کمالوندی

کمالوندی

 

Rezim Zionis Israel dalam sebuah konspirasi baru, berniat merampas 30 persen dari wilayah Tepi Barat, Palestina. Benjamin Netanyahu dari Partai Likud dan Benny Gantz dari koalisi Blue and White, mencapai kesepakatan pada April 2020 untuk mencaplok Tepi Barat.

Aneksasi ini rencananya dilaksanakan pada 1 Juli 2020, tetapi terpaksa ditunda karena adanya aksi protes dan peringatan dari rakyat dan faksi-faksi perlawanan Palestina, perselisihan internal di kabinet Israel, dan belum mendapat lampu hijau dari Presiden AS Donald Trump tentang waktu pelaksanaan aneksasi.

Lalu, 30 persen dari Tepi Barat itu bakal seluas mana dan berapa jumlah populasinya? 30 persen dari seluruh Tepi Barat mencakup 130 pemukiman Zionis yang menampung lebih dari 460.000 pemukim di area seluas 1.613 kilometer persegi dari wilayah Tepi Barat. 52 pemukiman dengan populasi lebih dari 350.000 warga Zionis berada di dalam Tembok Pembatas di Tepi Barat dan 78 pemukiman di luar itu dengan populasi 100.000 orang.

Rezim Zionis bersikeras mencaplok 30 persen dari wilayah Tepi Barat, Palestina. Sikap ini didasari oleh beberapa alasan, pertama kembali kepada identitas dan esensi rezim Zionis. Israel secara esensial adalah sebuah rezim penjajah dan rezim ini berdiri atas dasar pendudukan dan perampasan tanah Palestina.

Mereka secara agresif terus memperluas wilayah jajahannya. Jadi, terlepas dari siapa yang memimpin kabinet Israel, rezim ini akan terus merampas dan memperluas daerah jajahannya atas tanah Palestina.

Kedua berhubungan dengan tantangan internal di tanah pendudukan dan posisi Netanyahu yang terancam bahaya. Pada Desember 2018, kabinet pimpinan Netanyahu bubar dan kemudian memasuki fase kebuntuan politik.

Netanyahu mempresentasikan rencana aneksasi Tepi Barat, Palestina.
Kebuntuan politik ini tidak juga berakhir setelah berlangsungnya tiga kali pemilu parlemen, dan hanya karena wabah virus Corona serta dampak kebuntuan yang berlarut-larut, Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz akhirnya menyetujui sebuah kompromi politik untuk keluar dari kondisi itu.

Meski Netanyahu dan Gantz setuju untuk membagi masa jabatan PM menjadi dua periode bergiliran 18 bulan, namun menurut beberapa laporan media Israel, Netanyahu berencana menyingkirkan Gantz dengan membubarkan kabinet dan mengadakan pemilihan baru.

Netanyahu berasumsi bahwa keretakan di koalisi Blue and White – karena kompromi Gantz dan Partai Likud – dan rencana aneksasi Tepi Barat, dapat dimanfaatkan untuk mendulang suara pada pemilu mendatang dan menguasai mayoritas kursi Knesset, kemudian membentuk kabinet tanpa melibatkan Gantz.

Ketiga, masa jabatan periode pertama Presiden AS Donald Trump akan segera berakhir. Selama empat tahun ini, Trump mengambil langkah-langkah penting untuk memenuhi kepentingan rezim Zionis melalui prakarsa rasis, Kesepakatan Abad.

Trump mengakui Quds sebagai ibukota baru rezim Zionis, memindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota Quds, dan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, Suriah.

Netanyahu khawatir bahwa Trump akan kalah dalam pilpres AS November 2020 dari rivalnya, Joe Biden. Oleh karena itu, Netanyahu berusaha melaksanakan rencana aneksasi 30 persen dari Tepi Barat sebelum berlangsungnya pemilu di Amerika.

Aneksasi berarti pengambilan dengan paksa tanah (wilayah) orang (negara) lain untuk disatukan dengan tanah (negara) sendiri atau pencaplokan. Beberapa ketentuan tentang pendudukan diatur oleh hukum perang Konvensi Keempat Den Haag 1907, Konvensi Keempat Jenewa 1949, dan Protokol Tambahan 1977. Berdasarkan hukum internasional, keabsahan aneksasi hanya bisa diakui jika dilakukan melalui perjanjian damai dan, tentu saja selanjutnya digelar sebuah referendum dalam konteks hak untuk menentukan nasib sendiri.

Dengan melihat aturan itu, upaya rezim Zionis untuk mencaplok 30 persen dari wilayah Tepi Barat, Palestina, tidak memiliki landasan hukum dan merupakan tindakan yang sepenuhnya ilegal.


Selain itu rencana aneksasi merupakan sebuah keputusan rasis yang mengabaikan warga Palestina yang tinggal di kota-kota yang diduduki, dan menyerahkan rumah dan ladang pertanian mereka kepada pemukim Zionis. Pada dasarnya, rencana aneksasi adalah kelanjutan dari rasisme rezim Zionis, dan rasisme juga dianggap ilegal menurut berbagai dokumen dan peraturan hukum internasional.

Tindakan Israel untuk melaksanakan rencana aneksasi jelas bertentangan dengan hukum dan peraturan internasional, termasuk resolusi PBB. Dalam hal ini, Perwakilan Amnesty Internasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Saleh Hejazi mengatakan sikap keras Israel untuk melaksanakan rencana aneksasi bagian-bagian Tepi Barat, telah mengabaikan hukum internasional.

Secara politis, tindakan rezim Zionis merupakan sebuah langkah yang tidak punya dasar apapun, karena paling tidak sesuai dengan Kesepakatan Oslo 1993 yaitu dengan terbentuknya pemerintah Otorita Palestina, dua bagian wilayah termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza (sekitar 20 persen dari wilayah Palestina) menjadi milik Palestina berdasarkan ketentuan kesepakatan.

Rezim Zionis sekarang ingin merampas wilayah Tepi Barat dan mengabaikan Kesepakatan Oslo 1993. Oleh sebab itu, pemerintah Otorita Palestina mengumumkan bahwa semua perjanjian damai dengan Israel dan AS akan dibatalkan jika rencana aneksasi Tepi Barat dilaksanakan.

Saat ini Netanyahu menunda pelaksanaan aneksasi Tepi Barat, bukan membatalkannya. Israel berusaha mengimplementasikan rencana ini pada waktu yang tepat. Implementasi rencana ini – seperti yang diperingatkan oleh berbagai faksi Palestina – akan menyebabkan ketidakstabilan dan kekacauan yang besar dalam hubungan Palestina dengan rezim Zionis, dan dapat membuka jalan bagi perang baru atau intifada baru.

Dalam hal ini, Saleh Hejazi mengatakan kebijakan semacam itu (rencana aneksasi) tidak akan mengubah status hukum tanah di bawah aturan internasional dan tidak menghilangkan tanggung jawab rezim Zionis sebagai penjajah, tetapi hanya mempertontonkan hukum rimba yang seharusnya tidak punya tempat di dunia kita hari ini. 

 

Rasulullah Saw sangat ramah, bermuka manis dan tersenyum ketika menghadapi orang-orang beriman. Beliau tak segan-segan berinteraksi dan duduk bersama pelayan, orang miskin dan mereka yang memiliki warna kulit berbeda. Tak hanya itu, Rasul juga duduk dan makan bersama mereka.

Agama-agama ilahi berusaha untuk memimpin manusia menuju kesempurnaan, tanpa memandang warna atau ras. Masalah ini adalah salah satu ajaran indah dari Al-Qur'an, para nabi ilahi dan sopan santun Nabi (SAW) dan para imam dari generasinya. Dalam ayat-ayat pedomannya, Al-Qur'an menyangkal segala bentuk diskriminasi rasial.

