کمالوندی

کمالوندی

Senin, 06 Agustus 2018 07:49

Tuan Trump! Kami Siap Meladeni Anda

Komandan Pasukan Quds Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani mengatakan bahwa memulai perang dengan Iran berarti kehancuran semua fasilitas AS dan kami yang akan menentukan akhir dari perang yang kalian mulai.

Komandan Pasukan Quds Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani mengatakan bahwa memulai perang dengan Iran berarti kehancuran semua fasilitas AS dan kami yang akan menentukan akhir dari perang yang kalian mulai.

Statemen ini disampaikan untuk menanggapi ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap Republik Islam Iran.

Berbicara pada sebuah acara di kota Hamedan, barat Iran, Kamis (26/7/2018), Mayjen Soleimani menandaskan, “Sebagai seorang prajurit, adalah tugas saya untuk menanggapi ancaman Trump. Jika dia ingin menggunakan bahasa ancaman, dia harus berbicara dengan saya, bukan kepada presiden (Hassan Rouhani).”

"Presiden Iran tidak pada posisi untuk menjawab Trump, yang menggunakan etika klub malam dan ruang perjudian," tambahnya.

Dalam pesan yang ditujukan kepada presiden AS, Mayjen Soleimani mengatakan, "Apakah Anda mengancam Iran dengan tindakan yang belum pernah terjadi di dunia? Anda harus bertanya kepada para komandan militer, politisi, dan kepala badan keamanan AS, apa yang mereka mampu lakukan dalam beberapa dekade terakhir."

Mengacu pada kejahatan AS di Afghanistan, komandan korps elite Iran ini menerangkan, AS tidak bisa berbuat apa-apa ketika menyerang Taliban – sebagai sebuah organisasi rapuh dan minim fasilitas – dengan 110.000 pasukan, ribuan tank dan kendaraan pengangkut pasukan, peralatan tempur, ratusan pesawat tempur dan helikopter canggih.

"Salah satu komandan AS dikirim menemui saya pada tahun 2011 untuk meminta waktu dan meminta kami untuk menggunakan pengaruh bagi penarikan pasukan Amerika dari Irak," ungkapnya.

 

Amerika, lanjutnya, telah melakukan kejahatan paling mengerikan di Irak yang belum pernah terjadi di Abad Pertengahan, mereka memasuki rumah-rumah penduduk dengan tank dan melindas penghuninya, dan kemudian menciptakan insiden penjara Abu Ghraib, yang akan menjadi aib mereka untuk selamanya.

 

Mayjen Soleimani lebih lanjut menjelaskan bahwa AS menderita kekalahan dalam mendukung rezim Zionis Israel pada perang 33 hari dengan Hizbullah Lebanon dan memulai perang Yaman dengan dukungan 2.000 miliar dolar bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

 

"AS mengancam Iran ketika mereka telah merusak keamanan Laut Merah dengan aksinya dan menyeret Arab Saudi – yang telah menjadi negara yang aman selama bertahun-tahun – di bawah bara api," ujarnya.

 

"Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam dengan sendirinya siap meladeni Anda, dan tidak perlu melibatkan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran," pungkas Mayjen Soleimani dalam pesan yang ditujukan kepada Trump.

 

"Di tempat yang tidak pernah Anda bayangkan, kami hadir di sana karena rakyat Iran adalah bangsa pencari mati syahid dan telah melewati masa-masa sulit," tutupnya. 

Keputusan pengesahan  undang-undang yang menyatakan Israel sebagai negara-bangsa Yahudi oleh Parlemen Israel memicu kontroversi termasuk penolakan dari banyak pihak. Disebutkan hukum yang disahkan pada Kamis (197) tersebut menetapkan bahasa Ibrani sebagai bahasa resmi, dan menegaskan komunitas Yahudi demi kepentingan nasional. 

Selain itu, undang-undang tersebut juga menegaskan bahwa keseluruhan Yerusalem merupakan ibu kota dari Israel. "Israel adalah tanah air bagi rakyat Yahudi. Mereka punya hak eksklusif menentukan nasib bagi kepentingan nasional," demikian bunyi hukum tersebut. 

Penetapan UU tersebut turut dikecam oleh Majma Jahani Ahlulbait as yang menyebut pengesahan UU tersebut sebagai bentuk kezaliman dan hal memalukan yang dilakukan Parlemen Israel. 

Berikut ini, teks lengkap pernyataan Majma Jahani Ahlulbait as yang mengutuk kerasa pengesahan UU tersebut. 

