کمالوندی
Dari Konsensus Global Akhiri Perang Gaza hingga Ancaman Trump terhadap Rusia dan Cina
Presiden AS dalam pernyataan terbaru yang ditujukan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, mengumumkan menjatuhkan tarif dan sanksi lain terhadap Rusia, jika Putin tidak mengakhiri perang dengan Ukraina.
Tehran, pars Today- Donald Trump mengumumkan pada hari Selasa bahwa Rusia memiliki waktu 10 hari untuk mengakhiri perang di Ukraina atau menghadapi sanksi AS.
Trump menekankan,"Jika Moskow tidak menghentikan perang, kami akan mengenakan tarif dan hal-hal lainnya."
Trump, yang tampaknya merujuk pada presiden Rusia, mengatakan:"Saya tidak tahu apakah ini akan memengaruhi Rusia atau tidak, karena jelas dia ingin melanjutkan perang, tetapi kami akan mengenakan tarif dan berbagai hal lainnya."
Senator AS menyerukan diakhirinya perang Gaza
Ketika dukungan Presiden AS Donald Trump terhadap kejahatan rezim Zionis terus berlanjut, Pemimpin Minoritas Senat AS Chuck Schumer dan puluhan senator Demokrat lainnya menyerukan perluasan bantuan kemanusiaan di Gaza dan melanjutkan upaya diplomatik untuk mengakhiri perang.
Surat tersebut menyatakan bahwa krisis kemanusiaan akut di Gaza tidak berkelanjutan dan semakin memburuk setiap harinya.
Caracas: AS menculik 33 anak Venezuela
Menteri Luar Negeri Venezuela Ivan Khel mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah menculik 33 anak Venezuela setelah memisahkan mereka dari keluarganya
Ini adalah tindakan kriminal, tidak manusiawi, dan tercela, serta tidak pantas bagi pemerintah yang mengaku membela kebebasan sambil menginjak-injak hak-hak paling mendasar anak-anak.
Pernyataan tersebut menyimpulkan: Kami menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat bagi mereka semua. Mereka harus dipersatukan kembali dengan keluarga mereka sekarang.
Tanggapi Ancaman AS, Cina Lanjutkan Pembelian Minyak dari Iran
Duta Besar Cina untuk Tehran menanggapi tekanan AS terhadap Beijing agar berhenti membeli minyak dari Republik Islam Iran dan Rusia serta menaikkan tarif terhadap Cina dengan mengatakan bahwa Beijing menentang sanksi sepihak Washington dan perdagangan normal antara Cina dan Iran tidak akan terpengaruh secara negatif oleh tindakan ini.
Tehran, Pars Today- Dubes Cina untuk Iran, Cong Peiwu hari Rabu (30/7/2025) mengatakan, "Cina menentang hegemoni dan unilateralisme, terutama sanksi unilateral AS."
"Perdagangan normal antara Tehran dan Beijing tidak akan terpengaruh secara negatif oleh faktor eksternal," ujar Peiwu.
Duta Besar Cina untuk Tehran juga mencatat,"Faktanya, dalam beberapa tahun terakhir, kami telah menyadari tindakan buruk AS dan telah menjaga komunikasi kami dengan pihak-pihak terkait, termasuk pihak Iran, sehingga perdagangan normal kedua belah pihak tidak terpengaruh oleh tindakan tersebut."
Menteri Keuangan AS scott bessent baru-baru ini menyatakan kekhawatirannya tentang pembelian minyak Iran oleh Cina dalam konferensi pers di Stockholm dan mengancam Beijing bahwa mereka akan menghadapi tarif 100 persen jika terus membeli minyak dari Iran dan Rusia.
Konferensi New York: Israel harus mengakhiri agresinya
Para pemimpin dan perwakilan negara-negara peserta Konferensi Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, dalam pernyataan bersama yang disebut Deklarasi New York, menyerukan rezim Zionis untuk menghentikan pembangunan permukiman dan mengakhiri agresinya terhadap wilayah Palestina.
Deklarasi konferensi tersebut, yang dihadiri oleh sekitar 100 negara dan diselenggarakan di markas besar PBB atas prakarsa Prancis dan Arab Saudi, menyatakan,"Kami, para pemimpin dan perwakilan yang berkumpul di Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah sepakat untuk mengambil langkah-langkah kolektif dan terkoordinasi guna mengakhiri perang di Gaza."
