کمالوندی
Karrar, Tank Iran dengan Teknologi Canggih
Karar adalah tank tempur utama Iran yang diluncurkan pada tanggal 12 Maret 2016.
Salah satu peralatan militer Iran yang paling penting dan terkenal adalah tank Karrar, yang dirancang dan diproduksi sendiri oleh industri pertahanan negara Iran.
Menurut laporan Pars Today, tank Karrar dikembangkan sebagai tank tempur utama dengan tujuan meningkatkan kemampuan tempur pasukan darat Iran dan mengurangi ketergantungan pada tank asing.
Tank Karrar berbobot sekitar 51 ton dan dilengkapi lapisan baja komposit canggih yang memberikan perlindungan signifikan terhadap peluru penembus lapis baja, rudal anti-tank, dan pecahan peluru peledak. Tank ini dilengkapi dengan meriam 125 mm yang mampu menembakkan berbagai amunisi, termasuk peluru penembus lapis baja dan amunisi tandan, yang memiliki daya rusak tinggi terhadap target berlapis baja maupun tak berlapis baja.
Karrar juga memiliki sistem kendali tembakan canggih yang, dengan bantuan kamera penglihatan malam, penandaan target laser, dan sistem penyesuaian bidikan otomatis, memungkinkan penembakan akurat bahkan dalam kondisi sulit. Mesin tank yang bertenaga memungkinkannya melaju dengan kecepatan sekitar 70 km/jam di jalan raya dan memiliki kemampuan manuver yang baik di medan berat.
Salah satu keunggulan tank Karrar adalah kemampuannya untuk melawan ancaman modern dan integrasinya dengan sistem komando dan kendali digital, yang memungkinkan koordinasi yang lebih baik dalam operasi kelompok. Desain asli tank ini menunjukkan kemajuan industri pertahanan Iran dalam pembuatan peralatan lapis baja berat dan peningkatan kemampuan tempur angkatan darat.
Secara keseluruhan, tank Karrar merupakan simbol kemandirian Iran di bidang peralatan militer darat dan memainkan peran penting dalam meningkatkan kemampuan pertahanan pasukan darat negara ini.
Perang 12 Hari | Iran Menghancurkan Jantung Teknologi Perang Israel dan Pusat Soft Power Tel Aviv
Kepala Institut Weizmann Israel mengakui bahwa institut tersebut mengalami kerusakan parah akibat serangan rudal Iran.
"Bau mesiu yang terbakar masih tercium di udara... Penelitian bertahun-tahun berubah menjadi abu dalam semalam. Ini bukan laboratorium, melainkan jantung teknologi Israel."
Demikianlah kata-kata Alon Chen, Kepala Institut Weizmann, yang menggambarkan reruntuhan institut itu. Kepala Institut Weizmann Rezim Zionis mengatakan dalam sebuah dokumenter di Saluran 12 Israel, Serangan rudal Iran terhadap Weizmann menyebabkan banyak kerusakan dan kehancuran. Di sini masih tercium bau mesiu yang terbakar. Hasil karya para ilmuwan Israel terbakar dan musnah. Penelitian bertahun-tahun hancur. Kami merasakan kesedihan dan keputusasaan, air mata dan tangisan!”
Wajah Alon Chen yang terpukul, terpampang di samping gambar-gambar puing dan kehancuran, merupakan cerminan objektif dari keterkejutan mendalam yang menimpa sistem ilmiah dan keamanan rezim Zionis. Kalimatnya, yang berbunyi: “Iran menghancurkan mercusuar ilmu pengetahuan Israel. Hasil karya para ilmuwan Israel terbakar dan runtuh,” bukan sekadar pengakuan emosional atas bencana lokal, melainkan pengakuan pahit atas kemunduran salah satu pilar strategis keamanan dan kekuatan rezim Israel dalam percaturan regional.
Institut Weizmann, yang dalam narasi resmi Tel Aviv digambarkan sebagai simbol kemajuan sains Israel, sebenarnya merupakan bagian tak terpisahkan dari rantai produksi kekuatan keras dan lunak rezim Zionis. Rantai ini mencakup riset biologi dan siber hingga teknologi dwiguna yang melayani industri militer dan unit intelijen seperti Unit 8200 tentara Israel.
Menurut Yoel Guzansky, peneliti di Institut Keamanan Nasional Israel (INSS), markas ini lebih dari sekadar institusi ilmiah, melainkan "inti strategis keunggulan kualitatif Israel dalam perang-perang mendatang".
Serangan Iran yang tepat dan terarah terhadap markas ini bukanlah reaksi emosional atau pamer. Serangan itu merupakan tindakan yang disengaja dan cerdas dalam kerangka doktrin pencegahan kognitif Iran. Berdasarkan doktrin ini, infrastruktur yang, meskipun tampak sipil, berperan dalam perancangan, pengembangan, dan dukungan mesin perang dan pendudukan, dibebaskan dari kekebalan dan menjadi target sah respons pencegahan.
Serangan terhadap Institut Weizmann merupakan kegagalan arsitektur mental dan runtuhnya narasi strategis. Narasi yang selama beberapa dekade digunakan Israel untuk menampilkan keunggulan teknologinya sebagai penjamin keamanan nasional dan perisai pertahanan terhadap ancaman regional.
