کمالوندی
Iran Dukung PBB dan Rusia Tumpas Teroris di Suriah
Wakil Menteri Luar Negeri Iran urusan Arab dan Afrika menyatakan aksi terpenting yang harus diambil di Suriah adalah mengontrol perbatasan tetangga negara ini, dan keseriusan untuk memberantas terorisme sebagai pertimbangan penting dalam proses politik.
Hossein Amir Abdolahian dalam wawancara dengan wartawan IRIB menyikapi pertemuan menteri luar negeri AS, Rusia, Arab Saudi dan Turki di Wina yang membahas krisis Suriah yang digelar hari Jumat (23/10).
“Kini semua pihak harus mendukung penguatan proses politik di Suriah. Sebab pada akhirnya rakyat negara inilah yang akan menentukan masa depan negerinya,“ ujar wakil Menlu Iran Urusan Arab dan Afrika, hari Jumat.
“Sejumlah negara hingga saat ini memainkan peran negatif di Suriah dengan memperkuat terorisme, dan kini kita harus memikirkan peran konstruktif di Suriah,“ tegas Abdolahian.
Iran, tutur Abdolahian, mendukung langkah PBB dan aksi Rusia dalam menumpas teroris di Suriah.
Menurutnya, Iran melakukan lobi dengan Uni Eropa, negara-negara regional dan menegaskan urgensi memusatkan solusi politik yang realistis di Suriah.(
Jubir Kemlu Iran Kecam Serangan Bom di Pakistan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran mengecam serangan bom di Provinsi Sindh, Pakistan.
Marzieh Afkham dalam statemennya mengecam pemboman di Provinsi Sindh Pakistan yang menewaskan lebih dari 30 orang. Demikian dilaporkan kantor diplomasi media Kemlu Iran, Sabtu (24/10/2015).
Ia mengucapkan belasungkawa kepada pemerintah dan rakyat Pakistan terutama kepada para keluarga korban serangan tersebut.
Afkham menyebut para pelaku serangan bom di Provinsi Sindh sebagai musuh bangsa Pakistan dan umat Islam.
Jubir Kemlu Iran lebih lanjut mengungkapkan harapan para pelaku teror tersebut dapat ditangkap dan diadili atas kejahatannya.
Pada Kamis malam, ledakan bom terjadi ketika jemaah Muslim Syiah Pakistan sedang menunaikan shalat Maghrib di Provinsi Balochistan.
Aksi tersebut setidaknya menewaskan 10 orang, dan menciderai 13 lainnya, termasuk anak-anak
Kelompok teroris Lashkar-e-Jhangvi mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Lashkar-e-Jhangvi telah berulangkali melancarkan aksi teror terhadap Muslim Syiah Pakistan, terutama di bulan Muharam.
Pada hari Jumat kembali terjadi serangan bom di hari duka Tasua, 9 Muharam, di Provinsi Sindh yang merenggut nyawa setidaknya 20 orang.
Jumlah Penasihat Militer Iran di Suriah Ditambah
Pejabat Humas Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengabarkan peningkatan jumlah penasihat militer Iran di Suriah menyusul babak baru trasformasi di medan tempur untuk memberantas kelompok-kelompok teroris Takfiri di negara Arab itu.
Brigadir Jenderal Ramadhan Sharif dalam wawancara dengan FNA, Sabtu (24/10/2015) membantah isu kematian 15 pasukan IRGC di Suriah.
Ia mengatakan, pada Kamis dan Jumat, dua anggota pasukan Ansar gugur syahid.
Brigjen Sharif lebih lanjut mengucapkan belasungkawa kepada keluarga-keluarga Syuhada yang gugur dalam peperangan melawan teroris.
Pasukan Iran Siap Hadapi Ancaman di Setiap Titik dan Kapan pun Juga
Deputi sumber daya manusia Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Mohammad Hassan Baqeri menyatakan, “Pasukan angkatan bersenjata di semua sektor darat, udara dan laut, memiliki kemampuan memadai untuk menjawab segala bentuk ancaman di semua titik.”
Kantor berita IRNA melaporkan, Baqeri pada Sabtu malam (24/10/2015) mengatakan, “Menyusul upaya dan kerja keras para pejuang Islam, Angkatan Bersenjata Republik Islam lebih siap dari kapan pun.”
Baqeri mengatakan, “Pasukan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, dengan instruksi dari Panglima Besar (Rahbar), siap untuk melaksanakan tugasnya di setiap titik dan kapan pun juga dalam menghadapi ancaman musuh dengan sebaik-baik dan ini merupakan titik kekuatan Angkatan Bersenjata Iran.”