Terkait hal ini ayat 13 Surah al-Hujurat menyebutkan, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.”


Menurut ayat ini, Allah Swt menciptakan manusia dari berbagai ras, bahasa dan nasab keturunan serta keunggulan seseorang bukan tergantung pada warna kulit dan ras. Allah Swt dengan kedilan-Nya menentukan takwa sebagai tolok ukur keunggulan manusia sehingga tidak ada manusia yang merasa berhak untuk congkak dan menzalimi yang lain karena warna kulit serta fasilitas yang dimilikinya.

Dengan memeriksa perilaku dan karakter Nabi Muhammad Saw, kita melihat poin dan hukum yang signifikan dalam penolakannya terhadap rasisme. Nabi Suci Islam diutus sebagai nabi pada saat ketidaktahuan orang Arab mencapai puncaknya dan masalah diskriminasi ras, kelas, dan etnis menyebar secara tragis. Sebaliknya, orang non-Arab dan kulit hitam tidak memiliki hak istimewa dan hanya digunakan sebagai budak untuk kesejahteraan dan kepentingan aristokrasi Arab.

Sejak awal pengutusannya, Muhammad Saw mencap batil semua kebiasaan dan takhayul dari era pra-Islam berdasarkan ayat-ayat Alquran dan perintah Ilahi. Dia menolak rasisme dan menyerukan kebebasan dan martabat bagi budak. Selama 23 tahun risalahnya, Nabi (saw) pada berbagai kesempatan dan peluang memperingatkan orang-orang Arab agar tidak membual tentang kesombongan nasab keturunan dan kesukuan.

Rasul pasca penaklukan Mekah (Fathu Makkah) dan di pidatonya paling sensitif, memperingatkan masyarakat untuk menjahui diskriminasi rasial dan menyatakan, “Wahai manusia! Sadarlah bahwa Allah Swt Satu dan ayah kalian juga satu (Nabi Adam as). Oleh karena itu, ketahuilah bahwa bukan Arab atau ajam atau sebaliknya, dan bukan hitam atau putih dan sebaliknya, tidak ada keunggulang masing-masing, kecuali takwa. Apakah hal ini telah aku sampaikan? Mereka menjawab, Benar. Nabi kemudian bersabda, sampaikan hal ini kepada mereka yang tidak hadir.”

Di antara sahabat nabi ada yang dari kulit hitam dan termasuk sahabat terdekat Nabi. Sementara Nabi juga memujinya. Misalnya Rasul sangat mencintai Bilal Habasyi dan memuji suara merdu Bilal. Bilal sahabat nabi berkulit hitam dan awalnya ia seorang budak yang disiksa kaum Quraish karena beriman.

Setelah penaklukan kota Mekah, Nabi meminta Bilal naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan azan. Rasul menyebut Bilal sebagai salah satu penghuni surga karena ketakwaannya. Nabi berulang kali bersabda, “Surga rindu kepada tiga orang, Ali, Ammar dan Bilal.” Atau di hadis lain, Nabi bersabda, “Tiga orang kulit hitam penghulu surga, Luqman Hakim, Najashi dan Bilal Habasyi. Nabi senantiasa duduk dan berinteraksi dengan orang beriman seperti Salman, Abu Dzar, Bilal dan lainnya...tidak ada bedanya bagi Nabi orang beriman ini keturunan mulia atau orang miskin, kulit berwarna atau kulit putih.

Suatu hari, seorang budak kulit hitam berselisih dengan Abdul Rahman bin Auf, salah satu pemuka Arab. Abdul Rahman menjadi marah dan berkata kepada budak itu: “Hai anak hitam! Ketika Nabi (saw) mendengar ini, dia kesal dan berkata: "Tidak ada anak kulit putih lebih unggul dari anak kulit hitam kecuali dalam kebenaran (takwa).

Perilaku indah Rasul terhadap berbagai lapisan masyarakat, ras dan kulit berwarna membuat orang-orang sombong menjadi kesal dan mengadu kepada Rasul. Suatu hari para pemimpin Quraisy dengan marah mendatang Nabi dan berkata, “Wahai Muhammad! Apakah kamu senang dengan orang-orang ini dan berharap kami mengikuti mereka serta duduk bareng dengan mereka? Jika kamu menjauhkan mereka dari dirimu, mungkin kita akan bersamamu dan mengikutimu serta kami akan menjadi sahabatmu.”

Saat itu turunlah ayat 52 Surah al-An’am kepada Nabi yang artinya, “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya....” Di ayat ini Allah Swt kembali menyatakan bahwa tolok ukur keunggulan manusia bukan kemiskinan, ras atau warna kulit tapi takwa dan amal saleh. Rasul hingga akhir hayatnya tetap komitmen dengan jalan ini dan tidak pernah tunduk kepada tuntutan orang congkak dan kaum Quraisy. Rasul sangat ramah, bermuka manis dan tersenyum ketika menghadapi orang-orang beriman. Beliau tak segan-segan berinteraksi dan duduk bersama pelayan, orang miskin dan mereka yang memiliki warna kulit berbeda. Tak hanya itu, Rasul juga duduk dan makan bersama mereka.

Bukan hanya Rasul, tapi Ahlul Baitnya pun merupakan penentang keras rasisme, diskriminasi dan kesukuan. Para pemberi hidayah ini bertindak sesuai dengan ajaran al-Quran dan sirah Nabi Muhammad Saw serta menyerukan kebahagiaan dan kebaikan. Mereka meyakini bahwa tolok ukur keutamaan mansuia adalah takwa dan amal saleh.


Imam Ali as pemuka keadilan dan penentang perbudakan. Beliau membeli lebih dari seribu budak dan kemudian membebaskannya. Imam Ali as selama lima tahun pemerintahannya dan mengadapi keragaman etnis, bahasa, warna kulit dan berbagai wilayah, mengerahkan segenap upayanya untuk menegakkan keadilan.

Dalam hal ini, Imam Ali sangat keras terhadap bawahannya dalam berurusan dengan masyarakat. Di suratnya beliau menekankan bawahannya untuk memperhatikan keadilan dan prinsip kehormatan manusia. Di salah satu instruksinya kepada Malik al-Asytar, Imam Ali berkata, Wahai Malik! Biasakanlah hati Anda dengan belas kasihan bagi rakyat Anda dan kasih sayang dan keramahan bagi mereka. Jangan berdiri di atas mereka seperti hewan rakus yang merasa cukup untuk menelan mereka, karena mereka itu adalah salah satu dari dua jenis, saudara Anda dalam agama atau sesama Anda dalam ciptaan. Mereka mungkin bertindak salah, dengan sengaja atau karena lalai. Maka ulurkanlah kepada mereka keampunan dan maaf Anda, sebagaimana Anda menyukai Allah mengulurkan keampunan dan maaf-Nya kepada Anda, karena Anda di atas mereka dan imam Anda yang bertanggung jawab adalah di atas Anda, sementara Allah di atas orang yang telah mengangkat Anda. la (Allah) menghendaki Anda mengelola urusan mereka (rakyat) dan menguji Anda melalui mereka.”

Meski sepintas ungkapan ini seperti perintah moral, namun hal ini menunjukkan puncak kasih sayang Imam Ali terhadap berbagai kaum dan etnis serta rakyat.

Di pembagian harta baitul mal dan bantuan kepara kaum miskin, Imam Ali tidak pernah melakukan diskriminasi. Suatu hari dua perempuan, satu Arab dan lainnya non Arab mendatangi Imam Ali dan meminta bantuan. Imam memberi masing-masing uang dan makanan yang sama. Wanita Arab berkata kepada Imam Ali, “Aku dari keteturunan Arab dan perempuan tersebut non Arab! Imam berkata, Aku bersumpah! Aku tidak membedakan Arab dan non Arab di pembagian harta ini.

