کمالوندی
Mengenal Perempuan dalam Al-Quran (2)
Al-Quran dan semua agama ilahi menyebut kehadiran manusia di muka bumi dalam bentuk perempuan dan laiki-laki. Artinya, kehidupan manusia di atas bumi dimulai dengan kehadiran perempuan dan laki-laki dengan nama Adam dan Hawa dan keduanya sepanjang hidupnya sangat akrab dan senantiasa bersama.
Hawa sebagai ibu dari manusia dan sebagai perempuan pertama yang diciptakan memiliki derajat yang tinggi, sehingga diajak bicara Allah sederajat dengan nabi di masanya dan memiliki hak ibu bagi semua manusia. Dengan alasan ini, beliau disebut Hawa yang berarti ibu manusia. Allah Swt menciptakanHawa sebagai perempuan pertama yang suci dan menjaga kesuciannya. Berbeda dengan perubahan yang dimuat oleh dua kitab samawi (Taurat dan Injil) yang memperkenalkan kisah bahwa Hawa dimasuki setan atau faktor yang menipu Nabi Adam as. Al-Quran meletakkan Hawa dalam posisi yang tinggi. Sebagaimana disebutkan dalam ayat 189 surat al-Araf Allah Swt berfirman, "Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya."
Menurut al-Quran, Hawa memiliki derajat yang tinggi, sehingga Allah berbicara kepadanya. Perlu diketahui bahwa al-Quran tidak pernah mengajak berbicara seorang nabi bersama istrinya, selalu yang diajak bicara adalah nabi dan kaumnya. Mungkin rahasia dari penyebutan khusus terkait Hawa adalah perhatian pada markas pasangan yang menyebabkan bertahannya kehidupan manusia. Harus diperhatikan bahwa Allah Swt memiliki perhatian khusus kepada Hawa. Karena begitu penciptaan Adam sempurna, Hawa diciptakan demi ketenangannya. Kisah penciptaan Adam dan Hawa dalam al-Quran sebagai ayah dan ibu kita manusia sangat menarik perhatian.
Ketika Allah Swt menciptakan Adam dan meniupkan ruh-Nya kepada dalam bentuk Adam, ada daya tarik ke sumber penciptaan dalam dirinya dan Allah mengajarkan seluruh ilmu. Allah meminta dari para malaikat untuk bersujud kepadanya. Semua melakukannya kecuali Iblis. Iblis tidak melakukannya karena melihat dirinya lebih baik dan tidak menerima perintah ilahi. Oleh karenanya Allah menghukumnya dan mencegahnya dari nikmat serta mengusirnya.
Setelah diciptakan, Adam dan Hawa memasuki surga dan Allah mewahyukan kepada Adam bahwa Aku akan memberikanmu nikmat dan harus mengingatnya. Karena Aku menciptakanmu dengan fitrah yang suci dan sesuai kehendak-Ku engkau Aku ciptakan sebagai makhluk terbaik dan layak. Aku meniupkan ruh-Ku kepadamu dan memerintahkan malaikat agar bersujud kepadamu serta memberikan ilmu kepadamu.
Wahai Adam, Aku mencegah Iblis dari rahmat-Ku karenamu dan Aku melaknatnya karena menolak perintah-Ku. Rumah abadi adalah surga dan Aku menjadikan rumah abadi ini sebagai tempatmu. "Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya." (QS. Thaha 20:118-119) Bila menaati perintah-Ku, engkau akan tinggal di surga ini selama-lamanya, tapi bila melanggar perintah-Ku, engkau akan dikeluarkan dari tempat ini dan mendapat azab. Ingatlah ini! Iblis adalah musuhmu dan istrimu. Waspadai tipu dayanya agar tidak dikeluarkan dari surga.
Allah yang Maha Esa mengizinkan Adam dan Hawa memanfaatkan segala nikmat-Nya dengan penuh ketenangan dan membebaskan mereka untuk memetik segala buah yang diinginkan. Satu-satunya permintaan kepada mereka dari segala nikmat yang ada adalah agar menjauhi satu buah dari sebuah pohon. Allah menyebut pohon terlarang dan menentukannya agar jangan sampai ada kerancuan dan dengan demikian, segala pertanyaan di benak Adam dan Hawa mengenai masalah ini sudah terjawab. Allah kembali memperingatkan mereka agar tidak mendekati pohon tersebut dan berfirman, "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim."
Adam dan Hawa memasuki sebuah kebun yang luas dan indah. Apa saja yang merekainginkan dapat memanfaatkannya. Mereka berputar-putar di kebun tersebut dan beristirahat di bawah pohon yang rindang. Mereka memakan buah-buahan yang ada di kebun dan minum dari air yang ada di sana. Karena air kebahagiaan mengalir di sana, mereka benar-benar merasa bahagia. Tapi setan sebagai musuh bebuyutan dan telah terusir dari surga mulai mendekati mereka dan mulai mempengaruhi Adam dan Hawa, sehingga mereka tergelincir yang berakibat mereka dikeluarkan dari kebun yang indah itu.