Beberapa media Barat dengan jelas menunjukkan perkembangan ini. Euronews, dalam sebuah laporan analitis, menggambarkan Weizmann sebagai "tulang punggung teknologi dwiguna Israel" dan menekankan bahwa markas ini memainkan peran vital dalam mentransfer pencapaian ilmiah ke proyek-proyek informasi militer.
The Guardian, merujuk pada runtuhnya doktrin pencegahan unilateral Israel, menganggap serangan Iran sebagai "runtuhnya mitos tentang kekebalan infrastruktur lunak Israel".
Analis dari majalah seperti New Yorker dan Associated Press juga mengakui bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, Israel menerima pukulan strategis yang tidak hanya merusak infrastruktur militernya tetapi juga mengguncang pilar-pilar epistemik kekuatan lunaknya.
Dalam analisis berjudul "Runtuhnya Kekuatan Lunak Israel: Serangan Presisi Iran terhadap Ibu Kota Ilmiah Tel Aviv", Brookings Institution menekankan bahwa serangan ini bukan sekadar pukulan bagi pusat penelitian, melainkan pukulan bagi inti kekuatan lunak Israel, yang telah dibangun selama bertahun-tahun melalui proyek-proyek seperti inovasi ilmiah, diplomasi teknologi, dan kerja sama ilmiah dengan Eropa dan Amerika Serikat.
Brookings lebih lanjut memperingatkan bahwa Israel sedang memasuki tahap di mana "perang bayangan" tidak lagi aman dalam naungan "tempat perlindungan ilmiah dan sipil".
RAND Corporation, merujuk pada kerja sama ekstensif Weizmann dengan industri militer Israel, menganalisis bahwa serangan presisi ini merupakan model baru "pencegahan cerdas" Iran yang tujuannya tidak terbatas pada infrastruktur militer, dan di mana pun ia melayani agresi dan mesin perang hibrida Israel, ia akan menjadi target yang sah.
RAND menilai serangan ini sebagai bagian dari "perang kognitif dan psikologis Iran melawan pilar-pilar legitimasi Israel". Sebuah perang yang kini telah memasuki tahap operasi konkret dan nyata.
Institut Washington (WINEP) juga menganggap serangan ini sebagai titik balik dalam strategi regional Iran dan menyatakan dalam laporan terbarunya, Iran telah dengan jelas menunjukkan bahwa mereka tidak hanya akan merespons agresi Israel terhadap infrastruktur vitalnya secara simetris secara militer, tetapi juga akan membebankan biaya strategis yang mendalam dan jangka panjang kepada Tel Aviv yang akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih.
Kesimpulan dari analisis ini menyajikan gambaran yang jelas tentang transformasi yang sedang berlangsung, sebuah transformasi di mana perang teknologi dan sains rezim palsu Israel tidak akan lagi berlanjut dalam ruang hampa, dan respons Iran terhadap agresi akan memiliki dimensi yang lebih dari sekadar respons militer.
Apa Tujuan Amerika Melucuti Senjata Hizbullah Lebanon?
Amerika Serikat telah meningkatkan tekanannya terhadap Lebanon untuk memaksa negara itu melucuti senjata Hizbullah sesegera mungkin dengan menyetujui keputusan resmi di kabinet.
Tehran, Pars Today- Sejak gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel ditetapkan, pemerintahan Amerika Serikat telah mengangkat isu pelucutan senjata Hizbullah.
Tuntutan ini semakin keras sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden Amerika Serikat, yang menyebabkan tekanan terhadap pemerintah Lebanon semakin meningkat.
Bahkan, tindakan ini telah dijadikan prasyarat untuk dimulainya kembali negosiasi penghentian operasi militer Israel di Lebanon. Pertanyaan pentingnya, mengapa Amerika Serikat bersikeras pada pelucutan senjata Hizbullah dan apa tujuan pemerintahan Washington dalam hal ini?
Alasan dan tujuan terpenting AS dalam mendesak pelucutan senjata Hizbullah Lebanon untuk mewujudkan kepentingan Israel.
Rezim Zionis mengklaim menciptakan tatanan regional baru di Asia Barat, dengan fokus pada dominasi Israel di kawasan. Untuk membentuk tatanan tersebut, pelemahan poros perlawanan menjadi agenda, dan AS bertindak sejalan dengan agenda Zionis.
Meskipun AS dalam kontak dengan pejabat pemerintah Lebanon mengklaim bahwa pelucutan senjata Hizbullah dan pemusatan senjata di tangan militer Lebanon akan menguntungkan kepentingan Beirut, tapi faktanya Washington tidak memikirkan apa pun selain kepentingan Tel Aviv.
Sehubungan dengan hal ini, seorang anggota parlemen Lebanon mengatakan,"Amerika tidak bekerja untuk kepentingan Lebanon, tetapi untuk kepentingan Israel. Mereka ingin memaksakan perintah dan agenda dengan kekerasan. Mereka ingin Lebanon memenuhi semua komitmennya, tetapi mereka tidak meminta imbalan apa pun dari Israel."