Mengapa Barat Butuh Waktu Lama untuk Mengakui Negara Palestina?
Diperlukan genosida agar pemerintah Barat mempertimbangkan kembali dukungan mereka terhada[ rezim Israel dan berupaya mengakui negara Palestina.
Middle East Eye baru-baru ini melaporkan bahwa Prancis dan Inggris, keduanya anggota Dewan Keamanan PBB dan G7, telah mengumumkan kesiapan mereka untuk mengakui negara Palestina.
Menurut Pars Today, Perdana Menteri Kanada, Mark Carney Kamis lalu mengatakan bahwa pemerintahnya juga bermaksud untuk mengakui Palestina pada Sidang Umum PBB mendatang di New York, dan semakin banyak negara Barat yang mengambil atau mempersiapkan sikap serupa.
Kini, muncul pertanyaan: mengapa negara-negara ini menunggu begitu lama untuk mengakui Palestina?
Tekanan Publik
Salah satu alasannya adalah transformasi mendalam opini publik Barat. Perubahan ini merupakan hasil dari upaya berkelanjutan selama bertahun-tahun oleh banyak individu dan organisasi untuk mengubah kebijakan resm negara-negara Barat. Dampak genosida Gaza terhadap opini publik, berkat kampanye-kampanye ini, jauh lebih cepat dan lebih luas daripada biasanya. Perubahan saat ini tak dapat diubah lagi, serupa dengan apa yang terjadi setelah pembantaian Sharpeville di Afrika Selatan pada 1960.
Dihadapkan dengan krisis kemanusiaan yang semakin meningkat di Gaza dan tekanan publik yang semakin besar, pemerintah-pemerintah Barat terpaksa bertindak. Sebagian besar memilih solusi simbolis dan berbiaya rendah seperti mengakui Palestina, untuk menghindari langkah-langkah yang lebih praktis seperti embargo senjata atau diplomatik. Namun, respons ini menunjukkan bahwa tekanan dari kampanye publik dapat memberikan hasil yang nyata.
Kebuntuan Akibat Tindakan Israel
Alasan kedua, perkataan dan tindakan Israel selama ini telah membuat pemerintahan Barat menemui jalan buntu.
Selama beberapa dekade, Barat menggunakan "solusi dua negara" bukan sebagai kebijakan praktis, melainkan sebagai slogan politik yang memungkinkan Israel mencaplok tanah Palestina dan menggusur penduduknya. Namun kini para pemimpin Israel secara terbuka menyuarakan tujuan mereka untuk mengusir warga Palestina dari Gaza, mencaplok Tepi Barat, dan mencegah pembentukan negara Palestina.
Kegagalan Rencana Alternatif
Alasan ketiga adalah kegagalan rencana Trump untuk mengganti "penentuan nasib sendiri Palestina" dengan "normalisasi hubungan Arab-Israel". Kesepakatan Abad bukan hanya tidak membantu menyelesaikan masalah Palestina, tetapi juga mendorong Israel, dengan dukungan resmi Arab, untuk mengejar solusi sepihaknya. Namun upaya ini gagal pada 7 Oktober 2023. Saat ini, perjanjian normalisasi apa pun tanpa jaminan pembentukan negara Palestina tidak dapat dipertahankan.
Kesimpulan
Faktanya, Israel telah diuntungkan atas pendudukan ilegalnya di Palestina dan kebijakan kriminalnya selama bertahun-tahun. Sungguh memalukan bahwa pemerintah Barat mempertimbangkan kembali posisi mereka setelah terjadi genosida di Gaza. Sudah saatnya bagi pemerintah-pemerintah ini untuk mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia, tidak hanya melalui tindakan simbolis, tetapi juga dengan memutus kerja sama militer dan ekonomi mereka dengan Israel.
Analisis Mengejutkan dari Pelapor Khusus PBB, Mengapa Barat Takut Mengutuk Israel?
Pelapor Khusus PBB Urusan Palestina dalam sebuah pesan menyebut negara-negara Barat tidak kompeten dan gagal menerapkan hukum internasional terhadap rezim Zionis.
Menurut Pars Today, Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Palestina Pendudukan mengunggah pesan di jejaring sosial X yang menilai negara-negara Barat sama sekali tidak mampu menerapkan hukum internasional terhadap kejahatan Israel dan menyerukan sanksi, blokade militer, penghentian perdagangan, dan penuntutan para pelaku kejahatan wilyah pendudukan..
