کمالوندی

کمالوندی

 

Komandan Organisasi Pertahanan Rudal Israel, mengatakan militer rezim Zionis kemungkinan akan bekerjasama dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain terkait pertukaran teknologi rudal.

Moshe Patel dalam wawancara dengan situs The Media Line, Minggu (20/12/2020) menambahkan Tel Aviv berniat untuk memperluas rencana kerja sama militer dengan UEA dan Bahrain, yang baru-baru ini menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis.

Namun, lanjutnya, keputusan seperti itu harus terlebih dahulu disetujui oleh Amerika Serikat. "Pertukaran teknologi rudal antara Israel, UEA dan Bahrain dapat membawa manfaat yang luas bagi kawasan," kata Patel.

Menteri Luar Negeri Bahrain, Abdul Latif Al Zayani dalam sebuah pernyataan, membenarkan rencana kerja sama militer negaranya dan UEA dengan rezim Zionis.

Bahrain dan UEA menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel di Gedung Putih pada 15 September 2020. Peristiwa ini disaksikan oleh Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu.

 

Pasukan AS terus menjarah minyak Suriah dari wilayah al-Jazirah dan baru-baru ini memasang pipa untuk mengirim minyak melalui Sungai Tigris di daerah Semalka ke wilayah Irak.

Sumber sipil mengatakan kepada wartawan kantor berita SANA, Minggu (20/12/2020) bahwa pasukan teroris AS bekerjasama dengan Pasukan Demokratik Kurdi Suriah (SDF) mencuri puluhan barel minyak mentah setiap hari dari wilayah Suriah.

Minyak jarahan ini diangkut dengan mobil tangki dari ladang minyak Karachuk, Suriah ke wilayah Semalka, tempat pipa dipasang dan kemudian dialirkan ke wilayah Irak melalui pipa yang melintasi Sungai Trigris.

Sumber tersebut mencatat bahwa ratusan barel minyak mentah yang dicuri dari Suriah dipindahkan melalui pipa itu ke wilayah Irak.

Di samping itu, pasukan AS juga menggunakan puluhan mobil tangki untuk memindahkan minyak Suriah ke Irak setiap minggu. Mereka menggunakan jalur penyeberangan ilegal al-Walid untuk mengirim muatannya.

Pasukan AS terus menyebarkan sejumlah personelnya di daerah penghasil minyak untuk menjarah sumber kekayaan rakyat Suriah.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, menyebut para perawat sebagai "malaikat pembawa rahmat" bagi orang-orang sakit.

"Selama pandemi Covid-19 dan dalam situasi yang jauh lebih sulit dan penuh kecemasan dari biasanya, perawat melakukan pekerjaan yang hebat dan memperlihatkan pengabdian yang benar-benar luar biasa," kata Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya pada Minggu (20/12/2020), bertepatan dengan hari kelahiran Sayidah Zainab as dan Hari Perawat Iran.

Rahbar mengucapkan selamat kepada semua perawat bertepatan dengan Hari Perawat Iran dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga perawat, yang telah kehilangan orang terkasihnya di tengah pandemi Covid-19.

"Perawat adalah mitra dan pembantu dokter. Betapa pun dokter itu ahli dan kompeten, ia akan kesulitan dalam menangani pasien jika tanpa perawat," tambahnya.

Ilustrasi tenaga medis Iran.
Ayatullah Khamenei menuturkan bahwa dalam hal bantuan psikologis, perawat dapat menghapus kesedihan dan memberikan kekuatan kepada pasien dengan senyuman atau sebuah sikap dan ucapan yang ramah, ini adalah salah satu nilai luhur Islam.

Rahbar mengakui bahwa pekerjaan perawat semakin sulit dan penuh kecemasan di tengah pandemi Corona, karena risiko terinfeksi. Perjuangan perawat saat ini membuat mereka lebih disayangi dan lebih mulia di mata masyarakat daripada sebelumnya.

Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei juga mengingatkan tugas dan tanggung jawab pejabat pemerintah terhadap pengabdian dan pengorbanan para perawat.

"Menaikkan status perawat adalah tugas yang sangat penting dan sangat baik yang harus diseriusi sehingga mereka dapat bekerja dengan nyaman dan keluarga perawat juga merasa tenang dengan kondisi anak-anaknya," pungkasnya. 

Senin, 14 Desember 2020 20:10

Islam dan Gaya Hidup (5)

 

Terdapat perbedaan besar antara budaya Islam dan Barat dalam memaknai kehidupan dan gaya hidup. Perbedaan ini bersumber dari pandangan dunia yang melandasi kedua budaya tersebut. Jelas sekali bahwa perbedaan persepsi ini berpengaruh pada pembahasan seputar gaya hidup dan baik-buruknya, serta perencanaan untuk memperbaiki metode kehidupan. Gaya hidup Islami dianggap sebuah tren karena mengkaji perilaku manusia dan disebut Islami karena tidak bisa dipisahkan dari pandangan individu dan masyarakat.

Pandangan dunia ilahi, sebagai dasar gaya hidup Islami, dibangun atas beberapa prinsip termasuk keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya kepada Hari Kiamat dan percaya pada pengutusan para nabi untuk menuntun umat manusia menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Prinsip tersebut sebenarnya merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan krusial bagi semua manusia yang berpengetahuan.

Kelompok pertanyaan ini meliputi; Siapakah pencipta alam ini? Apa yang diamksud dengan akhir kehidupan? Dan dengan cara apa kita bisa mengenal panduan ideal untuk hidup ini? Definisi kehidupan di dunia yang sesuai dengan pandangan dunia ilahi merupakan sebuah penafsiran yang komprehensif dan berpijak pada beberapa prinsip seperti, keimanan kepada perkara gaib (tidak tampak).

Perkara gaib mencakup banyak unsur seperti, Tuhan, malaikat, jin, ruh, alam barzakh, Hari Kiamat, surga dan neraka. Satu bagian dari semesta berupa alam materi dan lingkungan di sekitar kita seperti, bumi, langit, bintang-bintang, lautan dan lain-lain. Akan tetapi, bagian utama dari semesta berupa perkara gaib dan tersembunyi, dimana dari segi kuantitas tidak dapat dibandingkan dengan alam materi dan dari segi pengaruh juga memiliki perang yang sangat dominan.

Meskipun manusia biasa terlalu disibukkan dengan perkara materi dan tidak akrab dengan sisi lain semesta ini, tapi tidak ada keraguan tentang keberadaan perkara gaib. Penolakan atas perkara-perkara gaib telah melahirkan banyak kritik terhadap gaya hidup manusia.

Jika seseorang belum mampu menjawab pertanyaan seputar perkara gaib, tentu ia tidak bisa menumbuhkan keyakinan hakiki tentang Islam dalam dirinya dan berperilaku sesuai tuntunan agama. Perkara-perkara seperti, Tuhan, Hari Kiamat, surga, neraka, malaikat, setan dan ruh, merupakan unsur-unsur non-materi dan berada di luar lingkaran materi. Semua perkara tersebut adalah contoh dari unsur gaib. Manusia dalam hidupnya, dengan izin Tuhan, dapat menjamah beberapa perkara gaib dan sebagian yang lain, akan tampak dihadapan mereka sesudah kematian di alam barzakh atau di akhirat kelak.

Tuhan termasuk salah satu contoh perkara gaib dan Dia tidak bisa dilihat. Manusia mengetahui keberadaan-Nya dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Tanda-tanda itu banyak ditemukan di sekitar kita dan al-Quran juga menyebut sebagian dari tanda itu. Makhluk yang paling besa dan mikroba serta segala sesuatu yang ada di alam ini, merupakan tanda-tanda keberadaan Tuhan. Dalam pandangan dunia ilahi, keyakinan kepada tauhid dan semua hal yang berhubungan dengannya harus menyentuh semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu, setiap model kehidupan belum tentu layak disebut kehidupan. Selama Tuhan belum menjadi muara atas semua perkara dalam hidup ini, maka maksiat dan kehinaan akan selalu tampak.

Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Saya lebih senang dengan kematian di jalan ketaatan kepada tuhan daripada kehidupan yang ternodai oleh maksiat kepada-Nya. Saya lebih mencintai kemiskinan di jalan ketaatan kepada tuhan daripada kekayaan dengan ketidakpatuhan kepada-Nya. Saya lebih suka ujian dan kesulitan di jalan Tuhan daripada kemudahan dan kesenangan di jalan maksiat kepada-Nya.” (Bihar al-Anwar, juz 81, hal 173). Imam Husein as juga lebih memilih mati dengan mulia ketimbang hidup dengan kehinaan.

Gaya hidup yang berpedoman pada tauhid memiliki makna bahwa hidup ini harus menjadi momen untuk menghambakan diri kepada Tuhan. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, “Tauhid tidak hanya sebuah teori filsafat dan pemikiran, tapi juga sebuah gaya hidup untuk manusia. Tuhan harus menjadi hakim dalam hidup, sementara kekuatan-kekuatan lain harus disingkirkan. Kalimat tauhid sebagai pesan utama rasul kita dan semua nabi, memiliki pengertian bahwa dalam hidup dan dalam memilih model kehidupan, kekuatan-kekuatan taghut dan syaitan jangan diberi ruang untuk intervensi. Jika tauhid terealisasi dalam kehidupan masyarakat, dunia mereka juga akan tertata; sebuah dunia untuk mengabdi kepada kesempurnaan dan keluhuran hakiki manusia. Jika kita meyakini tauhid, tapi tidak komitmen dengannya dalam bertindak dan tidak menunaikan ritual ibadah, maka perilaku kita belum bisa disebut tauhid dan orang yang mengimani perkara gaib, masih ada jurang pemisah antara ideologi dan tindakan kita.”

Prinsip lain pandangan dunia ilahi adalah percaya dengan hubungan antara dunia dan akhirat. Dalam pandangan dunia ilahi, kehidupan dunia ibarat ladang untuk bercocok tanam sehingga kita dapat memetik hasilnya di alam lain dan mengantarkan kita pada tujuan akhir. Imam Ali as berkata, “Wahai hamba Allah! Berusahalah di dunia yang singkat ini sebagai bekal untuk akhirat yang panjang masanya. Dunia adalah tempat untuk beramal dan akhirat adalah tempat untuk kekal dan menerima balasan.” (Usul al-Kafi, juz 8, hal 174)

Berkenaan dengan cara menjalani kehidupan di dunia ini, Imam Ali as dalam khutbah 133 Nahjul Balaghah, berkata, “Dunia semata-mata titik pandang orang buta. Ia tidak dapat melihat apa yang berada di baliknya. Sementara orang yang melek bisa menembus dunia dan mengetahui bahwa ada tempat di baliknya. Maka orang yang melihat akan pergi dari dunia, sedangkan orang buta berangkat menuju dunia. Orang yang melihat mencari bekal dari dunia, sedangkan orang buta mencari bekal untuk dunia.”

Sungguh orang yang buta adalah orang yang pandangannya tidak bisa menembus inti dunia. Dia sangat bergantung pada dunia karena ia adalah puncak tujuannya. Adapun orang yang melek, pandangannya mampu menembus inti dunia. Dia bisa melihat ada akhirat setelah dunia dan dia pun tidak bergantung padanya karena yakini pasti akan meninggalkannya.

Imam Ali as dalam khutbah tersebut menyinggung perbedaan dua gaya hidup yang bersumber dari dua ideologi yang berbeda. Pandangan yang menjadikan dunia ini sebagai tujuan, ia hanya akan berusaha untuk kehidupan singkat di dunia, sementara pandangan yang meyakini akhirat sebagai tujuan utama manusia, ia akan menjadikan dunia ini sebagai jembatan untuk mengumpulkan bekal menuju akhirat. Di sini, kita baru memahami bagaimana keyakinan berpengaruh pada gaya hidup manusia.

Dalam pandangan dunia Islami, pemanfaatan anugerah Tuhan sebatas kebutuhan selain tidak dilarang, tapi juga sebuah keharusan untuk kelangsungan hidup manusia. Namun, Islam mencela setiap ketergantungan pada dunia dan menjadikannya sebagai tujuan utama. Imam Ali as berkata, “Aku mewasiatkan kalian untuk berhati-hati dengan dunia, karena ia sangat lihai dalam menipu dan ketika para penyembah dunia mencapai angan-angan mereka, dunia tidak lebih tinggi dari yang digambarkan oleh Tuhan, “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Nahjul al-Saadah, juz 3, hal 284)

Gaya hidup dalam Islam tentu saja tidak menistakan aspek kesejahteraan, tapi ia mengajak manusia untuk kehidupan yang lebih sehat dan lebih baik serta mengingatkan mereka untuk menjauhi kemewahan. Gaya hidup Islami memberikan optimisme dan motivasi dalam hidup. Kehidupan adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Kita harus mensyukurinya dengan memanfaatkannya dengan baik serta optimis dengan masa depan.

Dengan memperhatikan pandangan Islam tentang semesta, cobaan dan ujian tiak boleh menjadi individu Muslim pesimis dan berburuk sangka pada kehidupan. Pribadi Mukmin harus selalu mengingat pahala yang akan diterima karena menanggung cobaan dan senantiasa berharap pada rahmat Tuhan.

Senin, 14 Desember 2020 20:09

Islam dan Gaya Hidup (4)

 

Gaya hidup individu dan masyarakat dibangun atas dasar keyakinan dan bentuk pandangan mereka terhadap semesta. Tujuan-tujuan yang ingin diraih oleh manusia sepanjang hidupnya didasarkan pada definisi mereka tentang kehidupan.

Jelas bahwa orang-orang yang meyakini pandangan dunia materialistik dan semata-mata mengejar kenikmatan dan kelezatan di dunia, tentu saja akan melahirkan pandangan dunia tertentu. Demikian juga dengan pandangan dunia ilahi dan nilai-nilai kesempurnaan, ia akan menciptakan sebuah gaya hidup yang khas. Tujuan setiap individu dalam hidup ini ditentukan oleh interpretasi dan asumsi mereka tentang kehidupan.

Oleh karena itu, sebelum mendalami tema gaya hidup islami dan tugas-tugas individual dan sosial di dalamnya, kita perlu terlebih dulu membahas tentang perspektif Islam terhadap kehidupan, semesta dan manusia. Dengan cara ini, kita dapat mengenal makna dan tujuan hidup serta kedudukan tinggi manusia dalam pandangan dunia tauhidi.

Dalam pandangan dunia ilahi, Islam mengajarkan kepada manusia bahwa dari satu sisi, eksistensi mereka sepenuhnya bergantung pada Tuhan dan dari sisi lain, kehidupan mereka tidak terbatas di dunia ini. Dengan begitu, hubungan manusia dengan Mabda’ dan Ma’ad dapat didefinisikan.

Oleh sebab itu, manusia harus mempertahankan hubungan dunia dengan kehidupan abadi di alam akhirat. Menurut perspektif Islam, kehidupan dunia merupakan sarana dan mukaddimah untuk mencapai kebahagiaan ukhrawi, dimana harus digunakan dengan benar.

Pandangan terhadap semesta memiliki dampak besar bagi gaya hidup setiap individu. Setiap insan memandang semesta dari perspektif yang berbeda dan atas dasar itu, mereka menetapkan tujuan dan jalan hidupnya. Antologi Islami juga tidak keluar dari kaidah ini.

Kedekatan gaya hidup setiap orang dengan agama Islam ditentukan oleh besar-kecilnya keserasian pandangan merka dengan ajaran Islam itu sendiri. Keimanan pada perkara gaib, keesan Tuhan, hakikat kenabian dan Hari Kiamat, kedudukan luhur manusia di dunia dan kewajiban mereka dihadapan Tuhan, termasuk konsep-konsep yang punya dampak besar bagi gaya hidup islami.

Di sini, kita akan memahami tentang perbedaan pemikiran religius dan paham sekuler menyangkut gaya hidup. Memangkas perang agama dan mengesampingkannya sebagai sebuah pedoman di semua dimensi kehidupan, merupakan komponen-komponen utama gaya hidup sekuler.

Dalam pemikiran sekuler, konsep ketuhanan digantikan oleh humanisme yang menjadikan manusia sebagai parameter segala sesuatu. Humanisme sebagai sebuah aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri dan dengankekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Manusia adalah poros, bukan Tuhan.