Allah Swt berkata kepada mereka, "... Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (QS. al-Araf 7: 22) Mendengar itu, Adam dan Hawa langsung memahami kesalahan mereka dan berusaha agar kesalahan mereka dapat dimaafkan dan berkata, "Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al-Araf 7: 23) "Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (QS. Thaha 20: 123)
Apa yang dijadikan pelajaran dari kehidupan Adam dan Hawa adalah kebersamaan keduanya baik dalam kegembiraan, kesulitan selau bersama. Semua peristiwa yang terjadi bagi keduanya. Ini contoh cara pandang yang adil dan benar terkait laki-laki dan perempuan dalam al-Quran. Al-Quran dalam pelbagai ayat menyebut perempuan dan laki-laki sama dalam meraih keutamaan dan bergerak menuju kesempurnaan. Di sebagian ayat disebutkan, "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya ..."
Laki-laki dan perempuan dalam pandangan al-Quran memiliki akal, perasaan dan pemahaman. Dengan beribadah mereka dapat mencapai kesempurnaan ilahi. Berbeda dengan kebanyakan aliran filsafat dan sebagian agama yang menyebut sifat perempuan berbeda dengan sifat pria, al-Quran menyebut substansi laki-laki dan pria adalah satu. Di ayat pertama surat al-Nisa, Allah berfirman, "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak ..."
Hawa adalah sumber ketenangan bagi Adam. Sesuai dengan sebagian riwayat, ketika Allah meletakkan Adam di surga, di sana Adam belum memiliki teman bicara, sehingga ia begitu sedih dan galau. Kemudian Allah menciptakan isteri untuknya agar bisa tenang di sisinya. Dalam buku Zan dar Ayene-ye Jalal va Jamal karya Ayatullah Javadi Amoli disebutkan:
"Imam Shadiq as berkata kepada Zurarah, 'Setelah Allah menciptakan Adam, Hawa kemudian juga ciciptakan... setelah mengetahui penciptaan Hawa, Adam bertanya kepada Allah, 'Siapa ini yang kedekatan dan melihatnya membuatku mereka akrab?' Allah berfirman, 'Ini Hawa. Apakah engkau ingin ia tetap bersamamu, menjadi sumber ketenangan, berbicara kepadamu dan mengikutimu?' Adam menjawab, "Iya! Ya Ilahi! Selama aku hidup aku wajib mensyukuri-Mu.' Allah Swt kemudian berfirman, 'Minta kepada-Ku agar ia menjadi isterimu karena ia layak menjadi isterimu demi menjamin kebutuhan biologismu.' Allah kemudian menganugerahkan keinginan biologis kepadanya... Setelah itu Adam berkata, 'Saya mengusulkan untuk bisa menikahinya. Bagaimana dengan keridaan-Mu?' Allah berfirman, "Keridaan-Ku ada pada engkau harus mengajarinya ajaran agama-Ku...' Sumber kecenderungan laki-laki kepada perempuan dan begitu juga sebaliknya serta keakraban keduanya adalah kasih sayang dan rahmat yang diberikan Allah kepada keduanya..."
Pada hakikatnya, poin penting yang patut direnungkan dari kisah penciptaan Adam dan Hasa adalah faktor pembentuk keluarga. Kedekatan dan pandangan Adam kepada Hawa sumber kedekatan dan keakrabannya dan Allah Swt menjadi prinsip ini sebagai landasan terciptanya hubungan di antara keduanya. Keakraban manusiawi ini telah ada sebelum munculnya keinginan biologis. Itulah mengapa pernikahan dan pembentukan "keluarga" memiliki kesucian dan pusat keakraban dan kedekatan.
Patut disayangkan bahwa substansi dan kepribadian perempuan yang ditampilkan Barat hanya dimensi lahiriah dan materinya yang diakui. Sementara Islam mengakui perempuan dengan semua identitas manusiawinya dan meletakkannya di tengah keluarga yang hangat dan penuh keceriaan. Itulah mengapa Islam melihat keluarga sebagai dasar kesadaran dan ketenangan laki-laki dan perempuan. Allah Swt dalam surat al-Rum ayat 21 berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
Deputi Menlu Cina Kecam Intervensi AS di Urusan Hong Kong
Deputi menteri luar negeri Cina mengecam intervensi Amerika Serikat di urusan internal Hong Kong dengan tujuan mengubah pemerintahan di kawasan tersebut.
IRNA mengutip Koran South China dari Hong Kong, menulis, Maa Jao Shi Kamis (12/12) di pidatonya mengatakan, AS dengan dalih melindungi HAM mengintervensi urusan internal Hong Kong dan Cina serta berencana mengobarkan revolusi berwarna.
Deputi menlu Cina menyebut AS sebagai sumber kekacauan yang berusaha menjamin kepentingan pribadinya dengan alasan HAM serta merusak Cina.
Presiden AS Donald Trump baru-baru ini dalam langkah intervesifnya di urusan internal Cina menandatangani dua keputusan DPR negara dalam mendukung para demonstran Hong Kong.
Instabilitas di Hong Kong lebih dari lima bulan lalu dan dipicu protes atas draf ekstradisi kriminal dari kawasan ini ke Cina. Namun negara-negara seperti AS dan Inggris mengobarkan api protes di Hong Kong.
DPR Amerika baru-baru ini juga menjatuhkan sanksi kepada petinggi Cina dengan dalih melanggar HAM terhadap warga Uighur di Xinjian Cina.
DPR AS Dukung Kerusuhan terbaru di Iran
Sebagai kelanjutan pendekatan intervensif dan dukungan terhadap kerusuhan terbaru di Republik Islam Iran, kali ini DPR Amerika menyusun draf mendukung para perusuh di Iran.
