کمالوندی

کمالوندی

 

Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa undang-undang, baik itu dalam bentuk adat, tradisi atau undang-undang tertulis, senantiasa mengatur kehidupan manusia. Tanpa adanya aturan sosial, manusia tidak akan pernah bisa hidup. Terlebih lagi setelah hubungan sosial manusia menjadi semakin kompleks, kebutuhan adanya aturan dalam kehidupannya menjadi hal yang penting.

Undang-undang merupakan kumpulan perintah dan larangan yang menentukan cara berperilaku manusia dalam kehidupan sosial.Tanpa adanya aturan, kehidupan manusia akan bermasalah dan muncul kekacauan.

Ketika masyarakat menginginkan hidup sosial, bekerjasama dengan yang lain dan membagi kerjasama ini di antara mereka, maka muncul benturan antara kepentingan dan keinginan mereka. Siapa yang menginginkan saham yang lebih dari lain atau menentukan cara menyikapi orang lain sesuai dengan keinginannya yang tidak disukai orang lain, maka yang muncul adalah ketegangan di antara mereka. Untuk mencegah terjadinya perselisihan ini, harus ditentukan batasan-batasan dan menyusun undang-undang. Bila hal ini tidak dilakukan, maka kehidupan sosial manusia akan goyah dan fondasinya akan hancur. Pertanyaannya, sejak kapan dan di mana undang-undang ini disusun dan ditampilkan, sekalipun sederhana

Tampaknya undang-undang yang paling tua dan komprehensif untuk pertama kalinya di kerajaan Babel yang disusun oleh Hamurabi. Ia berkuasa sejak tahun 2123 hingga 2080 SM di Babel (sekarang Irak). Piagam dunia yang dibuatnya lebih banyak terkait dengan urusan seperti menuduh orang lain, bersumpah bohong, menyuap hakim, tidak adil dalam menghukumi, hubungan antara pemilik dan budak, hukum perdagangan dan hak-hak keluarga. Tapi latar belakang undang-undang ilahi sudah ada pada masa Nabi Nuh as yang lebih tua dari piagam Hamurabi.

Nabi Nuh as sendiri merupakan satu dari Nabi Ulul Azmi yang memiliki syariat dan hidup sebelum Nabi Musa  dan Isa as. Berkembang luasnya masyarakat dan munculnya perselisihan terkait kepentingan materietnis dan lain-lain menyebabkan para nabi membawa  undang-undang yang sesuai untuk masyarakatnya demi menyelesaikan perselisihan dan menunjukkan jalan kebahagiaan. Undang-undang ini dibawa mereka kepada manusia dalam bentuk agama yang secara bertahap semakin menyempurna, sehingga Nabi Muhammad Saw pamungkas para nabi membawa undang-undang Islam secara sempurna.

Undang-undang Islam dalam bentuk kitab langit yang disebut al-Quran dibawa oleh Rasulullah Saw untuk manusia. Dengan demikian, al-Quran itu sendiri menjadi buku undang-undang Islam. Dalam buku undang-undang ini termuat program untuk membimbing manusia, bagaimana hubungan sosial, perintah dan larangan baik yang bersifat hukum maupun moral dan lain-lain. Al-Quran menjadi penjelas undang-undang ilahi. Di sini, undang-undang ilahi memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan undang-undang lain yang disusun oleh manusia.

Undang-undang yang tepat dan komprehensif semestinya dapat menjawab kebutuhan materi dan spiritual manusia. Pelaksanaan undang-undang ini dengan sendirinya menjadi sarana bagi kesempurnaan dan pertumbuhan semua potensi manusia baik di bidang materi maupun spiritual, sekaligus menciptakan ketenangan bagi manusia. Mencermati ayat-ayat al-Quran dengan mudah menemukan hakikat ini bahwa pembuat undang-undang ini adalah Allah Swt yang Maha Kuasa dan Bijaksana. Undang-undang yang sesuai untuk manusia memiliki parameter dan bila penyusunnya tidak mengetahuinya, maka ia tidak akan dapat menyusun undang-undang seperti ini.

Satu dari parameter yang harus ada dalam sebuah undang-undang adalah kebenaran sebagai porosnya. Yakni, para penyusun undang-undang harus memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi setiap individu dan kelompok-kelompok masyarakat. Undang-undang yang dihasilkan jangan sampai menekan sebagian orang atau kelompok masyarakat dan tidak juga memberikan kelebihan yang tidak rasional kepada sejumlah orang atau kelompok. Undang-undang harus menguntungkan semua orang dan kelompok. Dengan kata lain, menjamin maslahat setiap pribadi atau kelompok dan menyesuaikannya dengan maslahat orang atau kelompok lain. Undang-undang yang harus menyoroti maslahat dan mafsadah individu dan masyarakat, ada jaminan pelaksanaan dan mendukung kesempurnaan spiritual dan tujuan penciptaan manusia.

Apakah manusia yang menyusun undang-undang memiliki parameter yang diinginkan? Tak syak bahwa pengetahuan manusia terbatas. Manusia tidak dapat membangun Madinah Fadhilah atau utopia yang sempurna berdasarkan aturan dan undang-undang yang sudah ada sebelumnya. Kekurangan paling utama dari undang-undang buatan manusia bersumber dari kebodohannya. Pengetahuan biasa manusia yang didapat lewat panca indera dan akal berperan besar dalam menjamin kebutuhan hidupnya.Tapi untuk mengenal jalan kesempurnaan dan kebahagiaan hakiki baik dari sisi individu dan sosial, materi dan spiritual serta duniawi dan ukhrawi, panca indera dan akal saja tidak cukup. Bila tidak ada jalan lain untuk menutupi kekurangan ini, maka tujuan Allah dalam menciptakan manusia tidak pernah terealisasi. Jalan itu adalah wahyu yang diberikan kepada para nabi.

Menguasai segala dimensi kehidupan manusia dan menentukan arah bagi manusia bukan saja sulit bagi satu ada beberapa orang, tapi ribuan pakar di pelbagai disiplin ilmu humaniora juga tidak dapat mengungkap formula yang kompleks ini dan membuat undang-undang yang detil dan lengkap. Undang-undang yang menjamin semua maslahat individu dan sosial serta materi dan spiritual manusia. Proses perubahan undang-undang yang terjadi berkali-kali sepanjang sejarah manusia menunjukkan bahwa sekalipun telah ada upaya serius dari para pakar, tapi tetap saja mereka masih belum mampu membuat sebuah sistem hukum yang benar dan sempurna. Tentu saja untuk menyusun undang-undang ini telah ada upaya untuk memanfaatkan semaksimal mungkin sistem hukum ilahi dan syariat ilahi.

Undang-undang ilahi memiliki banyak pembagian dan telah disinggung dalam al-Quran. Satu bagiannya disebut "undang-undang takwini". Yakni sistem yang mengatur alam ini dan ciri khasnya telah ditanamkan pada semua makhluk. Dalam surat Thaha ayat 50 telah dijelaskan mengenai undang-undang takwini ini yang dikenal dengan hidayah umum. Allah Swt berfirman, "Musa berkata, 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." Setiap jenis makhluk memiliki jalur khusus untuk mencapai kesempurnaannya dan tidak ada kesalahan dalam menjalani jalur ciptaan yang telah ditentukan bagi masing-masing jenis makhluk.

Bentuk lain dari undang-undang ilahi adalah "undang-undang tasyri'i" yang hanya khusus bagi manusia. Undang-undang ini mengatur hubungan antara makhluk dan khalik dan begitu juga hubungan antara individu masyarakat secara adil. Allah Swt menyampaikan undang-undang ini lewat orang-orang pilihan yang diutus kepada manusia. Hidayah ini juga biasa disebut hidayah tasyri'i. Dalam surat al-Baqarah pada ayat 213 disebutkan, "..., Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan ..."

Ayat 213 surat al-Baqarah ini mengisyaratkan satu kenyataan bahwa satu dari alasan pengutusan para nabi adalah menyelesaikan perselisihan di antara manusia dengan undang-undang ilahi. Dengan demikian, Allah Swt tidak membiarkan begitu saja kebutuhan manusia akan hidayah dan undang-undang. Dalam banyak ayat al-Quran, Allah Swt telah menyinggung hakikat ini bahwa Kami telah menunjukkan jalan hidayah kepada manusia. Al-Quran sendiri merupakan kitab undang-undang langit terakhir dan wahyu ilahi yang menjadi metode terbaik dalam mendapatkan hidayah. Allah Swt dalam al-Quran surat al-Isra ayat 9 berfirman, "Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar."

Undang-undang ilahi dari sisi substansi dan bingkai amal memiliki perbedaan mendasar dengan undang-undang buatan manusia. Tujuan dari seluruh undang-undang manusia adalah membimbing individu untuk memanfaatkan kelebihan materi dan duniawi yang ada dengan lebih baik dan banyak. Sementara kebahagiaan dan kesempurnaan manusia tidak terbatas hanya pada hal-hal yang bersifat materi. Kesempurnaan ruh dan dimensi batin manusia lebih dalam dan penting, sementara pada saat yang sama undang-undang manusia tidak mampu menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa kebahagiaan manusia ada pada pemahaman dan pelaksanaan undang-undang ilahi yang tidak ada kekurangan di dalamnya.

Kelebihan undang-undang ilahi adalah hubungannya yang erat dengan moral. Apa yang membuat undang-undang berpengaruh di tingkat individu dan sosial kembali pada adanya kekuatan moral dan komitmen individu dan masyarakat untuk mengamalkan undang-undang. Karakter moral agama menyebabkan ajaran-ajaran agama dapat menyebar ke seluruh dunia dan orang-orang mukmin dengan tenang dapat mengamalkan undang-undangnya. Dalam keyakinan mereka, ajaran ilahi terbentuk berdasarkan maslahat hakiki dan nilai-nilai moral manusia. Dengan dasar ini, seorang muslim komitmen dengan kewajibannya. Kewajiban ibadah pada dasarnya merupakan bentuk ujian penghambaan dan dengan mengamalkannya, seorang mukmin akan semakindekat dengan Allah Swt.

Sesuai dengan ajaran agama, nilai hakiki manusia sesuai dengan seberapa dekatnya dengan Allah. Dari sini, kita melihat banyak hukum dan undang-undang dalam al-Quran yang dijelaskan disertai dengan peringatan yang pada gilirannya merupakan peringatan moral. Sebagai contoh, berpuasa dengan takwa, jihad dengan mengingat Allah, perceraian dengan menjauhi bersikap zalim, menaati Allah dan Nabi disertai dengan sikap hormat dan mengeluarkan hukum disertai keadilan. Hubungan erat ini menyebabkan manusia dengan mudah dan senang melaksanakan undang-undang ilahi. Karena beramal disertai takwa dan menuruti nasihat akhlak membuat manusia semakin dekat kepada Allah Swt.

 

Studi tentang orientalisme, Islam, dan nabi mengalami perubahan setelah berakhirnya era imperialisme kuno dan kali ini kita menyaksikan lahirnya banyak karya dengan pendekatan ilmiah.

Persahabatan dan permusuhan telah muncul dalam bentuk lain. Dengan kata lain, penilaian yang lebih realistis terhadap Rasulullah Saw di era pencerahan – karena masih dipengaruhi oleh era imperialisme – tentu saja tidak lepas dari pandangan negatif era itu, tetapi jumlah karya yang realistis tentang Rasulullah meningkat signifikan pada masa itu.

Karya-karya itu juga memuat pengakuan kesalahan interpretasi orang-orang Barat tentang Rasulullah Saw. Dalam pandangan kaum orientalis pencari kebenaran, Rasulullah adalah sosok yang layak untuk ditela'ah lebih jauh dan mereka merevisi pandangan yang tidak adil tentang beliau. Pendekatan seperti ini terus berkembang di kalangan mereka.