Sikap ekstrim dan kekakuan gereja telah mendorong masyarakat Barat untuk meletakkan dasar-dasar pemikiran humanisme sebagai cara untuk menyelamatkan diri mereka dari doktrin kaku gereja. Beberapa pemikira Barat bahkan mengesampingkan semua ajaran agama, mereka telah memisahkan masyarakat dengan ideologi dan akidah Kristen serta menjadikan akal sebagai pengganti agama. Padahal, akal manusia juga tidak mampu menjawab banyak pertanyaan. Para pemikir Barat menempatkan manusia pada posisi yang sangat tinggi, sampai-sampai menghapus tugas penghambaan dari mereka.

Menurut paham humanisme, manusia adalah pusat dan parameter bagi semua realitas dan nilai-nilai. Dia adalah sebuah makhluk egosentris dan sama sekali tidak memiliki tanggung jawab selain untuk dirinya, dia juga boleh menggunakan semua sarana demi mencapai ketinggian. Humanisme menafikan segala bentuk pemikiran metafisik seperti wahyu dan agama-agama langit dan memandang manusia sebagai penguasa mutlak di alam ini.

Landasan utama antropologi dalam pemikiran humanisme adalah bahwa akal manusia telah menggantikan Tuhan dan agama mereka. Agama dan spiritualitas sudah dihapus dari lembaran kehidupan. Tujuan hidup adalah mencari kenikmatan dan mengeksploitasi semua potensi alam dengan segala cara. Gaya hidup Barat dibangun aas landasan pemikiran yang seperti ini.

Sayangnya, selama lebih dari dua dekade lalu, para imperialis Barat dengan menguasai negara-negara Islam, sedikit banyak mampu mempopulerkan gaya hidup mereka di tengah kaum Muslim. Fenomena ini mendorong munculnya berbagai penyimpangan di negara-negara tersebut.

Berkenaan dengan hal itu, seorang intelektual Islam Iran, Doktor Rahimpour Azghadi mengatakan, “Pemikiran sekuler merupakan hadiah terbesar Liberal Demokrat Barat untuk negara-negara Islam, yaitu meminggirkan agama dari sektor kehidupan masyarakat. Peristiwa yang terjadi 200 tahun lalu di Barat dan dampaknya merambah dunia Islam, semua itu dibangun dan dikembangkan atas dasar paham tersebut. Barat sangat cepat menyadari bahwa mereka harus mempopulerkan gaya hidupnya demi mempertahankan kekuasaan dan untuk memuluskan misi ini, mereka menggunakan semua instrumen khususnya seni.”

Rahimpour Azghadi lebih lanjut berbicara tentang cara-cara Barat dalam mengkampanyekan gaya hidup mereka. Dia menuturkan, “Barat mewacanakannya lewat media. Melalui film dan serial, hubungan pria dan wanita serta model interaksi sosial dan keluarga, secara perlahan menjadi tren bagi kita. Selama 150 tahun lalu, kaum Muslim –sayangnya- telah kehilangan kekuatan untuk menciptakan tren pada batas tertentu, berbeda dengan era ketika peradaban Islam menjadi pusat mode bagi seluruh dunia. Selama masa itu, kaum Muslim menjadi lemah dan semakin lemah sampai pada abad 20, seluruh dunia Islam kurang lebih berada di bawah kendali Barat dan militer mereka.

Salah satu alasan populernya gaya hidup Barat di tengah kaum Muslim adalah karena kemajuan sains dan industri di Eropa dan Amerika Serikat. Barat sedang menawarkan sebuah kehidupan maju dan dengan beragam kemajuan ekonomi dan sains, mereka telah menyihir berbagai individu dan masyarakat. Kesuksesan ini membuat banyak orang beranggapan bahwa gagya hidup Barat lebih baik ketimbang gaya hidup mereka sendiri.

Dalam pemikiran sekuler, tujuan manusia adalah mengejar secara maksimal kenikmatan materi dalam hidup dan hanya itu. Tujuan akhir mereka adalah kehidupan ekonomi. Hidup konsumtif dan meraih kesejahteraan dan keuntungan sebanyak-banyaknya merupakan tujuan tertinggi manusia materialistis. Pada akhirnya, kehidupan ekonomi merupakan inti dan penuntut jalan.

Dalam perspektif Barat, manusia harus mengejar keuntungan materi dan jika mereka tidak melakukan itu, pada dasarnya mereka tidak punya tujuan. Dan ketika tujuan tersebut incaran, mereka harus menyingkirkan segala rintangan. Menurut mereka, manusia memiliki akal yang bisa mengantarkan mereka pada puncak kehikmatan hidup. Mereka tentunya menorehkan banyak prestasi dengan memuja akal dan eksperimen. Akan tetapi, mereka juga menghadapi banyak krisis karena meminggirkan wahyu ilahi dan pengetahuan agama.

Gaya hidup islami, berbeda dengan Barat, menentang peminggiran makrifat agama dan wahyu. Mereka juga menganggap keliru sikap yang menistakan akal dan eksperimen. Akal dan eksperimen bersama wahyu dan makrifat agama dapat mengantarkan manusia meriah kebahagiaan.

Salah satu intelektual Iran, Hujjatul Islam Naser Rafiee mengatakan, “Kita, untuk mencapai pengetahuan yang komprehensif tentang gaya hidup, harus memanfaatkan semua sumber tersebut dan mengambil sebuah kesimpulan yang tepat. Dengan sebuah upaya metodis ilmiah, kita harus mampu memperoleh pesan-pesan yang selaras dengan akal dan wahyu. Dengan cara ini, kita akan mencapai sebuah pandangan Islam di semua sektor termasuk gaya hidup.

Kehidupan Barat adalah sebuah kehidupan yang jauh dari spiritualitas. Model sepert ini akan meruntuhkan nilai-nilai kasih sayang dan cinta dalam kehidupan individual dan sosial. Agama dalam pemikiran sekuler adalah sebuah institusi yang sejajar dengan semua institusi sosial lainnya. Dengan kata lain, agama tidak memberi makna bagi kehidupan. Akibatnya, keterasingan dari Tuhan telah menciptakan banyak krisis di Barat.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, “Perhatian dan kecintaan kepada tuhan akan memberi arti bagi kehidupan dan mengisi kekosongan jiwa manusia serta mendatangkan kesuksesan di semua ranah kehidupan. Alasan bahwa di negara-negara seperti Amerika Serikat, sama sekali tidak ada sesuau bahkan uang, kekuasaan, militer dan sains tidak mampu mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan tuh dan jiwa adalah karena keterasingan dari Tuhan dan spiritualitas.

Senin, 14 Desember 2020 20:08

Islam dan Gaya Hidup (3)

 

Kajian ilmiah sudah banyak dilakukan untuk menyingkap hakikat manusia dan arti kehidupan. Para antropolog percaya bahwa sarana-saran ilmu pengetahuan tidak mampu memberi jawaban yang sahih atas pertanyaan seputar manusia dan dimensinya. Realitasnya adalah bahwa pandangan dunia manusia di tengah keragaman komunitas dan budaya, memberikan gambaran yang berbeda kepada mereka, dimana menjadi parameter apakah kehidupan manusia bermakna atau tanpa makna.

Jika dalam gambaran tersebut manusia dilukiskan sebagai makhluk yang tidak punya tujuan rasional, yang harus diraih sepanjang hidupnya, atau jika manusia digambarkan sebagai sosok yang tidak punya ikhtiar dan kemampuan untuk menentukan nasibnya, maka dalam kondisi seperti ini kehidupan mereka menjadi tidak bermakna, sia-sia dan percuma.

Jika kita menganggap manusia sebagai makhluk yang memiliki tujuan rasional dan ikhtiar, dimana ia bisa meraih tujuan luhur dengan usaha, maka kehidupan mereka menjadi bermakna dan penuh arti. Konsekuensi dari perbeddaan ini juga akan tampak dalam memprioritaskan sesuatu dan memilih teladan perilaku. Kondisi ini secara keseluruhan akan melahirkan sebuah gaya hidup yang khas.

Menurut perspektif agama langit, kehidupan manusia di alam ini tidak terbatas pada ruang lingkup materi dan alamiah. Mereka harus menghindari kesia-siaan agar bisa menikmati kehidupan dengan sempurna. Namun, keadaan itu tidak akan tercipta selama pertanyaan-pertanyaan dasar tentang filosofi kehidupan belum terjawab. Yaitu, “Aku datang entah dari mana? Aku ada entah di mana? Dan aku akan pergi entah ke mana?”