Suatu hari, semua orang pergi ke padang pasir untuk berdoa meminta hujan. Doa semua orang sudah berakhir, tetapi hujan tidak turun. Seorang budak hitam di puncak bukit, jauh dari mata semua orang, sujud dan mulai berdoa. Ia belum bangun dari sujudnya kemudian hujan turun. Dia adalah seorang mukmin dan salah satu hamba serta sahabat Imam Sajjad as.

Siapa pun yang menetapkan karakter dan perilaku Ahlul Bait as sebagai panutannya, akan mencapai ketakwaan dan kedekatan dengan Tuhan. Apakah itu kulit hitam atau putih; Ya, Tuhan menjawab doa dengan hati yang tulus dan tulus lebih cepat. Jawn bin Huwai  juga seorang budak kulit hitam yang meminta syahid bagi Allah di bawah jejak Imam Hussein (AS) dan Tuhan menjawab doanya.

Jawn bin Huwai salah satu sahabat Imam Husain as yang mendatangi beliau di hari Asyura dan meminta ijin untuk berperang. Imam Husein as dengan penuh kasih sayang berkata, “Kamu tidak harus berperang, jangan membuat dirimu sulit. Jawn berkata, Wahai pemimpinku! Aku dalam kondisi senang dan aku biarkan kamu dalam kesulitan! Aku bersumpah, meski bau badanku busuk dan warna kulitku hitam serta keturunanku bukan mulia, tapi Anda wahai Imamku membuat bau badanku wangi dan warna kulitku menjadi putih serta menjanjikan surga! Aku bersumpah, tidak akan berpisah darimu hingga darah hitamku bergabung dengan darah muliamu.

Imam Husein as yang mendengar perkataan Jawn ini akhirnya mengijinkan ia untuk berperang dan kemudian ia berperang dengan gagah berani serta meraih cawan syahadah. Imam Husein mendatangi jenazah Jawn dan berkata, Ya Allah! Putihkan warna wajahnya dan jadikan baunya wangi serta kumpulkan ia bersama orang-orang baik serta kenalkan dan kumpulkan ia bersama Muhammad serta keluarganya. Saat itu, wajah Jawn menjadi putih dan baunya wangi.

Benar di sirah Ahlul Bait, warna kulit tidak bermasalah, dan juga ras. Hanya hati yang bercahaya yang rindu kepada Allah yang berharga.

 

Sabar adalah menahan diri dari kesulitan, tidak berbuat sesuatu secara tergesa-gesa, dan menghindari segala sesuatu di luar tuntunan akal serta syariat agama. Sementara sabur adalah orang yang tidak kehilangan pijakan saat ditimpa kesulitan, maupun saat diliputi kebahagiaan hidup.

Hidup di zaman modern ini banyak pasang surutnya. Sebagian orang mengatakan, hidup di zaman sekarang sungguh sulit. Di abad ke-21 ini dunia di sekitar kita berubah sangat cepat, jika kita tidak bisa mengikutinya, maka kita akan terseret ke dalam kesulitan. Banyak orang karena tidak mampu menahan kesulitan, dan permasalahan, mereka mengalami depresi atau sebagian terpaksa dirawat di rumah sakit.
 
Saat diterpa kesulitan, saat kita kehilangan orang yang kita cintai, saat tekanan finansial sedemikian menekan kita, saat penyakit mendatangi kita, saat kita lemah dan gagal menyelesaikan masalah, bagaimana bisa kita menghadapinya ?  Orang-orang tua kita selalu menganjurkan untuk bersabar dalam menghadapi segala kesulitan dan masalah.
 
Dari sudut pandang psikologis, sabar dan menahan diri adalah batas tipis antara menjadi semakin kuat setelah sebuah kejadian, atau semakin lemah. Tentu kita pernah menyaksikan pengalaman orang yang diterpa berbagai peristiwa sulit dan menyedihkan. Orang-orang cacat, menderita penyakit kronis, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan posisi atau kekayaan, atau masalah-masalah serupa ini.
 
Sesuatu yang menjadi kesamaan di antara mereka adalah semuanya memandang permasalahan utama dan pahitnya kehidupan, sama seperti sebuah titik balik. Kesulitan-kesulitan hidup ini bagi mereka layaknya papan loncat yang melemparkannya ke kehidupan yang lebih baik dan berbeda.
 
Mereka memperkuat jiwa dengan kesabaran, menahan diri dan berharap kepada Tuhan, serta menyelesaikan masalah, kemudian setelah berhasil melalui berbagai kesulitan, diri mereka menjadi lebih kuat, bahkan mencapai rasa percaya diri yang lebih besar.
 
Sabar, dan pujian atas orang yang sabar bukan hanya ditekankan oleh psikologi modern, tapi juga oleh agama-agama utama sejak ribuan tahun lalu. Salah satu ajaran utama Islam adalah meningkatkan keutamaan manusia seperti sabar dan menahan diri. Dalam pandangan Al Quran dan hadis, sabar punya banyak keutamaan, dan membawa dampak pribadi dan masyarakat yang tidak sedikit.
 
Al Quran di banyak ayatnya menggunakan istilah “Allahu Maa Shabirin” atau Allah bersama orang-orang sabar, dan “Innallaha Yuhibbu Al Shabirin” atau Allah menyukai orang-orang sabar, dan istilah-istilah lain seperti Allah akan memberikan ganjaran bagi mereka yang bersama orang sabar, dan mereka yang sangat mencintai orang sabar.
Kata Sabr dan turunannya 103 kali digunakan di dalam Al Quran, hal ini menunjukkan betapa pentingnya sabar dalam akhlak di sisi Allah Swt.
 
Allah Swt menciptakan dunia ini sedemikian rupa sehingga kelezatan dunia selalu dibarengi dengan penderitaan dan kerja keras. Di dunia ini tidak ada keberhasilan tanpa disertai penderitaan, tidak ada kesehatan tanpa sakit, tidak ada kegembiraan tanpa kesedihan, tidak ada kesejahteraan tanpa kesulitan, tidak ada pertemuan tanpa perpisahan, tidak ada hubungan tanpa jarak pemisah, dan tidak ada ketenangan tanpa ketakutan.
 
Segala kesulitan ada untuk membentuk manusia, dan membangun ketakwaannya. Di dalam kesulitan, manusia mukmin dan penyembah Tuhan, bergerak ke arah Tuhan, dan tanpa menggerutu dan merasa tidak puas, memohon kesabaran dan kebebasan dari kesulitan. Kesabaran inilah yang akan mendatangkan pahala dan ganjaran melimpah dari sisi Tuhan. Di dalam ajaran Islam, berbagai permasalahan hidup dan kesulitan adalah sarana untuk memoles dan memurnikan diri manusia, dan kesabaran adalah sikap terpuji manusia.
 
Allah Swt di Surat Al Baqarah ayat 155-157 berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
 

Orang-orang yang hanya hidup dalam kemudahan, dan tidak pernah menderita, tidak pernah diuji oleh berbagai permasalahan, saat dijauhkan dari semua fasilitas yang dimilikinya, ia tidak akan mampu menahan beratnya kesulitan hidup, dan tidak akan mampu melaksanakan kewajiban manusia bahkan yang paling sederhana sekalipun. Hanya orang-orag sabar sajalah yang akan mampu mengatasi kegagalan. Kisah kesabaran Nabi Ayub as sangat mendidik, Al Quran menyebut kesabaran Nabi Ayub sebagai “Sabrun Jamilun” atau kesabaran yang indah.