Sejalan dengan ini, pada dekade-dekade pertama abad ke-20 Masehi, sejumlah besar buku-buku mulai direvisi termasuk buku tentang biografi dan sejarah. Terjemahan baru al-Quran ke dalam beberapa bahasa Eropa diterbitkan di Benua Biru.

Tentu saja beberapa penilaian yang salah di masa lalu masih ditemukan pada paruh pertama abad ke-20. Sebagian besar penulis biografi dan penerjemah al-Quran – yang merasa perlu untuk membantah dan menyangkal diskripsi Eropa tentang Nabi Muhammad Saw – mengambil pendekatan baru dan positif terhadap Rasulullah.

Pada masa itu, pujangga besar Jerman Rainer Maria Rilke – yang terpengaruh oleh puisi dan karya-karya Goethe – mulai tertarik melakukan studi ketimuran dan perhatiannya ia fokuskan pada agama Islam dan karakter Nabi Muhammad Saw.

Dalam pandangannya, agama Islam memberikan semacam keseimbangan jiwa dan raga yang tidak dimiliki oleh orang-orang Eropa. Dia menuangkan pengalamannya tentang Islam dan cara pandang kaum Muslim dalam karya indahnya, Duino Elegies.


Rilke melukiskan apa yang membuatnya terpesona tentang Islam dalam kalimat berikut, "Ketika saya mencoba mempelajari al-Quran dengan hati, saya tidak membuat banyak kemajuan di sini, tetapi apa yang saya tangkap adalah bahwa di sana Anda melihat jari telunjuk yang kuat, menunjuk ke arah Tuhan, Tuhan yang kekal sedang bangkit di Timur yang tidak akan pernah sirna."

Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai nabi yang ummi. Yaitu orang yang tidak belajar serta tidak tahu cara membaca dan menulis, tetapi tiba-tiba ia menjadi pembawa pesan agama yang penuh dengan hikmah dan pengetahuan.

"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Jumu'ah, ayat 2)

Salah satu sisi mukjizat al-Quran adalah bahwa ia diturunkan kepada nabi yang ummi. Sifat ini (tidak bisa membaca dan menulis) telah menciptakan penghalang yang kokoh untuk membedakan antara ajarannya dengan ajaran Taurat dan Injil. Para pencari kebenaran memandang keistimewaan Nabi Muhammad Saw terletak pada sifat-sifatnya yang agung dan kedudukannya sebagai pengemban risalah.

Rainer Maria Rilke menulis, "Muhammad sebagai sosok yang tidak bisa membaca dan menulis (ummi) seperti yang digambarkan oleh al-Quran, adalah bukan orang yang bisa membaca dan menulis. Ia hanya belajar membaca ketika wahyu Tuhan turun di sebuah gua yang terletak jauh di padang pasir Makkah. Kedekatan Muhammad kepada Tuhan dan hubungannya dengan realitas transendental, semuanya hasil dari zatnya yang suci dan murni."

Rilke adalah salah satu penyair kontemporer yang paling berpengaruh di dunia. Karya-karyanya sangat populer di negara-negara Eropa dan Amerika dan termasuk buku terlaris di Amerika. Di antara karyanya adalah Stories of God dan New Poems.

Rilke adalah seorang penyair yang visioner dan pemikir. Ia memiliki pemikiran yang dalam tentang kehidupan dan dunia di sekitarnya. Dia dijuluki "penyair ide-ide luhur" karena gayanya yang unik dalam sastra dan puisi.


Dia melakukan banyak perjalanan ke berbagai negara, termasuk negara-negara Muslim dan Afrika Utara. Pengalaman yang diperoleh dari perjalanan ini dan perenungan tentang kehidupan orang-orang dari berbagai negara, berpengaruh besar pada dirinya dalam memandang kehidupan. Dapat dikatakan, kehidupan penyair dunia kontemporer ini penuh dengan petualangan serta usaha untuk mencapai makna dan konsep kehidupan.

Sepenggal kisah tentang petualangan Rilke dapat ditemukan dalam buku Muhammad in Europe. Di sana ditulis, "Jauh sebelum dia memulai perjalanannya tahun 1910 ke Mesir, Tunisia, dan Aljazair, Rilke telah merasakan kedekatan yang tulus dengan Islam…"

Di Tunisia dia menulis sebuah surat kepada istrinya, "Kehidupan di sini berasal dari Seribu Satu Malam, Tuhan itu agung dan tidak ada kekuatan di dunia yang lebih tinggi dari kekuatan-Nya." Dalam surat lain di Kairo, ia menulis kepada istrinya, "Sungguh menakjubkan bagaimana seseorang dapat merasakan kesederhanaan dan kehidupan agama ini (Islam). Seolah-olah Nabinya baru ada di sana kemarin dan kota adalah wilayah kekuasaannya."

Rilke percaya bahwa tujuan hidup harus lebih dari sekadar memperoleh kekayaan materi. Dia juga yakin bahwa Muslim di Timur adalah sebuah realitas yang jauh lebih unggul dan bijaksana.

Sepanjang hidupnya, Rilke memperlihatkan pandangannya yang luhur tentang Islam dan secara khusus Nabi Muhammad Saw. Ini terlihat jelas dalam surat-suratnya dan beberapa puisinya.

Rilke telah menulis sebuah puisi dengan judul The Call of Muhammad, yang berbicara tentang kisah turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad Saw yang disampaikan oleh Malaikat Jibril. Dalam puisi ini, Rilke menyebut Malaikat Jibril sebagai ‘kekuatan’ yang memasuki gua di gunung Hira', tempat Nabi Muhammad mengasingkan diri dan beribadah. Di Gua Hira' inilah wahyu pertama turun kepadanya pada usia 40 tahun.


Menurut Rilke, tidak mungkin bagi Muhammad untuk keliru tentang kehadiran malaikat, dan dia sangat takut dan memohon untuk dibiarkan sendiri. Muhammad tidak dapat membaca atau menulis, dan ketika malaikat itu menuntut agar dia membaca, Rilke berkata, "Itu terlalu banyak."

Pada 1912, Rilke menghabiskan waktu di Spanyol dan di sana ia memulai studi baru tentang al-Quran. Di beberapa titik setelah itu ia mengamati bahwa "Kekristenan terus menerus memotong Tuhan seperti kue yang indah, tetapi Allah adalah Satu, Allah adalah Utuh."

Bagi Rilke, hidup dan mati hanyalah dua realitas yang menunju pada satu realitas yaitu Tuhan.

Tidak diragukan lagi, Nabi Muhammad Saw adalah pembawa pesan cinta, kasih sayang, dan persahabatan bagi semua umat manusia. Dia bangkit pada saat manusia menerima berbagai pelecehan, keagungan dan martabat kemanusiannya diletakkan di kaki berhala-berhala yang mereka buat sendiri, dan menghancurkan kepribadiannya di hadapan berhala itu.

Kemudian dengan seruan tauhid dan persaudaraan, ia mengenalkan manusia dengan kedudukan luhur kemanusiaan. Dengan logika al-Quran dan ajaran Islam, ia mengembalikan kehormatan dan martabat manusia yang terinjak-injak kepadanya. Itulah sebabnya Muhammad Saw adalah yang paling dicintai dari semua makhluk Tuhan, dan yang paling dicintai dari semua manusia. 

 

Pada abad ke-20, kondisi politik dan sosial masyarakat Barat memaksa para ilmuan untuk melakukan penilaian kembali pada agama-agama, khususnya Islam.

Nabi Muhammad Saw adalah cahaya yang menarik mata setiap manusia yang melek ke arahnya. Membimbing para penapak jalan manusia menuju tujuannya dan seiring berjalannya waktu semakin berkembang karena mampu menghilangkan rintangan serta mendapat tempat di hati manusia. Nabi Muhammad Saw memaksa semua orang menulit dan berkata tentang dirinya, bahkan mereka yang tidak mengakuinya sebagai nabi, tetapi mengakuinya sebagai guru, pembaharu, penyelamat, pemimpin dan pahlawan serta satu kata menyebutnya sebagai manusia sempurna.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada abad kesembilan belas, yang dikenal sebagai abad kebanggaan ilmiah Barat, sebagian besar pemikir Barat berpikir untuk menyelesaikan semua masalah manusia melalui pengetahuan empiris. Dengan cara ini, mereka melangkah lebih jauh dengan mengeksplorasi topik-topik seperti filsafat, asal kognitif, kebangkitan, dan sejenisnya melalui sains eksperimental.

Pada abad ke-20, kondisi politik dan sosial memaksa para pemikir Barat untuk mengevaluasi kembali agama, terutama Islam. Penilaian ini kadang-kadang dilakukan atas dasar kemurnian pendapat dan prinsip penelitian ilmiah, dan kadang-kadang pada ketentuan dan persetujuan tuntutan imperialisme.

Orientalisme
Leo Tolstoy (1828-1910), seorang penulis dan penyair Rusia yang terkenal, telah mempelajari Nabi Islam dengan hati-hati dan tidak memihak, dan telah terpesona oleh kepribadian dan kesempurnaan rohaninya. Dalam sebuah buku berjudul Muhammad Saw, ia menulis:

"Tidak ada keraguan bahwa Nabi Islam Saw adalah salah satu reformis besar dunia. Seorang pembaharu yang telah banyak melayani masyarakat manusia, dan kebanggaan ini sudah cukup baginya bahwa ia telah menyelamatkan bangsa yang haus darah dan buas dari cengkeraman kebiasaan buruk dan keji lalu membuka jalan untuk maju bagi mereka, sementara tidak semua manusia biasa mampu melakukan hal yang luar biasa dan dapatkan hasilnya. Karena itu, pribadi Nabi Muhammad Saw layak mendapatkan semua hormat. Hukum Islam akan menjadi universal di masa depan karena kesepakatannya dengan akal dan kebijaksanaan di masa depan."

Dalam karya ini, Tolstoy, pencipta karya sastra "Perang dan Damai", dengan pengabdian khusus kepada Nabi Muhammad, menyoroti sebuah hadis yang menarik dari Nabi dan menulis, "Nabi ditanya, 'Apakah tingkat iman tertinggi?' Nabi menjawab, "Perlakukan orang seperti kamu ingin diperlakukan, dan jangan lakukan pada orang lain apa yang tidak kamu sukai untuk dirimu sendiri."

Leo Tolstoy selalu berdiskusi dengan teman-teman dan kerabatnya tentang agama Islam dan kepribadian unik dan spiritual Nabi Saw. Langkah pertama Tolstoy dalam menerima Islam sebagai agama tertinggi dan menjadi seorang Muslim adalah berkenalan dengan Nabi dan agamanya. Ia menulis, "Muhammad Saw sebagai seorang nabi selalu dan di mana-mana di atas Kristus. Ia tidak melemahkan manusia dan tidak membawanya ke posisi Tuhan, juga tidak membawa dirinya lebih dekat ke posisi Tuhan, juga tidak menempatkan dirinya di tempat Tuhan. Orang-orang Muslim tidak memiliki tuhan selain Allah, dan Muhammad Saw adalah nabi mereka. Di sini tidak ada misteri."

Ketika Tolstoy ditanya, "Yang mana di antara mereka yang lebih disukai? Kristen atau Islam?" Dia menjawab, "Bagi saya, menjadi seorang Muhammad lebih tinggi daripada memuji salib (Kristen), dan dalam perbandingan ini, saya memilih Islam. Jika manusia memiliki hak untuk memilih, siapa pun yang bijak, bijaksana (agama Kristen yang dominan di Rusia) pasti akan menerima sentralitas dari satu Tuhan dan Nabi-Nya."