Keluarga Muslim dan gaya hidup
Agama memberi jawaban yang lugas dan jelas atas pertanyaan filosofis tersebut serta menyingkap semua tabir kehidupan. Akal manusia tentu saja dapat menjawab persoalan itu dalam batas tertentu, tapi keterbatasan tersebut akan menghalangi mereka untuk menyelesaikan masalah secara sempurna dan tuntas. Ajaran agama telah melukiskan gambaran yang jelas tentang tujuan serta batasan ikhtiar dan kebebasan manusia. Dengan begitu, setiap individu dapat dengan mudah mendefinisikan arti kehidupan. Gambaran itu diperoleh dari ajaran-ajaran agama tentang tauhid, kenabian dan Hari Kiamat.

Pandangan dunia islami menganggap Mabda’ (hari permulaan) dan Ma’ad (hari akhirat) sebagai dua bagian prinsipil keberadaan manusia. Pandangan itu juga menjelaskan hubungan kehidupan manusia di alam ini dengan Mabda’ dan Ma’ad secara detail. Konsep ini menetapkan hubungan berbagai sektor kehidupan individu dengan sesama secara sempurna dan juga memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan mereka serta dimensi material dan spiritual mereka dengan teliti.

Mungkin atas dasar ini pula, para filosof Islam menilai argumen yang paling kuat terkait urgensitas pengutusan para nabi adalah karena pentingnya makrifat tentang hubungan dunia dan akhirat serta perintah dan larangan yang berpengaruh bagi kebahagiaan manusia. Pada dasarnya, ajaran suci Islam merupakan buah manis dari kehadiran Rasulullah Saw dan mukaddimah terbentuknya sebuah gaya hidup yang proporsional dan khas.

Perlu diketahui bahwa manusia selama hidupnya senantiasa berusaha untuk mendefinisikan hubungannya dengan orang lain dan lingkungan. Cara mereka menaklukkan alam dengan bekal sains dan teknologi, merupakan salah satu contoh dari usaha itu. Jika budaya masyarakat tidak ditopang oleh makrifat agama atau justru bertentangan dengannya, maka akan terbentuk sebuah teladan perilaku yang secara perlahan berujung pada dominiasi teknologi atas kehendak manusia. Karena mereka mulai menganggap semua perkara bergantung pada sains dan teknologi.

Dengan kata lain, kelemahan manusia dihadapan alam pada masa lalu telah membuat mereka tunduk pada teknologi demi mengalahkan alam. Tentu saja ini adalah sebuah bentuk dari ketidakmampuan manusia dalam membendung gelombang hawa nafsu.

Sebaliknya, makrifat yang didasarkan pada ajaran agama akanmembuat manusia tangguh dalam menghadapi godaan-godaan hawa nafsu. Pada dasarnya, gaya hidup yang bepijak pada ajaran agama akan mengarahkan peradaban material dan hedonisme yang tidak bermakna.

Dengan berbekal makrifat ini, kita dapat mengklaim bahwa pembangunan sosial dan ekonomi yang diinginkan oleh Islam, berbeda dengan kesejahteraan sosial yang menempatkan budaya sebagai sarana untuk mengejar tujuan. Akan tetapi, pembangunan yang diimpikan oleh Islam adalah sesuatu yang membantu manusia menuju ke arah tujuan akhir penciptaannya. Inilah jalan kesempurnaan yang disinggung oleh al-Quran.

Di antara karakteristik pandangan dunia islami adalah menganggap Tuhan Yang Maha Esa sebagai satu-satunya pencipta hakiki di alam semesta. Al-Quran dalam menjelaskan fenomena sosial dan perjalanan umat manusia, juga selalu menekankan bahwa semua itu memiliki keterikatan dengan Tuhan dan mereka tidak terpisah dari Sang Pencipta. Menurut al-Quran, kesempurnaan ideal dan tujuan akhir adalah kebahagiaan manusia, dimana hal ini diterima oleh semua paham-paham moralitas.

Islam dalam pandangan dunianya mengajarkan manusia bahwa keberadaan mereka dari satu sisi sepenuhnya bergantung kepada Tuhan dan dari sisi lain, kehidupan mereka tidak terbatasa pada dunia ini. Jadi, hubunganmanusia dengan Mabda’ dan Ma’ad didefinisikan menurut pandangan tersebut. Manusia harus menjaga hubungan dunianya dengan kehidupan abadi di akhirat. Dalam perspektif Islam, kehidupan dunia adalah sarana dan mukaddimah untuk meraih kebahagiaan abadi.

Ilustrasi di alam akhirat
Salah satu prinsip pemikiran Islam adalah meyakini keberadaan ikatan khusus antara manusia dan alam materi serta semua anugerah Tuhan di dunia ini. Bentuk perilaku manusia dan gaya hidup mereka memiliki peran dalam memperbanyak atau mengurangi nikmat tersebut. Manusia dapat menggunakan semua sarana di dunia ini untuk memakmurkan bumi dan menciptakan peradaban yang megah. Untuk itu, kita perlu mengetahui tentang hubungan manusia dengan alam materi dan kewajiban mereka dihadapan hikmat tersebut.

Dalam kacamata Islam, jika hubungan manusia dengan alam dibangun sesuai dengan petunjuk agama, mereka, dengan izin Tuhan, dapat memanfaatkan semua sarana di alam ini untuk memajukan tujuan individual dan kepentingan sosial. Atas dasar ini pula, Islam menekankan kerja keras sebagai sebuah teladan perilaku sehingga masyarakat Islam dapat mencapai tujuan-tujuan sosial yang luhur.

Sebaliknya, Islam mencela sikap malas dan kemalasan termasuk dari perangai manusia yang paling dibenci. Dengan demikian, upaya untuk memakmurkan dunia dan mengejar kesejahteraan materi tidak bisa dianggap sebagai bentuk pembangkangan terhadap keimanan akan Hari Kiamat, tetapi teladan perilaku ini, berdasarkan ajaran Islam, dapat digolongkan sebagai perbuatan ibadah dan ketaatan kepada Tuhan.

Dalam budaya Islam, dunia yang tercela adalah sesuatu yang bisa melalaikan manusia dari mengingat Tuhan dan mengandung aroma maksiat. Dengan kata lain, dunia akan dianggap hina ketika telah menjadi tujuan utama manusia. Menurut al-Quran, dunia dan akhirat adalah dua fase kehidupan, yaitu kehidupan yang sekarang dan singkat, dan kehidupan abadi dan lebih sempurna di akhirat kelak. Oleh sebab itu, kehidupan dunia adalah mukaddimah untuk kehidupan akhirat.

Senin, 14 Desember 2020 20:07

Islam dan Gaya Hidup (2)

 

Gaya hidup adalah sebuah sistem kehidupan yang berhubungan dengan individu, keluarga atau masyarakat dengan identitas tertentu. Gaya hidup dapat dianggap sebagai kumpulan dari aktivitas sehari-hari seorang individu yang komprehensif dan koheren.

Pola konsumsi, pergaulan, cara berpakaian, bahasa komunikasi, gaya arsitektur kota dan pasar serta kegiatan lain, semuanya merupakan sebuah paket sempurna dari gaya hidup kita. Refleksi perilaku ini akan memperlihatkan kepribadian individual dan sosial kita di lingkungan sekitar, mulai dari bentuk keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan hobi.

Gaya hidup adalah perilaku yang muncul dari keyakinan dan nilai-nilai serta berlandaskan pada bentuk persepsi manusia terhadap semesta. Memimpikan pola hidup tertentu atau mengritik keras gaya hidup tertentu, merupakan refleksi dari sistem nilai seseorang, dimana punya andil besar dalam pemilihan gaya hidup. Oleh karena itu, pola hidup tidak bisa dipisahkan dari keyakinan dan nilai-nilai. Penampakan luar kehidupan dan perilaku seseorang merupakan buah dari keyakinan tersebut.