Albanese menulis:“Ketidakmampuan mutlak para pemimpin Barat untuk menerapkan hukum internasional terhadap Israel merupakan contoh nyata dari ketidakaktifan. para menteri, perdana menteri, presiden tidak melakukan apa-apa. Mereka memutarbalikkan gagasan, mereka memberikan sanksi kepada beberapa menteri, tetapi ini bukanlah penerapan hukum internasional.”
Melanjutkan pesannya, pelapor PBB tersebut mencantumkan beberapa poin mengenai kewajiban para pemimpin dunia untuk mengutuk kejahatan rezim Zionis:
1. Boikot Israel sepenuhnya
2. Terapkan embargo senjata penuh terhadap Israel
3. Hentikan blokade alih-alih hanya memberikan makanan kepada rakyat yang kelaparan
4. Hentikan semua perjanjian perdagangan dengan Israel hingga genosida, pendudukan, dan apartheid berakhir
5. Selidiki dan hukum individu dan entitas yang telah melakukan kejahatan di wilayah Palestina pendudukan.
Pelapor khusus PBB yang baru-baru ini dikenai sanksi oleh Departemen Luar Negeri AS atas "upaya ilegal dan memalukan untuk memaksa Mahkamah Pidana Internasional mengambil tindakan terhadap pejabat, perusahaan, dan eksekutif Amerika dan Israel," mengatakan,"Saya bahkan lebih ngeri bahwa negara saya, Italia, bersama dengan Yunani dan Prancis, yang merupakan pihak dalam Statuta Roma, mengizinkan Benjamin Netanyahu, yang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, untuk menerbangkan pesawatnya melintasi wilayah mereka menuju Washington, D.C. Ini tidak dapat diterima. Mereka seharusnya tidak memberinya hak istimewa seperti itu. Dia harus ditangkap."
Satu hal yang perlu digarisbawahi dalam konteks seruan Albanese kepada negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, untuk mengambil tindakan terhadap Israel adalah bahwa pemerintahan Trump tidak secara fundamental mengutuk rezim Zionis, melainkan justru menghukum lembaga yang mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi para pemimpin rezim Zionis atas kejahatan perang dengan memberikan sanksi kepada para hakim dan jaksa Mahkamah Pidana Internasional.
Di negara-negara Eropa, perpecahan dan ambivalensi juga mendominasi perilaku mereka. Terlepas dari tindakan beberapa negara seperti Spanyol dan Irlandia terhadap Israel dengan memboikotnya, sejumlah negara Eropa seperti Jerman, Hongaria, dan Republik Ceko memiliki posisi yang didasarkan pada dukungan terhadap rezim Zionis dan mencegah tindakan praktis apa pun oleh Uni Eropa terhadap Israel.
Poin lainnya, pihak Barat pada dasarnya telah menjadi pendukung dan pembela Israel. Bahkan pada awal perang Gaza, beberapa pemimpin Eropa melakukan perjalanan ke Israel, dan mendukung tindakan keras rezim Zionis terhadap Gaza.
Langkah-langkah Uni Eropa baru-baru ini untuk menangguhkan Perjanjian Kerja Sama dan Perdagangan Komprehensif antara Uni Eropa dan Israel, terutama mengingat hubungan yang hangat dan bersahabat antara beberapa negara anggota Eropa, seperti Jerman, Hongaria, dan Republik Ceko, dengan Tel Aviv, sebagian besar bersifat dangkal, propaganda, dan munafik.
Sebagaimana dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa, dari 27 negara anggota, 10 anggota serikat menentang revisi perjanjian ini, dengan demikian menunjukkan solidaritas praktis mereka dengan rezim Zionis.
Sementara itu, Jerman, sebagai pemasok senjata asing terbesar kedua ke Israel, terus mengekspor senjata ke rezim Zionis meskipun ada penolakan dari dalam negeri dan permintaan dari organisasi-organisasi hak asasi manusia.
Bunuh Diri dan Kehancuran Militer Rezim Zionis dari Dalam
Bunuh diri telah menjadi ancaman utama bagi tentara Israel sejak berakhirnya perang Gaza.
Situs web Amerika Media Line melaporkan, ketika perang di Gaza berakhir, pikiran untuk bunuh diri di kalangan tentara Israel akan meningkat lebih dari sebelumnya, dan Israel akan menghadapi gelombang bunuh diri di kalangan tentaranya.