Atas nama Allah swt yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang

وَلَنْ تَرْضَى عَنْکَ الْیَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِی جَاءَکَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَکَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِیٍّ وَلَا نَصِیرٍ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120)

Inisiatif terbaru dari parlemen rezim Zionis (Knesset) dalam menyetujui "Undang-Undang Negara-Negara Yahudi" menggambarkan sifat rasis dari rezim penjajah Israel. Hukum mengakui wilayah yang diduduki sebagai tanah air orang Yahudi pendudukan dan menghalangi jalan bagi pembentukan negara Palestina merdeka. 

Berdasarkan konspirasi berbahaya ini dan RUU yang tidak manusiawi, rezim Zionis akan mengusir semua warga Arab Palestina; dan, khususnya, akan memindahkan penduduk Yerusalem Timur ke Tepi Barat dan Jalur Gaza, membuat jutaan warga Palestina kehilangan tempat tinggal dan merampas hak-hak mereka.

Upaya agresif ini menunjukkan sekali lagi bahwa rezim telah didirikan pada prinsip permusuhan pada Islam dan rakyat Palestina, meskipun rezim selalu berusaha menyembunyikan wajah kekerasan dan kotor mereka di balik topeng demokrasi selama tujuh dekade terakhir.

Sayangnya, Amerika Serikat dan beberapa pemerintah Arab yang reaksioner seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain tidak hanya dibungkam terhadap monopoli berbahaya ini tetapi juga berusaha untuk membayar biaya penerapan plot ini dengan nama 'Kesepakatan Abad 'dengan memberikan PLO janji untuk memberikan bantuan keuangan sebesar 10 miliar dolar jika konspirasi tersebut dijalankan.

Majma Jahani Ahlulbait as mengutuk tindakan yang sewenang-wenang, diskriminatif dan agresif ini, menekankan perlunya perjuangan berkelanjutan rakyat Palestina dan orang-orang yang mencari kebebasan di dunia untuk membebaskan al-Quds dan wilayah pendudukan. Majma Jahani Ahlulbait as juga mengutuk kompromi, dialog, atau upaya untuk menormalkan hubungan dengan rezim penjajah Israel yang korup dan menganggapnya sebagai tindakan pengkhianatan terhadap Islam dan cita-cita kemerdekaan Palestina.

Khatib shalat Jumat Tehran, Hujjatul Islam Kazem Seddiqi menyatakan, "Amerika bukan orang berunding dan jika memang harus berunding, maka tidak bisa dengan pemerintah dan Presiden AS saat ini."

Khatib shalat Jumat Tehran, Hujjatul Islam Kazem Seddiqi menyatakan, "Amerika bukan orang berunding dan jika memang harus berunding, maka tidak bisa dengan pemerintah dan Presiden AS saat ini."

Hujjatul Islam Kazem Seddiqi dalam khutbah Jumatnya di Tehran (03/8/2018), menyinggung usulan Presiden AS untuk berunding tanpa pra-syarat seraya mengatakan, "Keluarnya Amerika Serikat dari JCPOA telah menutup seluruh kemungkinan berunding dengan pemerintah AS saat ini."

Trump secara sepihak menarik AS dari JCPOA pada Mei dan mengumumkan rencana untuk menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap Republik Islam, yang akan menghapus pendapatan minyak Tehran. 

Khatib shalat Jumat Tehran juga menyinggung peringatan Hari Hak Asasi Manusia pada 5 Agustus dan mengatakan, Islam berada di pihak benar dan hak asasi manusia adalah kebenaran, sementara sejumlah negara hanya mengklaim mendukung hak asasi manusia dan dengan bombardir kimia dan pembunuhan orang-orang tak berdosa, kedok mereka terungkap."

Situs resmi federasi sepakbola Iran mengupload ucapan selamat Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamanei yang menyebutkan kebanggaannya atas timnas Iran saat menghadapi tim kuat Spanyol pada pertandingan kedua babak grup Pialad Dunia 2018 di Kazan Rusia. 

Meski berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Spanyol, namun Iran telah menunjukkan perlawanan hebat menghadapi juara Piala Dunia 2010 dan diperkuat pemain-pemain bintang klub-klub papan atas Eropa. 

Disebutkan, melalui telepon kantor resmi Rahbar mengucapkan selamat kepada kepala rombongan timnas Iran yang sedang berada di Rusia seusai pertandingan dengan berkata, "Permainan kalian semalam sangat indah, Allah itu kuat…!!!"

Ayatullah al-Uzhma Sayid Muhammad Sa'id Hakim, salah seorang ulama marja taklid Najaf mengadakan pertemuan dengan sejumlah pengelola Yayasan Khairiyah al-Yatim di kota Karbala Irak. 