Kebanyakan unsur-unsur yang melahirkan sebuah gaya hidup adalah pilihan. Jika seseorang melakukan sesuatu atas dasar paksaan dan tekanan, maka itu tidak dapat disebut gaya hidup. Gaya hidup harus dipilih dan seorang individu harus terlibat aktif dalam mendefinisikan dan membangun gaya hidup berdasarkan sistem keyakinan dan nilai-nilai yang dianutnya. Tentu saja, media senantiasa menyuguhkan gambaran baru dari gaya hidup dan mendorong orang-orang untuk memilihnya.

Perlu diingat bahwa gaya hidup dapat diciptakan dan diubah, karena hal itu adalah bentuk pilihan seseorang yang dapat dirombak sesuai selera. Meskipun kondisi sosial mungkin saja akan menciptakan hambatan serius untuk mengubah sebuah gaya hidup. Kita tidak bisa membayangkan jika ada manusia yang tidak memiliki sebuah kebiasaan dan gaya hidup, kecuali pada masa kanak-kanak dimana kepribadian seseorang belum terbentuk. Sebenarnya, setiap individu punya tata cara untuk menjalani hidupnya. Sekalipun ia tidak menerima pendidikan yang benar, ia tetap memiliki sebuah pedoman untuk hidup meskipun itu buruk.

Jika kita tidak memilih sebuah model kehidupan dengan kehendak dan keinginan sendiri, secara tidak sadar kita akan berada di sebuah lingkaran tertentu di tengah masyarakat. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita memilih sendiri bentuk kehidupan kita secara sadar dan tidak membiarkan kondisi lingkungan mengubah kepribadian kita.

Gaya hidup adalah tanda pengenal identitas sosial. Gaya hidup bagi semua individu akan membentuk kepribadian. Dengan kata lain, seseorang memperkenalkan identitasnya melalui bentuk interaksi, jenis pekerjaan, pola konsumsi, status sosial dan semua image yang dibentuk olehnya. Dari sisi lain, setiap orang berdasarkan gaya hidup (yaitu sesuatu yang dikonsumsi, dipakai, tempat tinggal, kendaraan, pergaulan dan ...) secara perlahan akan terbiasa dengan perbuatan tertentu dan terbentuk dari dalam. Masalah ini mendorong sistem nilai tertentu menjadi sebuah perkara internal bagi seseorang.

Analis kami tentang kepribadian dan identitas orang lain dalam batas tertentu juga bergantung pada image luar tersebut. Jika kita mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut, maka kita relatif mudah untuk menilai kepribadian seseorang. Misalnya, apa pekerjaannya? Apa model kendaraannya? Di mana ia tinggal? Dan lain-lain. Dengan begitu, sikap, tingkah laku, penilaian sosial, kondisi ekonomi, pandangan politik dan budaya orang lain dapat kita tebak.

Pada tingkat makro-sosial, gaya hidup dapat melahirkan sejenis keserasian. Orang-orang yang hidup berdampingan selama bertahun-tahun, mereka secara perlahan akan berpikir seragam serta memiliki sensitivitas dan selera yang sama. Keserasian ini akan menyamakan sikap, penilaian sosial, budaya dan moral serta membentuk sebuah poros yang harmonis atau kekuatan sosial yang terselubung.

Sekarang yang menjadi soal adalah, faktor apa saja yang melatari gaya hidup? Bagaimana ia terbentuk? Dan siapa saja aktor di balik layar yang memanagenya? Jelas bahwa para tokoh masyarakat seperti guru, dosen, hakim, orang yang dituakan, ilmuwan, budayawan, seniman dan atlet memiliki pengaruh besar dalam terbentuknya sebuah gaya hidup. Tingkat pengaruh dari setiap kelompok tersebut tentu saja berbeda-beda. Dalam lingkup yang lebih luas, gaya hidup sebuah masyarakat secara dominan berada di bawah pengaruh media visual.

Di era modern, media memainkan peran besar di tengah kehidupan masyarakat. Statistik menunjukkan bahwa warga di hampir seluruh  penjuru dunia menggunakan media, sarana ini termasuk rutinitas ketiga mereka setelah kerja dan istirahat. Penggunaan media sudah menjadi bagian yang paling sentral dari unsur kehidupan.

Oleh sebab itu, raksasa media memainkan peran dominan dalam mengkampanyekan gaya hidup Barat di dunia modern dan memperlemah serta merusak keyakinan dan nilai-nilai agama. Beberapa orang bahkan percaya bahwa sebuah perang global media sedang terjadi terhadap aliran kepercayaan, khususnya agama Islam.

Berbagai channel televisi, parabola dan internet setiap harinya menyajikan sejumlah program untuk memperkuat gaya hidup Barat dan merusak budaya bangsa lain. Media-media mainstream berusaha memperkenalkan kehidupan Barat sebagai kiblat mode. Untuk itu, mereka tidak pernah mempublikasikan tentang kelemahan dan sisi negatif gaya hidup Barat. Sayangnya, kita secara tidak sadar mengizinkan unsur-unsur gaya hidup Barat meracuni masyarakat kita melalui media dan mode.

Gaya hidup setiap individu dan masyarakat dipengaruhi oleh keyakinan atau pandangan dunia dan nilai-nilai yang dianut. Pandangan dunia materialisme dan hedonisme tentu saja akan memunculkan gaya hidup tertentu. Demikian juga dengan pandangan dunia ilahi, akan membentuk gaya hidup yang khas. Oleh karena itu, agama pada langkah pertama memaparkan pandangan dunia dan ideologi khusus sebagai pondasi untuk membangun kehidupan religius. Pada tahap selanjutnya, agama mengajarkan panduan berperilaku dan moralitas untuk semua dimensi kehidupan manusia guna membentuk sebuah model kehidupan yang khas.

Pada dasarnya, fikih dan akhlak bertujuan untuk memberikan keteladanan dari kehidupan religius yang diridhai oleh Sang Khalik. Semua tema fikih dan pedoman akhlak dalam agama bermaksud untuk membangun gaya hidup islami. Dengan kata lain, gaya hidup setiap orang dipengaruhi oleh banyak target dan tujuan akhir. Tujuan akhir setiap individu secara alamiah mengharuskan dia untuk menjalani aturan tertentu yang sesuai dengan dirinya.

Jika tujuan akhir seseorang ingin mendekatkan diri kepada tuhan, ia akan menjadikan semua urusan kehidupannya untuk mencapai tujuan tersebut. Dia akan memberi warna ketuhanan untuk semua dimensi kehidupannya, mulai dari ibadah sampai muamalah. Individu seperti ini akan selalu berpikir tentang keridhaan Tuhan dalam setiap aktivitasnya. Ini adalah sesuatu yang diinginkan oleh Islam dari umatnya. Pribadi Muslim akan memilih sebuah model kehidupan yang di dalamnya terdapat penghambaan maksimal kepada tuhan dan juga ada keserasian maksimal dengan tujuan akhir tersebut yaitu, mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Senin, 14 Desember 2020 20:05

Islam dan Gaya Hidup (1)

 

Persoalan gaya hidup menjadi perhatian penting ajaran agama, di mana Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menilai pentingnya memperhatikan gaya hidup dan hal ini termasuk dari urgensitas masyarakat Muslim.

Ajaran Islam – yang berasal dari al-Quran, sunnah Nabi Saw, dan Ahlul Bait as – merupakan jalan terang untuk meraih keberuntungan di dunia dan akhirat. Di era modern, gaya hidup Islami dapat menjadi solusi efektif untuk melawan serangan budaya Barat di tengah umat. Meneladani gaya hidup Islami dapat menjadi momentum untuk menghidupkan peradaban Islam dan kemajuan seluruh kaum Muslim.

Menurut Ayatullah Khamenei, setiap peradaban memiliki dua komponen utama dan penunjang. Bagian utama peradaban berhubungan dengan gaya hidup, sementara bagian penunjang terkait dengan kemajuan sains, teknologi, dan ekonomi.

"Komponen penunjang adalah nilai-nilai yang sekarang kita sebut sebagai kemajuan negara; sains, inovasi, industri, ekonomi, politik, supremasi politik dan militer, dan legalitas internasional, semua ini merupakan bagian dari penunjang peradaban dan sarana," jelasnya.