Ketertarikan Tolstoy dengan para Rasulullah Saw jelas terlihat dalam sebuah buku kecil yang disebut "Hadits Muhammad Saw". Dalam buku ini, ia telah mengumpulkan kata-kata Nabi dan menerbitkannya sebagai "kata-kata Muhammad". Profesor Tolman Khorshid Oglu Aliyaf mengatakan tentang buku itu, "Dengan karya ini, Tolstoy mampu memperkenalkan pembaca Rusia dengan hadits tentang Nabi Muhammad Saw. Aman untuk mengatakan bahwa karya ini telah mampu memperkenalkan pendengarnya dengan pemikiran agama dan pendidikan serta etika Islam. Di sini karakter Nabi Muhammad Saw, kekuatan abadi dari pemikiran ilahi dan di samping itu, tulisan Tolstoy yang setia dan jujur, telah meningkatkan pengaruh tulisan ini."

Catatan dan kutipan yang dimiliki pemikir ini dari hadis Nabi Saw menunjukkan minatnya yang tulus pada Islam dan Nabi. Dari sudut pandang Tolstoy, kata-kata Nabi Muhammad Saw tentang cinta dan kasih sayang untuk sesama manusia dan Tuhan, optimisme, akhlak yang baik, keadilan, kejujuran dan kebenaran, dan masalah lain yang terus dieksplorasi dalam masyarakat global, memengaruhi mereka yang menyebut diri mereka manusia. Kata-kata ini berasal dari pemikiran mendalam yang cukup untuk menarik orang atau pikiran. Tolstoy juga terkesan dengan ini, dan membungkuk di depan semua kehebatan ini. Dia menemukan iman dan harapan dalam kata-kata nubuat ini dan memperkuat jiwanya dengan mengandalkannya dan mencoba untuk mencerminkannya.

Leo Tolstoy
Keadilan adalah salah satu prinsip dasar dalam perkataan Nabi Muhammad Saw yang memiliki dampak besar pada pemikiran dan semangat Tolstoy. Untuk mengajak pada keadilan sosial, ia berpegangan pada hadis Nabi dan ia menulis, "Nabi Allah berkata, Tolonglah saudara-saudaramu, apakah mereka penindas atau yang tertindas." Mereka bertanya, "Wahai Utusan Allah, jika saudara kita ditindas, kita akan membantunya, tetapi jika dia adalah seorang tiran, bagaimana kita dapat membantunya?" Dia berkata, "Ketika kamu menghentikannya dari menindas kamu, kamu telah membantunya."

Ajakan Nabi untuk mencintai dan beramal serta untuk membantu yang membutuhkan dan kerabat mereka telah menarik perhatian Tolstoy sejauh ia berbagi kekayaan untuk mengatasi dominasi uang dan percaya bahwa ada hubungan antara kepemilikan dan penindasan. Dia mencerminkan hubungan ini dengan baik dalam novel Kebangkitan.

Di antara tulisan-tulisan Tolstoy adalah surat yang ditulis kepadanya oleh seorang ibu yang berkonsultasi kepadanya tentang anaknya yang memeluk Islam. Dalam surat eksklusifnya kepada Tolstoy, Yalna mencari solusi untuk mencegah anak-anaknya dari masuk Islam, menulis, "Dua putra saya, satu mahasiswa dan satu lagi perwira. Mereka adalah orang Kristen, tetapi mereka percaya mereka harus meninggalkan agama mereka dan menerima Islam dan membantu umat Islam ... Apa yang bisa saya lakukan?" Dalam surat ini, Tolstoy, meskipun tidak percaya, memuji kecenderungan anak-anak perempuan itu pada Islam dan membuat beberapa poin menarik. Ia menulis:

Kepada Yelena Vekilova:

"Manusia, sebagai makhluk terbaik di dunia dengan talenta batinnya yang luar biasa, patut mendapat penghormatan publik dan pilihan cara hidup. Dalam hal ini, agama-agama surgawi bersatu untuk membela manusia dan kehormatannya, memberontak melawan orang-orang sesat, dan menawarkan solusi yang cocok. Agama-agama dengan prinsip spiritual dan moral yang sama memiliki cadangan bimbingan moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang berharga. Namun, agama mana yang paling komprehensif dan aman dari penyimpangan?"

Dalam suratnya, Tolstoy memuji Islam dan percaya bahwa itu membawa martabat ke garis depan dan menunjukkan cara hidup yang benar.


Dalam kelanjutan jawabannya Tolstoy menulis:

"Saya dengan sepenuh hati bersimpati dan memberi selamat kepada anak-anak Anda karena melayani pikiran surgawi ini. Bahkan sekarang, orang yang menulis kalimat ini untuk Anda adalah seorang Kristen. Meskipun saya telah terbiasa dengan ajaran-ajaran agama Kristen selama bertahun-tahun, saya harus mengatakan bahwa agama Islam dan ajaran-ajaran Muhammad, dengan semua karakteristiknya dan, sebagaimana jelas dari penampilannya, lebih lengkap dan berharga daripada agama Kristen. Karakteristik Islam yang nyata tidak dapat dibandingkan dengan agama Kristen. Jika, misalnya, adalah mungkin bagi setiap manusia untuk memilih antara dua agama Islam dan Kristen dan untuk menyembah Tuhan sesuai dengan itu, pertama-tama ia harus berpikir bahwa tidak mungkin untuk mengikuti beberapa Tuhan bersama-sama, dan multiplisitas ini. Dalam ibadah, itu bertentangan dengan ajaran dasar agama. Di sisi lain, ada agama Islam, di mana hanya satu Tuhan yang disembah, dan itu saja. Ini saja membuat Islam lebih unggul dari agama Kristen. Tentu saja, setiap manusia dengan akal sehat dan kecerdasan yang cukup pasti akan memilih Islam dalam pilihan ini, bukan agama lain. Pimpinan dari tokoh-tokoh agama Islam adalah Nabi Muhammad Saw yang ajarannya merupakan dasar dari ajaran semua agama suci dan sejalan dengan banyak kebenaran agama Kristen. Karena dasar agama ilahi adalah Tuhan. Ajaran agama juga bertujuan mendorong orang untuk percaya pada Tuhan; Karena itu, orang yang melakukan propaganda dan tugas ini dengan lebih baik akan memiliki lebih banyak rasa hormat, dan itulah agama Islam."

Jumat, 10 Juli 2020 14:50

Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (17)

 

Kehidupan adalah sebuah laut indah yang kadang bergejolak dengan ombaknya dan kadang teduh dengan keheningan yang dalam. Roda kehidupan ini terus berputar; jadi kita tidak mungkin terus tenggelam dalam kesulitannya dan kita juga tidak mungkin terus larut dalam kesenangannya.

Tuhan mengisi lembaran buku kehidupan kita dengan berbagai pasang surut sehingga kita menyadari bahwa kekuatan asli adalah milik Allah Yang Maha Kuasa. Dia ingin kita menjadi yang terbaik dalam penghambaan dan kehidupan. Tuhan berkata, "Wahai manusia, bergerak dan berusahalah, dan bertawakallah kepada-Ku, maka Aku akan menjadi penolongmu. Mintalah yang terbaik dan berusahalah untuk menjadi lebih baik, Aku juga akan memberikan yang terbaik untukmu."

Mempelajari keterampilan hidup yang lebih baik serta memperkuat spiritualitas dan moralitas akan membuka pintu cahaya Ilahi dan rahmat bagi manusia. Hidupnya akan memiliki nuansa dan aroma baru. Akhlak mulia merupakan salah satu keterampilan penting yang perlu diperkuat pada diri manusia.

Akhlak mulia tidak hanya menarik kecintaan orang-orang, tetapi pemilik akhlak mulia juga memperoleh rahmat dan keridhaan Allah Swt. Akhlak mulia memiliki banyak bentuk dan salah satunya adalah toleran terhadap orang lain dan bersikap sabar dengan mereka. Imam Jakfar Shadiq as tentang toleransi mengatakan, "Barang siapa yang toleran dalam urusannya, ia akan memperoleh apa yang diharapkan dari orang lain."

Para pemuka agama percaya bahwa tanda dari penghambaan dan kecintaan kepada Tuhan adalah menunjukkan kecintaan kepada makhluk-Nya dan membantu mengatasi kesulitan mereka, sementara tanda dari kecintaan kepada manusia adalah bersikap toleran dengan sesama. Rasulullah Saw bersabda, "Allah memerintahkanku untuk toleran dengan manusia sebagaimana Dia memerintahkanku untuk menunaikan kewajiban."

Pesan ini sangat penting sehingga Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah seraya berkata, "Wahai Muhammad, Allah menyampaikan salam kepadamu dan berpesan kepadamu agar bersikap toleran dengan makhluk-Ku."

Toleransi berarti bersikap lembut dan tidak melakukan kekerasan terhadap orang lain. Manusia menyimpan sifat ini dalam fitrahnya dan bisa memperkuatnya sehingga ia tumbuh kuat dalam dirinya. Imam Muhammad al-Baqir as menganggap toleransi sebagai salah satu sifat agung Tuhan dan berkata, "Allah Yang Maha Kuasa adalah lembut dan mencintai kelembutan…" Imam Ali as memandang toleransi dengan orang lain sebagai bagian yang paling penting dari akal setelah iman dan ia lahir dari tafakkur.

Sifat terpuji ini memainkan peran yang sangat konstruktif dalam kehidupan sosial, terutama di tengah institusi keluarga. Manusia – dengan segala persamaan lahiriyah – memiliki karakteristik moral, intelektual, perilaku, dan pendidikan yang berbeda. Ada banyak perbedaan pendapat dalam interaksi sosial, atau ada perilaku yang mungkin tidak disukai orang lain.


Dalam situasi genting seperti itu, jika tidak ada toleransi, kesabaran, dan persahabatan, maka banyak konflik dan pertikaian akan muncul, dan keharmonisan perilaku dan pikiran di antara orang-orang tidak akan pernah tercipta. Jika seseorang tidak memiliki sikap toleran dan memperlakukan orang lain dengan keras, maka ia telah kehilangan moral dan merusak citra dan kepribadian sosialnya.

Tentu saja, toleransi berlebihan kadang mengubah seseorang menjadi pribadi yang lemah, penakut, dan tidak cekatan, sementara pihak lain menjadi lebih galak dan tidak sopan. Jadi, fleksibilitas dan sikap lunak yang berlebihan juga tidak disarankan.

Toleransi dan kelembutan menjadi lebih penting dan konstruktif dalam kehidupan berumah tangga. Keluarga adalah institusi sosial yang paling penting, dan jika sakinah dirampas dari keluarga, ini berarti kedamaian telah hilang di masyarakat.

Ada banyak kasus dalam kehidupan keluarga di mana perilaku dan ucapan pasangan atau anak-anak, tidak berkenan di pihak lain. Ada perbedaan pemikiran dan perilaku di antara pasangan dan anak-anak.

Apa yang bakal terjadi jika kehidupan rumah tangga tidak didasari pada keramahan dan toleransi, jika tidak ada kata maaf atas perilaku yang tidak berkenan khususnya antara suami dan istri? Sikap kasar, kekerasan, keresahan, dan emosi negatif akan memenuhi kehidupan. Padahal dengan kelembutan dan toleransi, sakinah dan kehangatan akan hadir di tengah keluarga.

Lebih jelasnya, toleransi dalam kehidupan rumah tangga berarti mengabaikan kelakuan buruk pasangan, saudara kandung, atau orang tua kita. Artinya, kita memilih melupakan dan memaafkan perilaku buruk mereka. Kita memilih sikap lembut dan bersabar dalam menghadapi kemarahan dan kebencian dari pihak lain.

Dengan kata lain, kita memikul beban yang ditimpakan pada kita dengan murkanya dan tidak membiarkan diri kita ikut murka. Kita memilih diam menghadapi kata kasarnya dan kadang hinaan sehingga dia bisa tenang atau memperlakukannya dengan lembut.