 
Nabi Ayub as adalah keturunan Nabi Ibrahim as, dan merupakan cucu Nabi Ishaq as. Nabi Ayub sukses dalam peternakan dan memiliki sangat banyak kambing, unta dan sapi, beliau dianugerahi kekayaan yang sangat melimpah, ditambah pertanian yang luas, sawah, taman, pengawal, penggembala, dan anak-anak yang banyak. Akan tetapi semua upayanya hanya dicurahkan untuk menegakkan keadilan, hak Ilahi dan hak rakyat, dibarengi dengan rasa syukur atas nikmat Tuhan, dan urusan materi tidak pernah sekalipun menjauhkannya dari ibadah dan penyembahan kepada Tuhan.
 
Beliau selalu berada di samping anak-anak yatim, dan membantu fakir miskin. Nabi Ayub memiliki tujuh putra dan tiga putri, beliau selalu bersyukur atas limpahan nikmat Tuhan ini, beliau selalu melaksanakan kewajiban agama dan kemanusiaannya secara optimal.
 
Iblis iri hati melihat ibadah dan penghambaan Nabi Ayub, dan kepada Allah Swt ia berkata, syukur Ayub tidak bersumber dari ketulusan, tapi karena ia mendapatkan kenikmatan terbaik dari Tuhan. Untuk membuktikan ketulusan Nabi Ayub, Allah Swt pertama mengambil kekayaan dan anak-anaknya, lalu mengirim penyakit kronis yang menyerang sekujur tubuhnya. Penduduk kota memalingkan muka dari Nabi Ayub, dan untuk mencegah penularan penyakit yang diderita Nabi Ayub, mereka membawanya keluar dari kota.
 
Nabi Ayub selama tujuh tahun hidup dalam penderitaan yang luar biasa besar, akan tetapi semua kesulitan ini bukan saja tidak berhasil mengurangi rasa syukur Nabi Ayub, bahkan semakin meneguhkannya untuk bersyukur kepada Tuhan.
 
Selama didera penderitaan ini, tiga orang beriman mendatangi Nabi Ayub dan mengatakan bahwa semua ini adalah balasan atas perbuatannya dari sisi Tuhan, sehingga membuat Nabi Ayub bersedih. Kemudian tekanan psikologis mulai menerpa Nabi Ayub, sampai beliau menyeru Allah Swt, Ya Allah keburukan dan masalah mendatangiku, Engkau adalah yang paling baik di antara yang baik. Beliau tidak mengatakan, Ya Allah Engkau telah membuaku sakit, dan tidak berbelas kasih kepadaku, tapi melalui doa, beliau menyampaikan maksudnya dengan indah.
 
Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa Allah Swt berfirman kepada Nabi Ayub, injakkan kakimu ke bumi, gunakan air yang keluar dari mata air ini untuk membasuh dan untuk minum, dan kami kembalikan semua anggota keluarga kepadanya, dan menambahnya, sehingga menjadi rahmat dari sisi Kami, sebagai pengingat bagi mereka yang berpikir.
 
Di ayat lain Allah Swt berfirman, Kami mendapati Ayub orang yang sabar dan menahan diri, dia hamba yang sangat baik, sebaik-sebaiknya orang yang kembali kepada Tuhan. Ayub kembali mendapatkan kesehatannya, dan kembali muda, semua kembali seperti semula, dan semua yang hilang darinya kembali dengan bentuk yang lebih baik, dan bertambah banyak. Semua ini dikarenakan sabar dan doa saat didera kesulitan.  
 
Benar, sabar adalah tanda tekad kuat seorang manusia. Sabar mencegah manusia dari kekalahan, dan perbuatan menyimpang. Imam Ali as berkata, kedudukan sabar bagi iman, seperti kepala bagi tubuh, tidak ada kebaikan bagi tubuh tanpa kepala, begitu juga tidak ada kebaikan bagi keimanan tanpa sabar, maka bersabarlah. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa sabar adalah inti dari semua kebaikan.
 
Manusia beriman mengetahui bahwa kesulitan adalah untuk menguji dan membentuk mereka. Dalam hidup mereka sangat bertawakal kepada Tuhan, dan selalu bersabar serta berdoa, mereka punya keyakinan bahwa Allah Swt dalam kondisi apapun tidak akan pernah meninggalkan mereka sendirian.

 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam sebuah kejahatan dan tindakan ilegal, memerintahkan pembunuhan Komandan Pasukan Quds IRGC, Letnan Jenderal Qasem Soleimani dan Wakil Komandan Hashd al-Shaabi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis serta rombongan mereka di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020.

Kejahatan AS ini merupakan contoh nyata dari terorisme negara dan sebuah tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Aksi barbar ini mendapat banyak kritik dan kecaman dari seluruh dunia. Pelapor Khusus PBB, Agnes Callamard dalam sebuah laporan pada 7 Juli 2020 menyebut pembunuhan Letjen Soleimani oleh AS sebagai tindakan ilegal dan sewenang-wenang menurut hukum internasional.

“Tidak ada bukti yang diberikan bahwa Jenderal Soleimani secara khusus merencanakan serangan segera terhadap kepentingan AS, khususnya di Irak sehingga tindakan segera diperlukan dan dapat dibenarkan,” ujarnya.

Mengenai eksekusi di luar hukum, aksi tergesa-gesa atau sewenang-wenang, Callamard menegaskan kami tidak menemukan bukti apapun untuk membenarkan klaim AS. “Karena serangan Januari di Baghdad terjadi tanpa persetujuan Irak, ini juga melanggar kedaulatan Irak,” tegasnya.

Pelapor Khusus PBB ini menandaskan serangan AS di Irak melanggar Piagam PBB yang melarang ancaman atau penggunaan kekuatan. Dia menyerukan kepada semua anggota untuk menghormati kedaulatan, integritas wilayah, dan independensi politik negara-negara lain.

Dalam laporannya, Callamard menyerukan pembatasan baru seputar penggunaan pesawat tanpa awak (drone), dan mengatakan kombinasi efisiensi dan teknologi canggih menimbulkan pertanyaan moral dan hukum yang rumit yang belum dijawab oleh komunitas internasional.

Laporan Callamard mendapat tanggapan keras dari pemerintah AS. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus dalam sebuah statemen pada 8 Juli, dengan nada marah mengkritik laporan PBB yang menyebut pembunuhan Letjen Soleimani sebagai tindakan ilegal.

Syahid Qasem Soleimani (kiri) dan Syahid Abu Mahdi al-Muhandis.
Callamard dalam sebuah wawancara eksklusif dengan televisi Al Mayadeen pada 12 Juli, kembali menegaskan bahwa AS telah melanggar Piagam PBB dengan meneror Letjen Soleimani. “Tindakan AS pada Januari 2020 dalam meneror seorang pejabat tinggi sebuah negara di negara ketiga merupakan sebuah perkembangan yang berbahaya di kancah internasional,” jelasnya.

Pelapor Khusus PBB ini menyebut aksi teror itu sebagai pelanggaran terhadap semua prinsip dan mengatakan bahwa AS telah membelokkan definisi "bahaya yang sudah dekat,” dan Letjen Soleimani bahkan bukan bahaya yang sudah dekat sehingga AS perlu mengambil tindakan untuk melawannya.

Ketika ditanya tentang apa yang akan terjadi jika peristiwa yang menimpa Jenderal Soleimani terjadi di Barat? Callamard menuturkan, “Pembunuhan Jenderal Soleimani merupakan sebuah perkembangan penting di ranah hukum internasional dan hubungan internasional. Jika seorang pejabat tinggi dari salah satu negara yang dianggap demokratis dibunuh dengan cara ini, saya pikir kita bisa menganggap negara peneror telah melakukan aksi bermusuhan dan deklarasi perang.”