Ayatullah Khamenei menambahkan, "Komponen utama adalah unsur-unsur yang membentuk lembaran kehidupan kita atau disebut gaya hidup. Ini adalah bagian pokok peradaban seperti, persoalan keluarga, model pernikahan, bentuk rumah, cara berpakaian, pola konsumsi, pola makan, jenis wisata, masalah tata bahasa, jenis pekerjaan, tindakan dan perilaku kita antar-sesama dan lingkungan, serta masalah kebersihan dan kesucian. Ini semua adalah bagian utama peradaban yang menjadi lembaran kehidupan manusia."

Kajian seputar gaya hidup personal dan sosial Islami termasuk di antara pembahasan yang sangat penting, karena ia merupakan pilar utama pembentuk identitas sosial sebuah masyarakat, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup. Setiap individu baru bisa menunjukkan pandangan dunianya kepada pihak lain ketika gaya hidup mereka sesuai dengan keyakinan dan norma yang dianut.

Sayangnya, masyarakat Muslim tidak mampu menciptakan hubungan yang selaras antara prinsip keyakinan dan nilai-nilai murni Islam dengan gaya hidup mereka di semua bidang sosial. Banyak individu Muslim terpengaruh oleh gaya hidup dan model kehidupan non-Islami dan terkadang malah anti-Islam.

Faktor-faktor munculnya ketimpangan ini perlu mendapat kajian serius. Namun, faktor utama sepertinya berhubungan dengan tingkat pengenalan. Dengan kata lain, banyak individu Muslim meninggalkan gaya hidup Islami dan nilai-nilai luhurnya karena tidak adanya pengetahuan yang cukup. Ketika seseorang tidak bisa membangun interaksi antara gaya hidupnya dan keyakinan, maka ia dengan sendirinya akan meninggalkan nilai-nilai itu dan menganggapnya tidak efektif.

Untuk menjustifikasi gaya hidup non-Islami yang ia pilih, dia akan "menyerang" keyakinan dan nilai-nilai agama, nilai-nilai ini akan dianggap sebagai warisan masyarakat primitif dan kuno.

Di dunia modern, kealpaan terhadap gaya hidup Islami akan menyeret masyarakat Muslim untuk meniru model kehidupan Barat. Dalam kondisi di mana masyarakat Barat berusaha meringkas agama dalam kehidupan personal, maka sebuah urgensitas untuk memperkenalkan program-program masyarakat Muslim yang banyak menitikberatkan pada aspek sosial.

Islam – sebagai sebuah agama yang sempurna dan komprehensif – memiliki program untuk seluruh kehidupan umat manusia mulai dari menata keluarga, urusan politik, ekonomi, sosial, dan bahkan pola makan, adab bepergian, dan secara keseluruhan mengatur tentang interaksi manusia antar-sesama dan lingkungan sekitar.

Program tersebut akan membentuk perilaku seorang Muslim. Sebuah model yang dibangun atas pendangan yang kuat, di mana menjadikan tauhid dan kekuasaan Tuhan atas jagad raya sebagai poros alam penciptaan. Tujuan dari penyusunan sebuah program kompregensif adalah untuk memperkenalkan ajaran Islam, yang konstruktif dan penuh daya tarik dalam masalah gaya hidup dengan tetap mengacu pada ajaran Islam, sunnah Nabi Saw, dan ajaran Ahlul Bait.

Pada acara berseri ini, kami akan menjelaskan tentang gaya hidup dan faktor-faktor pembentuknya, peran keyakinan agama dan ideologi dalam kehidupan, pola interaksi antar-sesama, pola pikir, dan cara memilih pakaian.

Selain itu, kami juga akan memaparkan pandangan agama tentang interaksi sosial, mulai dari lingkungan keluarga sampai hubungan dengan non-Muslim, kiat mengisi waktu luang dan wisata Islami, metode berinteraksi dengan lingkungan, serta kegiatan ekonomi dan bisnis.

Ayatullah Khamenei di bagian lain pidatonya berbicara tentang pentingnya untuk menjelaskan unsur-unsur pembentuk gaya hidup. Beliau menuturkan, "Kita perlu menjelaskan masalah kultur kehidupan, lalu menyusunnya, dan kemudian menerapkannya sesuai dengan harapan Islam. Tentu saja Islam memiliki alasan mengapa menawarkan kultur seperti itu kepada kita… perilaku sosial dan gaya hidup mengikuti interpretasi kita tentang kehidupan. Apa tujuan hidup? Setiap tujuan yang kita pilih untuk kehidupan, kita perlu menetapkan target untuk diri kita. Tanpa ideologi, kita tidak bisa mewujudkan sebuah peradaban."

Ketika menerangkan masalah gaya hidup, Ayatullah Khamenei mengingatkan masyarakat Islam agar tidak ikut-ikutan dan memperingatkan mereka tentang bahaya meniru model Barat.

"Kita harus benar-benar menghindari sikap meniru dalam membangun dari komponen utama dari peradaban baru Islam; meniru orang-orang yang ingin memaksakan metode kehidupan dan gaya hidupnya kepada bangsa-bangsa lain. Saat ini, manifestasi sempurna dan satu-satunya model dari pemaksaan ini adalah peradaban Barat. Bukan berarti kita ingin bermusuhan dengan Barat dan terlibat konflik dengan mereka," tambahnya.

Menurut Ayatullah Khamenei, negara-negara yang meniru Barat dan bersikap ala mereka, tidak akan memperoleh sesuatu kecuali kerugian dan bencana, bahkan meskipun negara-negara itu terlihat maju dan kaya, tapi pada kenyataannya mereka peniru.

"Budaya Barat adalah sebuah budaya konfrontatif, budaya penggilas budaya-budaya lain. Kemana saja Barat menginjakkan kakinya, mereka akan menghancurkan budaya lokal, mereka memusnahkan pondasi setempat sejauh mereka mampu, mereka akan mendistorsi sejarah bangsa-bangsa, mereka mengubah bahasa dan gaya penulisan. Selama mereka bisa, Barat akan merusak pondasi budaya dan ideologi di sana," jelasnya. 

Senin, 14 Desember 2020 20:03

Fungsi dan Peran Masjid (5)

 

Masjid merupakan basis utama sosial, tempat terbaik untuk mempertebal iman, dan pusat terpenting untuk mempromosikan kegiatan sosial, budaya dan politik kaum Muslim.

Masjid Nabawi yang dibangun Rasul Saw di Madinah berfungsi sebagai tempat ibadah dan pusat pemerintahan, pengadilan, dan pendidikan. Jelas bahwa fungsi utama masjid adalah untuk mempraktekkan syiar-syiar dan aturan agama, dan shalat lima waktu merupakan ritual ibadah terbesar yang dilaksanakan di masjid.

Pada permulaan Islam, kaum Muslim selalu mendatangi masjid dengan penuh antusias dan suka cita. Mereka mendirikan shalat di belakang Nabi Saw dan kemudian berdoa bersama-sama. Setelah pembangunan masjid rampung, Rasul Saw memerintahkan Bilal Habsyi mengumandangkan adzan sehingga masyarakat berkumpul di masjid untuk shalat. Bilal Habsyi – orang yang pertama kali diperintahkan Rasul untuk mengumandangkan adzan – dengan suara merdunya menebarkan aroma spiritual di kota Madinah.

Meski kala itu ada banyak orang yang memiliki suara merdu dan ucapan yang fasih, tapi kesucian hati, keimanan dan keikhlasan Bilal telah mengantarkannya ke derajat yang tinggi. Saat ini suara adzan – sebagai panggilan shalat – menggema setiap hari dari menara-menara masjid di seluruh penjuru bumi.

Adzan mengingatkan kita tentang tauhid, kenabian dan kewajiban mendirikan shalat. Adzan adalah sebuah syiar yang dimulai dengan nama Allah Swt dan penegasan akan keesaan-Nya, kemudian bersaksi atas kenabian Muhammad Saw, mengajak kepada keberuntungan dan perbuatan baik, dan ditutup dengan mengingat Allah Swt. Jadi, adzan dimulai dengan nama Tuhan dan diakhiri dengan nama-Nya juga. Namun semua kalimatnya serasi, seirama, singkat, penuh makna, dan sebagai pengingat.