Dengan perilaku kita, kita mencoba menghadirkan keamanan dan kedamaian kepada orang lain, bahkan jika dia dikuasai oleh amarah dan kebencian serta ingin memancing emosi kita. Salah satu hal terpenting adalah menerima perbedaan satu sama lain dan berharap dari orang lain sesuai dengan karakteristiknya.

Sungguh sulit untuk bersikap toleran serta membutuhkan banyak latihan dan perbaikan diri. Para nabi dan Rasulullah Saw adalah contoh nyata dari toleransi terhadap masyarakat. Dengan sikap toleran ini, mereka mampu menarik banyak hati untuk menerima kebenaran dan menuntun masyarakat kepada makrifat Ilahi.

Para nabi mengetahui bahwa toleransi memiliki banyak berkah dan merupakan penawar untuk pembangkangan. Pembangkangan adalah sikap sombong dan arogan yang membuat seseorang merasa paling benar. Untuk memberikan hidayah kepada orang yang sombong dan congkak, maka toleransi dan kelapangan dada akan menjadi senjata ampuh untuk menghadapi mereka.


Sebuah ucapan yang lembut kadang mampu menghancurkan sifat arogan dan menarik orang yang sombong ke arah kebaikan. Para nabi dengan kelembutan telah menjinakkan hati orang yang sombong dan dengan pengaruh spiritualnya, mengajak mereka menerima hidayah.

Para sosiolog menilai sikap toleran tidak hanya sangat penting di tengah keluarga, tetapi juga untuk keamanan masyarakat. Sifat kasar dan kekerasan memiliki banyak mudharat seperti kedengkian yang membara, tapi toleransi seperti air yang menyirami api tersebut dan memadamkannya.  

Toleransi menciptakan keakraban dan persahabatan di antara orang-orang serta membawa banyak berkah. Dikatakan dalam banyak riwayat bahwa toleransi bahkan akan membuat aib tetap tertutup rapat.

Ini berarti bahwa ketika seseorang tidak bertengkar dengan siapa pun, maka orang lain pun tidak akan mengungkap keburukannya sehingga aib-aibnya tetap tertutup rapat. Berbeda dengan seseorang yang memusuhi individu lain, maka individu tersebut akan mencari-carai kesalahannya dan mempermalukannya.

Seorang perawi mengisahkan bahwa suatu hari Imam Musa al-Kazim as sedang memotong pelepah-pelepah kurma di kebunnya. Salah satu pembantunya mencuri satu tandan buah kurma dan menyembunyikannya di balik pagar kebun. Aku mendatangi pembantu itu dan membawanya ke hadapan Imam Kazim, dan aku ceritakan apa yang terjadi.

Imam Kazim memandang pembantunya sambil bertanya, "Apakah engkau lapar? Ia menjawab, "Tidak wahai tuanku!" Imam kembali berkata, "Apakah engkau tidak punya pakaian? Ia menjawab, "Tidak wahai tuanku!" Imam berkata, "Lalu mengapa engkau mengambil tandan kurma itu? Ia menjawab, "Hatiku menyuruh seperti itu." Imam kemudian berkata, "Kurma-kurma itu menjadi milikmu" dan melepaskan pembantu tersebut.

Jumat, 10 Juli 2020 14:49

Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (16)

 

Kita membutuhkan hubungan sosial yang baik untuk membuat hidup lebih baik. Allah Swt menciptakan manusia sedemikian rupa di mana banyak dari kebutuhan ruhani dan jasmaninya terpenuhi dengan menjalin interaksi antar-sesama.

Seseorang tidak bisa hidup dalam isolasi dan kemudian menikmati kehidupan ini. Manusia secara fitrah membutuhkan interaksi antar-sesama dan disinilah persahabatan bermula.

Rasa empati dan simpati kemudian berkembang seperti bunga musim semi. Interaksi yang sehat dengan keluarga, teman, kolega, tetangga, dan lain-lain, semuanya merupakan indikasi dari kematangan kepribadian seseorang. Kunci utama berinteraksi dengan orang lain adalah menjaga lisan dan bertutur dengan baik.

Jalan pertama hubungan individu dengan orang lain adalah melalui kata-kata dan ucapan. Sejak dulu dikatakan bahwa salam adalah pembuka pembicaraan dan pembicaraan adalah jalan perkenalan. Alangkah baiknya jika seseorang menggunakan kalimat yang santun dalam komunikasi verbal serta memilih kata-kata yang indah dan positif dalam ucapannya.

Tentu saja, bertutur dengan baik tidak berarti hanya menyenangkan orang lain dan membuat mereka terkesima dengan kata-kata kita, tetapi ucapan yang baik adalah kalimat yang baik isinya dan bijaksana serta menggunakan kata-kata terbaik dalam penyampaian.

Berkomunikasi sangat penting di semua komunitas manusia dan seluruh agama langit sehingga memiliki etiket khusus yang dapat meninggikan derajat seseorang jika ia menjaganya. Etiket khusus ini dapat mencegah banyak kesalahan dalam berkomunikasi.

Sebuah pribahasa Iran menyebutkan, "Setiap perkataan ada waktu dan tempatnya." "Selama seseorang belum membuka lisannya, maka aib dan bobotnya akan tersembunyi."

Setiap perkataan yang diucapkan oleh seseorang akan menyingkap kematangan kepribadian, pengetahuan, dan pemahamannya. Kepribadian seseorang tidak diketahui selama ia belum membuka lisannya dan ketika ia mulai berbicara, maka bobotnya akan tersingkap.

Al-Quran dan hadis Nabi Saw menaruh perhatian besar pada masalah etiket berbicara. Al-Quran dalam sebuah pesan kepada kaum Muslim berkata, "Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia."


Rasulullah Saw dan para imam maksum as memberikan banyak nasihat tentang etiket berbicara. Rasulullah bersabda, "Orang yang kuat imannya akan mencegahnya mengucapkan kata yang sia-sia, karena ucapan yang bermanfaat adalah tanda-tanda dari iman yang kuat."

Imam Muhammad al-Baqir as berkata, "Berbicaralah dengan bentuk terbaik dengan orang lain sebagaimana engkau ingin mereka berbicara seperti itu denganmu."

Di antara etika komunikasi adalah berbicara dengan bijak, tidak berbohong, tidak banyak bicara, tidak memfitnah, tidak mencela, tidak mengucapkan kata yang sia-sia, tidak membual, menghindari pujian, dan hal-hal lain yang seperti itu. Untuk dapat berkomunikasi dengan ideal serta mengekspresikan keinginan dan kebutuhan kita, dan secara umum untuk sebuah kehidupan yang lebih baik, kita harus belajar etiket berbicara dan mengenali penyakit-penyakit lisan.

Di antara penyakit lisan adalah berbicara kotor, berbicara kasar, menghina dan merendahkan orang lain. Terkadang perkataan yang tidak bijak, menghina, melecehkan, atau menusuk hati, dapat merusak persahabatan yang sudah terjalin lama dan akrab atau memicu permusuhan.

Kemampuan menjaga rahasia juga merupakan tanda dari kematangan seseorang dan dianggap sebagai bagian dari etiket berbicara. Manusia yang tidak bisa memegang dan menjaga rahasia orang lain, maka ia tidak pernah bisa dipercaya dan tidak punya harga diri. Kadang kita bahkan menyebarkan desas-desus dan ikut memperkeruh situasi dengan kata-kata bohong. Sikap seperti ini dicela oleh semua agama dan dianggap dosa. Imam Ali as berkata, "Jangan ceritakan semua yang engkau dengar kepada masyarakat."

"Ketika Anda tidak punya sesuatu untuk disampaikan, maka dengarkan sehingga orang lain dapat berbicara," kata Jean-Baptiste Lamarck, seorang ahli biologi dari Prancis.

Berbicara tidak selalu membawa manfaat, tetapi terkadang menjadi pendengar dan sedikit berbicara akan menambah nilai seseorang. Sedikit berbicara dan diam membuat seseorang fokus pada internal dirinya dan mendorong perkembangan pikirannya.

Dengan sedikit berbicara dan diam pada tempatnya, kelemahan seseorang juga akan tertutup rapat dan martabatnya akan terjaga. Imam Ali as dalam mencela orang yang banyak bicara mengatakan, "Barang siapa yang banyak berbicara, kesalahannya akan lebih banyak, dan barang siapa yang kesalahannya bertambah, hatinya akan mati (suara batin yang mengajak pada kebaikan), dan barang siapa hatinya mati, ia akan terperangkap dalam api neraka."

Alangkah eloknya berpikir dan merenungkan akibatnya terlebih dahulu sebelum berbicara. Orang-orang dahulu memiliki sebuah petuah yang bijak yaitu, "Perkataan ibarat makanan, dimasak dulu dan ditunggu matang, jika sudah matang baru disampaikan (dihidangkan)."

Berpikir, merenung, dan bijaks akan melahirkan perkataan yang baik. Ketika sebuah ucapan yang tidak bijak keluar dari mulut kita, maka kita tidak bisa lagi menghindari konsekuensinya. Kata yang keluar dari lisan kadang akan menimbulkan kebencian atau kesalahpahaman, atau menciptakan masalah. Dia kemudian menyesal dan berharap bisa berpikir sejenak sebelum berbicara.

Tetapi, "penyesalan kemudian ini" tidak akan menggantikan "berpikir sebelum berbicara." Padahal dengan sedikit merenung, ada banyak penyesalan yang bisa dicegah. Jadi nilai dari setiap perkataan adalah berpikir sebelum berbicara.


Banyak ditemukan bahwa emosi dan temperamen dapat diredam dengan kata-kata yang lembut dan baik dari orang lain. Orang yang punya etika dan berbicara dengan baik bahkan dapat mengajarkan pelajaran sopan santun kepada orang lain dan saling menghargai. Ketika kita memilih diam dalam menyikapi amarah orang lain atau penghinaan dan celaan mereka, atau menyikapinya dengan kelembutan dan tutur kata yang baik, ini akan berdampak positif pada pihak lain dan secara tidak langsung kita telah memperbaiki akhlak dia.

Sikap lemah-lembut dan perkataan yang baik akan menjadi seperti angin sepoi-sepoi yang membelai jiwa dan menghadirkan kedamaian. Imam Ali as berkata, "Biasakanlah lisanmu dengan bertutur lembut dan mengucapkan salam sehingga temanmu bertambah dan musuhmu berkurang."

Salah satu sirah Rasulullah Saw adalah bahwa jika seseorang meminta bantuannya, ia akan memenuhinya atau menyikapinya dengan kata yang lembut dan tepat.

Perkataan seseorang mengekspresikan kepribadiannya. Manusia yang sopan dan berkarakter, tidak akan pernah bersedia berbicara tentang sesuatu di luar kapasitasnya bahkan dalam kondisi terburuk sekali pun. Mereka tidak hanya menggunakan kata-kata yang baik dalam ucapannya, tetapi juga memperhatikan nada suaranya dalam menyampaikan pesan.

Nada dan suara tinggi sangat penting ketika menyampaikan pesan, sehingga jika itu dilakukan dengan lembut, akan menghadirkan keakraban antara pembicara dan pendengar serta memberikan energi positif kepadanya. Tetapi jika nada bicara bercampur celaan, maka pendengar akan keliru dalam menangkap pesan yang disampaikan.

Perkataan yang baik dan santun memiliki banyak kriteria antara lain, pertama, tidak ada dusta di dalamnya. Kedua, berbicara dengan lembut dan ramah. Ketiga, ucapan tidak bertolak-belakang dengan kelakuan yaitu kata-kata dan tindakan seseorang harus sejalan. Keempat, penuh pertimbangan dan berisi. Kelima, ucapannya harus rasional dan bijak. Keenam, harus disampaikan dengan nada yang lembut dan kata-kata yang pantas. 