Koran Washington Times Kamis (12/12) menulis, Joe Wilson, wakil Republik dari negara bagian Carolina Selatan dan penulis draf ini, terkait langkah DPR tersebut mengklaim, melalui resolusi ini, pesan Partai Republik dan Demokrat terkait dukungan terhadap nilai-nilai demoratis disampaikan kepada rakyat Iran.
Di sisi lain, Ted Deutch, wakil Demokrat dari negara bagian Florida serta penyusun lain drtaf anti Iran ini saat mendukung kerusuhan terbaru di Iran mengklaim, sikap pemerintah terhadap perusuh yang merusak fasilitas publik melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Amerika ketika mengambil sikap mendukung HAM, negara ini selama bertahun-tahun dengan sanksi kerasnya telah mencegah rakyat Iran mengakses kebutuhan mendasarnya seperti obat-obatan dan kebutuhan primer lainnya.
Implementasi reformasi harga bensin di Iran sejak 15 November lalu diwarnai dengan aksi demo warga di Tehran dan sejumalh kota lainnya, namun sejumlah perusuh terlatih menyusup di tengah warga dan merusak fasilitas publik dan pribadi, bahkan bank, UGD, ambulan dan transportasi publik.
Salami: Bangsa Iran tidak akan Mengemis kepada Musuh Atasi Krisis Ekonomi
Komandan pasukan Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengatakan, seluruh kendala ekonomi Iran akibat sanksi dan ancaman zalim musuh, serta rakyat tidak akan mengemis kepada para pemberi sanksi untuk terbebas dari kendala ini.
IRNA melaporkan, Mayjen Hossein Salami Kamis (12/12) di sebuah acara di Tehran menambahkan, musuh berusaha menciptakan beragam kesulitan bagi Iran termasuk fitnah dan kerusuhan, tapi mereka harus menyadari bangsa besar Iran dengan kewaspadaan penuh akan mematahkan skema kotor mereka.
Komandan IRGC ini menjelaskan, rakyat memiliki kesadaran penuh bahwa musuh hanya ingin bangsa ini menyerah, melihat kebelakang, kemiskinan massal, dan instabilitas di Iran.
Untuk mensukseskan ambisinya tersebut, musuh menurut Salami mengerahkan segenap upayanya.
"Represi maksimum musuh memicu resistensi, dan semakin kokohnya iman dan tekad bangsa Iran. Oleh karena itu, Amerika dan anasir regionalnya harus meninjau ulang kebijakannya," ungkap Salami.
Milley di Kongres: Harus Menahan Diri Menghadapi Iran
Kepala staf gabungan militer Amerika Serikat mengatakan, di kondisi istimewa saat ini, menahan diri dalam menghadapi Iran merupakan balasan paling tepat dan harus dipertahankan.
Military Times menulis, Mark Milley Kamis (12/12) saat hadir di DPR seraya mengisyaratkan serangan roket beberapa pekan lalu ke pangkalan militer AS di Irak mengatakan, Washington berada dalam fase sangat berbahaya di hadapan Tehran. Dan harus sangat hati-hati menyikapi Iran.
Saat menjawab pertanyaan anggota Republik, Don Bacon terkait sampai kapan AS akan menunjukkan kelemahan dihadapan Iran, Mark Milley menyatakan, bola saat ini berada di wilayah Iran dan metode balasan AS tergantung pada langkah Iran.
Pangkalan udara Balad yang menjadi pusat penempatan pasukan AS dan sekutunya Kamis (5/12) menjadi target serangan roket. Mengutip pejabat militer Irak, dua roket Katyusya meledak di dalam pangkalan ini.
Petinggi Deplu Amerika mengklaim, Iran berpotensi terlibat dalam sernagan ke pangkalan udara Balad di Irak.
Serangan ini tidak menimbulkan korban jiwa atau kerugian lainnya, dan sampai saat ini tidaka da kelompok yang mengaku bertanggung jawab.
Dua hari sebelum serangan ke pangkalan udara Balad, pangkalan udara Ain al-Asad, lokasi pasukan AS di Provinsi al-Anbar pada Selasa (3/12) menjadi terget serangan. Lima roket menyerang pangkalan ini yang menurut petinggi Irak tidak menimbulkan korban dan kerusakan.
Surat al-Zumar ayat 71-75
وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آَيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا بَلَى وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ (71) قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ (72)
Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab, “Benar (telah datang).” Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. (39: 71)
Dikatakan (kepada mereka), “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya.” Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri. (39: 72)
Sebelumnya telah disebutkan bagaimana di Hari Kiamat diselenggarakan pengadilan ilahi dengan menghadirkan para saksi dan laporan perbautan setiap manusia. Di pengadilan ini dilakukan dengan benar dan adil, sehingga nasib setiap orang jelas, apakah ia termasuk ahli surga atau neraka.
Dua ayat ini mengatakan, “Setelah keluar putusan bagi mereka yang masuk neraka, mereka diseret berkelompok menuju neraka. Karena mereka tidak mau berjalan menuju neraka dengan kakinya sendiri.” Sesuai dengan ungkapan al-Quran, para malaikat yang bertugas di neraka menyeret mereka ke depan pintu neraka dan ketika itu pintu-pintu neraka terbuka.
