "Majikan Zionis" mereka mengumumkan gencatan senjata di Lebanon, kelompok teroris Haiat Tahrir Al Sham, HTS, yang bergabung dengan kelompok teroris lain, kembali berulah di Suriah.
 
Atas perintah tuannya, kelompok-kelompok teroris ini melancarkan serangan luas ke beberapa titik di wiayah barat kota Aleppo. Serangan tersebut dibalas pasukan Suriah dan sekutunya, sehingga teroris menderita kerugian besar.
 
Pasukan Suriah, dibantu sekutu-sekutunya, membombardir serta menghancurkan posisi-posisi kelompok teroris dengan artileri dan rudal. 

 

Hizbullah Lebanon mengeluarkan pernyataan mengapresiasi dukungan penuh Imam Khamenei serta gerakan diplomatik Republik Islam Iran kepada rakyat, pemerintah dan perlawanan Lebanon.

Tehran, Parstoday-Menyusul terhentinya agresi rezim Zionis terhadap Lebanon, Gerakan Perlawanan Islam Hizbullah mengeluarkan pernyataan terima kasih kepada atas dukungan penuh terhadap Republik Islam Iran yang dipimpin oleh Imam Khamenei terhadap  masyarakat, pemerintah dan perlawanan Lebanon.

Hizbullah dalam statemennya menyatakan, “Kami berterima kasih kepada Republik Islam Iran karena dukungan penuhnya terhadap perlawanan Islam Lebanon di segala bidang, terutama peran Pemimpin Besar Revolusi Islam, Kunjungan Sayid Abbas Araghchi, Menteri Luar Negeri dan perwakilannya, Mohammad Reza Shibani, serta Mohammad Baqer Qalibaf, Ketua Parlemen Iran, dan Ali Larijani, Penasihat Senior Pemimpin Besar Revolusi Islam, yang terlihat jelas dalam kunjungan mereka di tengah agresi rezim Israel".

Di bagian lain pernyataan ini, Hizbullah Lebanon mengapresiasi peran duta besar Iran di Lebanon, dan menegaskan,“Kami tidak akan melupakan luka yang dialami duta besar Iran di Lebanon akibat agresi rezim Zionis, serta perjalanan syahid Amir Abdullahian, mantan menteri luar negeri Iran, dan kami berterima kasih atas dukungan kuat dari komandan Korps Garda Revolusi Islam".

 

Menurut Abdul Bari Atwan, pengamat Arab, perdana menteri Israel setelah gagal merealiasikan tujuannya di Lebanon, akhirnya menerima gencatan senjata.

Seperti dilaporkan jaringan media Shahab mengutip Tasnim News, Abdul Bari Atwan, pengamat Arab mengatakan: PM Israel Benjamin Netanyahu yang memulai perang mengerikan terhadap Lebanon, dan menurut angan-angannya ingin menghancurkan Hizbullah, kini terpaksa menerima gencatan senjata.

"Para komandan Zionis memperingatkan Netanyahu bahwa militer rezim ini tengah hancur, dan tidak lagi memiliki kemampuan untuk berperang di dua front," tambah Atwan.

Analis Arab ini menyatakan bahwa alasan lain untuk menerima gencatan senjata adalah perasaan takut dan teror yang dihadapi Zionis selama perang dan berkata: Dalam beberapa pekan terakhir, ketika Hizbullah mampu meluncurkan 350 roket dan drone ke wilayah yang diduduki Israel, hal itu menunjukkan bahwa seluruh wilayah yang diduduki rezim ini berada di garis bidik rudal perlawanan.

Atwan menganggap ketidakmampuan Amerika untuk terus memberikan bantuan kepada rezim Israel sebagai salah satu faktor lain di balik penerimaan gencatan senjata oleh Netanyahu, terutama laporan yang menunjukkan bahwa semua gudang senjata Israel telah dikosongkan.

Pada akhirnya, kata analis Arab ini, Netanyahu menyadari bahwa ia tidak mampu mewujudkan satu pun tujuannya, termasuk menghancurkan Hizbullah dan mengembalikan Zionis ke pemukiman pendudukan di wilayah Al-Jalil. Karena alasan ini, dia menerima banyak persyaratan yang tidak dia terima sebelumnya, dan dia terpaksa menyetujui gencatan senjata di Lebanon.

Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon dilaksanakan sejak Rabu (27/11/2024) dini hari.

Pada tanggal 23 September 2024, tentara Israel melancarkan serangan besar-besaran di berbagai wilayah di Lebanon selatan, dan Hizbullah Lebanon, sebagai tanggapan atas kejahatan Zionis, melancarkan beberapa operasi melawan posisi rezim ini dan dengan meluncurkan ratusan roket, menghujani posisi militer rezim ini dengan roket.

 

Seorang peneliti mengenai Mesiah mengatakan bahwa seseorang dapat bergabung sebagai penanti Juru Selamat, Imam Mahdi harus aktif dan bergerak untuk perbaikan segala aspek kehidupan manusia.

Tehran, Parstoday- Berdasarkan teks sejarah, sejak dahulu kala, kepercayaan akan kemunculan sosok pembaharu dan penyelamat telah menjadi prinsip dasar umat manusia.

Sepanjang sejarah dan referensi teks agama, selalu ada kata-kata tentang janji kemunculan penyelamat terakhir dan juru selamat dunia.

Prinsip penting dalam bidang ini adalah upaya mereka sebagai penanti juru selamat.

HujatulIslam Muhammad Shojaei, seorang peneliti di bidang Mahdisme dan direktur Institut Montazeran Manji mengatakan," Berdasarkan Al Quran surat Saba ayat 46, Al-Qur'an menyebut perjuangan untuk perbaikan menjadi syarat dasar dan mengatakan bahwa bagi Tuhan, ada dua orang dan bahkan satu orang melakukannya,".

Hojatul Islam Shojaei menyatakan bahwa perjuangan untuk perbaikan para penanti harus muncul dalam semua dimensi kehidupan manusia, dan menambahkan, "Pertama, orang yang menunggu adalah orang yang aktif berusaha untuk kebaikan,".

Orang-orang yang berjuang akan merancang tempat tinggalnya berdasarkan struktur perjuangannya, sehingga segala pilihannya didasarkan pada jalan perjuangan ini demi penyelamatan masyarakat dan kemanusiaan.

 

Menurut kesaksian sejarah, Nabi Muhammad Saw senantiasa berbicara jelas dan transparan dengan orang mukmin dan masyarakatnya, tidak berperilaku politis, serta di beberapa hal yang diperlukan, beliau bersikap lunak.

Nabi Muhammad Saw dengan keagungan kedudukannya dan mencapai derajat maksum yang paling tinggi, pada saat yang sama, tidak henti-hentinya berusaha dan berupaya untuk mendekatkan dan bertakwa kepada Allah, hingga saat kematiannya; Dengan demikian beliau  juga berevolusi menuju Tuhan yang tak terbatas hari demi hari. Artinya, Nabi Saw pada tahun pertama kenabian tidaklah sama dengan Nabi Saw di tahun ke-23 kenabian. Selama 23 tahun, beliau telah mengalami kemajuan dalam pendekatan kepada Tuhan (Taqarrub).

 

Dalam artikel Parstoday ini kita akan membaca ulang sejumlah karakter Rasulullah Saw:

 

Sirah Ibadah

Nabi Saw dengan derajat dan keagungannya, tidak pernah mengabaikan ibadah. Beliau menangis di tengah malam dan berdoa serta memohon ampun. Suatu malam, Ummu Salamah melihat Nabi Saw tidak ada di sana, maka dia pergi dan melihat beliau sedang berdoa, menitikkan air mata, memohon ampun, dan berkata: “Ya Allah, jangan tinggalkan aku sendirian walaupun dalam sekejap mata. Ummu Salamah mulai menangis. Nabi Saw berbalik saat mendengar tangisannya dan berkata: Apa yang kamu lakukan di sini?

 

Ummu Salamah berkata: Ya Rasulullah! Anda yang sangat dikasihi Allah Swt dan dosa-dosamu telah diampuni, mengapa Anda menanggis dan berkata: Ya Allah ! Jangan tinggalkan kami ?

 

Nabi menjawab: Jika Aku lalai dari Tuhan, Apa yang akan menjagaku ?