Alasan penting lain tujuan AS melucuti senjata Hizbullah demi menempatkan Lebanon di jalur normalisasi hubungan dengan rezim Zionis. Faktanya, melucuti senjata Hizbullah sama saja dengan mengabaikan ancaman dari rezim Zionis dan memfasilitasi keterlibatan Lebanon dalam normalisasi hubungan dengan Israel.
Menormalkan hubungan Lebanon dengan rezim Zionis sangat penting bagi Isarel,i karena Hizbullah, yang saat ini memegang posisi penting dalam struktur kekuasaan Lebanon, dianggap sebagai salah satu aktor terpenting dalam poros perlawanan. Tujuan penting AS lainnya untuk memengaruhi situasi politik dan keamanan di Lebanon.
Di satu sisi, AS berusaha menciptakan keretakan antara Hizbullah dan partai serta gerakan politik Lebanon lainnya. Di sisi lain, dengan melucuti senjata Hizbullah, bahkan mengusulkannya (tanpa melaksanakannya), AS berusaha menurunkan bobot politik perlawanan di Lebanon menyikapi dinamika perubahan yang meluas di panggung politik negara tersebut.
Seorang anggota parlemen Lebanon pendukung Hizbullah mengungkapkan, "Tujuan Washington dan Israel di balik ini cukup jelas. Mereka ingin menghancurkan Hizbullah dan membuat Lebanon menentangnya dengan mengancam bahwa Lebanon akan kehilangan peluang dan menunjukkan konsekuensi jika tidak menyerahkan senjata Hizbullah."
Pertanyaan pentingnya, bagaimana Hizbullah bereaksi terhadap perlucutan senjata tersebut? Hizbullah telah mengumumkan dalam pesan terbarunya kepada Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, bahwa Hizbullah tidak akan bersedia menyerahkan senjatanya dalam keadaan apa pun, meskipun Israel menarik diri dari Lebanon selatan.
Kelanjutan Agresi Zionis ke Lebanon, Suriah, dan Gaza, dan Serangan Drone Yaman ke Israel
Tentara Yaman mengumumkan peluncuran tiga serangan pesawat tak berawak yang berhasil terhadap posisi Israel di Jaffa, Ashkelon, dan Gurun Negev, dan mengumumkan bahwa operasi ini akan berlanjut hingga agresi terhadap Gaza berhenti.
Tehran, Pars Today- Juru Bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Yahya Saree mengumumkan bahwa tentara Yaman menargetkan posisi rezim Zionis di wilayah pendudukan dengan lima pesawat tanpa awak dalam tiga tahap.
Saree mengumumkan bahwa dalam serangan pertama, dua pesawat tanpa awak Yaman menghantam target sensitif di Jaffa.
Dalam serangan kedua, dua drone Yaman menyerang pusat militer di Ashkelon, dan dalam operasi ketiga, sebuah pesawat tanpa awak menyerang target militer di wilayah Negev.
Dalam pernyataan militer Yaman, rakyat negara-negara Arab dan Islam diimbau untuk memenuhi tugas mereka membela rakyat Palestina dan mengutuk kejahatan Zionis dengan turun ke jalan dalam beberapa hari mendatang.
Pangkalan tentara Suriah di Latakia diserang serangan udara Israel
Sumber-sumber lokal Suriah melaporkan serangan udara militer rezim Zionis terhadap posisi Brigade ke-107 tentara Suriah di provinsi Latakia di barat daya negara itu.
Al-Mayadeen melaporkan bahwa serangan itu terjadi di Desa Zama, yang terletak di pinggiran selatan Kota Jableh di Provinsi Latakia.
Setelah serangan itu, ledakan keras terdengar di seluruh area.
Sumber-sumber sipil di Sweida melaporkan bahwa helikopter-helikopter tentara Israel terus terbang di wilayah selatan Suriah, dan pesawat nirawak serta pesawat pengintai Israel terus terbang tanpa henti selama beberapa jam.
Rezim Zionis menyerang sebuah kota di Lebanon selatan
Sumber-sumber Lebanon melaporkan serangan artileri Israel di kota perbatasan Aita al-Shaab di Lebanon selatan.
Menurut Al-Mayadeen, serangan itu terjadi dalam rangka bentrokan yang sedang berlangsung antara pasukan perlawanan dan tentara rezim Zionis di wilayah perbatasan Lebanon selatan.
Belum ada laporan mengenai kemungkinan korban jiwa atau kerusakan yang dipublikasikan sejauh ini.
104 warga Palestina lainnya gugur dalam serangan rezim Zionis
Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan dalam sebuah laporan bahwa 104 syahid dan 399 korban luka telah dipindahkan ke rumah sakit Gaza dalam 24 jam terakhir.
Menurut laporan tersebut, 60 syuhada termasuk di antara mereka yang hadir di lokasi untuk menerima bantuan kemanusiaan.
Dengan demikian, jumlah syuhada di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 60.138 dan jumlah korban luka telah mencapai 142.269.oerang.
Kesyahidan seorang tahanan Palestina di penjara-penjara Zionis
Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa Sail Abu Nasr (60 tahun), seorang tahanan di Jalur Gaza yang ditangkap pada tahun 2023 telah gugur.
Pernyataan Hamas menyatakan bahwa kesyahidan tahanan Palestina ini merupakan kejahatan lain dalam catatan hitam kejahatan rezim Zionis terhadap para tahanan dan anak-anak Palestina.
