کمالوندی
Mengejar Berkah Ramadhan (5)
Ramadhan adalah bulan penyucian diri, pembersih jiwa dan batin, bulan untuk melepas diri dari belenggu syaitan dan hawa nafsu, bulan untuk bertasbih, dan bulan untuk kembali ke jalan Allah Swt.
Bulan ini merupakan kombinasi dari kemudahan dan kesulitan. Di satu sisi, manusia harus berjuang menahan rasa lapar dan haus, memerangi hawa nafsu, menjaga tutur kata, dan menghindari banyak makan. Di sisi lain, mereka merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta, menghirup aroma wangi pengampunan, dan menyirami diri dengan pancaran rahmat Tuhan.
Salah satu ciri khas Ramadhan adalah adanya kewajiban puasa bagi umat Islam di sepanjang bulan ini. Puasa adalah sebuah kewajiban bagi seorang Muslim dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt, dengan cara meninggalkan makan dan minum mulai dari terbit fajar sampai adzan magrib selama satu bulan penuh, kadang berjumlah 29 hari dan kadang bisa sampai 30 hari.
Allah menjelaskan tentang kewajiban berpuasa dalam al-Quran ayat 183 dan 184 surat al-Baqarah, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Di ayat tersebut Allah Swt menyeru kaum Muslim dengan kalimat yang indah dan lembut. Nada bicara seperti ini memberi angin sejuk bagi orang-orang yang berpuasa dan membuat mereka mudah menjalaninya.
Ayat tersebut mengingatkan bahwa ibadah puasa tidak hanya diwajibkan untuk umat ini, tapi juga sudah dijalankan oleh umat-umat terdahulu. Meski kewajiban berpuasa memiliki waktu khusus, namun dalam kondisi tertentu kewajiban ini masih bersifat fleksibel yaitu, orang-orang karena dalam perjalanan, jatuh sakit, atau tidak mampu menjalaninya di waktu khusus tersebut, mereka bisa menggantikannya di hari lain atau membayar kafarah.
Salah satu anjuran para pemuka agama kepada orang-orang yang berpuasa adalah meminta mereka untuk menjaga penglihatan, lisan, pendengaran, dan anggota lainnya dari perbuatan dosa.
Imam Ali Ridha as berkata, “Wahai manusia yang berpuasa semoga Tuhan merahmati kalian! Sesungguhnya puasa adalah hijab di mana Allah menjadikannya untuk menjaga lisan, pendengaran, penglihatan, dan seluruh anggota badan…. Sungguh Allah telah menetapkan hak puasa untuk seluruh anggota badan, karena itu barang siapa menunaikan hak-hak tersebut dalam puasanya, maka ia sungguh telah berpuasa dan melaksanakan hak puasanya. Dan barang siapa yang mengabaikan hak-hak tersebut, mereka telah kehilangan keberkahan dan pahala puasa sesuai dengan kelalaiannya itu.” (Mizan al-Hikmah, jilid 5)
Orang yang benar-benar berpuasa, mencegah lisannya dari melakukan dosa-dosa yang melibatkan lisan seperti, berdusta, ghibah (membicarakan keburukan orang lain), dan mencela. Ia juga mengontrol pendengarannya dari mendengar suara-suara yang menyimpang dan rayuan syaitan. Penglihatan orang yang berpuasa juga tidak dibenarkan untuk melihat setiap pemandangan. Pemandangan yang bisa menyeret manusia ke lembah dosa haram hukumnnya untuk dilihat dan orang yang berpuasa harus menutup penglihatannya.
Individu yang berpuasa harus meninggalkan semua dosa dan sifat-sifat tercela seperti rasa dengki, iri hati, marah atau menebarkan permusuhan dan lain-lain. Sebab, puasa merupakan sebuah ibadah untuk melatih manusia mengontrol diri dan memupuk semangat takwa.
Kesuksesan seseorang meninggalkan dosa, akan membuatnya meraih keuntungan yang lebih besar dalam urusan ibadah dan jika ia terjebak dalam banyak dosa meskipun tidak membatalkan puasa, tapi pahala dan ganjarannya telah berkurang. Kaum Muslim harus berusaha maksimal agar bisa mempersembahkan amal ibadah yang sempurna dan tanpa cacat ke pangkuan Allah. Amalan yang ikhlas dan bersih ini diterima dengan lapang dan membuat pelakunya memperoleh keridhaan Tuhan.
Derajat tertinggi dari puasa adalah puasa yang sangat khusus. Orang yang berpuasa tidak hanya meninggalkan makan dan minum, tetapi juga menjaga pikiran dan niatnya sehingga tidak terlintas pikiran maksiat dan dosa dalam benaknya serta tidak mengotori niat tulusnya.
Persiapan untuk acara buka puasa bersama di Kompleks Makam Imam Ali Ridha as di kota Mashad, Iran. (dok)
Kajian atas sejumlah ayat dan riwayat menunjukkan bahwa Ramadhan adalah bulan untuk memperbaiki diri atau dengan kata lain momen untuk membersihkan diri. Al-Quran telah menjelaskan bentuk yang paling indah dan sempurna dari perbaikan diri itu yakni mengganti keburukan dengan kebaikan, dan menghapus dosa dengan taubat.
Dalam surat al-Maidah ayat 39, Allah Swt berfirman, “Maka barang siapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam sebuah hadis Qudsi Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya ketika hamba-Ku yang mukmin melakukan dosa, dan kemudian ia bertaubat dari dosa itu dan ketika mengingat maksiat tersebut, ia merasa malu di hadapan Rububiyah-Ku, maka Aku tidak hanya mengampuni dosanya – di mana Aku menghapus dosanya dari ingatan Malaikat yang mencatatnya – tapi lebih dari itu Aku mengganti dosanya dengan kebaikan.”