Ini sebuah pelajaran bagi kita. Di hari penuh kehormatan, kehinaan, kesusahan, kenyamanan, hari ketika musuh mengepung manusia, hari ketika musuh memaksakan diri di depan mata dan manusia dengan segala keagungannya, serta mengingat Allah dan tidak melupakannya dalam segala keadaan, selalu bersandar kepada Tuhan dan memohon kepada-Nya; Inilah hikmah besar Nabi Saw yang diberikan kepada kita...

 

Sirah Pribadi dalam berpakaian dan makan

Nabi Saw mengenakan pakaian sederhana dan memakan makanan apa pun yang disediakan di depannya. Beliau tidak meminta makanan tertentu dan tidak menolak makanan karena dianggap tidak diinginkan.

 

Sirah Akhlak

Salah satu istri Rasulullah Saw diminta untuk menggambarkan akhlak beliau untuk kita. Sebagai tanggapannya, dia berkata: Akhlaknya adalah al-Qur'an; Artinya, apapun yang dibaca dalam al-Qur’an tentang cara, perbuatan, tingkah laku dan akhlak seorang manusia yang dianjurkan, baik dan berkenan, telah terwujud dan terkristalisasi dalam keberadaan yang mulia itu.

 

Artinya akhlak kita hendaknya sesuai dengan apa yang kita ucapkan dan kita seru.

 

Sirah Ilmiah dan Keilmuan

Sebuah hadits Rasulullah Saw selain ayat al-Quran yang telah diulangi di beberapa tempat dalam al-Qur'an, «یُزَکّیهم و یُعَلِّمُهم الکتابَ و الحکمة» yang mengaitkan pendidikan kepadanya. Hadis tersebut berbunyai "Allah mengutusku sebagai pendidik"; Guru yang memudahkan. Faktanya aku telah mempermudah kehidupan bagi anak didikku dan dengan pendidikan yang kuberikan, dan aku telah memudahkan pekerjaan mereka. Mempermudah ini berbeda dengan melalaikan sesuatu.

 

Sirah Budaya

Guru ini melakukan sesuatu dan berperilaku sedemikian rupa sehingga akhlak dan kewajiban Islam menjadi warna yang konstan dalam masyarakat dan melawan kepercayaan dan kesalahan masyarakat. Beliau memerangi dan melawan perasaan-perasaan jahiliah dan sisa-sisa etika non-Islam yang sudah mengendap, dan pada saat yang tepat serta dengan cara yang tepat pula, beliau membuat kondisi masyarakat dan lingkungan hidup masyarakat tercampur sempurna dengan sifat, akhlak dan metode baik tersebut.

 

Sirah Sosial

Perilaku Rasulullah Saw dengan orang-orang adalah baik. Dia selalu ceria jika di tengah masyarakat, dan ketika sendirian, beliau menampakkan kesedihan dan kekhawatian yang dimilikinya. Beliau tidak mengungkapkan kesedihannya di depan orang banyak. Beliau ceria dan menyapa semua orang. Jika seseorang menyinggungnya, kekesalan itu terlihat di wajahnya, tetapi beliau tidak membalasnya dengan kata-kata. Beliau tidak mengizinkan siapa pun mengutuk atau menjelek-jelekkan orang lain dihadapannya. Beliau sendiri tidak menghina siapa pun dan tidak menjelek-jelekkan siapa pun.

 

Beliau sangat sayang terhadap anak-anak dan bertutur kata dengan kasing sayang kepada mereka. Beliau memperlakukan orang-orang lemah dengan baik. Beliau pun kadang bercanda dengan para sahabatnya, dan berlomba pacuan kuda dengan mereka.

 

Sirah Politik

Rasulullah Saw tidak pernah berbicara dengan kata-kata yang bermakna ganda. Tapi beliau akan bersikap teliti ketika menghadapi musuh, dan membuat musuh salah perhitungan. Di banyak kasus, beliau membuat musuh terlena dan lalai, baik dari sisi militer atau pun dari sisi politik, tapi beliau selalu berbicara dengan jelas dan transparan kepada umatnya, dan tidak melakukan politisasi, serta di waktu yang diperlukan, beliau bersikap lunak.