“Selama empat atau lima tahun terakhir, Jenderal Soleimani memainkan peran efektif dan penting dalam perang menumpas Daesh, yang dianggap oleh Dewan Keamanan PBB sebagai organisasi teroris,” tandasnya.

Berdasarkan keterangan Departemen Pertahanan AS, perintah pembunuhan Syahid Soleimani dikeluarkan oleh Trump. Dia beralasan bahwa Letjen Soleimani datang ke Irak untuk merancang serangan terhadap kepentingan AS di negara itu dan tindakan AS merupakan sebuah aksi pencegahan.

Namun para pejabat tinggi Irak menolak klaim tersebut. Perdana Menteri Irak waktu itu, Adel Abdul Mahdi dalam pertemuan dengan parlemen pada 5 Januari 2020 mengatakan, Letjen Soleimani datang ke Baghdad untuk menyampaikan jawaban Iran kepada surat yang sebelumnya dikirim oleh Arab Saudi.

Pernyataan ini telah menyingkap kebohongan AS dan kemudian sebuah fakta baru menunjukkan bahwa Washington sudah merencanakan pembunuhan Letjen Soleimani sejak tujuh bulan sebelumnya dan menunggu momen yang tepat untuk menjalankan rencana keji ini.

Agnes Callamard.
Televisi NBC AS pada 13 Januari lalu melaporkan bahwa Presiden Trump pada Juni 2019 telah mengeluarkan perintah bersyarat untuk meneror Letjen Soleimani.

Setelah drone Global Hawk AS ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Iran, Trump memberikan perintah bahwa jika serangan pasukan Iran atau kelompok afiliasinya menyebabkan tentara atau warga Amerika tewas, maka Letjen Soleimani akan menjadi target tentara AS.

Pasca kejadian itu, Trump – tanpa memberikan bukti apapun – mengklaim bahwa Letjen Soleimani dibunuh karena menjadi ancaman segera bagi pasukan AS dan merencanakan serangan terhadap empat kedutaan AS. Namun, statemen para petinggi AS dan juga laporan resmi Gedung Putih bertentangan dengan klaim yang dibuat oleh Trump.

Agnes Callamard juga menekankan dalam laporannya bahwa pemerintah AS untuk pertama kalinya menggunakan prinsip pertahanan diri demi membenarkan serangan terhadap pejabat pemerintah di negara ketiga, di mana ini merupakan tindakan ilegal.

Sebenarnya dalam pandangan para penasihat militer dan keamanan Trump, kebersamaan Letjen Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis di Baghdad – sebagai dua komandan kunci Iran dan Irak dalam perang menumpas Daesh – merupakan sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Oleh sebab itu, AS kemudian melakukan sebuah kejahatan besar dan tindakan pengecut dengan menyerang kendaraan yang membawa Letjen Soleimani dan rombongan.

Dengan melihat sikap yang diambil oleh pelapor khusus PBB, maka tidak ada lagi keraguan bahwa pemerintahan Trump adalah pelanggar utama hukum internasional dan akan mengabaikan semua hukum dan norma demi menjalankan kebijakan arogan AS.

Laporan Callamard dibahas oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 9 Juli lalu. Namun, AS telah keluar dari keanggotaan Dewan sejak dua tahun lalu untuk memprotes laporan anti-Israel yang diterbitkannya.

Di akhir pertemuan, anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengecam penggunaan drone untuk melakukan aksi teror dan juga mengecam tindakan teror yang melanggar hukum internasional. Sikap kompak Dewan dapat dianggap sebagai kegagalan lain bagi pemerintahan Trump dalam membujuk komunitas internasional untuk mendukung aksi-aksi ilegal mereka.

Callamard dalam laporannya kepada Dewan HAM PBB, mengatakan penyebaran drone di berbagai belahan dunia adalah masalah yang sangat berbahaya bagi keamanan internasional. Ada pelanggaran dalam hubungannya dengan operasi yang melibatkan drone.

AS telah meningkatkan operasi penggunaan drone sejak era pemerintahan Barack Obama. Washington kemudian meluncurkan serangan drone di seluruh dunia. Serangan dengan dalih perang kontraterorisme ini telah menewaskan puluhan warga sipil, dan Washington berusaha menjustifikasi aksi ini dengan mengatakan bahwa itu adalah risiko dari sebuah serangan.


Dalam pertemuan tersebut, Perwakilan Uni Eropa untuk Dewan HAM PBB, mengatakan penggunaan drone dalam operasi pembunuhan, tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat diterima. Perwakilan Kuba memandang pembunuhan Letjen Soleimani sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB. Bahkan sekutu AS di Eropa, tidak setuju dengan tindakan pemerintahan Trump. “Pembunuhan di luar kerangka hukum akan menimbulkan bahaya besar di tingkat internasional," kata duta besar Belanda untuk Dewan HAM PBB.

Setelah pertemuan itu, Washington kembali mengulangi tudingan tak berdasar terhadap Letjen Soleimani dan mengkritik laporan yang disusun oleh pelapor khusus PBB. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, “Kami menolak laporan palsu dari pelapor khusus PBB tentang pembunuhan terarah melalui drone bersenjata terhadap Jenderal Iran Qasem Soleimani. AS selalu bersikap transparan mengenai prinsip-prinsip hukum internasional dalam serangan dan akan selalu bertindak untuk melindungi Amerika Serikat.”

Namun, Pompeo dan para pejabat AS lainnya tidak pernah menyinggung hukum dan aturan internasional yang membenarkan mereka melakukan tindakan pengecut tersebut.

Pada dasarnya, ketika seorang pejabat senior PBB secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan Trump meneror Jenderal Soleimani sebagai ilegal, dapatkah Washington mengklaim tindakannya legal? AS rupanya memandang dirinya sebagai jaksa, hakim, dan petugas pelaksana hukuman.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa AS – dengan mengandalkan kekuatan militer dan ekonominya –  melegalkan tindakan apapun demi kepentingannya dan mengabaikan aturan dan norma-norma hukum internasional serta Piagam PBB. 

Jumat, 17 Juli 2020 13:57

Masjid Hagia Sophia

 

Jumat 24 Juli 2020 setelah 86 tahun, suara azan kembali berkumandang dari pengeras suara di Masjid Hagia Sophia. Tak diragukan lagi, hati-hati yang rindu di sekitar masjid ini bergetar dan gembira ketika mendengar suara muadzin yang memberi berita bahwa tempat bersejarah ini kembali ke asalnya.

Setelah beberapa dekade, tempat ini kembali menjadi lokasi ibadah dan munajat para monoteisme. Poin penting yang patut diperhatikan di perubahan ini adalah sambutan luas warga Muslim dan penyelenggaraan ritual ibadah shalat Jumat di Masjid Hagia Sophia. Setelah pengumuman berita ini, berbagai masyarakat Turki di sekitar masjid ini bergembira dan saling mengucapkan selamat di jejaring sosial.

Masjid Hagia Sophia adalah mahakarya arsitektur dan tentu saja penting dalam periode Bizantium dan Ottoman. Hagia Sophia dibangun pada masa Kekaisaran Bizantium atas perintah istri Kaisar Justinian I, Theodora. 10.000 pekerja membangun dan menyelesaikannya selama 5 tahun di bawah pengawasan 100 profesor dan arsitek. Sebagai sebuah gereja, ini adalah salah satu situs bersejarah dan keagamaan paling indah di Istanbul.