Pejabat militer Iran ini mengatakan, “Setan besar Amerika Serikat dan pihak-pihak dependennya telah mengerahkan semua yang mereka miliki untuk menghadang kebangkitan Islam dan sekarang ISIS dengan dukungan kaum imperialis, ingin mencoreng citra Islam di mana itu semua tidak lebih dari ilusi.”
Iran Terapkan Syarat Baru Bagi Investor Minyak Asing
Deputi urusan Internasional, Menteri Perminyakan Iran mengatakan, dalam kontrak-kontrak minyak baru Tehran, perusahaan-perusahaan asing harus memiliki sebuah mitra Iran.
Mehr News (25/10) melaporkan, Amir Hossein Zamani Nia, Ahad (25/10) menjelaskan syarat baru Iran untuk memulai kerja sama dengan perusahaan besar internasional di era pasca sanksi.
Ia menambahkan, “Salah satu syarat Kementerian Perminyakan Iran dalam kontrak-kontrak barunya bagi perusahaan-perusahaan internasional untuk masuk ke industri minyak Iran, harus dimilikinya satu mitra Iran agar selain investasi, perusahaan-perusahaan dalam negeri pun bisa diperkuat.”
Menurut Zamani Nia, tujuan diterapkannya syarat ini adalah alih teknologi dan sains ke dalam Iran.
“Hingga kini perusahaan-perusahaan dari Austria, Italia, Jerman, Perancis, Spanyol dan Inggris sudah berkunjung ke Iran untuk melakukan negosiasi. Pasalnya, peluang-peluang yang baik untuk investasi di industri minyak Iran, terbuka lebar,” paparnya.
Industri minyak dan gas Iran, kata Zamani Nina, bagi perusahaan-perusahaan internasional memiliki sejumlah daya tarik. Daya tarik ini membawa pengaruh yang baik untuk perekonomian dan politik Iran.
Deputi urusan internasional, Menteri Perminyakan Iran juga menuturkan, dengan diimplementasikannya kesepakatan nuklir dua bulan mendatang, perusahaan-perusahaan Iran dan asing, dapat merealisasikan penandatanganan kontrak-kontrak kerja sama.
Iran-Rusia Bekerjasama Patahkan Dominasi Internet AS
Menteri Komunikasi dan Teknologi Iran mengabarkan perluasan kerja sama Tehran-Moskow di bidang internet dan peluncuran satelit nasional.
IRNA (25/10) melaporkan, Mohammad Waezi, Ahad (25/10) di sela pertemuannya dengan Nikolay Nikiforov, Menteri Komunikasi dan Media Rusia di Tehran, menyinggung pertemuan internasional tentang internet yang akan digelar di markas PBB.
Ia menuturkan, “Dalam pertemuan dengan Menteri Komunikasi dan Media Rusia disepakati, dua negara akan bekerjasama untuk mematahkan dominasi Amerika Serikat di bidang internet.”
Waezi menjelaskan bahwa kerja sama bilateral Tehran-Moskow akan diperluas. “Langkah pertama, kedua negara masing-masing membuka radar-radarnya,” kata Waezi.
Menteri Komunikasi dan Teknologi Iran menekankan peningkatan level kerja sama pusat sains, riset dan universitas Iran-Rusia.
“Terkait hal ini, kedua negara akan memasarkan produk-produknya di pasar ketiga,” pungkasnya.
Iran Tukar Uraniumnya dengan “Kue Kuning” Rusia
Juru Bicara Badan Energi Atom Iran mengabarkan penyusunan akurat kontrak pertukaran uranium antara Iran dan Rusia.
Mehr News (25/10) melaporkan, Behrouz Kamalvandi, Jubir Badan Energi Atom Iran menegaskan bahwa pertukaran uranium dengan Rusia berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Pemimpin Revolusi Islam Iran atau Rahbar.
Ia menuturkan, “Terkait bahan pengayaan uranium yang diberikan Iran kepada Rusia, dan sebaliknya bahan yang diterima Iran, dapat dipastikan sesuai dengan isi kontrak yang disepakati.”
Kamalvandi menjelaskan, “Sudah diupayakan agar kontrak-kontrak antara Iran dan Rusia ditandatangani sedemikian rupa sehingga menutup kemungkinan munculnya masalah dan kesalahpahaman.”
Ayatullah Khamenei, Rahbar, baru-baru ini dalam suratnya untuk Presiden Iran mengumumkan syarat-syarat pelaksanaan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Dalam surat Rahbar disebutkan, langkah-langkah modernisasi pabrik-pabrik di Arak dengan menjaga identitas air beratnya, hanya bisa dimulai jika kontrak pasti dan dapat dipercaya terkait program alternatif serta jaminan yang cukup untuk melaksanakannya, ditandatangani.