Menurut Pars Today, statistik baru menunjukkan bahwa lebih dari 50 tentara Israel telah kehilangan nyawanya karena bunuh diri sejak awal perang Gaza. Angka ini mencakup 17 kasus pada tahun 2023, dan 21 kasus pada tahun 2024.
Media Ibrani juga melaporkan bahwa setidaknya 18 kasus bunuh diri tercatat pada paruh pertama tahun 2025, dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pada paruh yang sama tahun 2024. Angka-angka ini menunjukkan bahwa tren bunuh diri di kalangan tentara Israel tidak hanya meningkat dengan dimulainya perang Gaza, tetapi tampaknya tsunami bunuh diri militer akan terjadi dengan berakhirnya perang ini.
Dalam kasus terbaru, Roy Fischerstein, seorang prajurit cadangan di Brigade Lapis Baja ke-401 yang bertugas selama lebih dari 300 hari dalam perang dan berpartisipasi dalam evakuasi jenazah korban tewas dan terluka dari medan perang di gaza ditemukan melakukan aksi bunuh diri.
Meskipun akar dari fenomena bunuh diri di kalangan militer Israel bermula dari perang rezim Zionis dengan Lebanon, khususnya perang Juli 2006, yang setelahnya gelombang bunuh diri di kalangan militer Israel dimulai setelah mereka menderita berbagai gangguan mental, termasuk gangguan stres pascatrauma, fenomena ini menjadi jauh lebih nyata dan meningkat dengan dimulainya perang Gaza.
Terlepas dari semua penyensoran oleh rezim Israel, statistik menunjukkan bahwa empat tentara Israel bunuh diri hanya pada pertengahan Juli 2025.
Krisis ini dapat dianggap sebagai kombinasi dari berbagai faktor, seperti tekanan psikologis jangka panjang akibat perang, luka moral dalam menghadapi tindakan militer yang bertentangan dengan nilai-nilai individu, kurangnya sistem pendukung untuk memberikan dukungan psikologis yang efektif, dan isolasi sosial setelah meninggalkan dinas atau kembali ke masyarakat.
Salah satu dimensi yang terabaikan dari krisis ini adalah dampak langsung dari senjata yang ditembakkan bukan di medan perang, melainkan di benak para prajurit. Dalam banyak kasus, faktor yang mendorong tentara Israel melakukan aksi bunuh diri adalah pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak mereka. Tentara yang telah berjalan selama berjam-jam di terowongan, rumah-rumah dan jalan-jalan Gaza yang hancur, menembaki warga Palestina; telah melakukan pemerkosaan, teror dan segala macam kejahatan, dan sekarang, setelah beberapa waktu, diliputi rasa takut dan penyesalan dan hanya dapat berpikir untuk bunuh diri.
Dari perspektif lain, peningkatan kasus bunuh diri bukan sekadar krisis kemanusiaan, tetapi juga pertanda keretakan yang mendalam dalam struktur militer Israel. Kini, militer Israel yang selama bertahun-tahun hidup dengan narasi kekuasaan absolut dan tak terkalahkan harus menghadapi mimpi buruk kekalahan dan penolakan dari sebagian besar masyarakat, bahkan pemukim Zionis sendiir..
Psikolog Israel, Rona Ackerman mengatakan,"Perang meninggalkan bekas luka yang nyata dan kerusakan psikologis berlangsung lama; terutama di kalangan militer, karena mereka harus menunjukkan kekuatannya, sehingga sangat sulit untuk mengenali kelemahan yang muncul dalam jiwa dan pikiran mereka; hingga mencapai tahap kerusakan itu sendiri dan sejumlah tentara ini bunuh diri."
Opini publik Israel kini semakin muak dengan kebijakan yang mengobarkan perang Sebagian besar dari mereka menuntut diakhirinya perang di Gaza dan pembebasan sandera Zionis.
Oleh karena itu, banyak tentara Israel menghadapi kritik dan penolakan setelah kembali dari perang, yang membuat situasi semakin sulit bagi mereka. Banyak veteran dan anggota cadangan menggambarkan situasi mereka seolah-olah tersesat setelah kembali. Mereka tidak merasakan kedamaian di rumah, dan masyarakat tidak memahami apa yang telah mereka lihat dan alami.