Hagia Sophia
Hagia Sophia berarti kebijaksanaan suci. Ketika Konstantinopel ditaklukkan oleh pasukan Ottoman, gereja diubah menjadi masjid atas perintah raja Ottoman, dan menara ditambahkan ke masjid pada saat ini. Tempat ini telah direnovasi dan dibangun kembali berkali-kali selama bertahun-tahun. Salah satu perubahan ini dapat dilihat pada masa Kemal Ataturk. Atas usulan Ataturk, Masjid Hagia Sophia dijadikan museum di tahun 1934.

Karpet masjid dikumpulkan dan tablet bundar yang beruliskan Allah Swt, Nabi Muhammad (SAW), Khulafaur Rasyidin, Imam Hassan (AS) dan Imam Hussein (AS) diturunkan sehingga keadaan spiritual tempat ini akan menjadi suasana museum. Namun, ketika mereka mencoba untuk menghapus tablet untuk digunakan di masjid-masjid lain, mereka tidak dapat menghapusnya dari pintu Hagia Sophia karena ukurannya yang berlebihan. Mereka harus ditumpuk di atas segalanya dan disimpan di sudut. Beberapa waktu kemudian, pada tahun 1949, tablet-tablet ini sekali lagi menghiasi dinding Hagia Sophia.

Nasib Hagia Sophia terkait dengan sejarah politik Turki. Pandangan singkat tentang sejarah Turki mengungkapkan dua pandangan berbeda tentang agama di negara ini. Di era Ottoman, para kaisar berusaha untuk memerintah rakyat atas nama agama dengan menyebut diri mereka sebagai khalifah. Selama periode inilah Hagia Sophia menjadi masjid.

Dengan runtuhnya Kekaisaran Ottoman dan pembentukan Republik Turki pada tahun 1923, Mustafa Kemal Ataturk, pemimpin kemerdekaan Turki, berkuasa. Dia adalah pendukung sekularisme dan nasionalisme dan memulai perjuangan besar melawan agama dan orang-orang beragama. Atas perintahnya, pada tahun 1934, Hagia Sophia menjadi museum. Dan hari ini, beberapa dekade kemudian, kita menyaksikan transformasi Hagia Sophia menjadi masjid lagi.

Dapat dikatakan bahwa ini adalah semacam kegagalan sekularisme dan pendekatan ulang manusia terhadap spiritualitas dan agama. Dalam beberapa abad terakhir, pengabaian ilmu pengetahuan modern tentang aktivitas Tuhan dalam keberadaan dan objektifikasi dari semua hubungan keberadaan telah mendominasi pemikiran materialis. Tetapi sekarang tampaknya umat manusia sedang mencari yang hilang dalam menaati kembali kerohanian, dan para pengikut agama yang berbeda, apakah itu monoteis atau agama lain, semuanya mencari penyelamat.

Sekarang, terlepas dari institusi sekuler yang menekankan wacana Ataturk di Republik Turki, wacana ini tampaknya telah kehilangan tempatnya semula dalam masyarakat dan hanya slogan-slogannya yang tersisa di masyarakat Turki. Hari ini, kita menghadapi minat manusia yang luas dalam menghubungkan ke asal usul alam semesta, sebagai faktor yang paling meyakinkan dan membebaskan. Sebagai buntut dari krisis saat ini di dunia, manusia menjadi semakin sadar akan inefisiensi dan kelemahan pemikiran materialistis dan kembali ke panggilan sifat mereka.

Dari perspektif ini, kita menyaksikan fondasi pemikiran humanis yang goyah dan menurun di dunia sekuler. Manusia sadar betul bahwa pemikiran materialis tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia yang sesungguhnya dan lebih merupakan sarana untuk memperbudak manusia pada kerangka kerja pemikiran ateistik yang busuk daripada sebagai sarana pembebasan manusia.


Saat ini, masyarakat dan bangsa telah mencapai kesadaran, penemuan diri, kepercayaan diri dan pandangan jauh ke depan, dan bertekad untuk mengembalikan agama ke dunia manusia dan kehidupan sosial, bukan dalam bahasa dan penampilan, dan mengikuti sekolah di mana rasionalitas adalah spiritualitas. Kekuatan dengan moralitas, pengetahuan dan ilmu yang berharga dengan aksi kolektif. Tidak diragukan lagi, dalam hal ini, agama Islam memiliki kapasitas tinggi untuk membimbing para pengikut dan para pencari kebenaran. Dasar agama ini adalah rasionalitas.

Jelas, sebuah agama yang membahas kecerdasan dan kebijaksanaan manusia, yakin akan legitimasi dan kebenarannya, dan semakin banyak sains yang tumbuh, semakin banyak ajarannya yang bersinar. Itulah sebabnya kita menyaksikan penyebaran Islam dan suara monoteisme di dunia. Mungkin dapat dikatakan bahwa anti-Islamisme dan Islamophobia yang sekarang dipimpin oleh kekuatan arogan adalah karena perhatian manusia dan pendekatan terhadap Islam.

Berita kontemplatif tentang pertumbuhan dan penyebaran Islam diterbitkan setiap hari. Baru-baru ini, berita tentang seorang politisi Belanda yang merupakan lawan setia dan propagandis ekstremis melawan Islam sadar dan bertobat serta kemudian memeluk agama Islam menarik perhatian media. Pada 4 Februari 2019, Joram van Klaveren, mantan anggota Partai Kebebasan sayap kanan di Belanda, mengumumkan bahwa ia lebih akrab dengan aspek-aspek positif agama ini ketika menulis buku anti-Islam. Dia begitu terpesona hingga akhirnya memeluk Islam dan mengubah topik bukunya.

Dalam beberapa bulan bahwa virus COVID-19 telah menantang semua temuan ilmiah dan teknologi dari manusia beradab dan menjerumuskan dunia ke dalam penyakit mematikan, ia telah mencari bantuan untuk menghilangkannya dari keyakinan pada Tuhan dan ajaran Islam. Dalam berita lain, kita membaca: Seorang pastor Jerman meminta imam sebuah masjid di salah satu kota di negara ini untuk mengumandangkan azan di gereja untuk membawa hati lebih dekat kepada Tuhan karena penyebaran virus Corona.

Sekaitan dengan ini sekitar 100 masjid di Jerman dan Belanda menyiarkan suara azan untuk meningkatkan semangan masyarakat dalam melawan wabah Corona.

Mengingat ajaran dan tuntunan berharga Islam untuk membantu orang lain, di papan iklan sanitasi Belanda juga ditulis ayat ke 32 Surah al-Maidah yang artinya “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”


Islam menyajikan gambaran yang jelas dan masuk akal tentang Tuhan, sehingga banyak orang yang menjadi Muslim menganggap penjelasan untuk masuk Islam sebagai penjelasan Islam dari tauhid. Sebuah situs berita yang berafiliasi dengan Gereja Kristen di Amerika Serikat mengaitkan konversi banyak orang Barat ke Islam sebagai hukum Islam yang rasional dan menarik: “Doktrin Islam itu sederhana dan logis; Semua orang percaya sama. (Islam) adalah agama yang praktis dan tidak menganggap posisi pastor lebih unggul... Faktor lain adalah bimbingan dan bukti keteraturan di dalamnya.

Semakin manusia berpikir dan berakal, maka kita akan menyaksikan bertambahnya keyakinan akan kekuasaan Tuhan dalam mengatur segala urusan di dunia. Hal telah memberi warna baru ke dunia. Dapat dikatakan bahwa kebangkitan spiritualisme dan religiusitas akan mengubah wajah dunia dan akan menghadapi modernisme yang ada dengan tantangan epistemologis dan ontologis yang mendalam.

 

Instruksi langsung Presiden AS, Donald Trump dalam aksi teror terhadap Syahid Soleimani, Komandan Pasukan Quds Korp Garda Revolusi Islam Iran dan Abu Mahdi Al Muhandes, Wakil Ketua Al-Hashd Al-Shaabi Irak bersama sejumlah orang lainnya di bandara Baghdad yang terjadi 3 Januari 2020, sejak awal telah menyulut protes dan kecaman di seluruh dunia yang terus berlanjut hingga kini.