Gerakan iHamas memperingatkan tentang bahaya situasi bencana yang dialami para tahanan di dalam penjara-penjara rezim Zionis.
Para tahanan Palestina dirampas kebutuhan dan hak-hak mereka yang paling mendasar, termasuk air, makanan, dan pakaian, dan rezim Zionis menggunakan pengabaian terhadap masalah medis dan perawatan mereka sebagai alat untuk pembunuhan bertahap mereka.
Apa yang Melatari Bunuh Diri Tentara Israel?
Meskipun slogan palsu militer dan kabinet Zionis tentang "kemenangan mutlak" dalam perang Gaza dan klaim mereka menghancurkan kekuatan Hamas, tapi meningkatnya jumlah bunuh diri di tentara Israel mencerminkan realitas lain dan mengungkap krisis besar rezim Zionis dalam perang ini.
Meskipun akar fenomena bunuh diri di kalangan tentara Israel bermula dari perang rezim Zionis dengan Lebanon, khususnya perang Juli 2006, dan setelah itu gelombang bunuh diri di kalangan tentara Israel dimulai setelah mereka menderita berbagai gangguan mental, termasuk "gangguan stres pascatrauma", fenomena ini menjadi semakin nyata setelah Operasi Badai Al-Aqsa, yang dilancarkan perlawanan Palestina terhadap rezim Israel pada 7 Oktober 2023.
Menurut laporan Pars Today mengutip Tasnim, sejak awal Perang Gaza, dan meskipun tentara Israel telah memberlakukan kebijakan sensor militer yang ketat terhadap media rezim dan tidak mengizinkan publikasi statistik akurat tentang korban jiwa, baik di lapangan maupun bunuh diri, sumber-sumber Ibrani telah berulang kali memperingatkan tentang peningkatan kasus bunuh diri yang mengkhawatirkan di kalangan tentara Israel.
Kasus bunuh diri terbaru di kalangan tentara Israel, yang tentu saja telah dilaporkan di media, terkait dengan bunuh diri Ariel Taman, seorang prajurit cadangan tentara pendudukan, yang mengakhiri hidupnya di rumahnya di Palestina selatan yang diduduki. Tentara Israel itu bertugas di Unit Identifikasi Mayat IDF, salah satu misi yang paling menuntut secara psikologis. Televisi Channel 12 Israel melaporkan bahwa empat tentara Israel lainnya telah bunuh diri pada pertengahan Juli saja, dan bahwa tingkat bunuh diri di antara pasukan Israel telah meningkat secara signifikan sejak awal perang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Mengapa tentara Zionis berpikir untuk bunuh diri?
Selama berbagai periode perang tak berujung yang dilancarkan rezim ini dengan negara-negara Arab, terutama rakyat Palestina, para tentara rezim Zionis telah melakukan kejahatan yang tak terbayangkan dan tak terpahami oleh manusia mana pun dalam hal kekejaman dan kebiadaban. Tentu saja, melihat sebagian kecil dari kejahatan ini saja sudah menyebabkan kerusakan psikologis yang parah bagi setiap individu, tetapi para tentara Zionis bukan hanya tidak terpengaruh setelah melakukan kejahatan ini dan tidak merasa menyesal, tetapi mereka juga bangga dengan kebrutalan ini dan mempublikasikannya di media dan jejaring sosial.
Sejak awal perang Gaza, banyak laporan telah dipublikasikan oleh media rezim ini tentang gangguan mental dan psikologis serta cedera yang dialami para tentara Zionis. Namun, cukup jelas bahwa ketegangan psikologis pasukan pendudukan Zionis bukan disebabkan oleh penyesalan atas kejahatan yang mereka lakukan terhadap warga sipil tak berdosa, terutama perempuan dan anak-anak, melainkan karena pukulan berat dan belum pernah terjadi sebelumnya yang mereka derita dari perlawanan.
Trauma psikologis di antara pasukan cadangan tentara Zionis, terutama yang lebih muda, lebih nyata dibandingkan di antara perwira dan prajurit rezim pendudukan lainnya.
Dalam hal ini, Ravital Hofil, seorang penulis Zionis dan pakar gangguan mental, menerbitkan sebuah artikel untuk mengkaji trauma psikologis para prajurit Zionis yang bekerja secara rutin atau sebagai pasukan cadangan untuk tentara pendudukan. Sebagian dari artikel ini menyatakan, Pasukan tentara reguler mengira bahwa setelah tiga tahun pandemi Corona, tentara telah sepenuhnya siap, tetapi tiba-tiba perang dimulai dan kami menyaksikan pemandangan yang mustahil dikendalikan. Terlepas dari hilangnya nyawa pasukan Israel yang terus-menerus, kerugian psikologis dari perang ini sangat besar, dan bahkan pasukan yang berhasil bertahan hidup pun merasa bahwa hidup mereka telah berakhir.
Eyal Fruchter, mantan kepala departemen kesehatan mental tentara Israel, juga memperingatkan agar tidak mengabaikan situasi mengerikan saat ini, dengan mengatakan, Para prajurit cadangan menghadapi banyak risiko, termasuk hilangnya pekerjaan dan runtuhnya kehidupan keluarga mereka, perasaan terpisah, dan pengalaman traumatis akibat perang.