Para penjaga neraka menyalahkan mereka akibat pilihan yang tidak benar selama di dunia. Apakah para nabi tidak datang dan membacakan firman Allah kepada kalian? Bukankah mereka sudah memberikan peringatan berulang kali akan pertemuan hari ini? Mengapa kalian mendustakan ucapan para nabi dan melupakan peringatan mereka? Kalian beranggapan dengan mendustakan atau melupakan kiamat, kalian bebas melakukan apa saja? Mengapa kalian mengalami nasib yang demikian hari ini?
Jelas, pada saat ini ahli neraka hanya bisa mengakui kesalahannya dalam memilih jalan dan kini perintah Allah telah keluar untuk mengazab mereka. Perintah yang tidak dapat ditarik kembali.
Dialog ini berakhir menjelang penduduk neraka akan memasuki neraka Jahannam. Kepada mereka dikatakan bahwa masuklah dengan melewati pintu-pintu neraka dan kalian akan abadi di sana. Sungguh tempat yang buruk, tempat orang yang sombong.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mereka yang sombong selama di dunia dan mendustakan ucapan para nabi, maka di Hari Kiamat akan terhina. Sebagai contoh bagaimana para malaikat menyeret mereka menuju neraka.
2. Sebelum menyempurnakan hujjah, tidak seorangpun memasuki neraka. Di Hari Kiamat, pendosa akan mengakui kejahatannya dan menerima bahwa ia mendegar kebenaran, tapi ia tidak mau menerimanya.
3. Manusia akan diazab karena kekufurannya dan sumbernya adalah kesombongan dihadapan kebenaran.
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ (73) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (74)
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.” (39: 73)
Dan mereka mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki; maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.” (39: 74)
Sebaliknya dengan orang-orang kafir dan sombong yang akan abadi di neraka, orang-orang mukmin juga akan abadi di surga. Sekalipun manusia yang baik, seperti manusia lainnya, tidak hidup lama di dunia, namun dengan usia yang pendek itu menunjukkan bila mereka hidup ribuan tahun lagi, mereka tetap berserah diri dihadapan perintah Allah. Kekhususan ini telah berakar dalam dirinya dan telah menjadi sesuatu yang tidak akan berubah.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman saja tidak cukup. Untuk mencapai surga memerlukan takwa.
2. Ahli surga ketika hendak memasuki surga memuji dan mensyukuri Allah. Karena mencapai nikmat apa saja harus dibarengi syukur, apalagi nikmat besar surga yang diberikan Allah kepada mereka.
وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (75)
Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-mmlaikat berlingkar di sekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan, “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (39: 75)
Ayat ini merupakan ayat terakhir dari surat al-Zumar dan berbicara kepada Nabi Muhammad Saw. Ayat ini mengatakan, “Hari itu engkau akanmelihat para malaikat yang mengelilingi ‘Arsy untuk melaksanakan perintah Allah terkait para hamba-Nya. Pada hari itu, semua manusia diadili sesuai dengan kebenaran dan keadilan disertai pujian dan syukur kepada Allah yang diucapkan oleh para malaikat dan mereka yang masuk surga.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Malaikat penjaga surga dan neraka bertugas melaksanakan perintah Allah dan tidak melakukan pekerjaan yang lain.
2. Pujian dan tasbih ilahi selalu bersama-sama. Pujian dan syukur hanya layak Zat yang mencipta dan mengelola dunia, tidak ada kekurangan dalam pekerjaannya.
Surat al-Zumar ayat 64-70
قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ (64) وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65) بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (66)
Katakanlah, “Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” (39: 64)
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (39: 65)
Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. (39: 66)
Sebelumnya telah dijelaskan tentang Tauhid dan Syirik. Tiga ayat ini melanjutkan pembahasan ini, “Musyrikin dan penyembah berhala berusaha mencari berbagai alasan agar Nabi Muhammad Saw menerima dan menghormati sesembahan mereka bahkan juga menyembahnya. Mereka mengatakan, ‘Kami siap melaksanakan shalat kepada Tuhanmu dan sujud kepada-Nya dengan syarat engkau juga bersujud dihadapan sesembahan kami.”
Allah dalam ayat-ayat ini dengan keras berfirman, “Ucapan seperti ini dan permintaan yang tidak pada tempatnya berasal dari kebodohan mereka. Karena bagaimana bisa nabi yang diutus untuk mengajak mereka untuk menyembah Allah yang Esa dan menjauhi kesyirikan justru harus mengikuti keinginan mereka dihadapan sesembahannya.”
Kelanjutannya Allah berfirman, “Wahai Nabi! Katakan kepada mereka bahwa saya hanya menyembah Allah yang Esa dan tidak akan mengagungkan sesembahan kalian. Karena Tauhid dan Syirik bukan masalah yang dapat dinegosiasikan. Barangsiapa yang condong pada kesyirikan, maka perbuatan baiknya menjadi batal. Karena bila orang tersebut adalah Nabi Allah, maka sudah pasti siksaannya akan lebih sulit dan berat. Karena menyebabkan orang lain tersesat.”
Tidak diragukan lagi bahwa diterimanya amal perbuatatn adalah meyakini prinsip Tauhid dan tanpa Tauhid tidak ada perbuatan yang akan diterima. Akibat syirik semua perbuatan baik manusia akan musnah. Karena syirik seperti api yang membakar dan ia membakar semua perbuatan manusia.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menyembah selain Allah tanda kebodohan manusia, sekalipun secara lahiriah ia berilmu.