Manusia sesuai dengan tuntutan kondisi tertentu dan di berbagai rentang usianya, terjebak dalam banyak dosa dan kesalahan. Mereka kadang melupakan hubungan penghambaannya dengan Tuhan, dan sesekali lalai dalam menunaikan kewajiban dan amal ibadahnya. Mereka adakalanya juga meremehkan tugas melaksanakan kewajiban dan meninggalkan perkara haram.
Taubat dan kembali ke jalan Allah Swt adalah cara untuk mengganti ibadah-ibadah yang telah lewat dan melunasi utang-utang yang menjadi kewajiban mereka.
Sebagian dosa berbentuk kezaliman dan penindasan terhadap orang lain. Kadang hak-hak orang lain terkait harta, nyawa, dan harga diri diabaikan begitu saja. Dalam kasus seperti ini, maka wajib bagi manusia setelah taubat dan penyesalan, mengembalikan hak-hak orang lain yang telah dirampas dan meminta kerelaan mereka. Secara umum taubat dari segala dosa harus dilakukan sesuai dengan kadar kesalahan dan menutupi dosa tersebut.
Bulan Ramadhan merupakan momentum terbaik untuk menjaga hak-hak orang lain dan menghindari perilaku yang bisa merampas ketenangan individu dan masyarakat. Rasulullah Saw dalam khutbah Sya’baniyah bersabda, “Barang siapa menahan keburukannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.”
Mengejar Berkah Ramadhan (4)
Bulan Ramadhan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan sedang menjamu kita. Bulan ini menyimpan banyak keutamaan seperti yang dijelaskan dalam banyak hadis dari Rasulullah Saw dan para imam maksum as.
Dalam hal ini, Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad as berkata, "Ya Allah, sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan ilhami kami untuk memahami keutamaan Ramadhan dan mengagungkan kemuliaannya."
Sangat penting untuk mengkaji dan memahami keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan. Individu yang punya pemahaman yang benar tentang keutamaan Ramadhan, tentu ia akan mengisi bulan ini dengan amal-ibadah yang tulus.
Salah satu keutamaan Ramadhan adalah nilai spiritual dan kedudukan istimewanya di sisi Allah Swt. Dia menjadikan bulan ini ibarat mata air yang jernih agar kaum Muslim membersihkan diri di dalamnya, menghapus dosa-dosanya, dan kembali ke jalan Allah. Jadi, Ramadhan adalah bulan untuk membersihkan diri dan meraih ketakwaan.
Rasulullah Saw bersabda, "Seandainya umatku mengetahui apa yang terdapat dalam bulan Ramadhan, maka niscaya mereka akan berharap satu tahun itu Ramadhan penuh."
Keutamaan lain Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Quran. Kitab-kitab samawi; al-Quran, Taurat, Injil, Zabur, dan Shuhuf diturunkan pada bulan Ramadhan.
Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Seluruh al-Quran turun secara serentak pada bulan Ramadhan di Baitul Ma'mur, kemudian selama 20 tahun turun secara bertahap kepada Rasulullah. Shuhuf Ibrahim turun pada malam pertama Ramadhan, Taurat pada hari keenam Ramadhan, Injil pada hari ke-13 Ramadhan, dan Zabur pada hari ke-18 Ramadhan."
Keutamaan bulan Ramadhan tak terhitung jumlahnya. Diriwayatkan dari Imam Ali Ridha as bahwa kebajikan di bulan Ramadhan diterima, dosa-dosa diampuni, orang yang membaca satu ayat al-Quran di bulan ini pahalanya sama seperti mengkhatamkan al-Quran di bulan-bulan lain… Ramadhan adalah bulan berkah, rahmat, dan ampunan, bulan kembali ke sisi Allah. Orang yang tidak diampuni di bulan ini, di bulan mana lagi dia mengharapkan ampunan? Mintalah kepada Allah agar puasa kalian diterima di bulan ini, tidak menjadikan Ramadhan ini sebagai puasa terakhir kalian, memberikan kalian karunia untuk ketaatan, dan menjauhkan kalian dari maksiat. Sesungguhnya Allah adalah tempat terbaik untuk meminta."
Di bulan ini, Allah Swt telah membelenggu syaitan agar tidak mengganggu orang-orang mukmin. Oleh sebab itu, jiwa manusia terasa lebih tenang dan mereka dapat memanfaatkan kesempatan emas ini untuk mencapai derajat takwa.
Allah memberikan keutamaan khusus kepada bulan Ramadhan agar kaum Muslim bisa mencapai derajat spiritual yang tinggi. Larangan-larangan yang berlaku di bulan ini digantikan dengan pahala yang besar.
Tidak hanya pahala ibadah yang dilipatgandakan di bulan ini, tetapi tidur dan nafas orang yang berpuasa juga dihitung sebagai ibadah dan tasbih. Rasulullah Saw bersabda, "Di bulan ini, nafas kalian dihitung sebagai tasbih dan tidur kalian ibadah…"
Keistimewaan dan perhatian khusus dari Allah Swt ini sama sekali tidak bisa ditemukan di bulan-bulan lain.
Berpuasa di bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan dan berkah. Puasa akan melembutkan jiwa manusia, memperkuat tekad, dan menyeimbangkan naluri.
Manusia akan mencapai derajat spiritual yang tinggi dan kesucian ketika mereka mampu mengendalikan hawa nafsunya dan mengontrol nalurinya. Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kesempatan terbaik untuk menyingkirkan semua rintangan, yang menghambat manusia mencapai derajat takwa.
Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS: Al-Baqarah ayat 183)
Ketika ditanya oleh seorang sahabatnya tentang keutamaan berpuasa di bulan Ramadhan, Imam Ali Ridha as berkata, "Manusia diperintahkan berpuasa agar bisa merasakan perihnya rasa lapar dan dahaga, dan kemudian merasakan pedihnya rasa lapar dan dahaga di hari kiamat. Rasulullah dalam khutbah Sya'baniyah bersabda, 'Di bulan ini, diri kita merasakan lapar dan dahaga yang akan mengingatkan kita akan rasa lapar dan dahaga di hari kiamat kelak.' Dengan mengingat hal ini, manusia akan bersiap untuk hari kiamat dan berusaha lebih keras untuk meraih keridhaan Tuhan."
Rasulullah Saw juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang berpuasa yaitu, "Ramadhan adalah sebuah bulan yang awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya pembebasan dari api neraka."
Jamaah shalat tarawih Ramadhan 1440 Hijriah di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Tugas pokok kaum Muslim selama Ramadhan adalah memperbaiki dan mensucikan diri. Salah satu cara tazkiyatun nafs adalah menjauhi diri dari banyak bicara. Orang yang banyak bicara biasanya akan terseret ke dalam dosa seperti ghibah, mencela, berdusta, dan lain-lain.
Ketika Rasulullah mendengar seorang wanita mencaci-maki budaknya, ia meminta seseorang untuk membawakan makanan. Kepada wanita itu, Rasul berkata, "Makanlah." Ia memprotes, "Saya sedang berpuasa Ya Rasulullah." Rasul menjawab, "Bagaimana mungkin engkau berpuasa, tetapi engkau mencaci-maki budakmu. Berpuasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, alangkah banyaknya yang lapar dan alangkah sedikitnya yang berpuasa."
Orang yang sedang berpuasa harus menjaga ucapannya dan berbicara seperlunya sehingga tidak terjebak dalam perkara, yang bisa membatalkan puasa. Ada baiknya fokus pada kegiatan tafakkur yang tergolong ibadah. Rasulullah Saw bersabda, "Tafakkur satu jam lebih baik daripada ibadah 70 tahun."
Lukman al-Hakim dalam sebuah wasiat kepada anaknya berkata, "Jika berbicara itu adalah perak, maka diam adalah emas. Banyak orang yang menyesal karena perkatannya, tetapi jarang orang menyesal karena diam."
Para ulama yakin bahwa para pesuluk tidak akan mencapai tujuannya jika tidak menjaga lisan dan mengurangi bicara, meskipun ia telah melakukan banyak latihan fisik dan mengerjakan ibadah.
Dengan banyak berbicara, manusia akan kehilangan kekuatan berpikir, tetapi ia bisa berkonsentrasi penuh ketika memilih diam, pemikirannya akan berkembang, dan pintu-pintu hikmah terbuka. Jika puasa Ramadhan dibarengi dengan tafakkur dan mengurangi bicara, tentu pelakunya akan mencapai derajat yang tinggi.
Imam Ali Ridha as berkata, “Diam adalah salah satu pintu hikmah, ia akan mendatangkan kecintaan dan membimbing manusia kepada setiap kebaikan."
Mengejar Berkah Ramadhan (3)
Bulan Ramadhan adalah momentum untuk memperbanyak amal-ibadah dan seorang hamba harus mencari kemuliannya dalam bersimpuh dan bersujud di hadapan Sang Pencipta.
Ramadhan adalah bulan untuk memperbanyak doa dan munajat, karena pintu rahmat terbuka lebar dan doa dikabulkan di bulan ini. Hati kita perlu dibersihkan dengan mengangkat kedua tangan dan mengucapkan kalimat, "Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami."
"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…'" (QS: Ghafir ayat 60)
Doa adalah manifestasi penghambaan kepada Allah Swt dan untuk memperkuat substansi penghambaan dalam diri manusia. Misi para nabi dari Adam as sampai nabi akhir zaman adalah menghidupkan ruh ibadah dan penghambaan dalam diri manusia.
Manusia selalu akrab dengan doa dan munajat di sepanjang hidupnya. Sejarah mencatat bahwa mereka senantiasa bercengkrama dan berkeluh-kesah dengan Tuhannya lewat doa. Kegiatan seperti ini tidak hanya dilakukan oleh umat Islam.
Dengan berdoa, makhluk yang lemah ini membangun interaksi dengan Dzat yang maha kuasa dan mengharapkan pertolongannya dalam menghadapi segala persoalan. Dia menemukan Tuhan sebagai satu-satunya Dzat yang mampu memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalahnya. Dengan demikian, tekadnya semakin bulat untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Semakin besar kebutuhan yang dirasakan seorang hamba, maka akan semakin kuat dorongan untuk memperkuat interaksi dengan Allah Swt. Dari segi psikologis, ini adalah sesuatu yang pasti dan tidak dapat disangkal. Individu yang mengerti akan kebutuhannya dan mengetahui ada Dzat yang akan memenuhi kebutuhan itu, maka ia akan memohon dengan sepenuh jiwa agar memperoleh perhatian dan rahmat-Nya.
Dalam hal ini Allah Swt berfirman, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS: Al-Baqarah ayat 186)
Tehran International Book Fair 2019. (dok)
Seorang pemikir kontemporer, Muhammad Iqbal Lahore menulis, "Doa baik secara individu maupun sosial, merupakan manifestasi dari kerinduan batin manusia untuk menerima jawaban dalam keheningan."
Tidak sedikit orang yang mengingkari Tuhan, tetapi untuk mengobati derita batinnya mereka menyampaikan kebutuhan jiwanya dalam bait-bait doa. Meskipun ia tidak bisa dianggap doa yang sebenarnya, namun ini merupakan bukti dari kebutuhan manusia akan doa dan munajat.