Profesor Eyal Frucher, mantan kepala departemen kesehatan mental tentara Israel, telah memperingatkan agar tidak mengabaikan situasi menyedihkan saat ini dan berkata, "Pasukan Israel menghadapi banyak risiko, termasuk hilangnya pekerjaan dan runtuhnya kehidupan keluarga, rasa keterpisahan, dan pengalaman traumatis akibat perang."
Tampaknya salah satu ancaman paling serius bagi struktur militer Israel bukan lagi musuh eksternal, melainkan erosi internal pasukan militer; para prajurit yang kehilangan makna, motivasi, dan keyakinan di bawah tekanan psikologis.
Data statistik bunuh diri bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan gema hati nurani yang tersiksa; hati nurani yang runtuh di bawah beban penindasan yang mereka timpakan kepada rakyat Palestina yang tak berdosa.
Keheningan yang mematikan ini adalah seruan yang tak terdengar. Jika kemerosotan spiritual dan moral di kalangan tentara Zionis terus berlanjut, para pejabat Israel harus bersiap menghadapi gelombang bunuh diri dan gangguan psikologis yang lebih dahsyat di kalangan militer Zionis dalam waktu dekat.
Menghormati Orang Tua, Jalan Pertumbuhan Spiritual
Al-Quran berulang kali menekankan pentingnya menghormati orang tua, bahkan posisinya berada di samping konsep penting seperti tauhid.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra:23)
Menghormati dan berbuat baik kepada orang tua merupakan salah satu sifat utama para nabi. Sifat mulia ini bersanding bersama tauhid dan ketaatan kepada Allah swt yang menunjukkan kewajiban rasional dan manusiawi serta kewajiban agama.
Terkadang kita mungkin berpikir bahwa kebaikan kepada orang tua merupakan kebaikan dari pihak kita, padahal sebenarnya, menjalankan tugas ini memperpanjang umur dan menjadi dasar bagi anak-anak kita untuk bersikap baik kepada kita.
Rasa hormat kepada orang tua memperkuat semangat kerendahan hati dan rasa syukur dalam diri kita, karena mereka adalah guru pertama dalam kehidupan kita.
Selain itu, empati dan kecintaan kepada mereka akan menciptakan kedamaian batin, menuntun pada perkembangan spiritual. Sebab, merawat orang tua, terutama di usia lanjut, merupakan latihan kesabaran dan toleransi yang membantu pertumbuhan spiritual dan kesempurnaan moral kita.
Sementara doa dan keridhaan mereka menambah berkah dan keberhasilan spiritual dalam hidup kita. Oleh karena itu, bersikap baik kepada orang tua bukanlah kewajiban, melainkan kesempatan untuk menyucikan diri, membangun spitual, dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang makna hidup. slot gacor 2025
Optimislah, Jika Ingin Bahagia!
Optimisme atau berpikir positif merupakan pengerahan semua kapasitas mental yang positif, membangkitkan semangat, dan penuh harapan dalam hidup untuk menghindari menyerah pada faktor-faktor negatif yang diciptakan oleh pikiran dan perasaan-perasaan frustasi dalam hidup.
Dalam artikel Pars Today kali ini, kita akan membahas pentingnya optimisme atau berpikir positif dari sudut pandang Islam.
Siapakah seorang yang optimis?
Seorang yang optimis adalah seseorang yang tidak membiarkan penafsiran pesimistis tentang realitas dan perilaku orang lain masuk ke dalam pikirannya, dan yang menjauhkan pikiran dan fantasi negatif dari dirinya sendiri serta memiliki pandangan penuh harapan terhadap masa depan.
Pentingnya optimisme atau berpikir positif
Nilai optimisme merupakan tanda kesehatan jiwa dan kemurnian jiwa. Sebab, orang yang memiliki hati nurani yang bersih, dalam banyak kasus, hanya kebaikan dan keburukan yang muncul dalam pikirannya. Imam Ali (AS) berkata, “Optimisme yang baik adalah salah satu kualitas manusia terbaik dan karunia ilahi yang paling bermanfaat.”
Jenis-jenis pandangan positif
1- Berpikir positif terhadap Tuhan
Salah satu sifat yang diinginkan dari orang-orang beriman adalah keimanan yang baik kepada Tuhan, artinya memiliki harapan pada janji-janji ilahi, termasuk rezeki, pertolongan dan kemenangan bagi para pejuang, pengampunan dosa, dan semacamnya.