2. Tauhid adalah garis merah orang beriman dan tidak menegosiasikannya dalam kondisi bagaimanapun.
3. Musuh berusaha menyesatkan nabi, apalagi orang biasa.
4. Ibadah kepada Allah termasuk mensyukuri nikmat Allah Maha Pengasih.
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (67)
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (39: 67)
Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, “Musyrikin memberikan usulan tidak tepat kepada Nabi Allah dan memintanya untuk menghormati sesembahan mereka itu artinya mereka tidak mengetahui posisi Allah dan menurunkan posisi Allah, sehingga setara arca dan sesembahan.”
Intinya, sumber kesyirikan adalah tidak memiliki pengetahuan yang benar akan Allah yang menciptakan semua alam dan mengelola semuanya, bahkan untuk tetap ada, semua makhluk membutuhkan-Nya.
Di Hari Kiamat, semuanya berada di tangan Allah adalah ungkapan untuk menunjukkan kekuatan, keagungan dan kekuasaan mutlak Allah atas seluruh alam agar semua mengetahui bahwa di Hari Kiamat hanya Allah yang memiliki kekuasaan dan wewenang, sementara keselamatan berada di telapak kekuasaan-Nya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Syirik tanda tidak mengenal Allah dan tidak memperhatikan ilmu dan kekuasaan-Nya.
2. Langit dengan segala keagungannya adalah kecil dan tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuasaan Allah dan penciptanya, seakan-akan berada di tangan Allah.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ (68) وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (69) وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ (70)
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (39: 68)
Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. (39: 69)
Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. (39: 70)
Setelah menyebutkan kekuasaan Allah di Hari Kiamat di ayat-ayat sebelumnya, tiga ayat ini menyinggung akhir dunia dan dimulainya Hari Kiamat. Ayat-ayat ini mengatakan, “Dengan tiupan sangkakala, semua yang hidup akan mati dan setelah beberapa waktu dengan tiupan yang lain semua kembali hidup dan bangkit sembari menanti perhitungan amal.”
Dengan kata lain, dengan satu perintah dan kehendak Allah, tidak ada sesuatu di bumi dan langit yang hidup dan semua mati. Sebagaimana dengan satu kehendak yang lain, semua yang mati kembali hidup dan hadir dalam pengadilan Hari Kiamat. Tentu saja terserah Allah ketika berkehendak untuk mengecualikan sesuatu dari kematian, sebagaimana sebagian malaikat seperti Jibril, Israfil dan Mikail tetap hidup.
Pada waktu itu, semua manusia kembali dihidupkan, dunia terang kembali dengan cahaya Allah dan cahaya hakikat sedemikian kuat, sehingga tidak ada yang bisa mengingkari. Tabir kebenaran disisihkan dan hakikat perbuatan manusia semua terungkap; baik maupun buruk, sehingga tidak ada yang menutupi mata manusia. Lewat cahaya ilahi ini semua menjadi transparan dan terang benderang.
Pada hari itu, buku amal diletakkan dan diperiksa. Semua laporan tentang perbuatan manusia baik yang kecil dan besar tertulis semua di sana. Para nabi dan saksi semua hadir di hari itu dan menjadi juri bagi manusia. Tidak ada yang terzalimi, karena semuanya transparan.
Jelas, dalam pengadilan ini yang menjadi hakim adalah Allah swt, bumi terang benderang dengan cahaya keadilan Allah dan para nabi dan saksi hadir dengan keadilan dan pengadilan ini hanya berlangsung dengan keadilan. Pengadilan yang seperti ini tidak mungkin ada kezaliman, karena semua menyaksikan apa yang dilakukannya selama ini tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hidup dan matinya makhluk termasuk manusia sesuai kehendak Allah.
2. Akhir dunia dan tibanya Hari Kiamat terjadi secara tiba-tiba, bukan bertahap.
3. Pengadilan Hari Kiamat dengan menghadirkan catatan amal dan saksi. Di sana, amal perbuatan manusia akan diadili berdasarkan keadilan.
4. Di dunia ini, sebagian saksi akan mengawasi perbuatan kita. Perbuatan kita juga dicatat oleh para malaikat, begitu juga para nabi dan saksi khusus juga mengetahui perbuatan kita.
Surat al-Zumar ayat 59-63
بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آَيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ (59) وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ (60)
(Bukan demikian) sebenarya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir. (39: 59)
Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? (39: 60)
Sebelumnya telah disampaikan tentang mereka yang ketika menyaksikan api neraka, baru menyadari umurnya selama ini telah dilewati dengan sia-sia. Mereka berharap dapat kembali lagi ke dunia untuk memperbaiki jalannya dan menutupi dosa-dosanya dengan perbuatan baik.
Dua ayat ini mengatakan, “Tidak demikian bahwa Allah telah melanggar hak kalian dan tidak mengirimkan semua sebab untuk kalian mendapat hidayah. Selama di dunia, para habi dan kitab-kitab samawi ada untuk menghidayahi kalian. Bila kalian menggunakan akal, maka dengan mudah kalian dapat memahami kebenarannya dan memanfaatkan tuntunannya. Tapi sikap sombong menyebabkan kalian mengingkari kebenaran dan tidak mau menerima ajakan para nabi. Akhirnya, kalian mendapat azab api neraka. Balasan yang membuat wajah kalian buruk dan hitam serta membuat penduduk neraka lainnya tersiksa.”