Seorang ilmuan dan dokter bedah asal Perancis, Alexis Carrel dalam bukunya "Prayer" menjelaskan tentang peran doa dan ibadah sebagai sarana terapi penyakit. "Ada banyak efek terapi dari doa (ibadah) yang menyita perhatian masyarakat di sepanjang masa, sehingga ada banyak pembicaraan tentang kesembuhan yang diperoleh dengan berdoa dan bertawassul kepada Allah dan para aulia-Nya."
Dalam bukunya yang lain "Man, the Unknown," dokter Carrel menulis, "Doa dan munajat memiliki pengaruh unik terhadap anggota badan kita. Kondisi ini pada awalnya tidak begitu menyita perhatian, namun ketika proses itu berlanjut, maka tidak ada kenikmatan yang sebanding dengannya. Manusia pasrah di hadapan Tuhan ketika mereka larut dalam doa. Mereka memohon rahmat dan kasih sayang Tuhan."
Jika kita ingin memberikan definisi yang lebih komplit tentang doa, maka harus kita katakan bahwa doa adalah manifestasi dari kecintaan kepada Allah untuk meraih kesempurnaan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Doa berarti melangkah ke arah Sang Pencipta dan bergerak menuju kesempurnaan.
Dalam pandangan para aulia Ilahi, doa adalah ibadah itu sendiri dan karena besarnya perhatian kepada Allah Swt di dalam doa, mungkin ia lebih utama dari banyak perbuatan lain. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Saw bersabda, "Doa itu adalah otaknya ibadah."
Dorongan ke arah penghambaan kepada Tuhan bersumber dari fitrah manusia. Jadi, motivasi penghambaan secara potensial telah tertanam dalam diri semua orang, namun sebagian orang tidak menghidupkan hal itu dan menolak tunduk di hadapan keagungan Tuhan, dan sebagian juga tidak mempedulikannya.
Imam Ali as menganggap motivasi utama untuk ibadah dan penghambaan adalah pengetahuan dan kearifan. Beliau berkata, "Buah dari pengetahuan adalah ibadah."
Ibadah akan mendatangkan kerendahan hati dan tawadhu.' Rasa ini muncul dalam diri manusia ketika ia mengenali dan merasakan kebesaran dan keagungan Tuhan. Oleh karena itu, orang yang telah mengenal dirinya dan Tuhannya akan memilih jalan ketaatan dan penghambaan.
Rasulullah Saw dalam sebuah petuah kepada Imam Ali as, bersabda, "Dua rakaat shalat seorang yang berilmu adalah lebih baik daripada 70 rakaat shalatnya orang bodoh." Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah setiap orang bergantung pada tingkat pengetahuan dan makrifat pelakunya.
Perlu dicatat bahwa salah satu tantangan dalam meniti jalan kesempurnaan adalah perasaan serba cukup dan tidak butuh kepada Tuhan. Perasaan seperti ini akan merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan pada akhirnya, menghapus kesempatan untuk memperoleh hidayah Ilahi. Perasaan seperti ini disebut congkak dan pembangkangan terhadap perintah Allah Swt.
Individu yang merasa dirinya tidak butuh, akan bersikap congkak dan semena-mena, namun orang-orang yang menyaksikan dirinya tak berdaya di hadapan Tuhan, akan berusaha keras untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
"Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji." (QS: Fatir ayat 15)
Ramadan adalah bulan dibukanya pintu-pintu rahmat Allah, doa-doa akan dikabulkan di bulan ini, dan Ramadhan adalah bulan untuk bercengkrama dengan Tuhan dan bulan untuk memohon dan menerima pengkabulan.
Selama Ramadhan, masyarakat biasanya terbangun sebelum adzan subuh untuk menyantap sahur dan alangkah baiknya jika sebagian dari waktu itu, digunakan untuk shalat tahajud. Imam Hasan Askari as berkata, "Bergerak menuju Allah Swt adalah sebuah perjalanan yang tidak akan tercapai kecuali dengan terjaga di malam hari."
Semua keutamaan berkumpul di satu tempat yaitu waktu sahur dan sepertiga malam di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, waktu sahur ini perlu dimanfaatkan secara optimal karena doa dan ibadah di bulan puasa pasti akan diterima.
Rasulullah Saw bersabda, "Allah memberikan seruan dari sepertiga malam sampai terbit fajar, adakah yang berdoa sehingga Aku kabulkan doanya? Adakah pemohon ampunan sehingga Aku ampuni dia? Adakah orang yang berharap sehingga Aku penuhi harapannya? Adakah orang yang memiliki keinginan sehingga aku penuhi keinginannya?"
Mengejar Berkah Ramadhan (2)
Ramadhan adalah bulan manifestasi al-Quran dan bulan berinteraksi dengan kitab suci ini. Di bulan ini, setiap individu berlomba untuk memperbanyak membaca al-Quran dan meraih pahala yang berlipat ganda. Kaum Muslim juga menggelar kegiatan tadarus dan mengkhatamkan al-Quran berkali-kali selama Ramadhan.
Setiap kali dibaca, al-Quran selalu memberikan sesuatu yang baru kepada manusia dan menyegarkan jiwa mereka. Ini sudah menjadi ciri khas kitab wahyu Ilahi.
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah..." (QS: Az-Zumar ayat 23)
Daya tarik al-Quran sangat menakjubkan di mana membuat jiwa dan raga manusia tak ingin lepas darinya. Kent Craig, peneliti Kristen Inggris menganggap daya tarik al-Quran sebagai medan magnet, sementara hati manusia ibarat serbuk besi. Dia percaya bahwa jika hati manusia sudah berada di medan magnet al-Quran, daya tarik medan itu membuat mereka tidak akan terlepas lagi.