Dalam surat tersebut juga dijelaskan, transaksi uranium terkayakan untuk ditukar “kue kuning” (Yellowcake) atau urania dengan negara asing, dapat dimulai jika kontrak dapat dipercaya dalam masalah ini, ditandatangani dengan jaminan yang cukup.
Pesan Haji Rahbar 1436 H
بِسم الله الرحمن الرحیم
والحمد لله رب العالمین و الصلاه و السلام علی سید الخلق اجمعین محمد و آله الطاهرین و صحبه المنتجبین و علی التابعین لهم باحسان الی یوم الدین
Dan salam sejahtera untuk Ka’bah yang mulia, poros tauhid dan pusat tawaf orang-orang Mukmin, serta tempat turunnya para malaikat, dan salam sejahtera untuk Masjidul Haram, Arafah, Mash’ar dan Mina, dan salam sejahtera untuk kalbu-kalbu khusyu’, lidah-lidah yang berzikir, mata-mata yang terbuka menuju keinsafan, benak-benak yang telah memahami pelajaran masa lalu; dan salam untuk kalian para hujjaj berbahagia yang berkesempatan mengucap Labbaik menjawab seruan Allah dan duduk di jamuan penuh nikmat ini.
Tugas pertama adalah perenungan dalam "labbaik" global, historis dan konstan ini.
إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Segala puja dan puji adalah milik-Nya, semua nikmat dari-Nya, dan seluruh kekuasaan dan kekuatan adalah milik-Nya. Inilah perspektif yang diberikan kepada pelaksana haji pada langkah pertama kewajiban penuh bobot dan makna ini, dan kelanjutan manasik ini, terbentuk seirama dengannya, dan kemudian diletakkan di hadapannya bak pendidikan yang kekal dan pelajaran yang tidak mungkin terlupakan, dan dia akan dituntut untuk menyusun program hidup berasaskan hal itu. Menimba pelajaran besar ini dan pengamalannya, bagaikan sumber penuh berkah yang dapat memberikan kesegaran, kegairahan dan dinamika dalam hidup umat Muslim serta membebaskan mereka dari berbagai kesulitan yang menjerat—sekarang dan di setiap periode.
Berhala keegoisan, kesombongan, hawa nafsu, berhala hegemoni dan kepatuhan pada hegemoni, berhala imperialisme global, berhala kemalasan dan ketidakbertanggungjawaban serta semua berhala yang menghinakan jiwa mulia manusia, akan termusnahkan dengan seruan Ibrahim ini, jika muncul dari lubuk hati yang terdalam dan menjadi program hidup, seta kebebasan, kemuliaan dan keselamatan akan menggeser ketergantungan, kesulitan dan penderitaan.
Saudara dan saudari pelaksana haji, dari bangsa dan negara manapun, hendaknya merenungkan kalimat penuh hikmah ilahi ini dan dengan pandangan teliti terhadap berbagai masalah dunia Islam khususnya di Asia Barat dan Afrika Utara, hendaknya mereka merenungkan tugas dan tanggung jawab untuk diri mereka berdasarkan kapasitas, fasilitas individu dan lingkungan, serta sungguh-sungguh mengupayakannya.
Dewasa ini, politik jahat Amerika Serikat di wilayah ini yang menjadi penyebab perang, pertumpahan darah, kerusakan, pengungsian, dan juga kemiskinan, keterbelakangan serta perselisihan etnis dan mazhab di satu sisi, dan kejahatan rezim Zionis yang telah menyampaikan perilaku penjajahan di negara Palestina hingga ke puncak kebuasan dan kekejian, penistaan repetitif atas wilayah suci Masjid al-Aqsa, serta pemusnahan nyawa dan harta warga tertindas Palestina di sisi lain, masalah utama kalian semua umat Islam adalah harus memikirkannya dan mengetahui tugas-tugas islami kalian di hadapan itu semua. Dan para ulama agama serta para elit politik dan budaya memiliki tugas lebih berat yang sayangnya kerap mereka abaikan. Para ulama alih-alih mengobarkan api perpecahan mazhab, dan para politisi daripada pasif di hadapan musuh, serta para elit budaya ketimbang sibuk pada isu-isu marginal, hendaknya mengidentifikasi penderitaan besar dunia Islam serta menerima dan melaksanakan tugas yang akan mereka pertanggungjawabkan di hadapan keadilan Allah Swt. Berbagai peristiwa memilukan di kawasan, di Irak, Suriah, Yaman, Bahrain, Tepi Barat Sungai Jordan, Jalur Gaza, dan sejumlah wilayah lain di negara-negara Asia dan Afrika, adalah masalah besar umat Islam yang harus disaksikan pada ujung jari propaganda imperialisme global dan dipikirkan solusinya. Bangsa-bangsa harus menuntut hal itu dari pemerintah-pemerintah mereka dan pemerintah juga harus berkomitmen dalam melaksanakan tugas beratnya.