Tidak diragukan lagi bahwa wajah orang kafir dan pengingkar kebenaran di Hari Kiamat berwarna hitam gambaran akan keterhinaan dan terbongkar wajah aslinya. Hari Kiamat sejatinya tempat personifikasi perbuatan dan pikiran manusia serta ditampakkan semua rahasia mereka. Orang-orang yang selama di dunia memiliki hati yang kelam dan hitam dan perbuatan mereka juga sama dengan pikirannya kelam, maka di Hari Kiamat wajah batin mereka akan ditampakkan, sehingga wajah mereka akan terlihat hitam.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah tidak akan mengazab hamba-Nya tanpa menyempurnakan hujjah-Nya lewat akal dan wahyu.
2. Sumber hakiki akan kekufuran dan pengingkaran akan kebenaran adalah kesombongan.
3. Di Hari Kiamat, bentuk lahiriah dan batin manusia akan menjadi satu dan wajah akan sama dengan warna hati. Mereka yang memiliki hati kelam dan hitam, maka wajahnya juga berwarna hitam.
وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (61)
Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita. (39: 61)
Tentang kelompok sebelumnya yang wajahnya menjadi hitam dan dibawa ke neraka karena kesombongannya, ayat ini menyebut jalan untuk menyelamatkan manusia dari azab Allah di Hari Kiamat adalah takwa. Ayat ini mengatakan, “Allah menyelamatkan orang bertakwa dan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan dan keberuntungan.”
Kebahagiaan adalah kelezatan berkelanjutan dan abadi. Sekalipun memakan makanan yang enak dan minuman yang segar memberikan kelezatan bagi manusia, tapi bukan tanda kebahagiaan manusia. Karena kelezatan yang seperti ini tidak berkelanjutan dan setelah beberapa waktu akan musnah. Tapi kelezatan seperti mencari ilmu dan pengetahuan dapat menjadi modal bagi kebahagiaan manusia. Karena kenikmatan mengungkap hakikat dan memahami pengetahuan merupakan kelezatan yang berkelanjutan dan abadi.
Sekalipun kebaikan duniawi juga berlanjut selama beberapa waktu, tapi karena umur yang pendek bagi penduduk dunia membuatnya tidak berarti bila dibandingkan dengan kelezatan dan kenikmatan ukhrawi. Dengan demikian, kebahagiaan hakiki bergatung pada hal-hal yang dapat mengantarkan manusia pada kebaikan berkelanjutan dan abadi di akhirat. Itu dapat membebaskan manusia dari segala kesedihan dan tidak ada bahaya yang dapat mengancamnya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam kehidupan dunia, takwa faktor kebahagiaan dan keberuntungan manusia di akhirat.
2. Takwa adalah perisai yang melindungi manusia dari keburukan. Di akhirat, orang bertakwa dijauhkan dari keburukan dan tidak akan sedih, apalagi menyesal.
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (62) لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (63)
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (39: 62)
Kepunyaan-Nya-lah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi. (39: 63)
Surat al-Zumar fokus membahas tentang Tauhid dan Syirik. Karenanya, dua ayat ini kembali membahas masalah Tauhid dan menyinggung hakikat ini bahwa pengelolaan urusan dunia dan menjaganya ada di tangan Zat yang menciptakannya. Tidak seperti yang kalian anggap bahwa Allah menciptakan dunia dan kemudian membiarkannya begitu saja atau menyerahkan pengelolaannya kepada yang lain.
Ayat-ayat ini sesungguhnya merupakan sentilan akan pandangan orang-orang Musyrik dan penyembah berhal bahwa kebanyakan dari mereka menerima Allah sebagai pencipta manusia dan dunia, tapi menganggap apa yang mereka sembah itu mempengaruhi kehidupan mereka. Seakan-akan mereka ingin mengatakan bahwa pengolaan urusan dunia ada di tangan sesembahan mereka dan itu menjadi pelindung dan pengelola pekerjaan mereka.
Dari sudut pandang al-Quran, mereka yang menyekutukan Allah dan menganggap sekutu itu dapat mempengaruhi kehidupannya sejatinya sangat merugi. Karena mereka berpaling dari Allah pemilik segala sesuatu dan kunci langit dan bumi berada di tangan-Nya, lalu mencari sesuatu yang lemah dan tidak bisa menguntungkan atau merugikan mereka. Sesembahan itu tidak dapat melakukan apa-apa, karenanya tidak dapat merugikan manusia sedikitpun.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Semua di alam ini membutuhkan Allah baik dalam penciptaan atau untuk tetap ada. Dengan kata lain, Allah pencipta dunia sekaligus penjaga dan pengelolanya. Karenanya, jangan membedakan antara Allah sebagai pencipta dan pengelola. Itu termasuk syirik.
2. Tauhid merupakan pandangan yang menjadi dasar dan dimensi kehidupan manusia. Jangan membatasinya dalam satu dimensi atau beberapa saja.
Surat al-Zumar ayat 54-58
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54) وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (55)
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (39: 54)
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya. (39: 55)
Sebelumnya telah dibicarakanmengenai pengampunan dan rahmat ilahi yang meliputi semua hamba Allah. Ayat-ayat ini menyebut ada dua cara untuk mendapatkan rahmat Allah yang luas. Pertama adalah taubat dan kembali kepada Allah Swt, dan kedua, mengikuti ajaran-ajaran ilahi.