2- Berpikir pisitif terhadap diri sendiri
Dari perspektif Islam, jenis optimisme ini jika berlebihan tidak diinginkan, karena seseorang yang optimis terhadap dirinya sendiri melampaui batas melihat dirinya sebagai orang yang sempurna dan menjadi terobsesi dengan kehebatannya yang memunculkan kesombongan.
3- Berpikir positif terhadap orang lain
Pandangan positif terhadap orang-orang di sekitar mereka dan berbagai masalah merupakan salah satu anjuran agama Islam, yang juga ditekankan oleh para psikolog.
Optimisme, bukan kenaifan
Berpikir positif dan optimisme tidak selalu berarti kenaifan. Perlu dibedakan antara kedua kategori ini. Kenaifan didasarkan pada sikap tidak bertanggung jawab, tidak seperti optimisme yang sadar dan bertanggung jawab. Seorang mukmin juga cerdas, pintar, dan peka, sehingga tidak ada yang memanfaatkannya.
Dampak positif dan optimisme
Keamanan intelektual, menghilangkan kesedihan, menciptakan cinta, mencegah dosa, kesehatan mental, kebahagiaan dan kegembiraan, kesabaran.
Faktor positif dan optimisme
1 - Mengenali bahaya pesimisme 2 - Memperkuat iman 3 - Menyempurnakan pikiran.
Bagaimana Kedudukan Keindahan dalam Islam?
Agama Islam memandang penting keindahan, dan memerintahkan para pemeluk agama ilahi ini agar senantiasa menjauhi keburukan dan kekotoran diri mereka dan lingkungan tempat tinggalnya, serta tampil rapi dan indah ketika berinteraksi dengan orang lain.
Dalam artikel Pars Today kali ini, kita akan membahas pentingnya keindahan dari sudut pandang Islam.
Pengertian memperindah diri
Berhias atau memperindah diri berarti berpenampilan rapi, dan tindakan menghiasi secara harfiah berarti menghiasi dan mendekorasi. Akan tetapi, makna lain seperti teratur dan rapi, selaras, dan siap serta tanggap juga dikaitkan dengannya.
Keindahan dalam Al-Quran
Menurut Al-Quran, kemampuan untuk melihat keindahan merupakan salah satu anugerah bawaan dari Tuhan dalam jiwa manusia, dan keberadaan makhluk-makhluk indah di dunia merupakan respons terhadap keinginan bawaan ini dan merupakan anugerah yang sangat berharga dari Sang Pencipta yang Maha Bijaksana. Allah SWT dalam Al-Quran berfirman, Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang,". (Qs, Al-Saffat:6) Menurut ayat ini, Allah telah menjadikan bintang-bintang sebagai perhiasan langit dan menyebutnya sebagai suatu anugerah.
Pentingnya Berhias Diri dari Sudut Pandang Para Imam Maksum
Para Imamn kita telah menunjukkan pentingnya berhias, dan mereka sendiri telah mempraktikkannya sebelum orang lain dan telah mengumumkan pentingnya berhias di sisi Allah. Nabi Muhammad Saw menjelaskan pentingnya tradisi moral yang baik ini dengan mengatakan,“Sesungguhnya, Allah itu baik dan mencintai kebaikan, dan Dia bersih dan mencintai kebersihan; Allah itu suci dan mencintai yang suci, Dia bersih dan mencintai kebersihan.”
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, yang dirinya sendiri sangat zuhud, tidak pernah mengabaikan masalah memperhias diri. Sebuah riwayat diriwayatkan dari Nabi Muhamamd Saw yang menunjukkan bahwa persahabatan, keakraban, dan kekerabatan seharusnya tidak menyebabkan kurangnya hal ini.
Nabi Muhammad Sqw bersabda, “Hendaklah kalian masing-masing menghiasi dirinya untuk saudara Muslimnya, sebagaimana ia menghiasi dirinya untuk orang asing yang ia ingin lihat dalam bentuk terbaiknya.”
Jenis-jenis Perawatan Diri
Terdapat dua jenis perawatan diri yaitu: Perawatan diri ruhani dan perawatan diri lahiriah.
Perawatan diri rohani dapat dibagi menjadi tiga bagia antara lain perawatan pikiran, yang meliputi ilmu, kebijaksanaan, dan adab; perawatan tutur kata, serta perawatan perilaku.