Masjid dengan seluruh bagiannya memuji dan bertasbih kepada Allah Swt, sebagaimana semua yang berada di alam semesta bertasbih kepada-Nya. Orang yang menunaikan shalat di masjid memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Barang siapa yang pergi ke masjid, seluruh lapisan tanah bertasbih kepadanya untuk setiap langkah yang ia letakkan di tempat basah atau kering," (Wasail al-Syiah, jilid 5)

Pada seri ini, kami akan kembali memperkenalkan Masjid Nabawi sebagai tempat suci kedua bagi umat Islam. Arsitektur Masjid Nabawi benar-benar sederhana, dinding-dindingnya dibangun dari batu dan tanah liat, sementara pohon kurma dipakai sebagai tiang penopang bangunan. Masjid ini hanya beralaskan kerikil-kerikil kecil dan pasir sehingga tidak sampai becek ketika hujan.

Sejarah mencatat bahwa setelah masjid selesai dibangun, hujan deras turun dan mengenangi lantai tanah masjid. Seseorang kemudian menaburi kerikil-kerikil kecil di bawah telapak kakinya. Setelah Rasul Saw selesai menunaikan shalat dan menyaksikan itu, beliau bersabda, "Sungguh sebuah pekerjaan yang baik." Sejak hari itu lantai masjid dilapisi dengan kerikil-kerikil kecil dan pasir. Sekarang lantai Masjid Nabawi sudah ditutupi dengan karpet yang berkualitas dan indah.

Nabi Muhammad Saw membangun masjid dengan tiga pintu. Pertama, pintu yang berada di bagian selatan saat kiblat masih menghadap ke Baitul Maqdis dan pintu ini kemudian ditutup dan dibuka pintu lain di bagian utara setelah perubahan arah kiblat. Kedua, pintu di bagian barat yang dikenal dengan sebutan Bab Atikah. Atikah adalah seorang wanita Makkah dan berhijrah ke Madinah setelah memeluk Islam. Disebut Bab Atikah karena ia menghadap ke arah rumah wanita tersebut. Ia juga dikenal dengan pintu rahmat.

Diriwayatkan bahwa seseorang mendatangi Rasulullah Saw di Masjid Nabawi dan meminta beliau untuk berdoa meminta hujan. Rasul kemudian berdoa dan hujan pun turun deras selama tujuh hari berturut-turut. Karena takut terjadi banjir besar, orang tersebut kembali mendatangi Rasulullah dan meminta beliau berdoa agar hujan berhenti. Mengingat hujan adalah rahmat Allah Swt, maka pintu tersebut dikenal dengan Bab Ar-Rahmah. Pintu itu juga disebut dengan Bab An-Nabi, karena Rasul menggunakan pintu itu untuk masuk ke masjid.

Pintu ketiga terletak di bagian timur Masjid Nabawi dan disebut Bab Jibril. Pada masa Perang Bani Quraizhah, Rasul Saw menemui malaikat Jibril di pintu tersebut. Ia juga dikenal dengan Bab Utsman, karena menghadap langsung ke rumah Khalifah Utsman. Bab As-Salam juga bisa dipakai untuk masuk ke Masjid Nabawi dan jumlah pintu semakin banyak seiring berlalunya waktu. Beberapa sahabat membangun rumah mereka di sekitar masjid dan biasanya mereka menyediakan satu pintu untuk menuju ke sana. Praktek ini terus dilakukan sampai pada tahun ketiga hijriah, Rasulullah Saw memerintahkan penutupan semua pintu rumah yang terbuka ke masjid kecuali pintu rumah Ali bin Abi Thalib as. Saat ini Masjid Nabawi memiliki tujuh buah pintu utama dan 81 pintu biasa.

Raudhah al-Mutahharah adalah satu tempat yang memiliki banyak keutamaan di dalam Masjid Nabawi. Rasul Saw menyebut tempat itu sebagai taman dari taman-taman surga. Makam suci Rasulullah, mimbar, dan mihrab beliau merupakan tempat-tempat suci di Raudhah al-Mutahharah. Jasad suci Rasulullah dimakamkan di tempat tersebut dan disampingnya digunakan sebagai lokasi pemakaman khalifah pertama dan kedua.

Di bagian utara Raudhah, ada sebuah tempat yang diyakini sebagai lokasi makam Sayidah Fatimah az-Zahra as. Tempat itu dibangun berdasarkan beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa Sayidah Fatimah dimakamkan di rumahnya. Sebagian riwayat menyebut lokasi pemakaman Sayidah Fatimah berada di Baqi' dan riwayat ini lebih populer di kalangan Ahlu Sunnah.

Salah satu tempat suci di Masjid Nabawi adalah lokasi mimbar Nabi Saw. Dalam riwayat ditulis bahwa beliau pada awalnya bersandar di pohon kurma ketika menyampaikan khutbah. Salah seorang sahabat kemudian mengusulkan pembangunan sebuah mimbar sehingga Rasulullah bisa menatap masyarakat dan sebaliknya, dan beliau juga menerima gagasan itu. Mimbar dibangun dengan tiga anak tangga dan sebuah tempat duduk. Menurut beberapa riwayat, Rasulullah Saw memerintahkan upacara pengambilan sumpah dilakukan di sisi mimbar dan bersabda, "Barang siapa bersumpah di samping mimbarku ini dengan sumpah palsu walaupun untuk mendapatkan satu siwak, maka ia telah mempersiapkan tempatnya di neraka."

Mimbar Nabi masih digunakan selama masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Demi meningkatkan citranya di tengah publik, Muawiyah ingin memindahkan mimbar nabi ke negeri Syam, tapi warga Madinah melakukan protes dan menentang rencana itu.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, mimbar nabi mengalami beberapa kali perbaikan dan pada tahun 654 hijriah, Masjid Nabawi dilalap api dan mimbar nabi pun hangus terbakar. Sejarah mencatat bahwa abu dari mimbar nabi yang terbakar ditanam di sebuah lokasi tempat mimbar sekarang berada. Mimbar baru yang ada di Masjid Nabawi adalah sebuah mimbar yang terbuat dari marmer dan dipoles dengan emas. Mimbar ini memiliki 12 anak tangga dan merupakan hadiah dari salah seorang penguasa Dinasti Ustmani pada tahun 999 hijriyah.

Pada masa Rasulullah Saw, masyarakat Muslim tidak mengenal lokasi yang disebut mihrab selain ungkapan-ungkapan al-Quran seputar mihrab Sayidah Maryam as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Dawud as. Pada masa Umar bin Abdulaziz, dibangun sebuah mihrab di lokasi yang dipakai oleh Rasulullah Saw sebagai tempat shalat dan sujud. Mihrab Masjid Nabawi telah mengalami banyak perubahan seiring dengan pemugaran bangunan.

Selain mihrab utama, juga dibangun beberapa mihrab lain di Masjid Nabawi dan salah satunya adalah Mihrab Tahajud. Mihrab ini terletak di belakang rumah Sayidah Fatimah as dan Rasulullah Saw menggunakan tempat itu untuk shalat tahajud dan munajat. Mihrab lain adalah Mihrab Fatimah dan ia terletak di dalam maqshurah yaitu di tempat yang dahulu merupakan letak rumah beliau. Mihrab Fatimah sekarang terletak di dalam kamar Nabi Saw.

Senin, 14 Desember 2020 20:01

Fungsi dan Peran Masjid (4)

Masjid merupakan institusi sosial pertama yang dibangun langsung oleh Rasulullah Saw sejak awal berdirinya pemerintahan Islam di kota Madinah. Sebuah bangunan suci yang melewati banyak pasang surut di sepanjang usianya lebih dari 1400 tahun.

Secara fisik masjid kadang dipoles habis-habisan hingga mirip istana raja, tapi ia tidak pernah kehilangan fungsi utamanya yaitu sebagai tempat suci untuk ibadah dan menghambakan diri kepada Allah Swt.

Masjid merupakan kepingan suci dari bumi yang mengarah ke kiblat untuk kepentingan shalat dan ibadah. Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw – langkah pertama untuk memperkuat pemerintahannya – membangun masjid sebagai pusat pemerintahan dan komando. Sebuah tempat yang dikenal oleh masyarakat sebagai pusat kegiatan ibadah, budaya, sosial dan politik. Tempat yang selalu dikunjungi oleh pemimpin dan masyarakat, di mana beliau menyampaikan hukum-hukum agama dan ajaran Ilahi.