Dalam pertemuan tersebut, ia berkata, "Pengikut Ahlulbait as khususnya pengelola lembaga-lembaga sosial harus memperhatikan nasib anak-anak yatim dan orang-orang miskin serta mereka yang lemah di wilayah-wilayah yang dilanda krisis."

Ulama Marja Taklid tersebut lebih lanjut mengatakan, "Perhatian dan kepedulian kepada anak-anak yatim dan orang-orang miskin adalah diantara tanda dan ciri-ciri yang jelas orang-orang yang beriman. Memperhatikan nasib dan kondisi mereka, serta membantu kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi adalah salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah swt."

Ayatullah Hakim menambahkan, "Aktivitas yayasan-yayasan sosial harus didasari oleh niat tulus dan penuh denngan kecintaan sebab yang dicari dari aktivitas sosial ini bukanlah keuntungan materi."

Lebih lanjut ulama marja taklid Najaf ini berkata, "Perbedaan antara pengikut Ahlulbait as dengan kelompok lainnya adalah pengkhidmatan mereka pada agama dan mazhab yang tanpa pamrih dan Lillahi ta'ala."

Dibagian akhir penyampaiannya, Ayatullah Hakim mengharapkan kebaikan kepada para pengelola yayasan-yayasan sosial dan ia mengharapkan Allah swt memberikan balasan pahala yang berlipat ganda untuk para aktivis kemanusiaan tersebut.

Militer rezim Zionis menyatakan bahwa sebuah kendaraan warga Palestina menabrak tiga tentara Zionis yang melakukan patroli sambil berjalan kaki di Bethlehem, Tepi Barat Sungai Jordan.

Menurut laporan kantor berita Palestina Maan, militer rezim Zionis hari Sabtu dalam sebuah pernyataan mengumumkan bahwa seorang pengendara Palestina menabrak patroli jalan kaki di desa Husan, Bethlehem yang mengakibatkan tiga dari mereka terluka.

Menyusul peristiwa ini, mobil ambulans rezim Zionis langsung dikirim ke tempat kejadian.

Sejak dimulainya Intifada Quds pada 1 Oktober 2015 pasukan Muqawama melakukan operasi anti militer dan pemukim zionis dan dengan dilaksanakannya perintah Donald Trump, Presiden Amerika Serikat untuk memindahkan kedutaan besar Amerika dari Tel Aviv ke Quds pada 14 Mei 2018, aksi-aksi perlawanan ini semakin meningkat.

Media-media Israel menyebut penangkapan salah seorang mantan menteri Israel yang dituduh menjadi mata-mata untuk Iran adalah sebuah kekalahan besar di bidang intelejen dan keamanan.

Shin Bet, Badan agensi kontraspionase Israel, pada senin lalu mengumumkan bahwa Gonen Segev, mantan Menteri Energi dan Industri Israel telah ditangkap dengan tuduhan memberikan informasi penting Isreal kepada Iran.

Menurut laporan lembaga tersebut, badan intelejen Iran telah menggunakan jasa Segev untuk mencuri informasi dari Israel.

Shin Bet juga mengklaim, Segev pada tahun 2012 silam telah melakukan hubungan dengan duta besar Iran di Nigeria. Ia juga pernah malkukan kunjungan ke Iran dan bertemu dengan sejumlah pejabat intelejen di negara tersebut.

Lembaga intelejen Israel tersebut juga menuduh Segev telah membocorkan informasi mengenai pasar energi dan sejumlah elemen keamanan Israel, diantaranya informasi tentang bangunan-bangunan penting serta informasi yang berkenaan dengan sejumlah pejabat dan tokoh politik dan keamanan Israel kepada Iran.

 

Siapakah Gonen Segev?

Gonen Segev pada tahun 90-an telah berhasil menjabat sebagai Knesset (parlemen) Israel. Tak butuh waktu lama, tiga tahun setelahnya ia telah menerima pangku jabatan sebagai menteri energi dan infrastruktur Israel.

Namun Ia beberapa tahun terakhir berdomisili di Nigeria. Pada saat ia berada di negara tersebut lah Israel menuduh ia telah menjalin hubungan dengan kedubes Iran.

Pada bulan lalu, Segev berniat berencana untuk pergi ke negara Equatorial Guinea. Namun, karena ia memiliki riwayat kriminal, aparat keamanan negara tersebut tak mengizinkannya untuk masuk ke negara tersebut. Dan sialnya, segev malah diserahkan ke pemerintah Israel.

Riwayat kriminalnya kembali ke 14 tahun yang lalu dimana ia pada tahun 2014 telah terjerat kasus penyelundupan lebih dari 30 ribu pil terlarang dari Belanda ke Israel dan pemalsuan paspor. Akibatnya ia harus mendekam di penjara selama lima tahun.