Dan haji serta konsentrasi agungnya, merupakan panggung terpenting kemunculan dan pertukaran tugas-tugas bersejarah ini. Dan kesempatan Bara’ah (lepas tangan dari kaum musyrik dan taghut) yang harus dimanfaatkan dengan partisipasi semua hujjaj dari semua tempat, merupakan salah satu manasik politis paling jelas dalam kewajiban komprehensif ini.
Tahun ini peristiwa pahit dan merugikan Masjidul Haram membuat pahit lidah para hujjaj dan bangsa mereka. Benar bahwa para korban peristiwa itu sedang shalat, bertawaf dan beribadah, ketika menyambut pertemuan dengan Sang Haq, menggapai kebahagiaan besar dan insyaallah bersemayam dalam wilayah aman, terjaga dan rahmat ilahi, ini merupakan duka besar bagi para keluarga korban, akan tetapi ini tidak akan mengurangi besarnya tanggung jawab pihak-pihak yang berkomitmen atas keamanan para tamu Sang Maha Pengasih. Pengamalan komitmen dan pelaksanaan tugas ini merupakan tuntutan tegas kami.
Wassalamu alaa ibadillahis salihin
Sayyid Ali Khamenei
Rahbar Tekankan Perenungan Aspek Politik Haji
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, menilai berbagai masalah yang dihadapi umat Islam adalah produk propaganda imperialisme global yang harus diupayakan solusinya.
Hal itu disampaikan Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pesan haji beliau bersamaan dengan pelaksanaan manasik doa Arafah. Pesan beliau dibacakan oleh Hujjaul Islam Sayyid Ali Qazi Asgar, wakil Rahbar dalam urusan haji dan ziarah Iran.
Dalam pesan tersebut, Rahbar menyinggung politik jahat Amerika Serikat di kawasan dan menilainya sebagai faktor peperangan, pertumpahan darah, kerusakan, pengungsian, keterbelakangan serta perselisihan etnis dan mazhab.
Menurut Ayatullah Khamenei, setiap Muslim memiliki tanggung jawab berat di hadapan perilaku rezim penjajah Zionis yang telah menyampaikan kejahatannya di negara Palestina hingga pada puncak kebuasan dan kekejian, berulangkali menistakan sakralitas wilayah suci Masjid al-Aqsa serta memusnahkan nyawa dan harta warga tertindas Palestina.
Beliau juga menekankan kembali besarnya tugas dan tanggung jawab para ulama serta elit politik-budaya, yang sayangnya kerap terlupakan.
“Para ulama agama serta para elit politik dan budaya memiliki tugas lebih berat yang sayangnya kerap mereka abaikan. Para ulama alih-alih mengobarkan api perpecahan mazhab, dan para politisi daripada pasif di hadapan musuh, serta para elit budaya ketimbang sibuk pada isu-isu marginal, hendaknya mengidentifikasi penderitaan besar dunia Islam serta menerima dan melaksanakan tugas yang akan mereka pertanggungjawabkan di hadapan keadilan Allah Swt,” demikian disebutkan dalam pesan Rahbar.
Beliau juga menyinggung aspek politik haji dan menjelaskan, haji dan konsentrasi agungnya, merupakan panggung terpenting kemunculan dan pertukaran tugas-tugas bersejarah ini. Dan kesempatan Bara’ah (lepas tangan dari kaum musyrik dan taghut) yang harus dimanfaatkan dengan partisipasi semua hujjaj dari semua tempat, merupakan salah satu manasik politis paling jelas dalam kewajiban komprehensif ini.
Rahbar Peringatkan Reaksi Keras Iran untuk Saudi Jika Tidak Melaksanakan Tugasnya
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Rabu (30/9/2015), hadir dalam acara lulusan, penyematan pangkat untuk para taruna Akademi Militer Republik Islam Iran di Akademi Ilmu Maritim Imam Khomeini, Noushahr.
Pada acara itu, Ayatullah Khamenei menyinggung musibah memilukan dan berdarah Mina, serta menyebutnya sebagai duka dan musibah nyata bagi bangsa Iran mengingat meninggalnya ribuan hujjaj khususnya ratusan hujjaj Iran.