Psikolog Israel, Rona Ackerman mengatakan bahwa perang meninggalkan bekas luka yang nyata dan kerusakan psikologis berlangsung lama, terutama di kalangan tentara. Karena mereka harus menunjukkan kekuatan mereka, sehingga sangat sulit untuk mengenali kelemahan yang muncul dalam jiwa dan pikiran mereka, hingga mencapai tahap melukai diri sendiri dan sejumlah prajurit ini bunuh diri.
Di antara berita yang disensor tentang statistik bunuh diri di tentara Israel, Saluran Kan Israel mengatakan bahwa sejak awal tahun 2025, 16 tentara Israel telah bunuh diri. Pada tahun 2024, tercatat 21 kasus bunuh diri di tentara Israel, dan angka ini setara dengan 17 kasus pada tahun 2023.
Berapa Banyak Warga Palestina yang Gugur di Gaza demi Sepotong Roti?
Kementerian Kesehatan Palestina menerbitkan laporan tentang jumlah warga Gaza yang gugur di pusat-pusat penyaluran bantuan kemanusiaan.
Tehran, Pars Today-Kementerian Kesehatan Palestina dalam sebuah laporan baru-baru ini mengumumkan bahwa 60.332 warga Palestina gugur dan 147.643 lainnya luka-luka dalam serangan Israel di Gaza dari 7 Oktober 2023 hingga 1 Agustus 2025.
Berdasarkan laporan ini, dalam 24 jam terakhir, 91 orang gugur di pusat-pusat bantuan kemanusiaan yang dikelola oleh AS dan rezim Zionis di Gaza, dan lebih dari 666 orang luka-luka.
Angka baru ini menambah jumlah korban yang gugur dalam mengakses bahan makanan yang telah mencapai 1.330 orang dan jumlah korban luka telah mencapai 8.818 orang.
Perlu disebutkan bahwa badan-badan PBB telah menggambarkan pusat-pusat distribusi bantuan di Gaza sebagai "jebakan maut".
Pusat-pusat ini didirikan pada Februari 2025 dengan nama "Yayasan Amal Gaza" dengan klaim bahwa Hamas mencuri bantuan kemanusiaan untuk mengambil alih tugas distribusi bantuan dari PBB. Klaim yang telah berulang kali dibantah oleh PBB.
Dalam hal ini, dua perusahaan keamanan swasta Amerika, Safe Reach Solutions dan UG Solutions, mengambil alih pekerjaan pendistribusian bantuan di empat pusat, dan tentara Israel juga ditempatkan di sekitar pusat-pusat distribusi makanan tersebut.
Aitor Zabalgogeazkoa, Koordinator Darurat Dokter Lintas Batas di Gaza, telah menggambarkan kondisi pusat-pusat ini dalam pidatonya,"Keempat pusat distribusi tersebut terletak di wilayah yang telah dikuasai penuh oleh Israel setelah menggusur penduduk," Luasnya seperti lapangan sepak bola, dikelilingi gundukan tanah, kawat berduri, dan menara pengawas."
"Hanya ada satu pintu masuk, dan ketika petugas GHF memasukkan kotak-kotak makanan ke dalam dan membuka pintu, ribuan orang masuk bersamaan, berebut gandum terakhir," ungkap Aitor Zabalgogeazkoa.
"Jika seseorang datang lebih awal dan mendekati pos pemeriksaan, mereka akan ditembak. Jika mereka datang tepat waktu tetapi ada kerumunan dan mereka melompati tanggul atau kawat berduri, mereka tetap ditembak. Jika mereka datang terlambat, mereka tetap ditembak karena wilayah tersebut dianggap sebagai zona evakuasi,"tegasnya.
Apa Motif Utusan Khusus Trump ke Gaza?
Saat Gaza bergulat dengan krisis kemanusiaan dan kelaparan, perjalanan Steve Witkoff ke wilayah tersebut telah menjadi tontonan kontroversial.
Tehran, Pars Today- Dalam kunjungan simbolis dan dramatis, Steve Witkoff, Perwakilan Khusus AS untuk Timur Tengah, dan Mike Huckabee, Duta Besar AS untuk wilayah pendudukan, mengunjungi pusat-pusat distribusi bantuan di kota Rafah, selatan Jalur Gaza.
Lawatan ini mengabaikan seruan Palestina untuk melihat dampak kejahatan harian yang dilakukan oleh Zionis terhadap warga sipil Palestina; pada saat kelaparan merajalela di Gaza dan situasi kemanusiaan telah memburuk.
Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavit, mengklaim bahwa tujuan kunjungan ini adalah untuk mengunjungi pusat-pusat distribusi makanan dan menyusun rencana untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan.
"Witkoff dan Huckabee akan mendengarkan langsung pernyataan warga Gaza dan akan menyampaikan laporan tentang situasi di Jalur Gaza kepada Trump agar rencana akhir distribusi makanan dapat dimasukkan ke dalam agenda," kata Leavit
Bersamaan dengan kunjungan Witkoff ke Rafah, Ryan al-Faqaawi, seorang anak Palestina, ditembak dan dibunuh oleh penembak jitu Israel di sebuah pusat penerimaan bantuan di barat Rafah, yang terletak di selatan Jalur Gaza.