Tampaknya ada hubungan khusus antara al-Quran dan Ramadhan. Di bulan ini, manusia berusaha menanamkan benih-benih pendidikan al-Quran di dalam kalbunya dan kemudian menjadikannya sebagai hidangan untuk ruh mereka. Ramadhan disebut musim semi al-Quran, karena ia menghadirkan kesegaran dan kehidupan baru bagi jiwa manusia. Imam Ali as berkata, "Pelajarilah al-Quran, karena ia adalah musim semi hati."
Selama Ramadhan, para pecinta al-Quran meningkatkan interaksinya dengan kitab suci ini dan menghidupkan kembali hati mereka dengan membaca dan memahami maknanya. Ibarat musim semi; sebuah musim bangkitnya kembali alam dan pepohonan, membaca al-Quran dan merenungkan isinya selama bulan Ramadhan, akan menyegarkan kembali jiwa dan hati manusia, karena jiwa mereka selaras dengan al-Quran dan ayat-ayat Allah akan menarik hati orang-orang yang potensial.
Ramadhan memiliki keutamaan terbesar karena al-Quran turun di bulan suci ini. Ia diturunkan ke dalam hati Rasulullah di bulan Ramadhan dan beliau memperoleh sebuah pengetahuan global tentang isi seluruh kitab suci ini.
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)..." (QS: Al-Baqarah, ayat 185)
Surat Ad-Dukhan juga menjelaskan bahwa al-Quran diturunkan pada satu malam yang diberkahi. "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi…" (QS: Ad-Dukhan ayat 3).
Dalam hal ini, ayat pertama surat al-Qadr memberikan keterangan yang lebih jelas tentang proses penurunan al-Quran dan menyebut malam yang diberkahi itu sebagai Lailatul Qadr, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan dan terdapat di bulan Ramadhan. "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al -Quran) pada malam kemuliaan…"
Ada dua pendapat mengenai proses penurunan kitab suci ini. Sebagian ulama menyatakan al-Quran diturunkan satu waktu (sekaligus/serentak) pada malam Lailatul Qadr. Sebagian lain menyebutkan al-Quran diturunkan secara bertahap di sepanjang 23 tahun periode risalah Nabi Muhammad Saw. Ia diturunkan pada berbagai kesempatan dan tempat selama periode kenabian.
Al-Quran yang turun kepada Rasulullah Saw adalah kitab petunjuk dan panduan ideal untuk kehidupan manusia, di mana nilai-nilainya tidak terikat oleh waktu dan tempat tertentu. Ia adalah satu-satunya kitab langit yang berlaku sepanjang masa dan untuk seluruh umat manusia.
Dengan kata lain, al-Quran ibarat matahari yang memancarkan cahayanya setiap detik dan menyinari setiap sudut di bumi ini, sementara manusia dapat memanfaatkan pancaran cahayanya sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas mereka.
Al-Quran mengandung program langit untuk kehidupan luhur manusia dan membimbing mereka ke arah kebahagiaan. Seperti di era permulaan Islam, ia mampu menjawab tentangan dan kebutuhan manusia, pada masa modern al-Quran juga tetap aktual dan siap menjawab kebutuhan-kebutuhan manusia. Allah menurunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia serta jalan untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan.
Al-Quran adalah wahyu abadi yang diturunkan untuk agama yang sempurna ini bagi umat manusia. Ia adalah solusi untuk persoalan-persoalan manusia. Rasulullah Saw bersabda, "Jika kegelisahan dan fitnah laksana potongan malam yang amat pekat datang menghampiri kalian, dan kalian tidak menemukan solusi dalam memecahkan masalah, maka berlindunglah kepada al-Quran dan jadikanlah petunjuk-petunjuknya yang menyelamatkan sebagai parameter perbuatan." (Biharul Anwar, jilid 92, hal 17)
Nuansa spiritual sangat terasa di bulan Ramadhan, yang tercipta dari kegiatan ibadah, tadarus di masjid-masjid, kehidupan yang rukun, dan kegiatan sosial membantu kaum fakir-miskin. Semua kegiatan ini dengan sendirinya akan memperbesar rasa simpati dan kasih sayang antar-sesama.
Mengikuti shalat berjamaah, ceramah agama, dan pesantren kilat, serta menggelar tadarus di masjid dan rumah-rumah, merupakan agenda utama Ramadhan yang bisa mendekatkan kita kepada Allah. Melalui kegiatan ini, setiap individu dapat menciptakan perubahan dalam pikiran dan perilakunya.
Oleh sebab itu, Ramadhan dianggap sebagai salah satu angin sepoi-sepoi (angin lembut) yang dihembuskan oleh Tuhan dan kita harus menempatkan diri di bawah hembusannya jikan ingin memperoleh manfaat. Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Tuhan menghembuskan tiupan (jamuan) bagi kalian pada hari-hari hidup kalian, maka mendekatlah kepadanya, boleh jadi hembusan itu akan mengenaimu, sehingga kalian tidak akan pernah sengsara selamanya."
Al-Quran telah menyeru orang-orang yang beriman untuk berpuasa sehingga mereka menjadi pribadi yang bertakwa. Surat al-Baqarah ayat 183 menjelaskan bahwa tujuan dari puasa adalah untuk mencapai ketakwaaan dan penggunaan kata La'alla (supaya/agar) untuk menegaskan bahwa puasa tidak hanya bermakna takwa, tapi juga sebuah latihan untuk membentuk dan menumbuhkan ketakwaan itu sendiri. Menurut Islam, salah satu cara untuk mencapai ketakwaaan yang sempurna adalah melatih diri dengan puasa.
Dalam al-Quran, syarat untuk menjadi penghuni surga dan menikmati semua kesempurnaan lain adalah menyandang predikat takwa. Dalam banyak ayat, al-Quran menganggap surga dan nikmat-nikmatnya sebagai milik orang-orang yang bertakwa; mereka yang meninggalkan semua larangan dan melangkah di jalan kesempurnaan kemanusiaan.