Jumat, 10 Juli 2020 14:47

Hak Anak Dalam Islam (26-Tamat)

 

Pada awal seri artikel ini, kami membahas konsep anak dan sejarah pembentukan hak-hak anak di dunia dan kemudian dengan studi perbandingan hak-hak anak dalam dokumen internasional, khususnya Konvensi Hak-Hak Anak dengan ajaran agama Islam, disampaikan juga masalah hukum anak-anak dalam Islam.


Bukan rahasia bagi siapa pun bahwa anak-anak dari generasi masa lalu dan sumber daya manusia yang paling penting untuk pengembangan masyarakat mana pun. Di seluruh dunia, ada banyak iklan untuk meningkatkan populasi dan mendorong pasangan untuk melahirkan anak. Namun seiring dengan masalah pertumbuhan populasi, jelas bahwa pendidikan anak-anak yang tepat untuk generasi yang bahagia dan sehat sangat penting.

Anak-anak, seperti halnya manusia, menikmati hak asasi manusia dan membutuhkan dukungan emosional dan hukum khusus, karena keadaan khusus mereka, seperti usia muda dan kebutuhan orang tua untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mencapai usia pertumbuhan. Jika tidak ada perlindungan hukum yang efektif, ia dapat dengan mudah dianggap sebagai salah satu sektor masyarakat yang paling rentan. Oleh karena itu, menyediakan kebutuhan dasar dan kebutuhan emosional dan moral anak-anak untuk mempromosikan generasi yang sehat, sehat secara fisik dan mental adalah salah satu tujuan terpenting dari setiap komunitas.

Agama Islam memberikan tempat dan posisi yang tinggi bagi anak-anak. Sejak awal munculnya Islam, nabi Muhammad Saw yang terkenal memerangi praktik-praktik Jahiliah, termasuk membunuh anak karena terlahir perempuan. Di sisi lain, bertentangan dengan kebiasaan ketidaktahuan dan kurangnya rasa hormat terhadap anak-anak, Islam telah mengembangkan sistem hukum khusus untuk anak-anak dan bersama mereka ada hal-hal yang dianjurkan demi menunjukkan nilai dan posisi anak. Sebagai contoh, salah satu yang dianjurkan ketika melahirkan adalah mengucapkan selamat dan dianjurkan mengucapkan selamat kepada keluarga muslim yang dianugerahi anak dan menduakan orang dan anaknya.

Al-Quran memberikan kabar gembira dari Allah Swt kepada Nabi Zakaria as ketika anaknya Nabi Yahya teralhir kedunia dan mengutip, "Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya), "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." (QS. Ali Imran: 39)

Allah Swt memberikan kabar gembira kelahiran Yahya as dan sekaitan dengan hal ini Allah berfirman, "Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (QS. Maryam: 7)


Begitu juga dengan mengadakan acara mengundang tamu bagi kelahiran anak, memberikan sedekah dan melakukan aqiqah di hari ketujuh kelahiran anak demi melindungi anak dari bencana. Islam punya tradisi dan anjuran untuk menjaga anak dari bencana. Dengan kata lain, ucapan selamat dan kabar gembira serta mengadakan acara dan memberikan sedekah demi melindungi anak dari bencana, mengokohkan hubungan keluarga dan sosial, serta mengajarkan kepada umatIslam bahwa ketika seorng anak lahir ke dunia, ia memiliki posisi dan nilai di sisi Allah.

Dalam Konvensi Hak Anak, tanggung jawab terbesar untuk melindungi hak-hak anak telah diberikan kepada orang tua. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 18 Konvensi, "Upaya terbesar untuk memastikan pengakuan prinsip ini bahwa orang tua anak memiliki tanggung jawab bersama dalam konteks perkembangan dan kemajuan anak. Orang tua atau wali memiliki tanggung jawab besar untuk perkembangan anak dan masalah yang paling mendasar adalah melindungi kepentingan terbaik anak.

Dalam ajaran Islam, tanggung jawab terbesar untuk anak terletak pada orang tua. Karena anak adalah berkah bagi rumah dan nikmat serta kebaikan yang telah Tuhan berikan kepada orang tua.

Banyak riwayat yang berbicara tentang melindungi hak-hak anak dan menghormati anak-anak dan kadang-kadang dianggap sangat besar sehingga mereka disamakan dengan penjaga privasi orang tua mereka. Nabi Muhammad Saw bersabda, "Karena seorang anak seharusnya menghormati orang tuanya, orang tua juga harus menghormatinya" atau di tempat lain Nabi Muhammad Saw bersabda, "Hormati anak-anakmu dan didik mereka menjadi baik."

Salah satu hak anak-anak adalah memilih nama baik untuk mereka. Menurut Pasal 7 Konvensi Hak Anak, "Kelahiran seorang anak harus dicatat segera setelah kelahiran." Dalam Islam, salah satu tugas pertama yang diberikan kepada orang tua setelah kelahiran bayi adalah memilih nama yang tepat untuk anak tersebut. Imam Ridha as mengatakan, "Hal pertama yang dilakukan Ayah adalah memilih nama anak yang baik. Jadi, setiap dari kalian hendaknya memberi nama anaknya yang baik."


Mendapatkan nutrisi dan makanan yang tepat adalah salah satu hak anak yang tak terbantahkan dan dapat memenuhi kebutuhan fisiknya. Menurut Pasal 24 Konvensi Hak Anak, gegara-negara anggota Konvensi berkomitmen untuk "memerangi penyakit dan kekurangan gizi melalui penyediaan makanan bergizi dan air minum yang sehata." Nabi Muhammad Saw bersabda, "Merupakan hak anak atas ayahnya adalah memberikannya makan yang halal dan bersih."

Bahkan memberi susu ibu selama masa bayi sangat penting sehingga Allah dalam ayat-ayat al-Quran, termasuk ayat 6 surat at-Thalaq menekankan perlunya orang tua untuk berkonsultasi dan satu pikiran soal bagaimana memberi ASI kepada bayi. Sementara ayat 15 surat al-Ahqaf menilai periode pemberian ASI sebagai sebuah kewajiban. Karena periode ini memainkan peran penting dalam pengembangan dan penyempurnaan kepribadian anak. (QS. al-Baqarah: 233)

Hak atas pendidikan adalah hak lain yang tak terbantahkan bagi anak-anak. Islam mengakui menuntut ilmu (membaca dan menulis) dan itu termasuk hak anak atas orang tua dan menyatakan, "Di antara hak-hak anak atas ayah adalah belajar dan menulis."

Dalam Konvensi Hak Anak, menurut Pasal 28, negara-negara anggota Konvensi telah berkomitmen sendiri, "Untuk mengakui hak anak atas pendidikan dan pekerjaan dan untuk mengambil langkah-langkah demi mencapai hak ini secara bertahap dan atas dasar kesempatan yang sama ... Dapat digunakan dengan cara yang benar "

Mungkin salah satu hak anak yang paling penting adalah kesenangan dan permainan anak-anak. Karena itu, Imam Shadiq as mengatakan, "Tujuh tahun pertama kehidupan anak harus dibiarkan bermain secara bebas dan bergerak secara fisik." Bahkan atas anjuran Nabi Muhammad Saw harus membantu permainan anak-nak. Sebagaimana beliau pernah bersabda, "Barangsiapa yang di sisinya ada anak kecil, maka hendaknya ia berperilaku seperti anak-anak.

Anak-anak memiliki jiwa yang halus dan tidak boleh mengalami kekerasan dan pemaksaan karena kelemahan dan kerentanan mereka. Menurut Pasal 19 Konvensi Hak Anak, negara-negara anggota Konvensi telah berkomitmen untuk, "mengambil langkah-langkah hukum, administratif, sosial dan pendidikan untuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan fisik dan psikologis, bahaya dan pelecehan."

Dalam agama Islam, masalah ini telah mendapat perhatian serius, Nabi Saw bersabda, "Allah tidak murka seperti kemurkaannya terkait wanita dan anak-anak." Ketika ada seseorang mendatangi Imam Ali as dan mengadukan anaknya, beliau berkata, "Jangan memukulnya, [tapi] jangan ajak dia bicara, tapi tidak lama."

Dengan demikian, di satu sisi, hukuman fisik anak dilarang, di sisi lain, jarak mendiamkannya dalam waktu lama. Karena mungkin memiliki efek mendalam pada emosi anak di satu sisi dan menyebabkan masalah mentalnya, di sisi lain. Karena lamanya waktu, efek alat pendidikan ini akan berkurang.

Di sisi lain, Nabi Muhammad Saw menyarankan, "Cintai anak-anakmu dan beri mereka belas kasihan dan memenuhi janjimu kepada mereka." Beliau juga berkata, "Hormati dia, beri tempat duduk kepadanya dan jangan menunjukkan muka kecut." Di bagian lain berliau bersabda, "Jika seseorang mencium anaknya, akan dicatatkan sebagai satu kebaikan baginya."


Islam telah dengan hati-hati memprediksikan kebutuhan spiritual dan penyediaan kebutuhan psikologis untuk anak. Inilah sebabnya mengapa sangat ditekankan penghormatan terhadap anak sebagai kewajiban untuk orang tua dan yang lain. Yang menarik, perlindungan hak-hak anak dalam agama Islam disampaikan di masa ketika ketika tidak ada lembaga, organisasi atau konvensi internasional untuk membela hak-hak anak. Setelah menyediakan semua kebutuhan fisik, mental, dan psikologis dasar anak-anak dan pembelaan mereka, Islam telah menyediakan landasan bagi perkembangan mereka dalam segala hal.

Jumat, 10 Juli 2020 14:47

Hak Anak Dalam Islam (25)

 

Anak-anak di setiap negara adalah yang paling rentan dalam masyarakat, tetapi mereka yang anti Islam di Eropa mengorbankan anak-anak Muslim karena kebencian dan dendam mereka. Hasil dari penelitian seorang pakar ususan keluarga dan anak-anak menunjukkan bahwa anak-anak Muslim di Inggris selalu mengalami kekerasan rasis dan anti-Semit dan ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak.

Kebencian dan rasisme meningkat sedemikian rupa sehingga beberapa anak Muslim bahkan takut pergi ke masjid. Menurut penelitiannya tentang intoleransi Muslim di Inggris, Saham al-Qassem, peneliti masalah keluarga dan anak-anak di Pusat Anak-anak Venus di London berdasarkan studinya terkait Islamphobia di Inggris di antara anak-anak mengatakan, "Banyak anak-anak yang  berbicara tentang fakta bahwa untuk menjadi Muslim harus melewati hari-harinya yang menakutkan."

Penelitian yang dilakukan bekerja sama dengan Kings University dan Islamic Social Support Centre di London,  dan menunjukkan bahwa anak-anak Muslim merasa tidak aman karena agama mereka. Dalam penelitian al-Qassem, ketakutan karena menjadi target adalah salah satu masalah terpenting dalam kehidupan sehari-hari anak-anak Muslim.

Siswa Muslim telah mengatakan dalam penyelidikan bahwa mereka akan diejek, jika mereka menganut kepercayaan agamanya dan bahwa mereka harus terus-menerus diperingatkan bahwa harus meninggalkan Inggris. Banyak siswa Muslim yang benar-benar terpukul secara psikis setelah menyadari bahwa sikap teman sekelas dan tetangga mereka terhadap mereka sangat berbeda dari sikap umat Islam itu sendiri.

Al-Qassem telah memperingatkan bahwa prasangka dan diskriminasi ini berdampak buruk pada anak-anak Muslim. Dia melihat dukungan dan kerjasama masyarakat berpengetahuan luas terhadap para korban prasangka dan diskriminasi sebagai cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah ini.