Rasul Saw dan para sahabat selalu berkumpul di tempat suci itu. Di sana, beliau mengajarkan dan mempraktekkan hukum agama dengan penuh cinta sehingga tercipta kebahagiaan di masyarakat Muslim. Beliau selalu terdepan dalam pelaksanaan perintah agama dan memberikan keteladanan praktis kepada umat. Rasul Saw adalah teladan yang sempurna, yang mengajarkan umat dan memberikan contoh konkrit dalam semua aspek kehidupan.

Masyarakat akan datang ke masjid tersebut untuk menemui Nabi Muhammad Saw. Jika ada sebuah berita, beliau secara langsung atau melalui salah satu sahabatnya akan mengumumkan berita itu kepada masyarakat. Dengan kata lain, Masjid Nabawi berfungsi sebagai basis utama masyarakat Muslim untuk kegiatan keagamaan, sekaligus pusat untuk kegiatan ilmiah, politik dan sosial kebangkitan Islam. Pilar-pilar dasar pemerintahan Islam dibangun di masjid dan dari tempat itu pula, ajaran Islam disebarkan ke seluruh penjuru dunia.

Sejarah mencatat bahwa masjid pertama yang dibangun oleh Rasul Saw ketika hijrah dari Makkah ke Madinah adalah Masjid Quba. Sebelum tiba di kota Madinah, beliau membangun masjid di kampung Quba yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Quba. Menurut catatan sejarah, Rasul Saw tiba di kampung Quba pada hari Senin, tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi. Daerah ini terletak sekitar 5 kilometer dari sebelah tenggara pusat kota Madinah.


Quba dikenal sebagai daerah yang memiliki iklim yang baik dan terdapat banyak kebun kurma. Masyarakat Quba adalah orang pertama yang menyambut kedatangan Rasulullah Saw dari Makkah. Beliau singgah di Quba selama beberapa hari sambil menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib as dan rombongan dari Makkah termasuk Sayidah Fatimah as. Ketika semua sudah berkumpul, Rasul Saw dan rombongan bergerak ke Madinah atau yang disebut Yatsrib sebelum hijrah.

 

Selama empat hari singgah di kampung Quba, Rasul Saw membangun sebuah masjid di sebidang tanah setelah para sahabat mengumpulkan batu-batu sebagai materialnya. Beliau meletakkan batu pertama tepat di kiblatnya dan ikut menyusun batu-batu selanjutnya hingga terbentuk pondasi dan dinding masjid. Dengan demikian, Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasul Saw.

Salah satu yang menjadi keutamaan masjid ini ialah nilai ibadah yang dilakukan di dalamnya, setara dengan menjalankan umrah. Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang mendatangi masjidku yaitu Masjid Quba dan kemudian shalat di dalamnya dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala umrah." (Man La Yahduruhu al-Faqih, jilid 1)

Setelah menetap di Madinah, Rasul Saw rutin setiap pekan mengunjungi Masjid Quba dan mendirikan shalat di sana. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada hari Sabtu atau Senin. Beliau tiba di Madinah pada hari Jumat setelah empat hari tinggal di Quba. Para pemimpin dari setiap kabilah menghendaki Rasul Saw menetap di tempat kediamannya. Mereka berebut memegang tali kekang unta yang ditungganinya, beliau bersabda, "Biarlah untaku yang menentukan tempat di mana aku tinggal. Tempat di mana ia berhenti, aku akan menetap di situ. Unta ini telah mendapat perintah dan ia tahu ke mana akan pergi."

Ada dua hikmah tersembunyi dalam peristiwa ini; pertama, lokasi pembangunan Masjid Nabawi adalah sebuah tempat yang dipilih oleh Allah Swt, Nabi Saw sendiri bahkan tidak punya peran dalam pemilihan itu. Dan kedua, manajemen langsung ini untuk menghindari segala bentuk kesalahpahaman antar kabilah di Madinah, di mana banyak dari mereka terlibat konflik.

Unta Nabi Saw terus bergerak hingga berhenti di tempat Bani Malik bin Najjar dan di sanalah beliau singgah. Rasul Saw kemudian memerintahkan pembangunan masjid di tempat tersebut. Beliau terlibat langsung dalam proses pembangunan dan bahkan bekerja melebihi orang lain. Usaha para sahabat membujuk Rasul Saw untuk istirahat juga tidak berhasil dan beliau tetap melanjutkan aktivitasnya. Keterlibatan ini mendorong para sahabat untuk bekerja lebih semangat dan lebih tekun.

Arsitektur bangunan Masjid Nabawi adalah sebuah desain yang istimewa, karena tidak ada tanda-tanda bahwa bangunan tersebut meniru gaya bangunan lain dan bahkan tempat ibadah agama lain. Bangunan itu memperlihatkan kemurnian dan kesesuaian penuh dengan roh agama Islam. Jelas Rasul Saw masih menyimpan memori tentang arsitektur bangunan gereja dan sinagog selama perjalanannya ke Syam. Tapi, pembangunan masjid tersebut sama sekali tidak meniru model bangunan lain.


Pada masa itu, dinding Masjid Nabawi terbuat dari tanah liat, pilar-pilarnya dari batang kurma, lantainya dari pasir, dan atapnya dari pelepah kurma. Ketika kaum Anshar mendatangi Rasulullah Saw dengan membawa harta untuk memperindah bangunan masjid, beliau bersabda, "Aku ingin seperti saudaraku Nabi Musa, masjidku cukup seperti arisy (gubuk tempat berteduh) Nabi Musa." Soal kesederhanaan arsitektur masjid, Rasul Saw menjelaskan bahwa usia manusia pendek dan kematian akan dengan cepat mendatangi mereka.

Sebagian dari beranda masjid digunakan untuk tempat tinggal orang-orang miskin. Kebanyakan mereka berasal dari kaum Muhajirin, yang telah meninggalkan semua harta bendanya di Makkah dan memilih hijrah ke Madinah demi membela kebenaran. Mereka kemudian dikenal dengan Ashabus Suffah (Orang-orang yang tinggal sementara di beranda Masjid Nabawi).

Bangunan yang didirikan bersamaan dengan pembangunan masjid adalah rumah Rasulullah Saw. Para sahabat kemudian juga membangun rumah-rumah di samping masjid, di mana pintu-pintunya memiliki akses langsung ke dalam masjid. Pada tahun ketiga Hijriyah, Rasul Saw memerintahkan penutupan semua pintu kecuali pintu rumah Ali bin Abi Thalib as.

Setelah Rasul Saw wafat, para khalifah memutuskan untuk memperluas Masjid Nabawi dan merenovasi bangunannya seiring bertambahnya jumlah populasi Muslim. Kegiatan ini dikerjakan dalam beberapa tahap dan berlanjut sampai berakhirnya Dinasti Abbasiyah. Ketika itu, luas Masjid Nabawi mencapai 9.000 meter persegi. Pada periode Utsmani, masjid ini mengalami beberapa kali perluasan dan renovasi, namun tindakan mendasar dimulai pada tahun 1265 H oleh Raja Abul Hamid I dan selama 13 tahun, Masjid Nabawi direnovasi dengan kokoh dan sangat menawan.

Hari ini, nama-nama para imam maksum, khalifah serta sejumlah sahabat dan tabiin yang terukir indah di dinding Masjid Nabawi, merupakan peninggalan era Utsmani. Salah satu dari nama itu adalah nama Imam Zaman yang ditulis Muhammad al-Mahdi. Kaligrafi nama Imam Mahdi bahkan menyimpan sebuah pesan tersembunyi. Dalam pahatan itu, huruf YA sengaja ditulis tidak sesuai dengan kaidah kaligrafi. Huruf YA itu akan menjadi sempurna jika disambungkan dengan huruf MIM yang terletak persis di atasnya. Dengan demikian terbentuk rangkaian huruf HA dan YA. Sehingga pahatan kaligrafi tersebut dapat dibaca Muhammad Al Mahdi Hayyun (Muhammad al-Mahdi masih hidup).

Pada periode Al Saud, Masjid Nabawi juga mengalami renovasi dan perluasan besar-besaran. Kota Madinah dengan adanya Masjid Nabawi memiliki sakralitas yang luar biasa. Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Nabi Ibrahim menjadikan kota Makkah sebagai kota haram dan berdoa untuk warganya. Aku menjadikan Madinah sebagai kota yang haram juga."