Juru bicara Gedung Putih mengumumkan bahwa tujuan kunjungan tersebut adalah untuk mengunjungi pusat-pusat distribusi makanan dan meningkatkan bantuan kemanusiaan. Namun, selama kunjungan tersebut, 17 warga Palestina, termasuk 6 warga sipil yang sedang antre untuk menerima bantuan, ditembak mati oleh tentara Israel. Pembunuhan ini dan kebijakan kelaparan yang diterapkan rezim Israel di Gaza terus berlanjut.
Hamas: Kunjungan Witkoff adalah aksi pamer dan propaganda untuk memperbaiki citra pemerintah AS
Izzat al-Rishq, anggota biro politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menganggap kunjungan Witkoff ke Gaza sebagai aksi pamer dan propaganda untuk memperbaiki citra pemerintah AS, dan menekankan bahwa mengakui bencana kelaparan di Gaza tanpa meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab berarti membebaskan para pelaku kejahatan.
Organisasi masyarakat sipil Palestina juga mendesak Witkoff untuk mengunjungi rumah sakit dan stasiun pembuangan limbah di Gaza untuk melihat langsung situasi kemanusiaan yang memprihatinkan di Jalur Gaza.
Organisasi-organisasi ini sangat menentang kunjungan apa pun yang semata-mata bertujuan untuk memperbaiki citra penjajah, dan menyoroti pembunuhan setidaknya 1.200 warga Palestina di depan pusat-pusat bantuan di Gaza.
Situasi ini menunjukkan dukungan Amerika terhadap rezim Israel dan ketidakpeduliannya terhadap penderitaan warga sipil Palestina.
3 Faktor Mengguncang Posisi Netanyahu, Dari Operasi Badai Al-Aqsa Hingga Perang 12 Hari
Satu bulan setelah serangan rezim Zionis terhadap Iran pada 13 Juni 2025, Benjamin Netanyahu dan partai Likud masih belum mampu memenangkan mayoritas parlemen dalam jajak pendapat yang kredibel.
Al Jazeera Net menulis dalam sebuah catatan, Meskipun tidak dapat dikatakan bahwa perang rezim Zionis terhadap Iran berakhir dengan gencatan senjata pada 24 Juni 2025, tampaknya perang ini belum mampu meningkatkan popularitas Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri rezim Zionis dan partai berkuasa Likud, secara signifikan di rezim pendudukan.
Menurut laporan Pars Today, mengutip Al-Alam Network, setelah sebulan sejak dimulainya perang rezim Zionis terhadap Republik Islam Iran, jajak pendapat menunjukkan bahwa posisi Netanyahu telah terguncang. Alasan terguncangnya posisi Netanyahu berakar pada tiga faktor utama:
1. Pentingnya dan sensitivitas kegagalan keamanan 7 Oktober 2023
2. Peran Netanyahu dan koalisi yang berkuasa di dalamnya, kegagalan mencapai tujuan Perang 12 Hari terhadap Iran
3. Inflasi politik dan pertumbuhan gerakan sayap kanan yang berlebihan
Kegagalan Keamanan Rezim Israel pada 7 Oktober 2023
Kegagalan rezim Zionis Israel pada 7 Oktober 2023, lebih dari faktor lainnya, memengaruhi posisi Netanyahu dan Partai Likud. Kegagalan ini terjadi dalam dua dimensi keamanan dan militer. Dimensi pertama adalah ketidakmampuan lembaga keamanan Israel yang kuat, seperti Shin Bet dan intelijen keamanan militer rezim, untuk memprediksi operasi kelompok-kelompok perlawanan Palestina. Oleh karena itu, berkurangnya peringatan yang diperlukan untuk memobilisasi pasukan dan mengambil tindakan pencegahan terhadap pejuang perlawanan Palestina.
Dimensi kedua dari kegagalan ini adalah ketidakmampuan Israel untuk membendung kemajuan militer awal gerakan Hamas, yang menyebabkan penetrasi pasukan perlawanan Palestina ke kota-kota dekat perbatasan Gaza dan tewasnya sekitar 1.200 warga Israel.
Namun, terkait Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, Netanyahu bukan hanya tidak mau bertanggung jawab, ia justru menyalahkan semua lembaga keamanan dan militer dan berpura-pura tidak bersalah. Ia bahkan membandingkan insiden tersebut dengan serangan Jepang di Pearl Harbor (serangan mendadak oleh Angkatan Udara dan Laut Kekaisaran Jepang terhadap Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor) dan bertanya, "Apakah Franklin Roosevelt dianggap bertanggung jawab atas serangan Jepang tersebut?"
Netanyahu berusaha membatasi tanggung jawab hanya kepada badan-badan keamanan dengan membentuk komite internal di militer, Shin Bet, dan Mossad, serta mengurangi tekanan sosial untuk membentuk komite independen.
Trump berusaha menutupi kegagalan ini dengan mengklaim keberhasilan militer di Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman, dan Iran 22 bulan setelah operasi 7 Oktober, tetapi kegagalan 7 Oktober tetap menjadi isu terpenting dalam atmosfer politik Israel, dan Perang 12 Hari terhadap Iran gagal meringankan bebannya.