"Kaum Muslim selalu menjadi sasaran persepsi Islam yang tidak realistis dan negatif, terutama dari mereka yang tidak memahami Islam. Mereka membayangkan anak-anak Muslim datang dari keluarga yang tertekan, tapi ini adalah kesalahan dan jauh dari kebenaran," ungkap Mihad Fahmi dari Komite Hak Asasi Manusia di Dewan Nasional Muslim di Kanada.

روزگار ترسناک کودکان مسلمان در کشورهای غربی
Penyebaran Islamphobia di Eropa terhadap anak-anak Muslim menunjukkan betapa calamnya kebencian masyarakat ini dan pendidikan generasi Eropa yang memiliki kebencian mendalam terhadap umat Islam. Di sisi lain, rasa percaya diri dan identitas anak-anak Muslim rusak sejak kecil. Salah satu kehormatan masyarakat Barat adalah toleransi dan kebebasan berekspresi. Dalam hukum negara-negara Barat dan dalam budaya mereka, diasumsikan bahwa kepribadian orang dan kepercayaannya dihormati.

Sementara Islamphobia di Eropa dan di negara-negara Barat bertentangan dengan klaim masyarakat Barat selama ini. Kelompok Islamphobia telah meluas ke anak-anak Muslim di masyarakat ini, berdasarkan studi oleh al-Qassem. Ini merupakan bahaya bagi masyarakat Eropa, karena kelanjutan situasi ini akan mengarah pada penguatan kelompok kanan ekstrem dan Islamphobia di Eropa.

Kelompok ini sekarang juga merupakan ancaman bagi solidaritas dan stabilitas budaya di negara-negara ini. Salah satu faktor yang diduga cenderung menarik sebagian pemuda Muslim di Eropa ke arus Takfiri dan teroris adalah frustrasi, diskriminasi dan penghinaan di masyarakat Barat. Pemerintah dan media Barat tidak mendapat untung dari Islamphobia.

Mereka mungkin membenarkan Islamphobia dengan menciptakan pelbagai kendala bagi minoritas Muslim, seperti larangan jilbab untuk wanita Muslim, atau membatasi mereka di berbagai pusat dan masjid Islam, tetapi dalam jangka panjang, memiliki dampak negatif dari kebijakan ini pada masyarakat Barat akan sangat besar. Kelompok Islamphobia akan menghilangkan masyarakat Barat dari rangkaian rasionalitas, toleransi dan membahayakan keamanan politik dan sosial mereka.

Perluasan Kelompok Kanan Ekstrem di Barat
Tentu saja, umat Islam di masyarakat Barat tidak pasif atau menyerah pada berbagai langkah yang ada saat ini dan mencoba memperkenalkan Islam yang damai, cintai dan menuntut keadilan kepada masyarakat Barat dalam berbagai situasi. Atribut moral yang paling penting dari Nabi Muhammad Saw, pamungkas para nabi dan utusan Allah yang terakhir adalah akhlak yang baik dan kelembutan. Al-Quran menekankan akhlak yang baik sebagai salah satu paling tingginya akhlak manusia.

Salah satu alasan paling penting untuk penyebaran Islam dari Timur ke Barat setelah 25 tahun dari penganggakatan Nabi Muhammad Saw adalah sosoknya yang baik hati dan penyayang. Nabi Muhammad Saw menyatakan dirinya sebagai bapak umat, tidak hanya pada masanya, tetapi untuk seluruh umat manusia hingga Hari Kiamat.

Muslim di Barat dalam beberapa tahun terakhir menambahkan kegiatan sosial mereka untuk melawan kelompok Islamphobia dan mengenalkan Islam sejati. Salah satu pusat dakwah umat Islam adalah mengenalkan pribadi Nabi Muhammad Saw. Pada hari-hari Natal, umat Islam di Eropa dan Amerika Serikat mencoba beberapa inisiatif seperti mengirim kartu ucapan selamat dengan kutipan dari ajaran Islam dan posisi Isa al-Masih as dalam al-Quran dengan berusaha menyebarkan semangat persahabatan dan kasih sayang di masyarakat Barat.

Kartu ucapan selamat berisikan pesan ayat-ayat al-Quran tentang Isa al-Masih as
Perhimpunan Pelajar Islam Iran di London, pada malam menjelang Tahun Baru membagikan kartu ucapan Natal dengan pesan dari ayat-ayat al-Quran tentang Nabi Muhammad Saw kepada tetangga Pusat Tauhid London. Salah satu anggota Pusat Quran di London Timur mengirim kartu pos yang dihiasi dengan ayat-ayat dari al-Quran tentang Nabi Isa al-Masih as dan gambar masjid al-Aqsa untuk memberi selamat kepada Paus dan Ratu Inggris, politisi, gerejawan, kolega dan tetangga Kristen. Dr. Mohammad Fahim, selama 10 tahun pada Malam Tahun Baru membuat 4.000 kartu ucapan selamat Natal dengan desain Masjid al-Aqsa dan ayat-ayat dari al-Quran kepada para pejabat, gereja dan mereka yang terhubung dengan mereka.

Dia mengatakan akan mengirim kartu pos ini ke keluarga kerajaan Inggris, anggota parlemen, gereja, universitas, Paus, para pemimpin dan tetangga Uni Eropa dan yang menarik, dia akan menerima jawaban yang menarik. Fahim mengatakan, "Saya bangga bahwa setiap tahun Ratu dan Perdana Menteri Inggris serta Paus merespon kartuku." Fahim berharap kartunya akan membantu menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam.

Jumat, 10 Juli 2020 14:46

Hak Anak Dalam Islam (24)

 

Menghormati anak-anak memiliki pengaruh besar pada kepribadian mereka. Menghormati adalah perilaku yang membuat orang lain merasa bangga dan terhormat dan menciptakan keyakinan yang baik pada dirinya sendiri serta membuatnya merasa bermartabat dan percaya diri. Seperti manusia lainnya, anak-anak suka menjadi populer dan kepribadian mereka dihormati.

Karena itu, Nabi Muhammad Saw mewanti-wanti, "Cintai anak-anakmu dan kasihanilah mereka dan penuhi janjimu kepada mereka." Begitu juga beliau bersabda, "Ketika menyebut nama anakmu, hendaknya ucapkan dengan penuh penghormatan, menyiapkan tempat duduk buatnya dan jangan menampakkan wajah masam kepadanya". Begitu juga beliau bersabda, "Barangsiapa yang mencium anaknya, maka akan ditulis sebagai kebaikan baginya."

Faktanya, semua ini adalah tanda penghormatan yang pantas dan lengkap untuk anak-anak, dimana bila orang tua dapat menjaganya, itu berarti mereka menghargai posisi anak mereka dan memenuhi kebutuhan mental mereka.

Menghormati anak
Maksud dari menghormati adalah perilaku, praktis dan subyektif yang menciptakan perasaan bernilai dan kepuasan serta kegembiraan bagi pihak lain. Ayah dan ibu yang tertarik dengan karakter anak-anak mereka harus selalu menghormati keberanian mereka dan menghargai keberadaan mereka. Menghargai anak adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dihargai dan dihormati akan besar hati dan memiliki kepribadian serta akan menghindari pekerjaan buruk untuk menjaga kepribadiannya.

Masalah harga diri dan mendidik perasaan memiliki harga diri dan kemuliaan adalah salah satu faktor terpenting dalam perkembangan yang diinginkan dari kepribadian anak-anak dan remaja. Keinginan kuat dan kepercayaan diri yang kuat, kemampuan mengambil keputusan, inisiatif, kreativitas dan inovasi, dapat berpikir logis dan kesehatan mental berhubungan langsung dengan tingkat dan bagaimana seseorang memiliki kehormatan dan harga diri. Untuk memungkinkan anak-anak dan remaja memaksimalkan kapasitas berpikir dan potensi mereka, anak-anak harus memiliki cara pandang positif terhadap diri mereka sendiri dan lingkungan serta memiliki motivasi yang kuat untuk berusaha.

Psikolog percaya bahwa, bahkan ketika Anda berniat menghukum atau bertengkar dengannya, hindari tindakan apa pun yang akan membuatnya terhina dan malu. Hukuman fisik sangat mempermalukan orang dan mencegah untuk menghormati individu atau anak. Dalam kebanyakan kasus, apa yang menyebabkan tangisan seorang anak bukanlah rasa sakit hukuman, tetapi rasa sakit penghinaan. Jadi jangan sekali-kali berperilaku sendiri untuk mempermalukannya.

Salah satu penyebab utama gangguan perilaku anak adalah kurangnya kasih sayang dan rasa hormat terhadap anak-anak dari orang tua. Salah satu cara untuk menumbuhkan kepribadian anak adalah dengan menghormati mereka dan menahan diri dari menghina dan mempermalukan mereka. Agar anak tidak merasa terhina dalam jiwanya sendiri, perlu bagi ayah dan ibu untuk memperhatikan hal ini sejak awal masa kanak-kanak dan untuk mengembangkan karakter mereka dengan perilaku dan ucapan mereka sedemikian rupa sehingga anak-anak percaya akan kemandiriannya. Imam Sadiq as berkata, "Hormati anak-anakmu dan bentuk mereka dengan kebaikan, sehingga Allah Swt menghapus dosamu."

Hukuman fisik mempermalukan anak
Sejarah Islam mencatat tentang perilaku Nabi Muhammad Saw, bagaimana beliau dalam banyak kasus sangat menghormati anak-anak. Rasulullah Saw mengajak masyarakat untuk melaksanakan shalat. Hasan as, cucu beliau masih kecil dan bersamanya. Nabi Saw meletakkan Hasan di sampingnya lalu melaksanakan shalat. Nabi Muhammad Saw dalam salah satu sujudnya dilakukan agak lama.

Perawi kejadian tersebut mengatakan, "Saya mengangkat kepala dari sujud dan menyaksikan Hasan bangkit dari tempatnya dan menduduki punggung Rasulullah Saw. Ketika shalat selesai, mereka yang shalat tadi bertanya, 'Wahai Rasulullah! Kami tidak pernah melihat sujud seperti itu. Kami pikir wahyu telah datang kepada.' Beliau berkata,  'Tidak ada wahyu. Anak saya, Hasan menaiki punggung saya ketika shalat. Saya tidak ingin terburu-buru dan menurunkan anak itu. Saya menunggu sampai ia turun dari punggung saja."

Tindakan Nabi Saw terhadap cucunya dihadapan orang-orang adalah contoh khas dari metode penghormatan terhadap anak. Nabi Saw dengan memperpanjang sujud guna memberikan penghormatan maksimal kepada cucunya.

Nabi Muhammad Saw kadang-kadang memperpanjang sujud ketika shalat demi menghormati anak dan kadang-kadang mempercepat shalat demi menghormati anak. Dalam sebuah riwayat disebutkan:

Rasulullah Saw sedang duduk. Hasan dan Husein tiba. Rasulullah Saw bangkit menyambut keduanya dengan penuh penghormatan. Anak-anak kecil masih lemah untuk berjalan. Beberapa waktu berlalu, mereka belum sampai juga. Rasulullah Saw kemudian mendantangi mereka dan menyambut keduanya. Beliau membentangkan kedua tangannya dan mendudukkan mereka di pangkuannya lalu mulai berjalan dan berkata, "Wahai anak-anakku! tunggangan kalian sangat bagus dan kalian berdua penunggang yang baik dan ayah kalian lebih baik dari kalian."

Dalam hal ini, Nabi Saw menghormati putra-putranya dengan beberapa cara; menunggu, berdiri, menyambut dan menggendong. Ini adalah bentuk penghormatan nyata Nabi Saw dan dengan mengatakan "penunggang yang baik", beliau menghormati keduanya.