Pelapor Khusus PBB mengenai kasus pembunuhan Letjen Syahid Soleimani, Agnes Callamard dalam laporan yang disampaikan 6 Juli lalu, menyebut aksi militer AS tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional. Ia menilai tindakan militer AS terhadap Syahid Soleimani di luar proses hukum, tergesa-gesa atau sewenang-wenang. Menurutnya, Amerika Serikat telah gagal memberikan bukti yang cukup untuk mendukung klaimnya bahwa Soleimani merupakan ancaman yang akan terjadi.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan televisi Al-Mayadeen pada 12 Juli, Agnes Callamard menegaskan bahwa Amerika Serikat telah melanggar Piagam PBB dengan membunuh Letjen Soleimani. Pejabat PBB ini memandang tindakan Amerika Serikat membunuh seorang pejabat tinggi di negara ketiga pada Januari 2020 sebagai aksi berbahaya di arena internasional.

Callamard menyebut pembunuhan itu sebagai "pelanggaran terhadap semua prinsip", dan mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mengubah definisi "bahaya yang akan terjadi" , padahal faktanya Letjen Soleimani bukan bahaya yang akan segera terjadi bagi Amerika Serikat.

Pejabat PBB ini mengatakan, "Pembunuhan Jenderal Soleimani merupakan masalah penting dalam dua tingkat hukum. Ini adalah masalah hukum internasional dan hubungan internasional. Jika seorang pejabat berpangkat tinggi di salah satu negara demokratis dibunuh dengan cara ini, saya pikir ini akan menjadi tindakan konfrontatif yang mengarah deklarasi perang, dan kemungkinan demikian sangat tinggi,".

Callamard menekankan, "selama empat atau lima tahun terakhir, Jenderal Soleimani memainkan peran yang efektif dan penting dalam perang melawan ISIS yang disebut Dewan Keamanan PBB sebagai kelompok teroris." 

Laporan Callamard disambut dengan reaksi keras dari Amerika Serikat. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus dengan nada marah mengkritik laporan PBB dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.

Pentagon mengakui aksi pembunuhan Jenderal Soleimani dan rombongannya diperintahkan langsung oleh Donald Trump. Dalih Trump untuk menjustifikasi tindakan kriminalnya dengan menyebut Jenderal Soleimani memasuki Irak guna merencanakan serangan terhadap Amerika dan pangkalannya, sehingga  serangan udara AS adalah tindakan pencegahan.

Namun, pejabat tinggi Irak membantah tuduhan tersebut. Perdana Menteri Irak waktu itu, Adel Abdul-Mahdi mengumumkan dalam sidang parlemen 5 Januari bahwa Jenderal Soleimani  tiba di Baghdad untuk menyampaikan pesan Iran dan menanggapi surat Saudi, yang sebelumnya sudah disampaikan ke Tehran dari Baghdad. Dengan demikian, klaim Washington jelas dibuat-buat, dan kemudian terungkap bahwa pemerintahan Trump telah berencana untuk membunuh Jenderal Soleimani selama sekitar satu setengah tahun sebelumnya.

Faktanya, banyak bukti dan pernyataan pejabat senior AS yang menunjukkan bahwa Washington telah membuat keputusan ini selama berbulan-bulan dan hanya mencari waktu yang tepat untuk melaksanakan rencana jahat ini. Pada 13 Juni 2020, NBC melaporkan bahwa Trump telah mengeluarkan perintah pembunuhan Syahid Soleimani pada Juni 2019, tujuh bulan sebelumnya. Keputusan ini keluar tidak lama setelah jatuhnya pesawat Global Hawk AS oleh pertahanan udara Iran.

Pada pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berlangsung Kamis (9/7/2020) para anggota dewan ini mengumumkan posisi mereka mengecam serangan drone yang dilancarkan militer AS terhadap Syahid Soleimani dan menilai aksi teror itu berada luar aturan internasional. Pertemuan ini kembali menunjukkan kegagalan lain bagi pemerintahan Trump yang semakin terkucil di arena global.

Tanggapan para anggota Dewan HAM PBB muncul setelah investigator khusus PBB, Agnes Callamard menyampaikan laporannya mengenai aksi terorisme yang dilakukan AS terhadap Iran di negara lain. Pada pertemuan itu, Callamard membacakan laporan tentang pembunuhan Syahid Soleimani dan rekan-rekannya yang diterbitkan dua hari sebelumnya. "Beberapa negara dan kekuatan non-negara menggunakan pesawat tanpa awak di seluruh dunia, sementara tidak ada kriteria yang mengatur penggunaannya," kata laporan itu.

Mengenai pembunuhan Syahid Soleimani, Callamard mengungkapkan, "Seorang pejabat tinggi pemerintah Iran menjadi sasaran, padahal ia pejabat suatu negara yang berdaulat. Operasi pembunuhan Soleimani belum pernah terjadi sebelumnya dalam konteks konflik bersenjata,". Menurutnya, pembunuhan Letjen Syahid Soleimani pertama kali dilakukan sebuah negara yang menggunakan prinsip pertahanan diri untuk membenarkan serangan terhadap pejabat pemerintah lain di wilayah negara ketiga, yang termasuk kategori tindakan ilegal.

Masalah yang disoroti para anggota Dewan HAM PBB dari laporan Callamard mengenai urgensi pengendalian operasi drone demi menghindari pembunuhan yang melanggar standar internasional. Callamard menyebut pengerahan drone di seluruh dunia menjadi masalah yang sangat berbahaya bagi keamanan internasional, dan acapkali kesalahan dalam operasi yang dilakukan dengan drone militer. Pernyataannya ini juga menunjuk ke arah jejak kelam penggunaan drone dalam operasi militer AS sejak kepresidenan Barack Obama yang dilakukan di sejumlah negara dunia.

Berbagai serangan yang dilakukan dengan dalih memerangi terorisme sejauh ini telah membunuh banyak warga sipil, dan Washington terus berusaha membenarkan aksi mereka dengan mengklaim bahwa masalah itu sebagai efek samping belaka. Perwakilan Uni Eropa di Dewan HAM PBB mengkritik masalah ini dengan mengatakan bahwa penggunaan drone dalam operasi pembunuhan tidak dapat dibenarkan dan tidak bisa diterima.

Masalah sentral dari pembunuhan Letjen Soleimani dilakukan pemerintahan Trump tanpa sepengetahuan atau izin pemerintah Irak dengan melancarkan serangan drone, padahal ia merupakan tamu dari pemerintah Irak dan membawa pesan dari negaranya untuk Perdana Menteri saat itu Adel Abdul-Mahdi. Serangan ini jelas merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Irak dan termasuk tindakan ilegal.

Poin penting lainnya mengenai banyaknya anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang menyebut langkah AS itu ilegal, mengindikasikan bahwa Washington telah gagal meyakinkan masyarakat internasional untuk membenarkan tindakan kriminalnya.

"Pembunuhan  Jenderal Soleimani oleh Amerika Serikat adalah pelanggaran terhadap Piagam PBB," kata utusan Kuba. Bahkan pihak Eropa yang menjadi mitra Washington menolak untuk membenarkan langkah pemerintahan Trump. Perwakilan Belanda di PBB mengatakan, "Operasi pembunuhan ini berada di luar kerangka hukum yang menimbulkan risiko besar di tingkat internasional,".