Kegagalan mencapai tujuan penuh Perang 12 Hari terhadap Iran
Dalam serangan terbarunya terhadap Iran, Israel mengklaim telah mencapai beberapa keberhasilan, termasuk mengkonsolidasikan superioritas udara, tetapi gagal total mencapai tujuan ambisius seperti "menghancurkan program nuklir Iran", "melumpuhkan kemampuan rudalnya", dan "mengubah struktur pemerintahan Iran".
Inflasi politik dan pertumbuhan sayap kanan yang berlebihan
Di sisi lain, sumber-sumber politik menekankan bahwa komposisi politik kabinet Netanyahu telah menjadi sangat rapuh dalam beberapa minggu terakhir. Perselisihan dengan partai-partai keagamaan Ortodoks seperti "Yudaisme Torah Bersatu" telah menyebabkan partai ini meninggalkan kabinet, dan kehadiran partai keagamaan "Shas" juga telah sangat berkurang.
Dalam situasi saat ini, penarikan diri bahkan salah satu dari dua partai, "Ben-Gvir" atau "Smotrich", dapat menyebabkan runtuhnya kabinet, sementara di masa lalu, penarikan diri satu partai saja tidak berpengaruh pada kelangsungan kabinet.
Bayang-bayang kekalahan beruntun, terutama kekalahan 7 Oktober, terus menghantui Netanyahu, baik secara politik maupun popularitasnya di kalangan pemukim Zionis. Hal ini mungkin menandai akhir karier politiknya dengan meningkatnya persaingan dan munculnya alternatif dari sayap kanan, terutama dengan gerakan Gadi Eizenkot, mantan komandan militer, yang telah memisahkan diri dari koalisi "Kamp Nasional" yang dipimpin Benny Gantz dan kemungkinan akan membentuk aliansi dengan Naftali Bennett.
Apa Dampak Demografi dari Militeristik Kabinet Netanyahu di Wilayah Pendudukan?
Perang yang berulang kali dilakukan rezim Zionis, terutama perang selama 12 hari yang dipaksakan terhadap Republik Islam Iran, yang disertai dengan respons rudal Iran yang tegas, telah berdampak besar pada populasi di Palestina Pendudukan.
Perang berulang yang dilancarkan rezim Zionis terhadap negara-negara di kawasan telah menyebabkan wilayah-wilayah pendudukan terdampak perang lebih parah daripada perkembangan lainnya dalam 22 bulan terakhir. Selama periode ini, fokus utama kabinet ekstrem Netanyahu adalah perang dan konflik dengan Palestina, Lebanon, Suriah, Yaman, dan Iran.
Menurut laporan Pars Today, perang-perang ini telah menimbulkan banyak konsekuensi bagi wilayah-wilayah pendudukan, tetapi salah satu konsekuensi penting yang kurang diperhatikan dan semakin nyata dalam beberapa hari terakhir adalah dimensi demografi. Media-media Israel telah membahas beberapa isu terkait hal ini dalam beberapa hari terakhir.
Isu pertama adalah bahwa orang-orang Yahudi dari seluruh dunia berimigrasi ke wilayah-wilayah pendudukan dengan janji keamanan dan kemakmuran yang lebih besar, tetapi perang yang berkelanjutan dan perang besar-besaran baru-baru ini dengan Iran, yang menyebabkan kehancuran dan kerusakan besar di wilayah-wilayah pendudukan, telah menunjukkan bahwa keamanan imigran Yahudi di wilayah-wilayah pendudukan bukan hanya tidak meningkat, tetapi bahkan nyawa mereka pun terancam dan bayang-bayang perang terus membebani.
Oleh karena itu, imigran Yahudi, yang, tidak seperti rakyat Iran, tidak memiliki identitas nasional dan latar belakang sejarah, mencari negara yang aman untuk berimigrasi, dan ini merupakan salah satu konsekuensi sosial penting dari perang kabinet Netanyahu yang berulang dan berkepanjangan bagi kaum Zionis.
Sehubungan dengan hal ini, surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth menulis, Setelah serangan rudal Iran, orang Israel mencari "negara teraman bagi orang Yahudi" di Google dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Surat kabar ini menulis bahwa setelah serangan rudal Iran terhadap Israel pada hari pertama Perang 12 Hari, pencarian orang Israel di Google untuk negara teraman bagi orang Yahudi meningkat sebesar 5.000 persen.
Masalah lainnya adalah bahwa perang yang sedang berlangsung, dan terutama genosida di Gaza, yang dalam beberapa minggu terakhir disertai dengan kelaparan yang disengaja terhadap rakyat Gaza, menyebabkan bukan hanya rezim Israel, tetapi juga kaum Zionis yang tinggal di Wilayah Pendudukan menyaksikan rasa jijik dan kebencian publik di seluruh dunia. Turis Israel tidak aman di banyak negara di seluruh dunia, mereka diancam, dihina, dipermalukan, dan dipukuli.
Faktanya, sementara rezim Zionis, dengan dukungan Amerika, terus melakukan genosida terhadap rakyat Gaza tanpa hukuman, para pemukim Zionis harus membayar harga yang mahal atas genosida di Gaza.