Dari sisi lain, al-Quran mengajak orang-orang Mukmin untuk berbuat baik dan membantu fakir-miskin. Seruan ini memperoleh banyak sambutan selama bulan Ramadhan dan mereka berlomba-lomba untuk membantu warga yang kurang mampu dan berbagi keberkahan di bulan ini.
Dengan demikian, bulan Ramadhan adalah momentum untuk memperbaiki diri dan memperoleh rahmat, berkah, dan ampunan Tuhan dengan mengerjakan semua kebaikan. Ia adalah kesempatan emas untuk memperbanyak membaca al-Quran dan merenungi ayat-ayatnya.
Pesan al-Quran adalah sebuah pesan universal untuk semua suku bangsa. Kitab ini mengajak mereka kepada kebaikan, persahabatan, dan kesucian serta meninggalkan keburukan, egoisme, dan arogansi di semua aspek kehidupan baik individu dan sosial maupun budaya, politik, dan ekonomi. Ia adalah sebaik-baiknya tempat berlindung.
Turunnya al-Quran di bulan Ramadhan membuktikan kapasitas khusus bulan ini untuk menerima kehadiran wahyu Ilahi. Seperti kitab-kitab samawi lainnya juga diturunkan di bulan Ramadhan. Dalam sebuah riwayat, Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Taurat diturunkan pada malam keenam bulan Ramadhan, Injil diturunkan pada 12 Ramadhan, Zabur pada malam ke-18 Ramadhan, dan al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadr." (
Mengejar Berkah Ramadhan (1)
Salam sejahtera atas Ramadhan, bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Di bulan ini, diamnya orang yang berpuasa dihitung tasbih, tidurnya ibadah, perbuatannya diterima, dan doanya dikabulkan.
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS: al-Baqarah, ayat 185)
Imam Ali as berkata bahwa Rasulullah Saw menyampaikan sebuah khutbah tentang keistimewaan Ramadhan pada hari terakhir bulan Sya'ban dan bersabda, "Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat, dan ampunan. Bulan yang paling mulia di sisi Allah di antara bulan-bulan yang lain. Hari-harinya adalah sebaik-baik hari, malam-malamnya adalah sebaik-baik malam, saat-saatnya adalah sebaik-baik saat. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-ibadahmu diterima, dan doamu dikabulkan.
Maka mintalah kepada Allah Rabbmu di hari-hari tersebut dengan niat yang tulus dan hati yang suci. Semoga Allah membimbingmu dalam menjalankan puasa-Nya dan membaca kitab suci-Nya. Sungguh celaka orang yang tidak memperoleh ampunan di bulan mulia ini.
Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fakir dan miskin, muliakanlah orang-orang tuamu, kasihanilah anak-anak kecil, dan sambunglah tali persaudaraanmu.
Jagalah lisanmu, tahan pandanganmu dari yang tidak halal dari memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal untuk mendengarnya. Kasihanilah anak-anak yatim orang lain, seperti menyayangi anak-anak yatim kalian.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah kedua tanganmu untuk memanjatkan doa dalam setiap waktu shalat, karena itu adalah waktu yang paling utama, di mana Allah memandang hamba-Nya dengan penuh rahmat. Dia menjawab mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya jiwa kalian tergadaikan dengan amal perbuatan kalian, maka tebuslah dengan istighfar. Tulang punggung kalian berat karena dosa, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujud. Dan ketahuilah bahwa Allah bersumpah dengan kemuliaan-Nya, bahwa Dia tidak akan menyiksa orang-orang yang shalat dan sujud. Dan tidak akan mengancam mereka dengan api neraka di hari manusia berdiri dihadapan Rabbul Alamin.
Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga di bulan ini terbuka, maka mohonlah kepada Allah agar tidak menutupnya untuk kalian. Dan pintu-pintu neraka tertutup, maka mintalah kepada Allah agar tidak membukanya untuk kalian. Dan setan-setan juga terbelenggu, maka mintalah kepada Allah agar mereka tidak menguasai kalian.
Kemudian Imam Ali as berdiri dan bertanya, “Wahai Rasulullah! Perbuatan apa yang paling utama dilakukan di bulan ini?” Rasulullah menjawab, “Wahai Abal Hasan! Amal perbuatan yang paling utama adalah menjaga diri dari larangan-larangan Allah Swt."
Bulan suci Ramadhan adalah sebuah kesempatan emas dan istimewa; kesempatan untuk bermunajat kepada Allah, kesempatan untuk mempertebal takwa, kesempatan untuk mendekatkan diri dengan al-Quran, kesempatan untuk menghapus dosa, kesempatan untuk memperbaiki perilaku dan berbuat baik kepada orang lain, dan kesempatan untuk berempati dengan fakir-miskin.
Imam Hasan as – cucu baginda Rasulullah Saw – berkata, "Allah Swt menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena untuk kompetisi bagi para hamba-Nya sehingga dengan menaati-Nya, mereka berlomba-lomba untuk mencari keridhaan-Nya."
Menyingkirkan sifat buruk dan perbuatan tercela dari hati adalah syarat utama untuk menerima limpahan rahmat dan pengampunan Allah Swt. Kita bisa menerangi hati kita dengan membaca al-Quran di bulan ini dan mendekatkan diri kepada Allah dengan amal-ibadah. Oleh karena itu, kesempatan luar biasa ini harus dimanfaatkan dengan maksimal demi meraih kemenangan.
Perjamuan Ilahi dan semua keberkahan yang ditawarkan Ramadhan merupakan peluang untuk membersihkan diri dari dosa dan melangkah di jalan penghambaan diri kepada Allah Swt. Setiap individu perlu menyiapkan agenda khusus sehingga bisa memanfaatkan bulan suci ini dengan optimal.