 

Lemahnya Keamanan Informasi Israel dan Kuatnya Iran

Berbagai surat-kabar Israel pada selasa lalu ramai mengabarkan tentang penangkapan mantan menteri Israel tersebut.

Di antara masalah yang dibahas berkenaan dengan hal ini adalah lemahnya keamanan intelejen Israel dan sebaliknya keberhasilan intelejen Iran menembus jantung informasi Israel.

Surat kabar srael, Haaretz menulis, “Digunakannya seseorang selevel Segev merupakan sebuah pencapaian besar bagi Republik Islam Iran dan badan intelejen negara tersebut.”

Media tersebut menambahkan, “Meskipun Segev dulunya adalah menteri, namun setelah ia meninggalkan jabatan tersebut, ia tetap memiliki hubungan dekat dengan diplomat-diplomat Israel.”

 

Mata-mata di Level Tertinggi

Surat kabar Israel al-Youm yang berada di bawah pengawasan Benjamin Netanayahu menyebut, Segev merupakan mata-mata di level tertinggi yang pernah ada sepanjang sejarah Israel.

“Tokoh terpenting yang memiliki hubungan dengan pihak luar sebelumnya adalah Marcus Kleinberg yang memiliki hubungan dengan pemerintah Uni Soviet. Mordechai Vanunu adalah tokoh lainnya. Ia juga pernah mengungkap rahasia program nuklir Tel Aviv,” tambah media Israel tersebut.

 

Dari Vanunu hingga Segev

Sejumlah media dan pengamat Israel saat menanggapi kabar penangkapan Segev menyinggung tentang kasus Vanunu yang juga telah tertangkap pada sekitar tiga dekade yang lalu.

Vanovo adalah seorang warga Israel keturunan Maroko. Ia sebelumnya adalah seorang teknisi nuklir Israel. Ia pada tahun 1986 telah mengungkapkan rahasia program senjata nuklir Israel kepada pers Inggris. Ia juga memberikan foto-foto rahasia berkenaan dengan tempat-tempat pengembangan atom dan hulu ledak atom milik Israel.

Salah seorang pengamat di bidang keamanan Israel di media Israel Maariv menulis, “Kasus Segev lebih berbahaya dibanding kasus Vanunu. Vanunu memberikan informasi kepada sebuah surat kabar, namun Segev melakukan hubungan dengan sebuah negara musuh.”

Ia menambahkan, “Segev menghadiri pertemuan-pertemuan di pemerintahan, ia juga mengenal dengan baik akses energi dan air serta situs-situs nuklir. Ini adalah sebuah pencapaian besar bagi Iran di mana mereka mampu memanfaatkan seorang mantan menteri Israel.”

 

Kerugaian di Aspek Keamanan

Mengenai seberapa besar kerugian Israel di aspek keamanan, menurut media-media Israel berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun sebagian pengamat Israel menganggap hal ini sebagai pencapaian besar Iran namun pengamat lainnya menganggap hal itu tak akan memberikan kerugian yang berarti bagi Israel.

Menukil dari sejumlah sumber keamanan Israel, Channel 4 Israel mengnungkapkan bahwa kerugian yang diperoleh oleh Israel dalam kasus ini sangatlah kecil.

Maariv juga mengkritik perangkat keamanan intelejen Israel yang dianggap begitu lemah dalam menangani masalah ini. “Segev telah menjadi mata-mata bagi Iran. Padahal Shin Bet telah lama menjaga dan mengawasi Segev selama 15 tahun agar tidak dimanfaatkan oleh Hizbullah.”

Yadioth Ahronoth, media Israel lainnya, menulis, “Kerugian-kerugian Israel yang disebabkan oleh mata-mata ini masuk ke Iran melalui Hizbullah.”

Ayatullah Ali Khamanei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran (Rahbar) di hari raya Idul Fitri pada hari jumat pekan lalu melakukan pertemuan dengan para pejabat negara, para rakyat Iran dari berbagai kalangan dan para duta besar negara-negara Islam.

Dalam pidatonya, Pemimpin Revolusi Iran mengungkapkan bahwa salah satu faktor dan unsur terpenting dalam menjaga harga diri dan kehormatan umat Islam adalah menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan menghilangkan segala pertikaian di dalam tubuh umat Islam. Seperti biasa, Ia menekankan Israel adalah biang kerok utgama terjadinya perpecahan di Timur Tengah dan di negara-negara Islam.