Ayat-ayat di samping memberikan harapan akan rahmat ilahi juga memberikan peringatan akan kemurkaan dan balasan ilahi, sehingga menekankan bila kalian tidak juga meninggalkan pekerjaan melanggar yang pernah dilakukan dan bersikeras untuk tetap melakukan dosa, maka kalian akan mendapat azab ilahi. Apakah itu azab duniawi yang mendatangi kalian atau azab ukhrawi yang harus diterima manusia pendosa setelah kematian dan tidak ada yang dapat melarikan diri darinya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tanda taubat hakiki adalah kepasrahan hati dihadapan perintah Allah.
2. Jangan mengundurkan taubat karena umur tidak panjang dan tidak jelas kapan akhirnya.
3. Di samping taubat dan kepasrahan hati, penting juga perbuatan baik.
4. Perbuatan baik banyak sekali, tapi umur dan kapasitas manusia terbatas. Karenanya harus memperhatikan prioritas di setiap waktu dan memilih pekerjaan paling baik.
أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ (56)
Supaya jangan ada orang yang mengatakan, “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). (39: 56)
Salah satu ciri khas paling penting dari akhirat yang disebutkan dalam sebagian ayat-ayat al-Quran adalah hasrat manusia akan umur yang pendek di dunia. Makanya salah satu nama kiamat adalah Yaum al-Hasrah atau hari hasrat.
Ketika manusia memasuki padang Mahsyar dan saat kesalahan dirinya, tidak mau melakukan pekerjaan dan bahkan melakukan hal-hal yang dilarang, semua ditampilkan padanya, ia kemudian berteriak penuh hasrat dan kesedihan yang sangat dibarengi penyesalan mendalam di hatinya. Di Hari Kiamat, para pendosa yang mengolok-olok ayat-ayat dan utusan Allah menyatakan penyesalannya. Karena faktor asli kesesatan dan penyimpangan mereka adalah sikap mereka mengolok-olok kebenaran dan utusan Allah.
Secara umum, semua manusia di Hari Kiamat menyesali apa yang telah dilakukan selama di dunia dan berharap dapat kembali lagi ke dunia untuk menyiapkan bekal yang lebih banyak untuk akhiratnya, tapi apa gunanya karena tidak ada jalan untuk kembali. Tentu saja sebagian ulama lebih menyesal ketimbang masyarakat umum lainnya. Karena mereka berilmu tapi tidak mengamalkannya.
Di Hari Kiamat, manusia memahami bahwa pekerjaan yang bernilai di akhirat adalah pekerjaan yang dilakukan secara ikhlas untuk Allah. Mereka memahami hakikat ini bahwa betapa banyak usaha mereka selama di dunia, sekalipun secara lahiriah merupakan pekerjaan baik, tapi karena ada riya, maka perbuatan itu tidak sampai di Hari Kiamat.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seberapa besar kita tidak melakukan pekerjaan baik untuk Allah, maka sebesar itu pula kita menyesal di akhirat.
2. Kiamat adalah hari pengakuan atas diri sendiri dan pernyataan penyesalan akan masa lalu.
3. Mereka yang selama di dunia mengolok-olok ayat-ayat dan hukum ilahi, maka di Hari Kiamat akan menyesali perbuatannya, tapi semua sudah berlalu.
أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (57) أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (58)
Atau supaya jangan ada yang berkata, “Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.” (39: 57)
Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab “Kalau sekiranya aku dapat kemnbali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik”. (39: 58)
Sebagai kelanjutan ayat sebelumnya yang menyinggung penyesalan dan kesedihan manusia di Hari Kiamat, ayat-ayat ini menjelaskan bahasa badan mereka yang berada di neraka dan mengatakan, “Ketika ia melihat mereka yang memiliki banyak bekal perbuatan baik sedang menuju surga, ia berharap dapat bersama mereka menuju surga dan mendapat nikmat Allah yang tidak berakhir. Ia mengatakan, ‘Bila Allah memberi hidayah aku, maka aku seperti orang-orang yang di surga selama di dunia menjauhi perbuatan dosa dan termasuk orang-orang bertakwa.” Pelaku dosa berbicara seperti itu untuk membenarkan dirinya.
Ketika ia menyaksikan azab yang akan menimpanya, matanya memperhatikan api panas neraka dan berharap ia diberi izin untuk kembali ke dunia untuk mengganti pekerjaan buruknya dahulu dengan pekerjaan baik dan berada di barisan orang-orang baik.
Tentu saja jelas bahwa apa yang diucapkannya tidak benar dan permintaannya itu tidak pada tempatnya. Karena Allah Swt telah mengutus para nabi untuk memberi hidayah manusia, maka barangsiapa yang tidak mendapat hidayah, itu berarti ia sendiri tidak mau dan tidak diragukan lagi ketika ia meminta untuk kembali lagi ke dunia, permintaan itu tidak akan dikabulkan.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di Hari Kiamat, nilai dan pentingnya takwa akan semakin tampak. Pada hakikatnya, apa yang dapat membantu manusia adalah takwa, bukan harta, popularitas dan kekuasaan.