Laporan investigator Khusus PBB dan para anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB tentang ilegalnya aksi militer AS dalam pembunuhan Syahid Soleimani dan rombongannya dengan jelas menunjukkan bahwa pemerintahan Trump adalah pelanggar utama hukum dan aturan internasional, dan kini negara ini semakin terkucil di arena global melebihi sebelumnya.

Setelah pertemuan Dewan HAM PBB, Washington menegaskan kembali tuduhannya terhadap Letjen Syahid Soleimani dan mengkritik laporan Callamard tentang pembunuhan yang dilakukannya. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam cuitan di Twitternya menulis, "Kami menolak laporan palsu Pelapor Khusus PBB tentang kasus pembunuhan Jenderal Iran, Qassem Soleimani dengan UAV. Amerika Serikat senantiasa transparan dalam masalah prinsip-prinsip hukum internasional, dan akan selalu bertindak untuk melindungi Amerika Serikat."

Statemen pejabat tinggi kebijakan luar negeri AS ini menunjukkan dengan jelas ketidakmampuan AS menjawab pertanyaan dasar yang diangkat dalam laporan Callamard, yaitu legalitas pembunuhan Letjen Soleimani. Pompeo tidak merujuk pada hukum dan peraturan internasional yang menjadi dasar bagi Amerika Serikat melancarkan aksi pengecut itu.

Bahkan, ketika seorang pejabat senior PBB secara eksplisit menyatakan bahwa langkah Trump memerintahkan pembunuhan Syahid Soleimani dengan serangan pesawat tak berawak kepadanya sebagai aksi ilegal, Washington tidak bisa menunjukkan tindakannya legal. Satu-satunya alasan, Washington selalu memandang dirinya sebagai jaksa, hakim dan perangkat hukum lainnya yang mengatur dunia. Pendekatan ini menunjukkan bahwa Washington hanya mengandalkan kekuatan militer dan ekonominya, sehingga bisa mengambil tindakan apapun demi kepentingannya sendiri dan tidak memperhatikan hukum dan norma internasional serta Piagam PBB.(

 

Hamas, gerakan Mukawamah Palestina mengecam aksi surat kabar Saudi, Al Arabiya dan menyindir gerak sebarisnya dengan politik anti-Palestina rezim Zionis.

Beberapa hari terakhir surat kabar Saudi bernama Al Arabiya menyerang Hamas dan cabang militernya, Qassam.

Al Arabiya mengklaim bahwa Hamas menangkap beberapa pasukan militer Qassam karena terbukti kerjasama dengan Israel. Al Arabiya mengaku laporan itu bersumber dari petinggi Gaza. Tetapi berita itu ditolak mentah-mentah dan mereka menyebut Al Arabiya dengan penebar fitnah.

“Propaganda yang ditebar Al Arabiya berdasarkan pada fitnah dan berita palsu yang ditulis oleh agen keamanan rezim Zionis,” jelas Hamas.

Mengutip pernyataan petinggi Hamas, surat kabar Safa News melaporkan (14/7/2020), tujuan dari propaganda Al Arabiya adalah memukul Mukawamah Palestina dan menghancurkan kepercayaan mereka untuk membebaskan Palestina Pendudukan.

“Aksi Al Arabiya dan media-media anti Mukawamah secara umum sebaris dengan politik rezim Zionis dan upaya tiada henti mereka untuk mendzalimi warga Palestina,” tegas Hamas.

“Dengan segala kekuatan, warga Palestina menantang Israel dan para anteknya. Mukawamah tegap berdiri hingga pembebasan al-Quds.”

 

Konvoi pasokan pasukan AS di provinsi Salahudin Irak di daerah Makishifa menjadi sasaran bom pinggir jalan.

Kelompok yang baru dibentuk “Ashab al-Kahf” telah mengambil alih tanggung jawab terhadap peristiwa ini.

Setelah konvoi menjadi sasaran, helikopter-helikopter Amerika terbang untuk memeriksa kembali daerah itu.

Sabtu malam lalu pun, konvoi militer AS diserang di kota Al-Diwaniyah, setelah itu sejumlah kendaraan lapis baja dan pengangkut personel terbakar.

 

Koalisi Fatah mengatakan kunjungan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kazimi ke Arab Saudi tidak akan melampaui protokol.

Anggota koalisi Al-Fatah Mohammed Karim, anggota Irak dari koalisi Fatah, mengatakan kepada Shafaq News bahwa kunjungan al-Kazimi ke Arab Saudi Senin depan “tidak akan membawa hal baru.”

“Irak harus memiliki hubungan baik dengan semua negara dan berhubungan dengan semua orang, bahkan mereka yang menentang Irak,” tegas Karim.

“Tujuannya adalah untuk mengirim pesan meyakinkan niat baik dari Baghdad. Kebijakan luar negeri yang seimbang harus dipertahankan sehingga Irak bukan pihak yang terlibat konflik regional dan internasional,” katanya.

“Kelompok-kelompok politik di parlemen memantau setiap perjanjian antara Baghdad dan Riyadh, dan parlemen menentang perjanjian apa pun yang tidak menguntungkan Irak dan rakyat Irak,” katanya.

“Tanpa persetujuan parlemen, tidak akan ada kesepakatan baru antara kedua negara, Setelah perjalanan, kami akan mengumumkan pendapat dan posisi kami,” Kata Karim.

Al-Kazimi dijadwalkan akan mengunjungi Riyadh untuk pertama kalinya sejak menjadi perdana menteri. Tentu saja, ia berniat melakukan perjalanan ke Tehran sebelum Riyadh.

 

Rusia dan Suriah menekankan bahwa orang-orang di kamp pengungsi Al-Rakban di Suriah tenggara dipaksa untuk bergabung dengan kelompok-kelompok teroris yang dikontrol AS.

Sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan hari ini oleh Markas Besar Rusia-Suriah untuk Koordinasi Kembalinya Pengungsi Suriah menyatakan: “Para pria kamp Al-Rakban dipaksa untuk bergabung dengan kelompok-kelompok bersenjata yang dikontrol AS untuk mencari nafkah dan menyediakan makanan bagi keluarga mereka.”

Menurut pernyataan bersama Rusia-Suriah, orang-orang bersenjata dari kelompok teroris yang dikenal sebagai “Maghawir al-Tsawra” yang kembali ke pangkuan pemerintah Suriah telah bersaksi tentang kasus tersebut.

Rusia dan Suriah mengatakan bahwa “Militan yang dikendalikan AS sengaja menciptakan kondisi bagi mereka yang tidak ingin bergabung dengan kelompok teroris tidak akan mendapatkan  makanan dan bantuan medis.”

Rusia dan Suriah telah meminta Amerika Serikat untuk menghentikan tindakannya yang menggoyahkan Suriah, untuk mematuhi hukum internasional dan prinsip-prinsip PBB, dan untuk menyerahkan semua wilayah Suriah yang diduduki kepada pemerintah Suriah.

“Pendudukan AS dan sekutunya di bagian Suriah telah meningkatkan penderitaan bagi warga sipil dan menjadi penghalang bagi mereka untuk kembali ke kehidupan yang damai di negara itu,” kata pernyataan itu.

Kamp al-Rakban di daerah al-Tanf di barat daya Suriah dikendalikan oleh unsur-unsur teroris yang berafiliasi dengan pasukan AS yang hadir di pangkalan al-Tanf, dan Rusia telah berulang kali memperingatkan Washington tentang situasi bencana di al-Rakban, serta mendesak Washington untuk memfasilitasi evakuasi para pengungsi. .

Di antara tindakan AS selama sepuluh tahun terakhir yang telah mulai melakukan intervensi langsung di Suriah, selain mempersenjatai dan memperlengkapi teroris, adalah mencegah pengungsi Suriah kembali ke rumah mereka dari kamp dan negara-negara tetangga di Suriah.