Perawatan diri lahiriah
Terlepas dari dampak signifikan yang ditimbulkannya terhadap kesehatan pribadi dan sosial seseorang, perawatan diri dan perhiasan lahiriah merupakan salah satu keinginan alami seseorang dan terkait erat dengan fitrahnya. Rasulullah saw bersabda,“Kebersihan sebagian dari iman.”
Konflik Internal hingga Hilangnya Dukungan Dunia; Dampak Perang Gaza atas Israel
Analis politik menyoroti konflik hebat pejabat politik dan militer Rezim Zionis seputar Gaza, dan berbicara soal berkurangnya keampuhan isu Anti-Semit di Barat untuk menjustifikasi kejahatan Israel.
Talal Atrissi, menyebut genosida Israel di Gaza, yang dipimpin Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu, semata-mata dilakukan atas dasar motif politik sehingga memicu ketidakpuasan di dalam tubuh Angkatan Bersenjata Zionis.
Ia menambahkan, “Para mantan komandan militer Israel, terang-terangan menuduh Netanyahu mengeksploitasi Angkatan Bersenjata untuk mencapai prestasi-prestasi politik dan pribadinya. Hal ini tidak pernah terjadi sepanjang sejarah Rezim Zionis, dan menjadi bukti konflik di antara pejabat politik dan militer rezim ini.”
Menurut Atrissi, sampai sekarang Netanyahu, tidak mampu meraih tujuan-tujuannya di tengah konsistensi kelompok perlawanan Palestina terutama Hamas, dan masalah ini telah menyebabkan warga sipil termasuk perempuan serta anak-anak dijadikan target serangan oleh Israel untuk memberikan tekanan di lapangan.
“Rezim Zionis telah kehilangan banyak capaiannya, dan narasi yang mencoba mereka bangun terkait kehadiran alamiah di kawasan mendapat penentangan luas dari masyarakat Barat, dan kawasan Asia Barat,” ujarnya.
Atrissi menegaskan, “Isu Anti-Semit yang selalu dipakai Zionis untuk menjustifikasi kebijakan-kebijakannya sudah luntur, dan publik terutama di Barat, sudah berubah pandangan, bersamaan dengan meningkatnya tuntutan hukuman atas pejabat tinggi Israel, di pengadilan internasional.”
Rezim Zionis pada Oktober 2023 memulai perang terhadap Jalur Gaza, dengan dua tujuan yaitu menumpas Hamas, dan memulangkan para tawanan Zionis dari Gaza.
Akan tetapi tidak ada satu pun dari tujuan Netanyahu itu yang berhasil dicapai, dan Rezim Zionis terpaksa menandatangani kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas.
PM Spanyol Serukan Eropa Hentikan Ekspor Senjata ke Israel
Perdana Menteri Spanyol meminta negara-negara anggota Uni Eropa untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel.
Tehran, Pars Today- Menyikapi reaksi internasional atas kejahatan rezim Zionis di Gaza, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez meminta semua negara anggota uni Eropa untuk menangguhkan perjanjian kemitraan dengan rezim Zionis dan menghentikan ekspor senjata ke Israel.
Perdana Menteri Spanyol hari Kamis mengatakan,"Kita tidak bisa tinggal diam dalam menghadapi pelanggaran terang-terangan hukum humaniter internasional di Gaza dan pembunuhan lebih dari 50.000 orang."
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menekankan bahwa jika situasi di Jalur Gaza tidak membaik, negara-negara Eropa harus memperkuat posisi kolektif mereka terhadap Israel.
Ia juga menegaskan bahwa pengakuan terhadap Palestina bukan hanya tanggung jawab moral, tetapi juga kebutuhan politik.
Di Inggris, lebih dari 300 tokoh negara ini menulis surat kepada Perdana Menteri Keir Starmer untuk menyerukan diakhirinya keterlibatan London dalam kejahatan Israel di Jalur Gaza.
Para penandatangan surat tersebut telah meminta pemerintah Inggris untuk menangguhkan penjualan senjata kepada Israel dan menekan rezim tersebut agar mengizinkan bantuan kemanusiaan segera masuk ke Gaza.
Sebelumnya, lebih dari 800 pengacara, akademisi, dan hakim di Inggris mengirim surat kepada Keir Starmer untuk mendesak Perdana Menteri negara tersebut mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum internasional dan mengambil tindakan terhadap kejahatan rezim Israel di Gaza.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric hari Kamis mengumumkan bahwa 600 truk yang membawa bantuan kemanusiaan siap memasuki Gaza di persimpangan Karim Abu Salem, tetapi Israel telah mencegah organisasi internasional tersebut mengaksesnya untuk menerima dan mendistribusikan bantuan ini selama tiga hari terakhir.