“Masalah rezim Zionis adalah tak adanya legalitas. Rezim yang didirikan dengan dasaran yang ilegal. Dengan kehendak Tuhan dan tekad umat Islam sedunia (Israel) pasti akan hancur dan akan lenyap dari dunia,” tegasnya.

Dilansir dari situs informasi resmi Pemimpin Revolusi Islam Iran, Rahbar menuturkan, para negara adidaya dan agresor pada saat ini selalu memberlakukan politik adu domba khususnya kepada umat Islam di Timur Tengah. “Hanya satu cara untuk menghadapi siasat Amerika Serikat dan Zionis. Yaitu memahami strategi mereka dan terus melawan,” tuturnya.

Ayatullah Seyed Ali Khamenei menilai, tugas yang diemban para pemegang pemerintahan negara-negaraIslam, aktifis politik dan agama serta para budayawan sangatlah krusial.

Mengenai tujuan pendirian rezim Israel, Rahbar mengatakan, “Salah satu tujuan utama pendirian rezim ini adalah penciptaan pertikaian dan problem di dalam negara-negara Islam. Namun sejarah akann membuktikan bahwa rezim Zionis yang tak memiliki legalitas tersebut pasti tak akan berusia lama.”

Pada hari Selasa (1962018) polisi berhasil menangkap empat orang terduga teroris di dua tempat yang berbeda: Kebumen, Jawa Tengah dan Bandung, Jawa Barat.

Irjen Pol Setyo Wasisto Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri menyatakan, pihaknya masih mendalami keterlibatan empat orang tersebut dalam kegiatan terorisme. Dugaan sementara empat orang yang telah ditangkap tersebut terkait dengan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Lebih lanjut Setyo menyatakan, diduga juga bahwa keempatnya tergabung dalam Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), yang mana dua kelompok ini terafiliasi dengan ISIS.

“Itu JAD. Pasti mereka yang ditangkap ada kaitannya dengan kasus-kasus lalu,” ucap Setyo di Mabes Polri, Jakarta, hari ini (21/6/2018).

Setyo tidak menjelaskan lebih lanjut terkait kasus yang dimaksud. Keempat orang yang diamankan tersebut berinisial R, MN, F, dan FT alias FM. Mereka melakukan komunikasi dengan menggunakan akun Telegram.

Sejumlah barang bukti juga telah disita dari para terduga teroris tersebut, antara lain ponsel, dompet berisi KTP dan sejumlah uang.

Saat ini Densus 88 Antiteror sedang melakukan pendalaman terhadap pada terduga teroris tersebut.

Amir Khojasteh wakil rakyat Hamedan sekaligus ketua Persahabatan Parlemen Iran dan Palestina dalam Dewan Islam Perwakilan Rakyat pada wawancaranya dengan tim wartawan Qodsna berkaitan pernyataan Pemimpin Tertinggi Islam Iran prihal Referandum Palestina, berkata: permasalahan Palestina merupakan bagian dari ideologi umat Islam yang sayangnya telah dinodai oleh Israel dengan dukungan dari Amerika.

Dia menambahkan: Palestina adalah negara yang terzalimi dan Pemimpin Tertinggi Islam Iran mengatakan bahwa perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman adalah satu-satunya cara untuk dapat membebaskan masyarakat Palestina. 
Dia melanjutkan: Poin penting yang diisyarahkan oleh Pemimpin Tertinggi Islam Iran berkaitan dengan Referandum Palestina adalah Denokrasi yang makna hakikinya adalah menjungjung tinggi suara dan pendapat masyarakat.
Ketua Persahabatan Parlemen Iran dan Palestina melanjutkan: Berbeda dengan Amerika, mereka berusaha untuk mengoperasikan transaksi selama satu abad. Mereka berusaha untuk menjual kesepakatan dengan para pemimpin Arab untuk mengakhiri masalah Palestina. Dan ini adalah skenario kolonial yang sangat berbahaya karena mereka hanya akan membuat masyarakat Palestina semakin tertindas. Tetapi di depan Pemimpin Tertinggi Islam Iran, Referendum adalah jalan keluar yang telah dibahas bertahun-tahun yang lalu.
"Jika Anda benar-benar menginginkan penyelesaian terhadap masalah Palestina maka mari kita mengadakan Referendum di Palestina dan berjuang untuk membela suara dan pendapat rakyat serta menghormati apapun hasilnya," lanjutnya, berbicara kepada para pemimpin Barat.
Dan di akhir dia berkata: Referendum adalah sebuah fenomena perlawanan dari apa yang disebut kesepakatan abad. Referendum, yaitu demokrasi dalam arti yang sebenarnya dan menghormati suara dan pendapat masyarakat. Referendum berarti akhir dari skenario kolonial.