Rasulullah dan Ahlul Baitnya telah memberikan keteladanan yang sempurna tentang cara memanfaatkan bulan Ramadhan. Dari berbagai penjelasan mereka, ada empat perkara yang mendapat perhatian khusus yaitu berdoa, membaca al-Quran, berzikir dan beristighfar, dan mengerjakan shalat-shalat sunnah (di luar shalat wajib).
Rasulullah dan Ahlul Bait-nya telah mengajarkan doa-doa khusus untuk waktu sahar (menjelang subuh), doa setelah shalat lima waktu, doa harian Ramadhan, dan doa yang dibaca pada malam hari di sepanjang Ramadhan. Doa-doa ini mengandung makrifat yang tinggi dan pelajaran akhlak, serta membawa manusia ke sumber cahaya dan makrifat.
Membaca al-Quran juga termasuk amalan yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah dan Ahlul Bait-nya selama Ramadhan. Pahala membaca satu ayat di bulan ini sama seperti mengkhatamkan al-Quran di bulan-bulan lain. Para ulama percaya amalan terbaik pada hari dan malam-malam bulan Ramadhan adalah membaca al-Quran, karena ia diturunkan di bulan ini. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Setiap sesuatu memiliki musim semi dan musim semi al-Quran adalah bulan Ramadhan."
Pada dasarnya, orang-orang mukmin telah mempersiapkan diri untuk meraih berkah Ramadhan sejak bulan Sya'ban. Mereka mengisi malam-malamnya dengan beribadah dan membaca munajat Sya'baniyah yang berisi permohanan ampunan dan kedekatan dengan Allah Swt.
Munajat Sya'baniyah dalam sebuah kalimatnya berbunyi, "Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku kesempurnaan bergantung hanya pada-Mu."
Ini adalah puncak penghambaan seorang Mukmin dengan Sang Kekasih. Seorang Mukmin dengan amal ibadahnya di bulan puasa, ingin memutuskan ketergantungan dari perkara materi dan sepenuhnya bergantung kepada Allah.
Seorang Mukmin berpuasa demi mencari keridhaan Tuhan dan mencapai kedekatan dengan-Nya. Ia membaca dan merenungi ayat-ayat al-Quran, memalingkan dirinya dari memandang dan mendengarkan sesuatu yang diharamkan.
Di bulan Ramadhan, seorang Mukmin selalu berbuat baik kepada masyarakat dan bersikap ramah dengan mereka, memuliakan anak yatim, dan memberi makan kepada fakir-miskin. Semua perbuatan baik ini dilakukan demi mencari keridhaan Allah Swt.
Dengan membaca doa-doa khusus bulan Ramadhan, seorang Mukmin bersimpuh di hadapan Allah Swt memohon ampunan dan mengakui ketakberdayaannya. Ia melakukan semua ini untuk menunjukkan penghambaan dan kecintaannya kepada Sang Pencipta sehingga dengan ampunan dan rahmat-Nya, ia bisa memperoleh kedekatan dan kesempurnaan bergantung hanya pada Allah Swt.
Qatar: Jangan Politisasi Ibadah Haji
Departemen Wakaf dan urusan Islam Qatar meminta Arab Saudi jangan mempolitisasi ibadah haji.
Departemen Wakaf dan urusan Islam Qatar Kamis (09/05) dalam statemennya meminta petinggi Saudi memperlakukan jamaah haji asal Qatar sama seperti warga dari negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia (P-GCC) lainnya atau negara-negara Arab dan Islam dalam menjalankan ritual haji mereka.
Menyinggung kendala yang dihadapi warga Qatar atau warga asing yang berdomisili di negara ini dalam melaksanakan ibadah haji, Departemen Wakaf dan urusan Islam Qatar meminta petinggi Riyadh merevisi kebijakan diskriminatifnya terhadap Qatar dan warga asing yang tinggal di negara ini.
"Ketidakmampuan Arab Saudi menjamin keamanan dan keselamatan jamaah haji khususnya perempuan, lansia dan mereka yang sakit, merupakan kendala besar," tegas departemen wakaf dan urusan Islam Qatar.
Departemen Wakaf dan urusan Islam Qatar juga menilai propaganda sistematis anti Qatar yang dilancarkan media Saudi sangat berbahaya.
Sebelumnya delegasi internasional pengawas Haramain (Mekah dan Madinah) dalam suratnya kepada Dewan HAM PBB mengadukan Arab Saudi karena mempolitisasi ibadah haji dan melakukan pembatasan kebebasan agama.
Arab Saudi menerapkan kebijakan diskriminatif terhadap warga sejumlah negara Muslim seperti Yaman, Suriah dan Qatar yang sedang menunaikan ibadah haji demi menekan pemerintahan mereka.(
Hamas Peringatkan Israel Soal Pelanggaran Kesepakatan
Anggota senior Hamas Palestina, Ismail Ridwan memperingatkan rezim Zionis terkait segala bentuk kecurangan dalam pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata dan penembakan terhadap para perserta pawai kepulangan.
"Kami sepenuhnya mengawasi situasi dan kami bersikap waspada terhadap segala kecurangan Israel dalam melaksanakan kesepakatan gencatan senjata," ujarnya di tengah berlangsungnya pawai kepulangan di perbatasan Jalur Gaza, Jumat (10/5/2019) seperti dikutip IRNA.
Faksi-faksi perlawanan Palestina dan rezim Zionis telah menandatangani kesepakatan baru gencatan senjata setelah kedua pihak terlibat bentrokan di Gaza.
Ismail Ridwan juga memperingatkan segala bentuk kesepakatan yang akan menenggelamkan isu Palestina.