Peringatan PBB tentang penolakan kerja sama Israel dalam mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza muncul pada saat tentara Israel telah mengeluarkan pernyataan yang memerintahkan evakuasi segera wilayah-wilayah di Jalur Gaza utara.
Dalam pernyataan ini, tentara Israel meminta penduduk wilayah Atatrah, kota Jabalia, dan lingkungan Shuja'iya, Al-Darj, dan Al-Zaytoun di utara dan timur Kota Gaza untuk segera meninggalkan wilayah-wilayah tersebut.
Sementara itu, Amnesti Internasional dalam sebuah pernyataan menyatakan bahwa pemukim Zionis telah menggusur komunitas suku Palestina.
Dalam pernyataan ini, Amnesti Internasional mengecam tindakan pemukim Zionis di Tepi Barat terhadap warga sipil Palestina.
Bagaimana Keseriusan Prancis Akui Negara Palestina?
Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadapi jalan yang sulit ke depan di bawah tekanan dari lobi Zionis untuk mengakui negara Palestina yang merdeka.
Tehran, Pars Today- Media internasional baru-baru ini melaporkan bahwa Macron condong ke arah pengakuan negara Palestina yang merdeka. Reuters menulis bahwa pejabat Prancis sedang mengevaluasi langkah tersebut menjelang konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diselenggarakan bersama oleh Prancis dan Arab Saudi dari tanggal 17 hingga 20 Juni. Konferensi tersebut diharapkan dapat menentukan parameter peta jalan untuk pembentukan negara Palestina yang merdeka.
Kantor berita tersebut menambahkan, jika Macron tegas dalam keputusannya, Prancis, yang memiliki populasi Muslim dan Yahudi terbesar, akan menjadi negara Barat berpengaruh pertama yang mengakui negara Palestina yang merdeka. Langkah Prancis tersebut akan memberikan momentum bagi negara-negara kecil lainnya yang secara umum lebih kritis terhadap Israel.
Menteri Luar Negeri Norwegia, Espen Barth Eide kepada Reuters mengatakan,"Jika Prancis bergerak ke arah pengakuan negara Palestina yang merdeka, beberapa negara (Eropa) akan mengikutinya."
Sikap Macron berubah di tengah serangan gencar Israel di Gaza dan meningkatnya kekerasan oleh pemukim Zionis di Tepi Barat, dan Paris menilai saat ini harus bertindak sebelum gagasan solusi dua negara hancur selamanya.
“Kita harus beralih dari kata-kata ke tindakan. Menghadapi fakta, prospek negara Palestina harus dipertahankan. Langkah-langkah yang tidak dapat diubah dan nyata diperlukan,” kata penasihat Macron untuk Asia Barat, Anne-Claire Legendre dalam sebuah pertemuan di New York pada 23 Mei.
Pejabat Israel telah berusaha selama berbulan-bulan untuk mencegah apa yang mereka gambarkan sebagai bom nuklir dalam hubungan bilateral dengan Prancis,
Pengakuan Palestina sebagai negara merdeka oleh Prancis, sekutu terdekat Israel dan anggota Kelompok Tujuh, pasti akan membuat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu marah.
Menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut, rezim Israel telah memperingatkan Prancis tentang pengurangan kerja sama dalam berbagi informasi, dengan mengatakan hal itu akan mempersulit rencana Paris di wilayah tersebut.
Pejabat Prancis mengatakan mereka tidak akan terpengaruh oleh kritik atau tekanan dari rezim Israel untuk membatalkan keputusan mereka.
Seorang pejabat senior Prancis mengatakan,"Jika ada momentum dalam sejarah ketika ia mengakui negara Palestina, meskipun hanya secara simbolis, saya akan mengatakan bahwa momentum ini mungkin telah tiba."
Para ahli percaya bahwa perubahan posisi pemerintah Prancis terhadap Israel, pada saat semua mata tertuju pada perkembangan di Gaza, bisa jadi lebih merupakan permainan politik dan eksploitasi status quo daripada proses operasional untuk mendukung Palestina.



