2. Bila manusia tidak mengikuti hidayah ilahi, setiap jalan lain yang dipilihnya tidak akan menyelamatkan dirinya di akhirat.
3. Di Hari Kiamat, para pendosa sangat berhasrat menyaksikan kondisi orang bertakwa dan berharap bisa bersama mereka.
4. Takwa dan perbuatan baik dua faktor penyelamat manusia di Hari Kiamat.
Surat al-Zumar 51-53
فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ هَؤُلَاءِ سَيُصِيبُهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ (51)
Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri. (39: 51)
Ayat sebelumnya menjelaskan tentang orang-orang yang mengingat Allah Swt ketika ditimpa kesulitan, namun melupakan-Nya saat mereka dalam kesenangan dan kenikmatan. Mereka bahkan menyebut nikmat itu berasa dari dirinya, bukan dari sisi Tuhan.
Ayat 51 surat Az-Zumar menerangkan bahwa kesulitan yang dirasakan manusia adalah hasil dari perbuatan mereka sendiri. Mereka akan merasakan buah dari kezaliman yang mereka lalukan baik sekarang maupun di masa mendatang. Tentu saja balasan utama atas kezaliman ini akan mereka rasakan di akhirat kelak dan jangan pernah berpikir untuk lari darinya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di alam materi ini berlaku hukum sebab-akibat, dan dalam masalah perbuatan manusia, juga berlaku sunnah Ilahi. Oleh sebab itu, setiap aksi tentu akan ada reaksi yang proporsional, di mana manusia merasakannya cepat atau lambat.
2. Semua nikmat datangnya dari sisi Allah, namun kesulitan dan masalah merupakan hasil dari keputusan dan tindakan keliru manusia.
أَوَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (52)
Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. (39: 52)
Sebagian orang menganggap nikmat itu datang karena kepintarannya. Namun, ayat tersebut menolak pandangan keliru ini dan mengatakan rezeki itu berasal dari sisi Allah Swt dan tidak serta-merta bahwa ilmu akan mendatangkan rezeki.
Manusia tentu saja berkewajiban untuk menimba ilmu dan bekerja keras dalam hidupnya. Allah tidak menyukai orang-orang yang bodoh dan pemalas. Namun, manusia juga tidak boleh beranggapan bahwa semua hal mengikuti kehendak dan kemauan dia.
Rezeki adalah sesuatu yang sampai ke tangan manusia dan berhubungan dengan berbagai faktor individu dan sosial, dan Allah membagikannya di antara manusia berdasarkan hikmahnya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tugas manusia adalah berusaha dan bekerja keras untuk mencari rezeki. Namun, perolehan rezeki setiap individu bergantung pada hikmah Ilahi.
2. Keadilan Tuhan dalam hal rezeki bukan berarti penyamarataan, tetapi Dia memberikan rezeki yang berbeda berdasarkan berbagai faktor yang ada dalam sistem penciptaan. Setiap individu tentu saja memiliki tanggung jawab di hadapan rezeki yang diterimanya.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53)
Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (39: 53)
Ini adalah salah satu ayat al-Quran yang memberikan optimisme. Di sini, Allah Swt berbicara dengan penuh kelembutan dan membuka pintu rahmat-Nya untuk semua orang serta memberikan pengampunan kepada mereka. Ayat ini ditujukan kepada semua orang yang telah berbuat dosa, menzalimi dirinya, dan menyia-nyiakan umurnya.
Ingat bahwa jalan untuk kembali selalu terbuka dan manusia tidak boleh berputus asa dari rahmat Tuhan yang maha luas, dan jangan pernah berpikir bahwa Tuhan tidak akan memaafkannya.
Pintu ampunan dan rahmat terbuka untuk semua orang. Namun, individu perlu menyadari bahwa ia telah berbuat dosa dan memilih untuk kembali. Ketika penyesalan muncul dalam dirinya dan memutuskan untuk kembali, maka pintu ampunan dan rahmat Tuhan akan terbuka dan Dia akan mengampuni hamba-Nya.
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang memanggil para pendosa dengan sebutan hamba-Ku. Seperti seorang ayah ketika kecewa dengan perbuatan buruk anaknya, lalu berkata, "Apapun itu, engkau tetap anakku dan aku memaafkanmu. Usahakan untuk tidak mengulangi lagi kesalahan seperti ini."
Sebenarnya, kalimat "yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri" pada ayat tersebut mengingatkan manusia bahwa perbuatan buruk akan merugikan diri mereka sendiri, oleh karena itu janganlah menzalimi diri sendiri dan berbuatlah untuk kebaikan diri kalian.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Rahmat Ilahi tidak terbatas, rahmat ini meliputi seluruh makhluk dan tidak dikhususkan untuk orang-orang mukmin.
2. Rahmat Ilahi menuntut adanya pengampunan dosa. Jadi, tidak dibenarkan berputus asa dari rahmat Tuhan dan para pendosa juga tidak boleh berputus asa dari rahmat-Nya dalam kondisi apapun.
3. Melakukan dosa berarti berbuat zalim kepada diri sendiri dan keluar dari jalan lurus.
4. Orang yang melanggar perintah Tuhan dengan dosanya, sebenarnya ia telah mendatangkan kerugian bagi dirinya sendiri, bukan bagi Tuhan.



