"Faksi-faksi Palestina memiliki pandangan yang sama dalam masalah ini dan kami menolak normalisasi hubungan beberapa negara Arab yang sejalan dengan Kesepakatan Abad," tegasnya.
Dia meminta warga Palestina untuk berpartisipasi pada peringatan Hari Nakbah yang jatuh pada tanggal 15 Mei mendatang. Partisipasi ini untuk menegaskan prinsip-prinsip nasional, hak kepulangan pengungsi Palestina dan pencabutan blokade Gaza.
Sejak Awal Pawai Hak Kepulangan, 304 Warga Palestina Gugur Syahid
Departemen Kesehatan Palestina mengumumkan, pawai akbar Hak Kepulangan yang dimulai sejak 30 Maret tahun lalu, hingga kini tercatat 304 warga Palestina termasuk 59 anak-anak dan 10 perempuan gugur ditembak militer rezim Zionis Israel.
"Selama pawai Hak Kepulangan ini sebanyak 17.301 warga mengalami luka-luka ketika tentara rezim Zionis menembaki para demonstran," tambah Departemen Kesehatan Palestina Jumat (10/05) seperti dilaporkan IRNA.
Aksi demo damai Hak Kepulangan digelar sejak 30 Maret 2018 bertepatan dengan peringatan Hari Bumi di Jalur Gaza dan sampai saat ini masih terus berlanjut.
Aksi demo warga Palestina yang dimulai bertepatan dengan Hari Bumi mengingatkan keputusan Israel merampok tanah warga Palestina pada 30 Maret 1976 dan kejadian ini diperingati setiap tahun.
Rezim Zionis Israel dengan merampok tanah warga Palestina dan membangun pemukiman Zionis di atasnya, berencana mengubah struktur geografi wilayah Palestina dan memberinya citra Zionis sehingga hegemoninya terhadap wilayah Palestina dapat kekal. (
Iran Minta Uni Eropa Segera Operasikan INSTEX
Ketua Dewan Strategis Hubungan Luar Negeri Iran, Kamal Kharrazi meminta Uni Eropa untuk mengambil langkah-langkah praktis berdasarkan kesepakatan nuklir JCPOA agar kesepakatan ini tetap terjaga.
"Ini adalah kesempatan baik bagi Eropa untuk menyelamatkan JCPOA dengan segera mengoperasikan Instrumen untuk Mendukung Pertukaran Perdagangan (INSTEX)," ujarnya dalam pertemuan dengan Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Prancis, Marielle de Sarnez di Paris.
Kharrazi saat ini sedang berada di Prancis untuk menyampaikan pidato di Forum Perdamaian Paris. Demikian dilaporkan IRNA, Jumat (10/5/2019).
"Eropa harus menutupi kelambanan di masa lalu dalam memenuhi komitmennya berdasarkan JCPOA," tegasnya.
Rakyat Iran, ungkap Kharrazi, sangat pesimis dengan Eropa karena tidak memenuhi komitmennya dan tunduk pada keputusan-keputusan Amerika Serikat.
"Republik Islam Iran berunding dengan jujur dan kemudian melahirkan kesepakatan nuklir yang disetujui oleh resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB, tetapi meskipun Tehran melaksanakan komitmennya, Eropa hanya mengambil sikap politik dan lalai dalam mengambil langkah-langkah praktis," kritiknya.
Sementara itu, Marielle de Sarnez menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan keluarnya Iran dari JCPOA, dan mengkritik tekanan AS terhadap Eropa.
Dia mengakui bahwa JCPOA tidak berjalan dengan baik dalam implementasinya.
Khutbah Jumat di Tehran, 10 Mei 2019
Shalat Jumat di Tehran yang diimami oleh Hujjatul Islam Mohammad Javad Haj Ali Akbari dilaksakan di Universitas Tehran, Republik Islam Iran.
Imam dan Khatib Shalat Jumat Tehran Haj Ali Akbari menyinggung penghentian sejumlah langkah Iran dalam perjanjian nuklir JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama).
Dia mengatakan, Dewan Keamanan PBB, masyarakat dunia dan Eropa tengah menghadapi "ujian besar" dalam kesepakatan nuklir ini.
Haj Ali Akbari menegaskan rakyat Iran dengan persatuannya akan mengalahkan musuh. Kemarahan Eropa atas penghentian sejumlah langkah Iran dalam JCPOA, lanjutnya, mengindikasikan kebenaran jalan Republik Islam untuk merealisasikan kepentingan nasionalnya.
"Penghentian sejumlah langkah Iran di JCPOA merupakan langkah awal, dan jika Eropa tidak menjalankan janjinya dalam kesepakatan nuklir setelah tenggat waktu 60 hari, maka Republik Islam akan mengambil langkah selanjutnya," kata Haj Ali Akbari dalam khutbahnya.
Khatib Shalat Jumat Tehran juga mengisyaratkan sejumlah negara yang menolak mengiringi langkah AS. Dia menuturkan, ketidakmauan Eropa untuk menanggung pengeluaran AS dan peristiwa seperti Brexit di Inggris dan demo Rompi Kuning di Perancis menunjukkan kedalaman krisis Eropa.
Di bagian lain khutbahnya, Haj Ali Akbari menuturkan front imperialis dunia dan khususnya AS dan rezim Zionis Israel mulai mengalami keruntuhan, dan segitiga kekuatan dunia berada di tangan poros Muqawama, dimana ideologi resistensi mulai menyebar di dunia.
"Rezim Zionis merupakan sekutu terbesar AS dalam memblokade Muqawama. Balasan tegas roket-roket muqawama atas kejahatan Israel mengindikasikan bahwa kurang dari 48 jam rezim penjajah dan ilegal ini mengalami kekalahan," pungkasnya.



