Stasiun TV Israel, Channel 12, melakukan survei dan mengumumkan bahwa 56 persen warga Israel takut bepergian ke luar negeri karena kritik internasional terhadap rezim Zionis.
Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan, Turis Israel dipukuli dan diperlakukan dengan memalukan di restoran, jalanan, dan hotel di seluruh dunia akibat perang Gaza.
Enrique Zimmerman, pakar hubungan internasional rezim Israel baru-baru ini menyatakan keprihatinannya, Hal-hal yang kita dengar tentang Israel di seluruh dunia saat ini sangat menyakitkan dan konsekuensinya akan menjadi jelas di tahun-tahun mendatang. Israel menjadi lebih terisolasi dari sebelumnya.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa perang yang berulang, terutama Perang 12 Hari dengan Republik Islam Iran dan genosida di Gaza, menyebabkan kaum Zionis menghadapi ancaman keamanan yang serius, baik di dalam Wilayah Pendudukan maupun di luar negeri. Hal ini merupakan salah satu alasan serius di balik meluasnya penentangan di Wilayah Pendudukan terhadap kebijakan perang kabinet Netanyahu.
Venezuela: Dunia Harus Hentikan Kejahatan Israel di Gaza
Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez menyatakan bahwa dunia harus menghentikan kejahatan di Gaza.
Venezuela: Dunia harus menghentikan kejahatan Zionis di Gaza
Wakil Presiden Venezuela menyerukan dunia untuk menghentikan kejahatan rezim Zionis terhadap Gaza, dan menilainya sebagai rencana sistematis untuk menghancurkan rakyat di wilayah tersebut.
Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez, melalui kanal Telegram resminya mengutuk pembantaian warga Palestina oleh pasukan Zionis saat mereka "putus asa menunggu makanan" dan menekankan, "Dunia harus menghentikan kejahatan di Gaza."
Ia menyatakan,"Kejahatan ini bukanlah sebuah kesalahan, tetapi bagian dari rencana sistematis untuk menghancurkan Gaza dan anak-anaknya, di mana kelaparan dan pemboman adalah senjata genosida."
sebelumnya, Presiden Venezuela, mengecam perang yang dilancarkan Rezim Zionis, terhadap rakyat Palestina. Menurutnya, negara-negara Muslim harus bersatu membela Palestina.
Nicolas Maduro menyoroti penderitaan rakyat Palestina, akibat perang genosida yang dilancarkan Rezim Zionis, terhadap mereka.
Ia menuturkan, masyarakat negara-negara Muslim, dan Global Selatan, harus menciptakan persatuan yang kuat, untuk membela Palestina.
Di sisi lain Ketua Majelis Nasional Venezuela, Jorge Rodriguez, saat membuka seminar internasional anti-fasis di Caracas, mengecam perang genosida Israel, terhadap rakyat Palestina, dan menekankan solidaritas dengan Palestina.
"Rumah sakit-rumah sakit dibombardir, seluruh universitas, dan sekolah hancur, dan jelas semua yang dilakukan oleh industri militer AS, untuk berbisnis," ujarnya.
Rodriguez menambahkan, "Pihak yang mengirim bom, jet tempur, dan rudal, kejahatannya tidak lebih kecil dari para pembunuh yang dikirim Netanyahu untuk membantai warga Palestina di Gaza."
Brasil: Kami akan Menjatuhkan Sanksi kepada Israel
Menteri Luar Negeri Brasil mengumumkan sanksi terhadap rezim Zionis atas genosida di Jalur Gaza.
Menteri Luar Negeri Brasil, Mauro Vieira mengumumkan bahwa negaranya telah memutuskan untuk menjatuhkan sanksi terhadap Israel, dengan mengatakan, Keputusan ini diambil sebagai tanggapan atas genosida yang dilakukan rezim Zionis di Gaza.
Vieira menambahkan bahwa sebagian dari langkah-langkah ini termasuk penangguhan ekspor peralatan militer Brasil ke rezim Israel.
Brasil Dukung BRICS Lawan Kebijakan Tarif Donald Trump
Brasil mengumumkan kebijakan negaranya akan memperkuat dukungan terhadap aliansi BRICS menghadapi ancaman tarif yang akan diberlakukan pada kelompok ini oleh Presiden AS, Donald Trump.
Tehran, Pars Today- Penaiehat Senior Presiden Brasil mengumumkan bahwa negaranya akan memperkuat dukungan terhadap aliansi BRICS meskipun AS mengancam akan mengenakan tarif pada kelompok tersebut.
Presiden AS Donald Trump telah dua kali menyerang Brasil bulan ini dengan kritik tajamnya.
Ketika Brasil menjadi tuan rumah pertemuan puncak 11 negara anggota BRICS, Trump mengancam akan mengenakan tarif 10% kepada negara mana pun yang "berpihak pada blok anti-Amerika ini."
Beberapa hari kemudian, Trump mengancam akan mengenakan tarif 50% atas barang-barang impor dari Brasil.
Menanggapi ancaman tersebut, Celso Amorim, penasihat senior urusan luar negeri Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, mengatakan bahwa Brasil berkomitmen terhadap kelompok BRICS.



