Iran Masih Menjaga Etika Islami dan Persaudaraan Dunia Islam
Beliau menekankan pentingnya pembentukan komite pencari fakta yang melibatkan negara-negara Islam termasuk Iran, Rahbar mengatakan, “Pemerintah Arab Saudi tidak melaksanakan tugasnya dalam merelokasi jenazah-jenazah suci para korban dan Republik Islam juga hingga kini tetap menjaga kesabaran, etika islami, kehormatan persaudaran dalam dunia Islam, akan tetapi mereka harus tahu bahwa pelecehan terhadap puluhan ribu hujjaj Iran di Mekkah dan Madinah serta tidak komitmen dalam melaksanakan tugas merelokasi jenazah-jenazah suci itu, akan menimbulkan reaksi yang tegas dan kasar dari Iran.”
Menyinggung meninggalnya para hujjaj mazlum dengan bibir kehausan pada musibah Mina serta duka para keluarga yang tidak sabar menanti kepulangan para kekasih mereka, Rahbar mengatakan, “Hingga kini jumlah pasti korban Iran dalam musibah tersebut masih belum jelas dan ada kemungkinan peningkatan jumlah korban hingga ratusan orang. Dan peristiwa ini merupakan musibah sangat besar bagi bangsa Iran.”
Ayatullah Khamenei menyebutkan sejumlah laporan bahwa jumlah korban musibah Mina mencapai lebih dari 5.000 orang, seraya mengatakan, “Ketika al-Quran menyebut Rumah Allah sebagai lokasi aman dan haji sebagai tempat keamanan, akan tetapi sekarang harus ditanya; apakah ini keamanan itu?”
Menyinggung pentingnya pembentukan komite pencari fakta dengan melibatkan negara-negara Islam termasuk Iran, Rahbar menegaskan, “Untuk sementara kami tidak akan mengutarakan pendapat tergesa-gesa soal penyebab musibah ini, akan tetapi kami berpendapat bahwa pemerintah Arab Saudi tidak melaksanakan tugasnya di hadapan para korban luka musibah Mina dan membiarkan mereka dalam kondisi putus asa dan kehausan.”
Reaksi Keras Iran Menanti Saudi
Terkait berbagai masalah yang dihadapi dalam relokasi jenazah-jenazah korban Mina dan penanganan para pejabat negara, Rahbar menekankan urgensi penindaklanjutan oleh para pejabat. “Dalam hal ini, pemerintah Arab Saudi tidak melaksanakan tugasnya dan pada sebagian kasus melakukan interferensi,” tegas Rahbar.
“Republik Islam Iran hingga kini menunjukkan kesabaran, menjaga etika islami dan kehormatan persaudaraan di dunia Islam, akan tetapi mereka harus tahu bahwa kekuatan Iran di atas banyak pihak dan memiliki fasilitas lebih banyak dan jika diperlukan akan menunjukkan reaksi di hadapan anasir-anasir pengganggu dan pengusik. Kondisi mereka akan buruk dan mereka tidak akan bisa sebanding dalam setiap konfrontasi.”
Seraya menekankan bahwa reaksi Iran akan tegas dan keras, Rahbar mengatakan, “Pada era Perang Pertahanan Suci selama delapan tahun, [semua] kekuatan Timur-Barat dan negara-negara regional mendukung satu elemen buas dan keji, akan tetapi pada akhirnya mereka semua tertampar dan oleh karena itu mereka telah mengenal Iran, dan jika seandainya mereka belum mengenal, sekarang waktunya untuk mengenal [Iran].”
Menyinggung puluhan ribu hujjaj Iran di Mekkah dan Madinah, Rahbar memperingatkan, “Sedikit saja [terjadi] pelecehan terhadap hujjaj Iran dan jika pemerintah Arab Saudi tidak melaksanakan tugasnya menyangkut jenazah-jenazah suci [hujjaj], maka itu akan memancing reaksi Iran.”
“Republik Islam Iran bukan pihak zalim, akan tetapi tidak menerima kezaliman dan kejahatan siapa pun. Oleh karena itu, [Iran] tidak akan mengusik hak-hak manusia dan bangsa-bangsa baik itu Muslim atau non-Muslim, namun jika ada pihak yang mengusik hak rakyat dan negara Iran, dia akan disikapi tegas dan berkat pertolongan Allah, kemampuan untuk menunjukkan sikap itu ada, serta bangsa Iran kokoh dan kuat.”(



