Pada dasarnya, Nabi Saw memiliki kasih sayang khusus untuk semua putranya atau anak-anak lainnya dan telah dikatakan bahwa memperhatikan anak-anak merupakan kebiasaan baik dan perilaku terpuji dari Nabi Sas.

Nabi Saw selalu mendahului dalam mengucapkan salam kepada anak-anak dan tidak menolak undangan anak-anak dan berpartisipasi dalam permainan mereka. Ketika mereka kembali dari perjalanan, anak-anak bergegas menyambut beliau. Rasulullah Saw mengusap kepala dan menyayangi mereka dan setelah itu menaikkan mereka di badannya, bahkan memerintahkan sebagian sahabat untuk menaikkan mereka di punggung lalu dengan kondisi begitu kembali ke kota. Dan dengan demikian, kenangan manis dan berkesan terpatri dalam benak dan jiwa anak-anak. Menghormati kepribadian anak sendiri dan orang lain bagi Nabi Saw adalah cara yang biasa dan dengan cara itu belia menumbuhkan kebesaran hati, kepercayaan diri dan harga diri pada diri mereka.

Penekanan Nabi Saw dan Imam Maksum as terkait merekomendasikan untuk mencintai anak-anak berangkat dari hal ini. Dalam hal ini, Nabi Saw bersabda, "Hormati anak-anakmu dan didik mereka dengan kebaikan, sehingga Allah Swt menghapus dosamu."

Ada banyak cara untuk menghormati dan menghargai anak-anak. Secara umum, perilaku dan ucapan orang dewasa dengan anak-anak harus dipenuhi dengan penghormatan dan sejalan dengan pertumbuhan kepribadian dan perkembangan kepribadian mereka. Memilih nama yang baik adalah salah satu faktor penting dalam menghormati anak-anak. Memanggil anak-anak dengan nama-nama indah dan kata-kata penuh kasih sayang memiliki pengaruh besar dalam menghormati anak-anak. Dalam perilaku Maksumin as disebutkan memanggil anak-anaknya dengan ungkapan "Ya Bunayya" yang berarti wahai anakku. Dalam hadis Kisa', kita juga membaca bahwa Sayidah Fathima as memanggil anak-anaknya dengan kata-kata "Ya Qurrata Aini dan Ya Tsamara Fuadi" yang berarti "Cahaya Mataku dan Buah Jiwaku".

Manifestasi lain dari penghormatan kepada anak adalah menyalaminya ketika berada di tempat yang banyak orang, sehingga jangan sampai anak itu beranggapan kita tidak memperhitungkannya. Atau setiap kali mereka menawari sesuatu kepada Anda atau ingin melakukan sesuatu untuk Anda - dan tidak ada hambatan - dengan senang hati menerimanya.

Menunaikan janji kepada anak juga merupakan tanda kita menghormati mereka. Dalam Islam, salah satu karakteristik orang beriman adalah menepati janji. Selain menepati merupakan kewajiban dalam ajaran Islam dan manusia, tindakan ini merupakan semacam penghormatan terhadap anak. Ketika Anda berjanji kepada anak Anda bahwa Anda akan membawanya ke taman dan menindaklanjutinya, anak Anda dalam dirinya merasa mendapat perhatian dan akan senang bahwa dirinya begitu penting bagi Anda. Sebaliknya, ketika Anda tidak menetapi janji, anak Anda merasa bahwa Anda tidak menghargainya dan menjadi marah. Ketika Anda tidak menunaikan janji yang diucapkan kepadanya, bukan saja Anda tidak menghormati kepribadian anak, tetapi juga mengajarkan kebohongan padanya.

Satu lagi cara menghormati anak-anak adalah memaafkan dan mengabaikan kesalahan mereka. Adalah perlu untuk memaafkan anak demi menghormatinya, ketika ia melakukan kesalahan. Namun tetap perlu untuk memperingatkan dan mengingatkan kesalahannya, tapi setelah itu memaafkan apa yang dilakukannya.

Anak-anak, jika mereka diperlakukan dengan hormat dan kepribadian mereka dihargai, dapat tumbuh dengan kepribadian dan keamanan psikologis mereka di tingkat komunitas dan dapat berkembang sesuai dengan bakat mereka.

Jumat, 10 Juli 2020 14:46

Hak Anak Dalam Islam (23)

 

Umat manusia menerima akan hakikat perang yang pahit dan konsekuensinya selama periode kehidupan manusia yang telah meninggalkan banyak korban. Meskipun ada dokumen, perjanjian dan otoritas internasional yang kompeten, tetap saja umat manusia menyaksikan konflik bersenjata dan bagian terbesar dari korban perang ini adalah anak-anak.

Tidak ada yang dapat menyangkal efek langsung dari perang saudara atau internasional terhadap keamanan, kesehatan, kesejahteraan, kenyamanan, kesehatan dan ekonomi bangsa-bangsa. Perang secara alami menyebabkan banyak kerugian materi, manusia, moral dan budaya, dan dalam kasus anak-anak pasti menargetkan semua hak mereka; hak untuk hidup, hak untuk keluarga dan masyarakat, hak untuk kesehatan dan hak atas pendidikan anak-anak yang harus tunduk pada dampak perang yang tidak diinginkan.


Rehabilitasi dan dukungan anak-anak, baik selama dan setelah perang adalah salah satu tugas pemerintah. Selama perang atau selama pemindahan dan pengungsian, anak mungkin kehilangan ayah atau ibu atau keduanya, yang akan memiliki banyak efek negatif pada kehidupan anak. Efek pertama adalah penyakit mental yang disebabkan oleh kehilangan orang tua dan hilangnya semangat. Masa depan anak-anak yang tidak dilindungi di masa depan terlihat kabur. Kurangnya gizi dan pekerjaan yang tepat untuk membantu keluarga adalah salah satu faktor yang memungkinkan anak putus sekolah dan menjauhkan mereka dari sekolah. Perlu dicatat bahwa keberadaan kerabat dekat bagi sebagian anak dapat mengatasi kekosongan orang tua, sementara masalah anak-anak yang kehilangan semua anggota keluarga mereka jauh lebih akut dan status mereka lebih membutuhkan banyak dukungan.

Komunitas internasional telah memulai dukungannya untuk anak-anak sejak Perang Dunia I. Ini merupakan keprihatinan bagi sejumlah pemerintah Eropa dan Amerika Utara untuk mencegah bencana di masa depan. Perhatian khusus kepada anak-anak adalah penting bagi masa depan masyarakat manusia.

Tentu saja, dengan pecahnya Perang Dunia II, tidak ada dukungan khusus bagi warga negara, dimana di antaranya ada ribuan anak. Setelah Perang Dunia II pada tahun 1949, komunitas internasional menyetujui Konvensi Jenewa Keempat,  tentang Perlindungan Perang dan Perlindungan Anak-anak ketika munculnya konflik bersenjata. Namun, selama abad kedua puluh dan bahkan sesudahnya, perlindungan anak-anak telah menjadi perhatian bagi masyarakat internasional.


Secara total, peraturan dan langkah-langkah internasional dan regional untuk melindungi anak-anak dalam konflik bersenjata dapat dijelaskan lebih lanjut: Konvensi Keempat Jenewa tahun 1949 dan dua Protokol Tambahan 1977, Deklarasi Hak-Hak Anak 1959, Konvensi Hak-Hak Anak di tahun 1989, Protokol Tambahan untuk Konvensi Hak-hak Anak tentang Partisipasi Anak-anak dan Perempuan dalam Konflik Bersenjata pada tahun 2000; Statuta Mahkamah Pidana Internasional pada tahun 1998; Konvensi No. 182 tentang Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak dan Rekomendasi No. 190, Hak dan kesejahteraan anak yang diadopsi pada tahun 1990 dan berlaku pada 1999, dan beberapa resolusi dikeluarkan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB.

Selanjutnya, misalnya, kami akan menyebutkan beberapa aturan di atas dan memberikan beberapa dokumentasi khusus anak:

Pasal 17 Konvensi Keempat Jenewa menetapkan bahwa para pihak yang terlibat konflik harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk perjalanan anak-anak dan wanita hamil dari daerah-daerah yang terisolasi. Juga, Pasal 23 menyatakan bahwa setiap negara berjanji untuk mengizinkan semua persediaan medis dan sanitasi. Pasal 38, paragraf 5, dari Konvensi yang disebutkan di atas, menekankan bahwa anak-anak di bawah usia 15 tahun dilindungi secara khusus.

Titik kritis yang penting adalah bahwa penegakan peraturan ini dapat dilihat dalam Statuta Mahkamah Pidana Internasional. Menurut undang-undang, pelanggaran peraturan ini bisa menjadi contoh kejahatan perang.

Dalam dokumen khusus anak, telah disampaikan sebagai dasar untuk berpikir tentang melindungi anak-anak dari Perang Dunia I dan II, masalah perlindungan anak selama konflik dan konflik bersenjata. Dalam Deklarasi Majelis Umum PBB tentang Hak-hak Anak tahun 1959, Majelis Umum telah menyatakan secara umum bahwa anak-anak harus didukung dan diberikan fasilitas dalam situasi tertentu, dimana situasi konflik dapat dianggap sebagai salah satu contoh. Konvensi 1989 tentang Hak-hak Anak kemudian secara khusus membahas masalah melindungi anak-anak dalam konflik bersenjata dan tidak boleh diikutkan dalam angkatan bersenjata. Pasal 38 Konvensi menetapkan:

1. Negara-negara anggota Konvensi berkomitmen untuk menghormati aturan kemanusiaan internasional selama konflik bersenjata yang ada hubungan dengan anak-anak.

2. Negara-negara anggota Konvensi akan mengambil tindakan praktis untuk menentukan bahwa orang yang berusia kurang dari 15 tahun tidak terlibat langsung dalam konflik.

3. Negara-negara anggota Konvensi akan menahan diri untuk tidak merekrut orang di bawah 15 tahun di angkatan bersenjata mereka. Negara-negara ini akan memberikan prioritas kepada orang tua untuk mempekerjakan orang di atas usia 15 dan di bawah usia 18 tahun.

Masalah dengan artikel ini adalah bahwa tampaknya anak-anak berusia 15 hingga 18 tahun belum terlindungi secara memadai. Karena alasan ini, pada tahun 2000, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui Protokol Opsional untuk Konvensi Hak-Hak Anak tentang anak-anak dalam perang, yang mulai berlaku pada tahun 2002. Artikel Protokol Tambahan menetapkan, "Negara-negara anggota harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa orang di bawah usia 18 tahun tidak berpartisipasi dalam angkatan bersenjata untuk terlibat dalam permusuhan dan perang."


Dalam ajaran agama dan perintah Nabi Saw dan Maksumin as, agama Islam juga telah memberikan banyak penekanan pada masalah dukungan untuk anak-anak dan perempuan dalam konflik bersenjata. Dalam perintah Nabi Saw dan para Imam Maksum as tentang tugas-tugas mereka yang ikut dalam jihad tidak boleh menyerang anak-anak, sekalipun anak-anak itu membantu lawan. Sebagai contoh, dalam riwayat Imam Shadiq as yang mengutip dari Nabi Muhammad Saw:

"Ketika Rasulullah Saw menjadi komandan pasukan untuk berperang, pertama-tama beliau mewasiatkan dirinya untuk memperhatikan wahyu ilahi tentang dirinya dan pasukannya, kemudian beliau bersabda, 'Dengan nama Allah dan berjalan di jalan Allah. Berperanglah melawan musuh-musuh Allah, jangan berbuat makar, jangan berkhianat, jangan memutilasi mereka yang terbunuh, jangan membunuh anak-anak dan mereka yang sedang beribadah. Jangan membakar pohon kurma dan jangan menenggelamkan dalam air, jangan memotong pohon yang ada buahnya dan tidak membakar tanaman. Karena kalian tidak tahu bahwa mungkin suatu saat kalian membutuhkannya. Hindari membunuh hewan berkaki empat dan halal dagingnya, kecuali kalian terpaksa harus memakannya. Ketika berhadap-hadapan dengan musuh umat Islam, ajak mereka kepada tiga hal ini; memeluk agama Islam, membayar jizyah dan meninggalkan medan perang. Ketika mereka menjawab positif satu dari tiga ajakan tersebut, kalian harus menerima mereka tidak melakukan apa-apa terhadap mereka."

Hadis yang sama telah dikutip dari Nabi Saw dalam buku-buku sejarah tentang beliau. Para ahli fikih Syiah dalam masalah jihad juga telah sepakat bahwa membunuh perempuan, anak-anak dan ... dilarang di tengah peperangan.

Perlu dicatat bahwa dalam Perjanjian tentang Hak-Hak Anak dalam Islam yang telah diratifikasi oleh Organisasi Kerjasama Islam dalam 26 butir, para penyusun perjanjian itu di pengantarnya menyebutkan:

"Mengingat bahwa anak-anak sebagai bagian dari komunitas yang rentan dalam masyarakat berada pada risiko terbesar menderita bencana alam atau bencana buatan manusia yang mengarah pada konsekuensi yang tidak terduga seperti pengabaian, pengungsian, eksploitasi anak-anak dalam tentara atau kerja keras, serta memperhitungkan penderitaan anak-anak pengungsi dan anak-anak yang berada di bawah kekuasaan pendudukan atau pengungsian atau konflik bersenjata dan kelaparan, sebagaimana disepakati ..."

Berdasarkan dokumen dan perjanjian internasional serta ajaran Islam, perlindungan anak selama konflik masa perang dan bersenjata adalah sangat penting dan pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi strata yang rentan ini. Ada banyak penekanan dalam ajaran Islam untuk mendukung kelompok-kelompok rentan, termasuk anak-anak, namun kita masih melihat bahwa banyak anak di seluruh dunia menjadi korban perang dan konsekuensi buruknya.

Jumat, 10 Juli 2020 14:45

Hak Anak Dalam Islam (22)

 

Anak-anak yang berada dalam situasi khusus memerlukan perhatian dan dukungan khusus dan setiap individu masyarakat dan pemerintah wajib melakukannya. Sekelompok anak-anak yang perlu diberi perhatian dan dukungan khusus kepada masyarakat dan pemerintah adalah anak-anak pengungsi dan pencari suaka.


Anak-anak pengungsi merupakan setengah dari total populasi pengungsi. Statistik tersebut mencakup anak-anak yang status pengungsinya telah disetujui secara resmi atau berada dalam status perpindahan. Beberapa faktor berperan dalam pengungsian anak-anak ini, perang dan konflik internal, krisis lingkungan, kemiskinan dan kondisi ekonomi yang sulit telah menyebabkan pengungsian banyak anak-anak, terutama mereka yang tidak memiliki dokumen hukum atau bepergian sendirian, sangat rentan terhadap eksploitasi atau penyalahgunaan.

Meskipun banyak komunitas di seluruh dunia menyambut kedatangan mereka di negaranya, anak-anak pengungsi dan keluarga mereka sering mengalami diskriminasi, kemiskinan dan marginalisasi di pinggiran dan perbatasan kota-kota di negara tujuan mereka atau transit atau tanah air mereka, hambatan bahasa atau kurangnya data-data resmi di negara transit dan negara tujuan seringkali membuat anak-anak pengungsi dan keluarga mereka tidak dapat mengakses pendidikan, perawatan kesehatan, layanan sosial, dan layanan lainnya.

UNICEF mengatakan jumlah anak-anak pengungsi di dunia telah meningkat sebesar 75% dalam lima tahun. Dalam studi UNICEF, anak-anak sekarang menyumbang lebih dari setengah populasi total pengungsi di dunia, terlepas dari kenyataan bahwa mereka menyumbang kurang dari sepertiga populasi dunia. Hanya di dua negara Suriah dan Afghanistan ada setengah dari semua anak-anak pengungsi di bawah naungan Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi dan hampir tiga perempat anak-anak pengungsi dunia berasal dari hanya 10 negara.

Permulaan dan kegigihan konflik global selama beberapa tahun terakhir telah menyebabkan peningkatan jumlah anak-anak pengungsi di dunia, dan akibatnya anak-anak ini menghadapi risiko serius perdagangan manusia dan jenis pelanggaran lainnya. Dalam laporan UNICEF, sekitar 50 juta anak-anak dipaksa untuk bermigrasi dari negara mereka atau mengungsi di negara mereka sendiri. Dari jumlah tersebut, 28 juta terpaksa mengungsi karena perang.

Anak-anak pengungsi
Sebagaimana telah disebutkan, setengah dari pengungsi dunia dibentuk oleh kelompok anak-anak dan remaja yang rentan. Beberapa faktor menambah keparahan kerentanan mereka, karena mereka berada pada tahap awal pembentukan dan pengembangan kepribadian dan bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan emosional khusus mereka. Menghadapi konflik dan masalah sebelumnya, selama dan setelah imigrasi dan suaka memengaruhi kesehatan mental mereka.

Anak-anak pengungsi dibandingkan dengan orang dewasa yang mengungsi, menghadapi lebih banyak bahaya fisik dan emosional karena kerentanan mereka dan itu membutuhkan dukungan khusus. Masalah kerawanan pangan, perumahan, penyakit menular dan tidak menular, perpisahan dari keluarga, kerja paksa dan bahkan pelecehan seksual dan pendidikan adalah salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan fisik dan emosional mereka menghadapi masalah. Bahkan di kamp-kamp pengungsi, karena kondisi sanitasi yang tidak tepat, konflik budaya antara penghuni kamp, kekurangan makanan, dan lain-lain, kondisi pengungsi, terutama anak-anak sangat berbeda dengan kondisi alami. Secara umum, pemindahan dan pengungsian anak-anak selain hasil fisik dan psikologis juga memiliki konsekuensi pendidikan dan pengajaran yang dapat dikaitkan dengan keterlambatan akademik dan hilangnya motivasi pendidikan yang bahkan mendidik mereka di sekolah-sekolah di negara tempat tinggalnya menjadi sangat sulit dan dalam beberapa kasus tidak mungkin.

Kurangnya dana yang dialokasikan untuk anak-anak pengungsi telah merusak mereka secara serius. Selain itu, kebutuhan anak-anak pengungsi lebih dari sekadar air dan makanan. Anak-anak yang melarikan diri dari kekerasan mengalami kerugian parah dan jika tidak dilindungi, mereka akan rusak untuk waktu yang lama.

Anak-anak dan remaja pengungsi juga menderita berbagai macam kerusakan, serta gangguan mental seperti depresi, kecemasan, stres pascatrauma dan masalah psikosomatik, berkurangnya fleksibilitas dan penurunan fungsi perilaku dan kognitif. Kasus-kasus ini dilaporkan lebih sering pada anak-anak dan remaja pengungsi yang terpisah dari atau dipisahkan dari orang tua mereka.

شرایط اسفناک کودکان پناهنده در برخی از کشورهای اروپایی
Deklarasi Liga Bangsa-Bangsa 16 September 1926, merupakan deklarasi pertama soal perlindungan anak-anak yang kemudian diadopsi dengan judul Deklarasi Jenewa. Ddalam pembukaan dan lima artikelnya telah memberikan perhatian untuk mendukung fisik dan psikologis anak-anak. Selanjutnya, dalam Pasal 14 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, pada 10 Desember 1948, hak atas suaka diakui untuk semua orang, termasuk anak-anak di negara lain. Kemudian Konvensi Jenewa 1949 tentang Hak-Hak Anak Korban Konflik Bersenjata dirancang dan pada 20 November 1959 Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Anak disetujui oleh PBB dan menekankan Deklarasi Jenewa.

Untuk anak-anak pengungsi dan pengungsi, Pasal 22 Konvensi Hak Anak menyatakan:

1. Negara-negara anggota Konvensi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan anak yang mencari suaka atau pengungsi, apakah bersama orang tuanya atau orang lain, diperlakukan sesuai dengan hukum dan peraturan setempat dan internasional dengan bantuan kemanusiaan yang diperlukan dan hak-hak terkait konvensi-konvensi ini atau instrumen kemanusiaan atau hak asasi manusia lainnya mengikat negara-negara yang disebutkan di atas.

2. Untuk tujuan ini, negara-negara anggota Konvensi sesuai kebijakan mereka dengan PBB dan organisasi internasional atau organisasi non-pemerintah yang kompeten yang bekerja dengan PBB akan mendukung dan membantu anak-anak tersebut dan melacak orang tua atau anggota keluarga anak-anak pengungsi lainnya dan mereka akan bekerja sama dengan anggota keluarga untuk pengambilan informasi jika mereka tidak dapat menemukan orang tua atau anggota keluarga lainnya, seperti yang dijelaskan dalam Konvensi ini, seperti anak yang sementara waktu atau secara permanen terpisah dari lingkungan keluarga.

Ada tiga poin penting dalam artikel ini: pertama, masalah suaka anak bersama orang tua atau orang lain telah dipertimbangkan dan telah diminta oleh negara Anggota untuk mematuhi hak asasi manusia atau standar hak asasi manusia lainnya; kedua, anak mencari suaka tanpa ada orang tua, harus ada usaha untuk menyatukan kembali anggota keluarga dengan mencoba melacak orang tua atau anggota keluarga lain dari anak. Ketiga, jika orang tua tidak ditemukan atau anggota keluarganya, anak pengungsi itu baik sementara atau permanen harus diperlakukan sebagai anak yang tidak memiliki keluarga.

Kondisi anak-anak pengungsi Afghanistan di Iran
Ada dua poin menarik dalam artikel ini; pertama, pengungsi dan pencari suaka belum didefinisikan dan tidak diketahui siapa yang menjadi pengungsi dan secara eksklusif habya mendukung anak pengungsi. Tanpa menentukan kriteria spesifik untuk mengidentifikasi anak pengungsi. Kedua, secara internasional, pencari suaka memiliki aturan tertentu, dan memastikan bahwa anak memiliki hak untuk suaka, bahkan dengan orang lain yang berujung pada pemisahannya dari orang tua (secara mutlak) dan mengharuskan anak untuk kehilangan hubungan emosional dengan orang tua. Pemberian suaka sejauh yang tidak mungkin dilakukan dengan orang tua hanya dapat dipertimbangkan dalam situasi darurat, tetapi dalam situasi lain di mana undang-undang negara mengizinkan suaka, secara umum, tidak mungkin untuk memastikan pemisahan dari orangtua dari kemslahatan mendasar anak.

Pengungsi biasanya kehilangan semua aset mereka dan dipisahkan dari anggota keluarga mereka yang lain. Kebanyakan dari pengungsi adalah anak. PBB memiliki program yang bekerja dengan para pengungsi di seluruh dunia. Negara-negara di dunia harus memastikan perlindungan anak-anak pengungsi dan membantu mereka. Ini berlaku untuk anak-anak pengungsi yang tinggal sendirian dan mereka yang tinggal bersama orang tua mereka atau pengasuh lainnya.

Pemisahan anak pengungsi dari orang tuanya di Amerika Serikat
Negara-negara yang menerima pengungsi selain menyediakan kondisi yang memadai untuk para pencari suaka juga menciptakan dan mengembangkan jaringan dukungan sosial yang tepat untuk menjaga keselamatan dan keamanan, memenuhi kebutuhan, mencegah kekerasan, menghormati martabat masyarakat dan mengurangi penyakit, harus menyediakan dan memperkuat pusat perawatan kesehatan mental dan unit pendidikan dengan mempertimbangan budaya, sosial, politik dan hukum yang tepat.